Anda di halaman 1dari 5

BERSATU DALAM

KERAGAMAN DAN
DEMOKRASI
Tujuan Pembelajaran

Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran Saintifik kooperatif


rool play,diskusi, ceramah siswa dapat :
- Mengidentifikasi tajwid, menyebutkan arti, menjelaskan isi kandungan Q.S. Ali Imran/3: 190-
191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta hadis tentang, berpikir kritis dan bersikap demokratis
- Mengidentifikasi ciri-ciri orang yang demokratis sesuai dengan Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan
Q.S. Ali Imran/3: 159, serta hadis tentang, berpikir kritis dan bersikap demokratis
- Membaca dan mendemostrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159;
sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf.
- Menyajikan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai
pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191.

A. Apersepsi
Perhatikan beberapa peristiwa di bawah ini!

1. Seorang Guru / ustad / Dokter memaksakan anaknya untuk bercita-cita dan menjadi seperti
dirinya tanpa mempertanyakan terlebih dahulu apakah sang anak berminat atau tidak.
Bagaimana pandanganmu tentang hal ini?
........................................................................................
........................................................................................
........................................................................................
2. Seornag pejabat di suatu perusahaan menetapkan peraturan larangan shalat jumat bagi
karyawan muslim dan larangan menutup aurat bagi perempuan. Bagaimana pendapatmu?
........................................................................................
........................................................................................
........................................................................................
3. Seorang da’i mengajarkan kepada jamaahnya bahwa islam yang paling benar adalah seperti
apa yang ia ajarkan, jika ada ajaran Islam lain yang tidak seperti ajarannya berate mereka
sesat. Bagaimana pendapatmu?
........................................................................................
........................................................................................
........................................................................................

B. Pengertian Demokrasi
Secara Bahasa demokrasi diambil dari Bahasa yunani, “demos” yang artinya rakyat dan
“cratos” yang artinya kekuasaan. Dari dua arti tersebut demokrasi dapat disimpulkan sebagai
kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Meskipun asal kata demokrasi berasal dari
barat akan tetapi nilai-nilai yang diperjuangankan dalam demokrasi itu sendiri sebenarnya
adalah nilai kemanusiaan secara universal.

Dalam islam istilah demokrasi dikenal dengan Syura. Sebagaimana dalam struktur dewan
pengurus di Oranisasi Nahdlatul ulama ada yang dinamakan Dewan Syura, pengurusnya
namanya Syuriah, atau kalua diterjemahkan ke dalam bahasa pemerintahan RI yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat. Syura secara Bahasa berarti menampakkan sesuatu atau mengambil
sesuatu. Sedangkan menurut istilah syura diartikan berbeda oleh beberapa ahli, diantaranya:

1. Al-Asfahani, syura diartikan sebagai ‘Proses mengemukakan pendapat dengan saling


mengoreksi antar peserta syura’.
2. Ibnu Arabi, mengartikan syura sebagai, ‘proses berkumpul untuk meminta pendapat yang
pesertanya saling mengemukakan pendapat’.
3. Pakar Fiqih Kontemporer, syura adalah ‘proses menelusuri pendapt para ahli dalam suatu
permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran’.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antara Syura dengan
demokrasi memiliki satu kesamaan. Bahwa antara Syura mau pun demokrasi sama-sama
menekankan kebebasan mengemukakan pendapat, mengekspresikan dan mengaktualisasikan
diri, baik pemikiran, pendapat atau hal lain dengan penuh keterbukaan dan kejujuran.

Isu utama yang menjadi muatan demokrasi adalah persoalan saling menghargai eksistensi
(keberadaan). Rasa ingin dihargai adalah kebutuhan alamiah (fitrah) manusia. Manusia dari
kasta apa pun memiliki rasa itu. Teman-teman kita di sekolah mempunyai hak untuk dihargai.
Bapak dan ibu guru, orangtua, dan semua orang yang ada di sekitar kita juga mempunyai hak
untuk dihargai dan dihormati, sebagaimana kita juga ingin dihargai.

Saking pentingnya saling menghargai bahkan ternyata, persoalan menghargai dan dihargai
adalah bagian penting dari misi dakwah Islam.

Ciri-ciri Demokrasi

1. Mengangkat nilai-nilai egaliter


2. Penghormatan terhadappotensi individu
3. Penolakan kekuasaan tiran
4. Memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengurus pemerintahan.

C. Pandangan Islam tentang Demokrasi


Secara garis besar pandangan Islam tentang demokrasi ada 2, pertama, pertama menolak
sepenuhnya, kedua, menerima dengan syarat-syarat tertentu.

Pendapat yang menolak demokrasi yaitu:

1. Abu A’la al Maududi


beliau secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal demokrasi
yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal.
Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan barat terhadap
agama sehingga cenderung sekuler. Islam hanya menganut faham Teokrasi,
berdasarkan hukum Tuhan.
2. Muhammad Iqbal
menurut Iqbal Demokrasi lebih mengedepankan sisi sekulerisme sehingga jauh dari
etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari, oleh dan untuk rakyat telah jauh
dari agama. Paelemen dapat saja menetapkan suatu hukum yang bertentangan dengan
agama jika anggotanya menghendaki. Karena itu Iabal menawarkan konsep demokrasi
yag dia sebut sebagai demokrasi spiritual, yaitu demokrasi yang dilandasi nilai-nilai etik
dan moral ketuhanan.
Penegejawantahan kosep Iqbal tersebut diuraikan dalam beberapa prinsip, yaitu:
a. Tauhid sebagai landasan asasi
b. Kepatuhan pada hukum.
c. Toleransi sesaa warga
d. Tidak dibatasi wilayah, ras dan warna kulit.
e. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.
3. Muhammad Imarah
Menurutnya, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolak
demokrasi secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan
menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara dalam system
syura kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Wewenang manusia hanyalah
menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan
serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah Swt. Jadi, Allah
Swt. berposisi sebagai alSyâri’ (legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh
(yang memahami dan menjabarkan hukum-Nya).
Demokrasi Barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas kewenangan
Tuhan. Menurut Aristoteles, setelah Tuhan menciptakan alam, Dia membiarkannya.
Dalam filsafat Barat, manusia memiliki kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara,
dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang otoritas tersebut. Allah Swt. berfirman:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah Swt. Maha Suci Allah Swt.,
Tuhan semesta alam”. (Q.S.al-A’râf/7:54). Inilah batas yang membedakan antara sistem
syariah Islam dan demokrasi Barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum
atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, serta orientasi pandangan umum, dan
sebagainya adalah sejalan dengan Islam.

4. Yusuf al-Qardhawi
Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal, misalnya sebagaimana berikut.
a. Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat
seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu
saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian
juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam salat yang tidak disukai
oleh ma’mum di belakangnya.
b. Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tirani juga sejalan dengan
Islam. Bahkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada
pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.
c. Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Oleh karena itu, barangsiapa
yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak
dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya
tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah Swt. untuk memberikan
kesaksian pada saat dibutuhkan.
d. Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan
dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura.
Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah
seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak.
Sementara lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang
keluar tiga lawan tiga, maka mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan
dari luar mereka, yaitu Abdullah ibnu Umar. Contoh lain adalah penggunaan
pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas
yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara
tegas.
e. Kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan
merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam
5. Salim Ali al-Bahasnawi
Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak
bertentangan dengan Islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam.
Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan
dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas
yang dapat mengarah pada sikap menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang
halal. Karena itu, ia menawarkan adanya Islamisasi demokrasi sebagai berikut:
a. Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah Swt..
b. Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.
c. Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan
dalam al-quran dan Sunnah (Q.S. an-Nisa/4:59) dan (Q.S. al-Ahzab/33:36).
d. Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan jabatan, sehingga hanya
yang bermoral yang duduk di parlemen

D. Dalil tentang Demokrasi


Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Āli-Imrān/3:159 dan Hadis Terkait tentang Bersikap
Demokratis

1. Q.S. Ali Imran (3) : 159


‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫ّٰلِه ِل‬ ‫ٍة‬ ‫ِب‬
‫َف َم ا َر َمْح ِّم َن ال ْنَت ُهَلْم ۚ َو َلْو ُك ْنَت َفًّظا َغ ْي َظ اْلَق ْل اَل ْنَف ُّض ْو ا ْن َحْو َك ۖ َفاْعُف َعْنُه ْم َو اْس َتْغ ْر ُهَلْم‬
١٥٩ - ‫َو َش اِو ْر ُه ْم ىِف اَاْلْم ِۚر َفِاَذا َعَزْمَت َفَتَو َّك ْل َعَلى الّٰلِهۗ ِاَّن الّٰلَه ِحُيُّب اْلُم َتَو ِّك ِلَنْي‬
Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Penjelasan Ayat:

Tugas siswa

Hafalkan Q.S. Ali-Imran/3:159 beserta artinya dan


perbendaharaan kosakata baru!
Ayat di atas turun pada waktu peristiwa perang uhud. Dimana pada perang tersebut kaum
muslim mengalami kekalahan disebabkan ada sebagian kaum muslim yang melakukan
pelanggaran terhadap perintah rasulullah.
Dalam menerima kekalahan itu rasul tidak menunjukkan sikap marah kepada para
pelanggar tersebut, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun bagi mereka. Lebih lanjut
ayat tersebut juga memberikan penjelasan dampak tindakan, seandainya Rasulullah saw.
bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau dan lalu berpaling dari ajaran
beliau.
Di samping itu, Rasulullah saw. juga senantiasa bermusyawarah dengan para sahabatnya
sebagaimana dalam sebuah hadits, “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat
seseorang yang lebih sering bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw.”
[HR. at-Tirmidzi]. Rasulullah mengutamakan musyawarah dalam hal-hal yang penting, terutama
dalam masalah peperangan. Oleh sebab itu, kaum muslimin patuh terhadap keputusan-
keputusan yang diperoleh tersebut, karena merupakan keputusan yang dibuat oleh mereka
sendiri bersama Rasulullah saw.
Dalam ayat di atas, tertera tiga sifat dan sikap yang secara berurutan disebut dan
diperintahkan untuk dilaksanakan dalam mewujudkan demokrasi, yaitu lemah lembut, tidak
kasar, dan tidak berhati keras.

E. Kesimpulan
Dari ayat al-Qur’an dan hadis tersebut, dapat dipahami bahwa musyawarah termasuk salah
satu kebiasaan orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
seorang muslim terutama dalam hal-hal yang memang perlu dimusyawarahkan. Misalnya, hal
yang sangat penting, sesuatu yang ada hubungannya dengan orang banyak/masyarakat,
pengambilan keputusan, dan lain-lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, musyawarah menjadi
sangat penting karena hal-hal sebagai berikut.
a. Permasalahan yang sulit menjadi mudah setelah dipecahkan oleh orang banyak lebih-lebih
kalau yang membahas orang yang ahli.
b. Akan terjadi kesepahaman dalam bertindak.
c. Menghindari prasangka yang negatif, terutama masalah yang ada hubungannya dengan
orang banyak.
d. Melatih diri menerima saran dan kritik dari orang lain.
e. Berlatih menghargai pendapat orang lain.

F. Tugas Siswa (penilaian Keterampilan)


Teknik Penilaian: Portofolio
1. Kumpulkan beberapa artikel tentang demokrasi, meliputi:
 konsep demokrasi menurut para ahli
 makna demokrasi dalam pandangan Islam
2. bacalah artikel tersebut setelah itu, buatlah satu opini untuk menjawab pertanyaan:
- Apakah indonesia sudah menjadi negara yang demokratis? Jelaskan!
- Bagaimana cara mewujudkan demokrasi yang Islami di Indonesia?
3. Opini berisi minimal 8 - 12 paragraf dengan kalimatmu sendiri!

Anda mungkin juga menyukai