Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM DAN DEMOKRASI

OLEH:

NURUL MAKRIFAH
RENI KURNIASIH
RISKI AMALIA
ROBIATUL ADAWIYAH
ROIHAN FADLI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI AT TAQWA BONDOWOSO

2022-2023

1
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang .……………………………………..................................................................... 1

Tujuan ,Rumusan Masalah dan Sumber data …........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
Devinisi demokrasi ........................................................................................................................ 3

Demokrasi dalam berbagai bidang ................................................................................................ 3

Persamaan dan Perbedaan Islam dan Demokrasi……………………………………..……....5

Pandangan Ulama tentang demokrasi....................................................................................... 7

PEMILU & PEMUNGUTAN SUARA....................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA...………………………………………………………...................……..11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini banyak sekali Negara yang menganut Sistem Demokrasi sebagai sistem
pemerintahannya. Demokrasi sendiri artinya sistem yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi
manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi
Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah
bagi dirinya sendiri dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung
jawab terhadap tugasnya. Oleh karena rakyat tidak mungkin rakyat mengambil keputusan
karena jumlah terlalu besar maka dibentuklah dewan perwakilan rakyat. Sistem ini popular
karena melibatkan masyarakat merupakan komponen utamanya. Pemerintah dipilh langsung
oleh rakyat yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk
kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat. Sistem Demokrasi juga digunakan di
Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. Indonesia memiliki Badan Legislatif yang
anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga berwenang untuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung. Dalam Islam, demokrasi sudah diajarkan oleh Rasulullah.
Contohnya, pada saat Perang Badar beliau mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi
perang walaupun itu bukan pilihan yang diajukan olehnya. Pada saat ini, banyak Negara yang
mengadaptasi sistem Demokrasi yang berasal dari Negara Barat. Padahal, sistem demokrasi
tersebut belum tentu sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Sistem Demokrasi di Barat
memiliki tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi dan materialistis. Oleh karena itu, kita perlu
mempelajari Sistem Demokrasi yang sejalan dengan aturan Islam.

3
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Sistem Demokrasi dari sudut
pandang Agama Islam.

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana demokrasi bila ditilik
menurut kaidah Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Selain itu, permasalahan juga
dilihat berdasarkan persamaan dan perbedaan Islam dan Demokrasi.

1.5 Sumber Data

Sumber data pembuatan makalah ini diperoleh dari studi literatur, yakni buku-buku yang
berkaitan dengan permasalahan yang terkait dan eksplorasi informasi melalui internet.

4
BAB II

ISLAM DAN DEMOKRASI

2.1 Definisi Demokrasi

Demokrasi adalah sebuah tatanan Negara /pemerintahan yang bersumber dari rakyat, oleh rakyat,
untuk rakyat. (benyamin Franklin). Demokrasi memberikan kepada manusia dua hal :

1. Hak membuat hukum


2. Hak memilih penguasa

2.2 Demokrasi dalam berbagai bidang

MEMAHAMI DEMOKRASI DALAM PEMBUATAN HUKUM :

1. Dalam Islam membuat hukum adalah haram. Karena yang berhak membuat hukum hanya
Allah, bukan manusia
Firman Allah SWT (artinya) :
"Menetapkan hukum hanyalah hak Allah." (QS Al-An'aam : 57)
Walaupun ayat tersebut bersifat umum, tapi itulah titik kritis dalam demokrasi yang
sungguh bertentangan secara frontal dengan Islam. Pada titik itulah, demokrasi disebut
sebagai sistem kufur. Sebab sudah jelas,memberi hak kepada manusia untuk membuat
hukum yang bertentangan dengan hukum syara’ adalah suatu kekufuran.
Firman Allah SWT (artinya) :
"Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang kafir." (QS Al-Maa`idah : 44)

2. Menentukan kesepakatan (musyawarah)


a. Bila sudah ada hukum nya maka memusyawarahkan nya haram. Manusia hanya boleh
membahas mengenai masalah teknis saja.
b. Bila yang dimusyawarahkan itu berkaitan dengan masalah Uslub (Teknis) maka boleh
pendapat manusia diminta.

5
contoh : dalam musyawarah itu akan dibahas masalah status minuman kemaksiatan, maka
dalam hal ini tidak boleh ada pendapat manusia yang mendukung . Sebab statusnya sudah
jelas Haram, yang perlu dimusyawarakan adalah masalah uslub (teknis) pelarangannya
dilapangan, misalnya siapa bagian operasi sweping di toko-toko minuman, siapa bagian
memburu produsennya, siapa yang menghukum pelakunya dll.

Contoh musyawarah (memasukkan pendapat orang lain) yang dilakukan nabi :


a. Rasulullah saw pada waktu menentukan strategi di Perang Badar Al Kubra, Beliau
berpendapat untuk memenangkan pertempuran pasukan harus menguasai tempat tertentu,
tetapi kemudian ada seorang sahabat (Khubab bin Mundhir) yang menanyakan kepada
beliau apakah hal ini pendapat beliau ataukah wahyu dari Allah. Bila wahyu maka tidak
akan dibantah, tetapi bila hal ini pendapat nabi, maka Khubab mengusulkan untuk
menempati sebuah wadi (oase) di medan Badar. Rasulullah kemudian menjelaskan ini
bahwa hal ini adalah pendapat beliau pribadi, dan kemudian beliau menarik pendapatnya
dan kemudian menerima pendapat Khubab sebab Khubab adalah orang yang tinggal di
daerah tersebut dan merupakan orang yang paling kenal dengan medan pertempuran,
seraya mengabaikan pendapat pribadi dan pendapat shahabat-shahabat yang lain.
b. Kita dapat mengambil ibroh dari kisah terjadinya perang Uhud. Rasulullah sebenarnya
menginginkan pasukan bertahan di dalam kota, akan tetapi mayoritas shahabat (terutama
shahabat-shahabat yang usianya masih muda) memilih menunggu musuh di luar kota
Madinah. Karena suara mayoritas menghendaki menunggu musuh di luar kota, maka
Rasulpun memutuskan untuk menunggu musuh di luar kota, walaupun beliau sendiri
menginginkan di dalam kota. Bertahan dalam kota atau menunggu musuh di luar kota
adalah masalah-masalah teknis (strategi) pertempuran yang diketahui oleh banyak orang,
karena semua shahabat adalah penduduk kota Medinah,yang mengerti seluk beluk kota
Medinah. Jadi masalah betahan di dalam kota atau menunggu musuh di luar kota bukan
masalah wahyu yang sudah dinash. Dari sinilah kita bisa mengambil ibroh bahwa dalam
masalah-masalah urusan teknis yang telah diketahui banyak orang, maka boleh diambil
suara terbanyak.

6
MEMAHAMI DEMOKRASI DALAM MEMILIH PEMIMPIN :

System memilih penguasa/ kepala negara hal tersebut masih dapat didiskusikan.... dan
bersifat furu’ (cabang).
Alasan :Rasul tidak pernah menentukan secara jelas bagaimanakah teknis memilih
khalifah/pemimpin negara. Begitu juga peralihan kekuasaan dari satu khalifah ke khalifah yang
lain semasa banyak sahabat masih hidup, sehingga menjadi Ijma' shahabat bahwa boleh
menggunakan beberapa uslub untuk memilih khalifah atau kepala negara. Dengan demikian
dalam memilih siapakah calon kepala negara/Khalifah boleh dengan banyak teknis dalam hal ini
mengambil suara mayoritas juga dapat dilakukan dan menggunakan Ahlul hali wal aqdi
(parlemen) Juga dapat dilakukan . Jadi untuk memilih calon kepala negara (khalifah) dalam
Islam bisa dicari dengan uslub (teknis) pemilihan umum.

2.3 Persamaan dan Perbedaan Islam dan Demokrasi

Persamaan Islam & Demokrasi


Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang mempertemukan Islam dan
demokrasi. Namun, perbedaannya lebih banyak. Persamaannya:
1. Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan, itu pun
sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting dalam sistem
demokrasi diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah dari
kekuasaan Imam atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum didasarkan pada
alQuran dan Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan UU terpisah dari
Imam, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari Imam. Adapun Imam harus menaatinya
dan terikat UU. Pada hakikatnya, Imamah (kepemimpinan) ada di kekuasaan eksekutif
yang memiliki kewenangan independen karena pengambilan keputusan tidak boleh
didasarkan pada pendapat atau keputusan penguasa atau presiden, jelainkan berdasarka
pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah Swt.
2. Demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian itu
pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa rakyat harus
memahami Islam secara komprehensif.
7
3. Demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas
persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan, realisasi
keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan bebas
mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam.

Perbedaan Islam & Demokrasi


1. Demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas wilayah,
iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan kata lain,
demokrasi selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang digiring tendensi
fanatisme. Adapun menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah atau batasan lainnya.
Ikatan yang hakiki di dalam Islam adalah ikatan akidah, pemikiran dan perasaan. Siapa
pun yang mengikuti Islam, ia masuk salah satu negara Islam terlepas dari jenis, warna
kulit, negara, bahasa atau batasan lain. Dengan demikian, pandangan Islam sangat
manusiawi dan bersifat internasional
2. tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa adalah
tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi ditujukan hanya untuk
kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan kebutuhan dunia yang
ditempuh melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau gaji. Adapun demokrasi
Islam selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi (materi) mempunyai tujuan
spiritual yang lebih utama dan fundamental.
3. kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah kemutlakan. Jadi,
rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan, kezaliman atau
kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan terikat
dengan ketentuan-ketentuan syariat sehingga rakyat tidak dapat bertindak melebihi
batasan-batasan syariat, alQuran dan asSunnah tanpa mendapat sanksi.

8
2.4 Pandangan Ulama tentang demokrasi

Yusuf al-Qardhawi
Menurut beliau, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal.
Misalnya:
- Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat seorang
kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak
boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam
menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.
- Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan
amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari
ajaran Islam.
- Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak
menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan
suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi
perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
- Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip
Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar
sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi
khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan
patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang
diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan
pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini
adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
- Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan
merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.

Salim Ali al-Bahnasawi


Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan islam dan
memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya
kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah

9
penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang
haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi sebagai
berikut:
- Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.
- Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.
- Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam Alquran
dan Sunnah (al-Nisa 59) dan (al-Ahzab: 36).
- Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral
yang duduk di parlemen.

10
PEMILU & PEMUNGUTAN SUARA
Ada yang beranggapan bahwa Pemungutan suara atau Pemilu adalah bentuk perampasan hak
Allah Swt sebagai Hakim karena dalam Pemilu keputusan ditentukan manusia, bukan Allah.
Pernyataan ini tidak benar karena :
1. kita bicara tentang Pemilu di negeri muslim: kandidatnya muslim, pemilihnya pun
muslim dan keterlibatan nonmuslim dalam proses itu sangat tidak signifikan.
2. adanya campur tangan namusia untuk menentukan jalan hidupnya selama masih dalam
kaidah umum nash syariat Islam. Allah Swt berfirman, ”hadirkanlah dua orang saksi
yang adil di antara kamu”.(QS ath Thalaq:2). ”Jika kamu khawatir adanya perselisihan
antara keduanya, hendaklah kamu hadirkan seorang hakim dari keluarga suami dan
seorang hakim dari keluarga isteri”. (QS an Nisa:35).
3. jika kita perhatikan dengan seksama Pemilu atau pemungutan suara menurut Islam adalah
pemberian kesaksian terhadap kelayakan calon pejabat negara atau calon anggota dewan.
Oleh karena itu, si pemilih harus punya kelayakan sebagai seorang saksi adil dan baik
perilakunya sehingga orang banyak ridha kepadanya. Allah azza wa Jalla berfirman,
”hadirkanlah dua orang saksi yang adil di antara kamu”. (QS ath Thalaq:2) ”dari saksi-
saksi yang kamu ridhai.” (QS al Baqarah:282).

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan
dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Prinsip dan konsep demokrasi yang sejalan dengan
islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah,
serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya. Adapun yang tidak sejalan adalah
ketika suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak sehingga bisa mengarah kepada sikap,
tindakan, dan kebijakan yang keluar dari ketetapan Hukum Allah.
Karena itu, maka perlu sebuah sistem yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di antaranya:
1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimbangan utama
dalam musyawarah. Contohnya kasus Abu Bakr ketika mengambil suara minoritas yang
menghendaki untuk memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat. Juga ketika Umar
tidak mau membagi-bagikan tanah hasil rampasan perang dengan mengambil pendapat
minoritas agar tanah itu dibiarkan kepada pemiliknya dengan cukup mengambil pajaknya.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada persoalan yang
sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.

Akhirnya, agar sistem islami di atas terwujud, langkah yang harus dilakukan:
- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang Islam
sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi dan didominasi oleh orang-orang Islam.

12
Daftar Pustaka

http://www.ditpertais.net/jurnal/vol62003k.asp

http://www.islamic-center.or.id/-slamiclearnings-mainmenu-29/syariah-mainmenu-44/27-
syariah/665-islam-dan-demokrasi

http://islamlib.com/id/artikel/islam-dan-demokrasi/

http://ummahonline.wordpress.com/2008/01/29/islam-dan-demokrasi/

http://www.zulkieflimansyah.com/in/kompatibilitas-islam-dan-demokrasi.html

http://www.arrahmah.com/index.php/news/read/6801/islam-dan-demokrasi-masih-jadi-
perdebatan-di-kalangan-muslim

http://www.indonesiaindonesia.com/f/3688-adakah-demokrasi-islam/

http://www.khabarislam.com/islam-dan-demokrasi.html

http://www.docstoc.com/docs/22801041/Lagi-Soal-Islam-dan-Demokrasi/

http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=676%3A30-01-
2009&catid=25%3Aartikel-rektor&Itemid=168

http://www.mujahidin.net/index.php?option=com_content&view=article&id=69:pertemuan-
islam-dan-demokrasi&catid=40:resensi&Itemid=58

13

Anda mungkin juga menyukai