sebagai hak yang dilindungi oleh PBB, yang termasuk di dalamnya adalah hak untuk
merdeka, hak untuk memiliki pendapat, termasuk juga hak untuk mengeluarkannya,
serta hak untuk hidup. Pengertian ini mengacu juga pada deklarasi Internasional yang
dikeluarkan oleh PBB
Demokrasi menurut kbbi: gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara;
Demokrasi Kebebasan dalam Beragama
Dalam Islam, memaksakan manusia untuk memeluk agama tertentu memang
dilarang. Namun, Islam juga mengajarkan bahwasanya seorang muslim
haram jika meninggalkan Aqidah Islam. Rasulullah.SAW bersabda;
islm
http://www.smansax1-edu.com/2016/12/pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html
ISI
Sistem pemerintahan ini, mengizinkan seluruh warga negara untuk berpartisipasi aktif.
Peran serta itu bisa diwakilkan atau secara langsung dalam perumusan,
pengembangan, dan penetapan undang-undang. Setiap ahli memiliki penafsiran
tersendiri terhadap demokrasi. Meskipun bermuara pada tujuan yang sama.
Sistem demokrasi mulai diterapkan sejak zaman Yunani kuno. Dengan sistem ini, maka
rakyat bisa terlibat langsung dalam pengambilan keputusan, menyangkut
keberlangsungan sebuah negara. Oleh karena itu terbentuklah seperti sekarang,
dengan adanya Dewan Perwakilan Rakyat. Sebagai perpanjangan tangan dari aspirasi
rakyat. Kondisi itu memunculkan istilah demokrasi perwakilan atau demokrasi tidak
langsung.
Demokrasi sendiri seringkali terjegal oleh prinsip dimana kepentingan manusia dianggap
tidak terbatas da sangat sulit untuk dikondolidasiakn. Oleh karena itu suatu konstitusi
harus dibuat sesuai dengan pilihan karakter kebangsaan yang dipilih secara sadar dan
mantab sebagai suatu identitas kebangsaan. Konstitusi
Islammemandang demokrasi
Islam memberikan kebebasan pada setiap muslim untuk mengutarakan pendapat. Hal
ini juga menjadi ciri utama dalam pemerintahan sistem demokrasi suatu negara yang
memberikan kebebasan pada warga negaranya untuk berpendapat dan kebebasan
pers. Dengan kebebasan berpendapat, tidak terjadi kepemimpinan yang otoriter dan
memaksa rakyat/umat.
HAM dalam Islam didasarkan pada premis bahwa aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya bahwa pola tingkah laku hanya
ditentukan oleh hukum-hukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya
aturan-aturan publik yang aman dan perdamaian semesta.
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk kepentingan manusia, lewat
syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan
kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter,
tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,
sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu
sendiri. Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan
dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua
manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati
seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut :“Hai
manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.”
Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum dalam al-
dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi
manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap
individu, yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal
(penghormatan atas harta benda),hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup
dan kehormatan individu) hifdzu al-‘aql(penghormatan atas kebebasan berpikir) dan hifdzu al-
nasl(keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap
umat Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas
penghormatan individu atas individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan
masyarakat, masyarakat dengan negara dan komunitas agama dengan komunitas agama
lainnya.
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang merupakan karunia dari
Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat
dari ketentuan-ketentuan syari’ah yang melinudngi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa
manusia, melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri. Membunuh
adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan balasan neraka, sebagaimana firman Allah
dalam Surat Al-Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai berikut : “Dan barang siapa membunuh
seorang muslim dengan sengaja maka balasannya adalah jahannam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang berat.”
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM, termasuk di dalmnya kebebasan
menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras adanya
pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain. Hal ini dijelaskan
dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah.”
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin mutlak untuk menegakkan
kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Sunnah ang mengajak
untuk menegakkan keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji , kemungkaran dan permusuhan.”
4. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di antara manusia tanpa
memndang warna kulit, ras atau kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang penting.
Ini berarti bahwa pembagian umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-
kelompok dan suku-suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras
atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari ras atau suku lain.
Al-Qur’an menjelaskan idealisasinya tentang persamaan manusia dalam Surat Al-Hujarat ayat
13, yang artinya : ”Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu laki-laki dan perempuan,
dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling takwa.”
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan sesuai dengan kesanggupan alaminya. Dalam Islam, mendapatkan
pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia,
sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari :“Menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”
Di samping itu, Allah juga memberikan penghargaan terhadap orang yang berilmu, di mana
dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 dinyatakan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang
yang beriman dan orang-orang yang berilmu.
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalam batas-
batas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorangpun diperbolehkan
menyebarkan fitnah dan berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan mencemarkan
nama baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan ide atau
gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kebebasan
berpendapat dan mengeluarkan pendapat juga dijamin dengan lembaga syura, lembaga
musyawarah dengan rakyat, yang dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38, yang
artinya : “Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.”
7. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apa pun untuk
mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-
Baqarah ayat 188, yang artinya : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain di antara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim
agar kamu dapat memakan harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu
mengetahuinya.”
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai kewajiban. Bekerja
merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana sabda Nabi saw : “Tidak ada makanan
yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari tangannya
sendiri.” (HR. Bukhari)
Sehubungan dengan hak bekerja dan memperoleh upah dari suatu pekerjaan dijelaskan dalam
beberapa ayat dalam Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut:
a. ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami berikan kepada mereka ganjaran dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan”(Q.s.An-Nahl/16:97) .
b. Dialah yang menajadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala penjurunya
dan makanlah sebagian dari rizki Nya. Dan hanya kepada Nya lah kamu kembali (Q.S.Al-
Mulk/67:15).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Islam memberikan kesempatan kepada manusia untuk
bekerja dan berusaha serta memperoleh imbalan berupa upah dari apa yang dikerjakannya
untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi dirinnya. Pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh seseorang hendaklah yang sesuai dengan bidang keahliannya. Allah SWT juga
mengakui adanya jenis-jenis pekerjaan yang beraneka ragamnya, dan oleh karena itu,
seseorang yang akan bekerja itu harus ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya supaya
ia bertanggung jawab dengan pekerjaannya tersebut. Sebab, seseorang yang mengerjakan
suatu pekerjaan yang bukan bidang keahliannya bukan saja tidak bisa
dipertanggungjawabkannya bahkan dapat mendatangkan bencana bagi orang lain.
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh dilanggar oleh
siapapun. Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 32: “membunuh manusia seluruhnya. Dan
barang siapa yang menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
menyelamatkan kehidupan manusia semuanya.”
2. Hak perlindungan keyakinan
Dalam hal ini Allah telah mengutip dalam alqur’an yang berbunyi “la iqrah fi-dhin dan lakum
dinukum waliyadin”
Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam perangkat hokum yang
sangat elementer, yakni tentang haramnya makan atau minum hal-hal yang dapat merusak akal
dan pikiran manusia.
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalam hukum sebagaimana telah
diharamkannya dalam pencurian. Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha pencipta(hak-
hak yang bersifat kodrati.) oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya.
Meskipun demikian, bukan berarti manusia daengan hak-haknya dapat berbuat semauny, sebab
apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa atau merampas hak
asasi orang lain, harus mempertangung jawabkan perbuatanya.[4]
Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran islam jauh sebelum
masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat Al-Qur’an misalnya manusia tidak dibedakan
berdasarkan warna kulitnya, rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin dan memberi kebebasan pada
manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja dan menikmati hasil
usahanya, memilih agama yang diyakininya.
1. Musyawarah
Kedaulatan mutlak dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung dalam konsep kilafah memberikan kerangka yang dengannya para
cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap demokratis.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual islam, bayak perhatian
diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik. Demokrasi islam dianggap
sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah, konsensus (ijma’) dan ijtihad. Masalah musyawarah ini dengan jelas telah disebutkan
dalam QS. 42:28, yang berisi perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk
menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan, demikian,
tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang pemimpi terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Selain syura dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi islam, yaitu
ijtihad. Ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Allah, berkaitan debgan tempat
dan waktu.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya menegaskan tentang
hubungan anatara consensus, demokratisasi, dan ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislatif di
Negara – Negara muslim merupakan langkah awal yang besar. Pengalihan wewenang ijtihad dan
individu-individu berbagai madzab kepada suatu majelis legislatif muslim yang dalam kondisi
kemajemukan madzabmerupakan satu-satunya bentuk ijma’ yang dapat diterima di zaman modern,
akan terjamin kontribusi dalam pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki wawasan
yang tajam.[5]
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam Al-Quran
dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan
baik dalam al-qur’an dan hadist.[6] HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut barat dan menurut islam.
HAM barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada manusia sehingga
menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala sesuatu. HAM islam bersifat theosentris: segala
sesuatu berpusat pada Allah. Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti
dari demokrasi sedang demokrasi islam meyakini bahwa kedaulatan Allah-lah yang menjadi inti dari
demokrasi.[7]
KESIMPULAN
1. Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam
Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini
terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits.
3. Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi (mencegah terjadinya
kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum
islam.
4. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha pencipta (hak-hak
yang bersifat kodrati), oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya.
5. Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam Al-Quran
dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai Rasul Nya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan
baik dalam Al-Qur’an dan Hadits
Hukum ham dan demokrasi menurut islam
Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum islam,
HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam meliputi prinsip bermusyawarah dan prinsip dalam
ijma’. HAM dan Demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari
sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat dimaknai
sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya,
sebab hingga saat ini hanya konsepsi HAM dan demokrasilah yang terbukti paling mengakui dan
menjamin harkat kemanusiaan.Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan seperangkat
hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut dengan hak
asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia yang merupakan
karunia Sang Pencipta.