Anda di halaman 1dari 21

HASIL DISKUSI PERTEMUAN KE-15 MATERI “SISTEM POLITIK ISLAM

DAN DEMOKRASI”
1. Pertanyaan dari Khaerani (082)
Pada paparan materi disebutkan bahwa salah satu prinsip dalam politik islam adalah
Hak menghisab pihak pemerintah, bisa di berikan contoh penerapannya baik pada
zaman kerajaan islam dan pada masa sekarang?
Jawaban :
 Regita Pramestia N.M.N (094)
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap
tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk
melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran
negara dan ummah. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajiban setiap
anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan
kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak untuk
mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak pemerintah.
 Kurniawati Rachmat (072)
Prinsip dari hak menghisab pihak pemerintah berdasarkan kepada firman Allah:
Artinya: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan.”  (QS. Al-Baqarah: 205).
Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan”. (QS. Shaad : 26).
Maksudnya: Ungkapan Ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha
menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu mengadakan pengacauan,
karena sesungguhnya kerusakan itu datang dan di undang oleh manusia itu sendiri, lalu
kemudian Allah memenuhi undangan hambanya tersebut, sehingga Allah pun mengirim
angin topan, gunung meletus, pesawat jatuh, dll. Kemudian ketika kita manusia
memberikan keputusan berdasarkan hawa nafsu kita, maka kita telah melakukan
kesalahan besar, kita melakukan kesalahan besar berarti kita telah melupakan
perhitungan dari Allah. Jadi apa saja yang terjadi dimuka bumi ini, bukan kirimin Allah
semata, tetapi kejadian-kejadian tersebut, atas dasar undangan kita kepada Allah,
dengan kita melakukan kerusakan, di darat, dilaut dan diudara.
 Muhammad Fauzan Lukman (D041191044)
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemeriritah dan hak mendapat penjelasan terhadap
tindak tanduknya

2. Pertanyaan dari Nurkholik Katu (022)


Dalam surah An-Nisaa (4:58)
Allah Swt. Berfirman yg artinya "Sesunguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya"

Terkait dgn ayat di atas dan sistem pemilihan presiden dan sejenisnya umumnya di
lakukan dengan cara voting atau pemungutan suara, sedangkan yang memberikan suara
umunya tidak mengetahui kriteria pemimpinya, apakah ia berhak menerima amanah
atau tidak. maka (sesuai ayat diatas)
bagaimana pendapat anda tentang sistem pemilihan pemimpin (pemimpin negara dan
sejenisnya) di indonesia apakah sudah sesuai dgn hukum islam atau tidak ?
Jawaban :
 Pati Rezkyanti Parakkasi (120)
Dalam konteks Pemilu di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah
mengeluarkan fatwa atas wajibnya memilih pemimpin dalam Pemilu.29 Hal ini tertuang
dalam keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia di Padang Panjang pada 26
Januari 2009 / 29 Muharram 1430 H, yang menyatakan sebagai berikut30:

1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau
wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai
dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa;
2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan Imamah dan
Imarah dalam kehidupan bersama;
3. Imamah dan Imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan
ketentuan agama agar terwujud kemaslahatan dalam masyarakat;
4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertaqwa, jujur (shiddiq), terpercaya (amanah),
aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan
kepentingan umat Islam, hukumnya adalah wajib;
5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan
dalam butir 4 (empat) atau tidak memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi
syarat, hukumnya adalah haram.

Seorang pemimpin harus amanah dan bertanggung jawab penuh terhadap masyarakat
yang dipimpinnya. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang tidak hanya
bertanggung jawab tetapi juga jujur. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang
bisa diandalkan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya. Pemimpin yang membawa perubahan, pencerahan dan kebaikan. Itu
sebabnya seorang pemimpin harus betul-betul waspada dan amanah terhadap tugas
kepemimpinannya. Rasulullah SAW mengingatkan para pemimpin, “Siapa saja yang
dianugerahkan Allah sebagai pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan
umatnya (malah sebaliknya menipu dan menzalimi umatnya ), Allah akan
mengharamkan surga untuknya.”(HR. Bukhori). Dalam Hadistlain, Rasulullah SAW
bersabda, “Orang yang paling sakit siksaan di hari kiamat adalah pemimpin yang dhalim
(curang).”(HR. Thabrani).

 Nur Isnun Nadiyah (030)


Dalam pemilihan pemimpin, Islam mengedepankan prinsip musyawarah, bukan metode
voting. Dalam QS. Asy-Syura : 38 dijelaskan bahwa '' Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka'' QS. Ali-imran : 159 dijelaskan bahwa
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Allah”
Pada proses pelaksanaan musyawarah hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang
kompeten dan berilmu. Proses voting yang memenangkan calon pemimpin hanya
dengan suara terbanyak tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Semua yang
memberikan hak suaranya dianggap sama meskipun tidak mengetahui kriteria dan
kinerja dari calon pemimpinnya. Berbeda dengan sistem musyawarah yang
mengedepankan orang-orang berilmu. Akan tetapi, voting dapat digunakan sebagai
jalan terakhir ketika tidak diperoleh mufakat dalam sebuah musyawarah

 Sahid Pangampe (090)


Mnurut saya dri pernyataan dan pertanyaan saudara kholik inilah yang menyebabkan
kenapa tidak ada presiden yg nonmuslim.

 Zity Aida Bahtiar (108)


Sebanrnya dalam pemilu yg diadakan diIndonesia sdah sesuai dengan hukum Islam
karena dilaksanakan pula berdasarkan Fatma MUI yg menyatakan bahwa pemimpin yg
dipilih harus dengan cara pemilu. Masalah mereka yg salah dalam memilih tanpa
mengetahuinya dan sudah terlanjur dalam memilih pemimpin tanpa mengetahui
apakah pemimpin tersebut sesuai dengan kriteria pemimpin dalam Islam. Setiap
pemimpin pasti memiliki tujuan yg sama yakni mensejahterakan rakyatnya. Seperti yg
dikatakan Abraham Lincoln yakni dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga,
sebenrnya tugas pemimpin tersebutlah yg harus amanah dalam menjalankan setiap
janji2nya. Dengan seperti itu, tidak akan ada yg dinamakan salah dalam memilih
pemimpin. Jika mereka memang ingin menjadi pemimpin maka, seorang pemimpin pasti
sadar bagaimna harus menjadi orng yg bertanggung jawab karena pertanggung
jawabannya ada dua yakni di dunia dan juga pastinya di Akhirat. Wallohu'alam bissowaf

 Muhammad Fadhil Anugrah(060)


Menurut saya pemilihan pemimpin yang paling baik menurut islam adalah dengan
melaksanakan musyawarah mufakat yang dapat menghasilkan persetujuan semua
anggota terhadap yang lebih berhak memimpin maka dari itu dalam hal ini tdk ada lagi
istilah kubu-kubu dalam suatu pemilihan pemimpin

3. Pertanyaan dari Andi Nur Aulia Azhar Mangkona (086)


Mengenai politik dan demokrasi dalam islam.. Banyak orang yang mengatakan agama
dan politik itu tidak boleh dikaitkan.. Padahal dalam islam sendiri seluruh aspek
kehidupan kita telah di atur dlm Al-Qur'an maupun hadist.. Bagaimana anda
menanggapi itu?Dan dapatkah sistem politik dan demokrasi Islam diterapkan di
Indonesia sebagai negara yg terdiri dari berbagai agama?
Jawaban :
 Regita Pramestia N.M.N (094)
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip utama
demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara tentang
musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang
persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan
mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang kebebasan berpendapat) dst. 6
Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin7, agama dan demokrasi memang
berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan
pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun
begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan
demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-elemen pokok demokrasi
dalam perspektif Islam meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-
masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian apakah makna masing-masing dari elemen
tersebut? 1. as-Syura Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan
keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut
dalam QS. As-Syura: 38:
“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”. Dalam
surat Ali Imran:159 dinyatakan: “Dan bermusayawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai
pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini
lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah8
Jelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbanagan dan
tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan
begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi
tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian
penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi
pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga menyerahkan
musyawarah kepada umatnya.Apabila dianalisis awal masuk Islam dan Islam yang
berkembang di masyarakat Indonesia lebih bernuansakan Islam Fiqih atau Tasawuf.
Masyarakat lebih banyak membicarakan dan mempertentangkan masalah Fiqih
ketimbang politik. Sehingga organisasi-organisasi Islam pada awalnya lebih
mengedepankan pemurnian agama atau puritanisme. Seperti yang dilakukan
Muhammadiyah, Persis, NU dan kelompok tarekat atau tasawuf.Puritanisme inilah yang
menjadi khas satu organisasi Islam. Aliran Tasawuf kebanyakan dibawa oleh para wali
terutama wali songo sekitar abad 15-an dan Fiqih banyak dibawa oleh kaum pembaharu
yang lebih mengemuka sekitar awal abad 20-an.

Oleh karena itu, Umat Islam Indonesia lebih mudah menerima Demokrasi, karena
demokrasi tidak berkaitan dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan Fiqih dan
tasawuf. Fenomena tersebut berbeda dengan kondisi Negara-negara Islam terutama di
Timur Tengah. Negara-negara tersebut agak sulit menerima Demokrasi, mungkin
disebabkan beberapa faktor antara lain: pertama, Demokrasi adalah faham Barat,
dimana negara-negara Barat dianggap sebagai biang keladi kehancuran Khilafah
Islamiyah di Turki sekitar tahun 1923, sehingga sampai sekarang masih banyak gerakan
politik Islam yang ingin mengembalikan Khilafah Islamiyah seperti Ikhwanul Muslimin
dan Hizbut Tahrir. Kedua, ada gesekan peradaban dimana negara-negara Islam semasa
berdiri Khilafah Islamiyah pernah berjaya, sehingga ilmuwan politik Amerika yakni
Samuel Huntington mengeluarkan tesis perlu adanya dialog peradaban dan yang
dimaksud adalah peradaban Timur dan Barat (Islam vs Barat).[1] Ketiga, belum
selesainya masalah Palestina dan Israel. Gerakan Palestina melahirkan solidaritas
negara-negara Islam Timur Tengah, sedangkan Israel melahirkan solidaritas negara-
negara Barat.
 Mayang Azkiah (004)
Agama punya beberapa sisi, yaitu nilai moral, perangkat aturan, serta semangat
emosional. Nilai moral universal tentu sangat diharapkan kehadirannya dalam politik.
Politik tanpa moral, tentu akan sangat berbahaya. Persoalannya, yang memicu hiruk
pikuk bukanlah soal moral, tapi lebih cenderung soal semangat emosionalnya. Orang-
orang dikelompokkan dalam sekat-sekat agama dalam berpolitik, dan memandang
kelompok politik lain sebagai kelompok lawan terhadap agama yang mereka anut. Tidak
hanya itu. Lawan dalam hal ini bukan sekadar saingan untuk memenangkan suatu posisi
politik. Lawan juga digambarkan sebagai musuh yang hendak menguasai, menjajah,
menyingkirkan, bahkan menghancurkan kelompok kita. Ini pandangan yang sangat
berbahaya. Dengan semangat ini, orang tak segan melakukan apapun untuk
mengalahkan lawan, termasuk melakukan hal-hal yang melawan hukum. Kalau sudah
begitu, alih-alih menjadi sandaran moral, agama justru mendorong orang untuk
mengabaikan moral dalam berpolitik. Kita hidup dinegara yang sangat heterogen. Oleh
karena itu, Seorang pemimpin melaksanakan tugas untuk kepentingan rakyat banyak,
tidak untuk kelompok-kelompok tertentu, tak peduli bahwa kelompok itu mayoritas.
Politik kita bukanlah pertarungan antar umat beragama. Ini hanyalah persaingan orang-
orang dengan berbagai preferensi politik belaka. Tujuannya pun bukan untuk saling
mendominasi, melainkan untuk bersinergi. Bila satu kelompok menang, mereka harus
menjalankan politik untuk kepentingan bersama, bukan sekedar untuk golongan mereka
saja. Lebih penting lagi, politik mereka tidak untuk merugikan atau menghancurkan
kelompok lain. Politik itu untuk membangun negara, menjadikannya lebih baik. Semua
pihak harus menikmati hasilnya. Itulah yang dipesankan oleh Presiden.

 Siti Namirah Aprilliah (074)


Dapat diketahui bahwa konsep demokrasi di Indonesia tidak sepenuhnya bertentangan
dan tidak sepenuhnya pula sesuai dengan ajaran Islam. Prinsip dan konsep demokrasi
yang sejalan dengan ajaran Islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol,
mengangkat, dan menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan suatu kebijakan
melalui wakilnya.
Sedangkan yang tidak sejalan dengan Islam adalah ketika suara rakyat yang di diberikan
kebebasan secara mutlak sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan
yang keluar dari ketetapan Hukum Allah SWT
Dalam kehidupan bernegara tentunya akan ada yang namanya toleransi beragama,
karena islam bukanlah satu-satunya agama yang ada di muka bumi saat ini. Akan tetapi
kita bisa melihat seberapa tinggi atau seberapa rendah toleransi beragama di negara-
negara berpenduduk islam. Dan dalam hal ini pula kita harus bisa teliti memilah-milah
sampai sebatas mana toleransi dapat diterapkan. Tentunya setiap negara mempunyai
pertimbangan dan acuan tersendiri mengenai batasan toleransi di negaranya sesuai
dengan kondisi yang ada di negaranya. Beberapa negara ada yang memilih menjadi
negara sekuler yaitu negara yang memisahkan antara pemerintahan dan kehidupan
beragama.

 Muh. Fhadlan Dinul Haq (024)


Agama identik dengan moralitas. Kita tidak bisa semerta merta memisahkan agama dan
politik. Bahkan dalam islam sendiri, agama mengatur segala aspek kehidupan.
Agama dan politik ini dapat berjalan selaras. Tidak ada halangan antara politik dan
agama untuk berjalan selaras. Politik bukanlah pertarungan antar umat beragama. Ini
hanyalah persaingan orang-orang dengan berbagai preferensi politik belaka. Tujuannya
pun bukan untuk saling mendominasi, melainkan untuk bersinergi. Bila satu kelompok
menang, mereka harus menjalankan politik untuk kepentingan bersama, bukan sekedar
untuk golongan mereka saja. Lebih penting lagi, politik mereka tidak untuk merugikan
atau menghancurkan kelompok lain.
Politik itu untuk membangun negara, menjadikannya lebih baik. Tidak ada pihak yg
dirugikan.

4. Pertanyaan dari Deva Riski.M (026)


Jelaskan apa pentingnya demokrasi dalam islam dan demokrasi di indonesia apakah
sudah sesuai dengan demokrasi islam?
Jawaban :
 Pati Rezkyanti Parakkasi (120)
Pentingnya demokrasi dalam islam adalah untuk menentukan perkara sesuai dengan
syariat yang paling menguntungkan bagi Rakyat. Dengan penerapan syariat maka
hukumhukum batil warisan negara barat akan hilang dengan sendirinya. demokrasi di
indonesia sebagian sudah sesuai dengan demokrasi islam. Presiden dipilih oleh rakyat,
ada dewan syura dan ada Majelis Ulama indonesia sebagai penasehat.walaupun belum
sepenuhnya, karena hukum yang digunakan sebagian besar masih menggunakan hukum
warisan belanda. Demokrasi islam di indonesia bisa dilihat di Aceh, dimana aceh telah
menerapkan hukum syariat. Namun hingga kini, tema Islam dan demokrasi masih
menjadi isu sentral masyarakat Indonesia, terutama menjelang pelaksanaan pemilu dan
pilkada. Demokrasi masih diragukan kehalalannya hingga masyarakat menganggap tidak
perlu berpartisipasi dalam pemilu dan pilkada.
Alasan utama penolakan tersebut karena demokrasi dinilai tidak membawa kepada
peningkatan kesejahteraan. Alasan kedua karena persoalan teologis. Demokrasi sebagai
sesuatu yang haram dalam Islam dan patut diwaspadai.
Demokrasi juga ditolak karena efektivitasnya terhadap keutuhan bangsa. Demokrasi
dianggap melahirkan kekacauan sosial, clean governance yang tidak kunjung tiba sebab
maraknya praktik politik uang dan kronisme akibat balas budi terhadap mereka yang
berjasa dalam pemilihan presiden atau pilkada langsung.
Sikap tersebut tentu tidak menambah maslahat sedikit pun karena pemimpin Indonesia
pasti tetap akan terpilih meski sebagian besar umat Islam 'golput'. Justru tugas umat
Islam untuk menjadikan pemimpin yang terpilih tersebut sesuai dengan kriteria Islam.
Persoalan mendasar dalam melihat hubungan Islam dan demokrasi adalah keyakinan
bahwa Tuhanlah yang berkuasa mutlak (QS Ali Imran: 26).

 Hidayah Tria Ananda (078)


Pentingnya demokrasi dalam islam adalah untuk menentukan perkara sesuai dengan
syariat yang paling menguntungkan bagi Rakyat. Dengan penerapan syariat maka
hukumhukum batil warisan negara barat akan hilang dengan sendirinya. demokrasi di
indonesia sebagian sudah sesuai dengan demokrasi islam. Presiden dipilih oleh rakyat,
ada dewan syura dan ada Majelis Ulama indonesia sebagai penasehat.walaupun belum
sepenuhnya, karena hukum yang digunakan sebagian besar masih menggunakan hukum
warisan belanda. Demokrasi islam di indonesia bisa dilihat di Aceh, dimana aceh telah
menerapkan hukum syariat.

 Afdal (100)
maksud demokrasi islam adlaah penerapan prinsip islam dalam kerangka demokrasi,
yaitu dalam penentuan hukum dan kebijakan publik. Dalam demokrasi islam ada tiga
syarat yang harus dipenuhi yaitu : pemimpin dipilih oleh rakyat, penggunaan hukum
ALLAH sebagai dasar kebijakan dan membentuk dewan syura, atau kelomopok yang
mewakili rakyat.

Contoh demokrasi Islam ada dalam kisah nabi ketika beliau bermusyawarah kepada para
sahabat mengenai tawanan perang. Maka saat itu Abu bakar mengusulkan untuk
meminta tebusan dan Umar mengusulkan untuk memenggal para tawana perang. Maka
Rasulullah mengambil keputusan dari usul para sahabat. bukan apa yang ia anggap baik
namun apa yang sesuai dengan syariat dan asas islam.

Jadi perbedaan demokrasi islam dan demokrasi modern pada dasarnya dalah
penggunaan hukum dalam demokrasi islam adalah mutlak hukum ALLAH dan
Musyawarah dilakukan untuk mengambil pendapat terbaik bukan pendapat terbanyak,
dan Pentingnya demokrasi dalam islam adalah untuk menentukan perkara sesuai
dengan syariat yang paling menguntungkan bagi Rakyat itu sendiri.
 Muh. Rizal (106)
Pentingnya demokrasi dalam islam adalah untuk dijadikan sebagai media dalam
menyelesaikan suatu masalah atau perkara sesuai dengan syariat-syariat islam.
Kemudian untuk permasalahan apakah demokrasi di Indonesia sudah sesuai dengan
demokrasi islam, menurut saya bisa dikatakan bahwa sebagian memang sudah sesuai.
Namun masih banyak terdapat perbedaan di antara keduanya. Misalnya, di dalam
sistem demokrasi Indonesia, tujuan demokrasi hanya bersifat lahiriah dan materiil.
Demokrasi diarahkan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat dan pemenuhan atas
segala kebutuhan masyarakat. Rakyat merupakan pemegang kendali penuh. Suatu
undang-undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat.
Setiap peraturan yang ditolak oleh masyarakat, maka dapat dibuang, demikian pula
dengan peraturan baru yang sesuai keinginan dan tujuan masyarakat itu sendiri dapat
disusun dan diterapkan. Berbeda halnya dengan demokrasi dalam sistem Islam, seluruh
kendali maupun hasil keputusan berpatokan pada hukum Allah SWT. Masyarakat
tidaklah diberi kebebasan menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan
tersebut sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, demokrasi islam sangat transenden
yang mendasari semua aktivitasnya pada akhirat, dengan dasar bahwa akhirat
merupakan tujuan akhir.

 Mayang Azkiah (004)


Demokrasi tidak hanya menjadi wacana politik tetapi juga simbol dari sebuah sistem
pemerintahan. Tanpa demokrasi, sulit untuk memperoleh legitimasi dari rakyat, bila hal
ini terjadi maka sebuah negara tak akan mampu menggerakkan roda pemerintahan.
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum. Dari sini
kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti egalite (persamaan), equality
(keadilan), liberty(kebebasan), human right (hak asasi manusia), dst. Dalam tradisi
Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi
“pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang
bertanggung jawab atas tugasnya. Lembaga legislatif benar-benar menjadi wakil rakyat
dan berfungsi sebagai agen rakyat yang aspiratif dan distributif. Keberadaan wakil rakyat
didasarkan atas pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua rakyat dalam suatu negara
mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab itu kemudian
dibentuk dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung jawab (credible
and accountable) menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan. Sehingga jika ada
tindakan pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-hak sipil dan hak politik rakyat,
maka harus segera ditegur. Itulah perlunya perwakilan rakyat yang kuat untuk menjadi
penyeimbang dan kontrol pemerintah. Secara normatif, Islam juga menekankan
pentingnya ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar bagi semua orang, baik sebagai
individu, anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin negara. Doktrin tersebut
merupakan prinsip Islam yang harus ditegakkan dimana pun dan kapan saja, supaya
terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera.

 Andi Nur Aulia Azhar Mangkona (086)


Islam adalah agama satu-satunya yang benar dan sempurna yang tidak hanya mengurusi
urusan ibadah semata, akan tetapi segala aspek kehidupan termasuk pemerintahan dan
penetapan hukum islam telah mengaturnya. Para sahabat telah melakukannya dengan
adanya kekhilafahan yang menjadi bukti bahwa islam adalah agama yang mengatur
segala aspek dalam kehidupan. Indonesia adalah Negara yang memiliki pemerintahan
demokrasi, yaitu demokasi pancasila yang memiliki arti yakni demokrasi yang
pelaksanaannya mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama.

 Rama Muh. Murshal (050)


Pentingnya demokrasi dalam islam yaitu demokrasi memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya utk keputusan pemerintahan. Demokrasi
yang ada di Indonesia sebagian telah sesuai dengan demokrasi yang ada dalam islam,
karena tujuan dari demokrasi sebenarnya yaitu untuk memsejahterakan dan memenuhi
kebutuhan rakyat yang sesuai dengan terapam islam itu sendiri.

 Naziha Ayn Fazhila Pinontoan (102)


Saat ini, demokrasi telah menjadi istilah yang secara umum diterima dan dipromosikan
oleh hampir semua pemerintahan di dunia. Dalam konteks Islam, demokrasi adalah satu
istilah dan gagasan baru, meskipun nilai-nilai universal yang terkandung dalam
demokrasi sebagian besar telah terangkum dalam ajaran Islam. Maka dari itu, ketika
memandang “demokrasi” sebagai sebuah sistem yang asal muasalnya berasal dari
peradaban Barat, muncul beragam respons dari kalangan Muslim terkait hal ini. Ada
yang menerima sebagai pandangan hidup dan keharusan sejarah. Ada yang mengkritisi.
Dan ada juga yang menolaknya mentah-mentah, baik istilah maupun konsepnya.
Respons intelektual Muslim atas demokrasi dibahas secara mendalam oleh Prof.
Masykuri Abdillah, dalam disertasi doktornya di Departemen Sejarah dan Kebudayaan
Timur Tengah Universitas Hamburg, yang berjudul “Responses of Indonesian Muslim
Intellectuals to the Concept of Democracy (1966-1993). Berdasarkan hasil penelitiannya,
Masykuri menyatakan bahwa intelektual Muslim di Indonesia cenderung menerima dan
bahkan mendukung sistem demokrasi sebagai sesuatu yang harus dipraktikkan dalam
masyarakat Islam.
 Dwi Rifkiliyano Putra (096)
Menurut saya sangat demokrasi dalam islam di Indonesia itu sangat penting
dikarenakan syarat"nya yg mengutamakan kesejahteraan rakyat indonesia sendiri

 Hidayah Tria Ananda (078)


Pentingnya demokrasi dalam islam adalah untuk menentukan perkara sesuai dengan
syariat yang paling menguntungkan bagi Rakyat. Dengan penerapan syariat maka
hukumhukum batil warisan negara barat akan hilang dengan sendirinya. demokrasi di
indonesia sebagian sudah sesuai dengan demokrasi islam. Presiden dipilih oleh rakyat,
ada dewan syura dan ada Majelis Ulama indonesia sebagai penasehat.walaupun belum
sepenuhnya, karena hukum yang digunakan sebagian besar masih menggunakan hukum
warisan belanda. Demokrasi islam di indonesia bisa dilihat di Aceh, dimana aceh telah
menerapkan hukum syariat.

 Deddy Angriady Agussalim (110)


Secara Arti demokrasi adalah hukum yang ditentukan oleh rakyat. Secara makna
demokrasi merupakan pemerintahan rakyat yang artinya dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Penentuan keputusan dalam sistem demokrasi adalah dengan
bermusyawarah.
Yang dimaksud demokrasi islam adlaah penerapan prinsip islam dalam kerangka
demokrasi, yaitu dalam penentuan hukum dan kebijakan publik. Dalam demokrasi islam
ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu : pemimpin dipilih oleh rakyat, penggunaan
hukum ALLAH sebagai dasar kebijakan dan membentuk dewan syura, atau kelomopok
yang mewakili rakyat.
Contoh demokrasi Islam ada dalam kisah nabi ketika beliau bermusyawarah kepada para
sahabat mengenai tawanan perang. Maka saat itu Abu bakar mengusulkan untuk
meminta tebusan dan Umar mengusulkan untuk memenggal para tawana perang. Maka
Rasulullah mengambil keputusan dari usul para sahabat. bukan apa yang ia anggap baik
namun apa yang sesuai dengan syariat dan asas islam.
Jadi perbedaan demokrasi islam dan demokrasi modern pada dasarnya dalah
penggunaan hukum dalam demokrasi islam adalah mutlak hukum ALLAH dan
Musyawarah dilakukan untuk mengambil pendapat terbaik bukan pendapat terbanyak.

 Andi Muh . Asyraf Gunawan (080)


Menurut saya, demokrasi dalam islam di Indonesia menjadi penting karena menjadi
‘alat’ agar mempermudah untuk mencapai sebuah tujuan dalam berkelompok atau
bernegara.
 Nur Iqrima Fitrah Qalby (068)
Pentingnya Demokrasi dalam Islam agar tidak menyalahi suatu hukum sesuai dengan
yang di syariatkan oleh agama. Dan menurut saya itu sangat penting. Karena
sepengetahuan saya, apapun yang dilandasi dengan agama tatanannya akan terarah
lebih baik

5. Pertanyaan dari Tasya Wulan Ramadhani Ramly (064)


Bagaimana hukum berkoalisi dalam pemilihan umum dan memberikan hak suara
kepada partai-partai non muslim yang sebagian partai-partai tertentu akan berkhidmah
kepada umat islam disana jika mereka memenangkan pemilu. Apakah sebagian kaum
muslimin yang tinggal di negara non muslim dibolehkan untuk memberikan hak suara
kepada orang kafir jika dianggap lebih ringan keburukannya?
Jawaban :
 Siti Ainun Sri Rezky (088)
Hal tersebut merupakan bagian dari permasalahan fatwa-fatwa yang hukum di
dalamnya berbeda-beda sesuai dengan waktu dan tempat, situasi dan kondisi. Maka
tidak boleh diberlakukan keputusan hukum secara umum untuk semua kasus yang
terjadi. Di sebagian kondisi tidak diperkenankan memberikan hak suara yaitu apabila
perkara tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kaum Muslimin
atau keberadaan kaum Muslimin tidak berdampak pada mereka dalam hal pemberian
hak suara, memilih mereka atau tidak memilih mereka hasilnya sama saja. Dan berlaku
sama dalam hukum ini jika pemberi suara dengan mereka sama hasilnya; yaitu prilaku
jahat dan sikap mereka kepada kaum Muslimin sama.

Akan tetapi terkadang kemaslahatan Syari’at itu mengarah dan menuntun untuk
memberikan hak suara karena akan mengurangi kejahatan dan meminimalisir
keburukan, sebagaimana jika salah satu dari mereka para calon yang non Muslim itu ada
yang lebih minim permusuhannya terhadap ummat Islam dari pada yang lainnya,
sehingga pemberian hak suara kaum Muslimin berdampak dalam pemilihan. Maka
dalam kondisi semacam ini dibolehkan memberikan hak suara dan tidak jadi masalah.

Dan dalam segala kondisi, maka hal semacam ini merupakan permasalahan ijtihadiyyah
yang berlandaskan kaidah maslahah dan mafsadah (kebaikan dan keburukan) yang
patut dibicarakan dengan para pakar yang mengerti tentang seluk beluk dan landasan-
landasan perkara ini.
 Annisa Salsabila (056)
Allah Swt dalam banyak ayat Alquran dan dalam berbagai versi melarang umat Islam,
khususnya orang-orang beriman memilih orang-orang kafir menjadi pemimpin bagi
muslim dan mukminin, sebagaimana satu firman-Nya, “Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allahlah kamu
kembali.” (QS. Ali Imran: 28).

Berarti Allah melarang orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir menjadi


teman akrab, pemimpin, pelindung atau penolong selagi masih ada orang-orang
beriman yang dapat dipilih pada posisi tersebut. Mengapa demikian, karena memilih
nonmuslim menjadi pemimpin, penolong, teman akrab, atau pelindung akan lepas dari
pertolongan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Kalau seseorang lepas dari
pertolongan Allah, maka tiada seorang pun yang dapat dan mampu menolong kita
dalam kehidupan dunia wal akhirat.

Ada peluang bagi seorang beriman memilih nonmuslim menjadi pemimpin adalah ketika
berada dalam keadaan darurat, sehingga ia harus bersiasat untuk kemuslihatan Islam
dan dirinya, seperti orang-orang muslim yang berada di Negara kafir yang tidak ada
peluang sedikit pun bagi muslim untuk menentukan pilihannya

 Arjun (052)
dalil yang melarang memilih orang kafir sebagai pemimpin.
Firman Allah,
‫َولَ ْن يَجْ َع َل هَّللا ُ لِ ْل َكافِ ِرينَ َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َسبِياًل‬
“Allah tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk menguasai kaum
mukminin.” (QS. an-Nisa: 141).
Sesungguhnya pemimpin dilengserkan karena kekufuran yang meraka lakukan, dengan
sepakat ulama. wajib kaum muslimin untuk melengserkannya. Siapa yang mampu
melakukan itu, maka dia mendapat pahala. Dan siapa yang basa-basi dengan mereka,
maka dia mendapat dosa. Dan siapa yang tidak mampu, wajib baginya untuk hijrah dari
daerah itu. (Fathul Bari, 13/123)
Hanya saja, perlu diperhatikan, untuk masalah melengserkan pemimpin non muslim,
para ulama memberi catatan, bahwa upaya itu tidak boleh dilakukan jika memberikan
madharat yang besar bagi masyarakat. Jika upaya menggulingkan pemerintah bisa
menimbulkan madharat yang besar, menimbulkan kekacauan bahkan banyak korban, ini
jelas tidak diperkenankan. Namun, setidaknya kalimat ini, menjadi peringatan, kita tidak
boleh memilih pemimpin yang non muslim.

 Andi Nur Aulia Azhar Mangkona (086)


Memang terdapat pro-kontra mengenai pemilihan pemimpin non-muslim.. Khusunya di
Indonesia yang merupakan negara yg beragam.. Tetapi hal ini kita dapat kembalikan
kepada Al-Qur’an sebagai pedoman kita dalam bertindak dan berperilaku
Para ulama sepakat mengatakan bahwa memilih pemimpin non-muslim itu hukumnya
haram. Keharaman ini berdasarkan Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma’ para ulama. Memilih
pemimpin non-muslim sama saja menentang Al-Quran, As-Sunnah dan ijma’ para ulama.
Memilih non muslim menjadi pemimpin berarti mencintai, mendukung dan
membelanya.
Terdapat dalil yang melarang memilih non-muslim menjadi pemimpin
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi Nasrani
sebagai pemimpin (kamu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di
antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk
golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata: “Kami takut akan mendapat
bencana..”(QS: Al-Maidah: 51)

 Muh. Faturrahman (034)


Menurut saya larangan pemimpin non muslin sebagai imam atau pemimpin tergantung
dari perspektif mana kita memandangnya. Adapun ayat - ayat Larangan sebagai akar
kontroversi ini sebagian besar berasal dari Al-Quran. Sementara Al-Quran ini adalah
petunjuk bagi Alam semesta utamanya umat islam. Namun beberapa ulama mengkaji
hal ini dan ulama yang sangat tidak menyetujui ada nya pemimpin non muslim rata-rata
ialah kaum Salaf. Jadi tergantung dari perspektif mana kita memandang hal ini.
Tanggapan
1. Andi Nur Aulia Azhar Mangkona (086)
Bagaimana dengan orang yang menganggap agama dan politik itu tidak dapat di
kaitkan ?
Jawaban :
 Regita Pramestia N.M.N (094)
Politik kita bukanlah pertarungan antar umat beragama. Ini hanyalah persaingan orang-
orang dengan berbagai preferensi politik belaka. Tujuannya pun bukan untuk saling
mendominasi, melainkan untuk bersinergi. Bila satu kelompok menang, mereka harus
menjalankan politik untuk kepentingan bersama, bukan sekedar untuk golongan mereka
saja. Lebih penting lagi, politik mereka tidak untuk merugikan atau menghancurkan
kelompok lain.Politik itu untuk membangun negara, menjadikannya lebih baik. Semua
pihak harus menikmati hasilnya. Itulah yang dipesankan oleh Presiden.

2. Alya Previa Mufidah (518)


Seperti apa hukum warisan Belanda yg masih digunakan?
Jawaban :
 Regita Pramestia N.M.N (094)
Hukum belanda yang masih digunakan di indonesia sampai sekarang, sesuai dengan
pasal II aturan peralihan undang-undang dasar 1945 disebutan "segala badan negara
dan peraturan yang ada masing langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru
menurut undang-undang dasar ini". Dengan demikian ketentuan pasal II aturan
peralihan undang-undang dasar 1945 dikeluarkan agar tidak terjadi kevakuman hukum
di Indonesia. Oleh karena itu Indonesia belum bisa membuat aturan yang baru sesuai
undang-undang 1945. Masih berlakunya hukum kolonialisme di indonesia juga tak lepas
dari pengaruh lamanya Indonesia di jajah selama 350 tahun.
Mulai dari, sistem pemerintahan yang diterapkan di wilayah Indonesia, sistem
perekonomian, sistem pendidikan dan juga sistem hukum. Peninggalan pemerintahan
kolonial Belanda yang masih kita pakai dan kita jadikan pedoman adalah sistem
hukumnya. Salah satu contohnya, di Indonesia hukum pidana diatur secara umum
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan dari
zaman penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS).
Sedangkan, Hukum perdata di Indonesia pada dasarnya bersumber pada Hukum
Napoleon kemudian bedasarkan Staatsblaad nomor 23 tahun 1847 tentang burgerlijk
wetboek voor Indonesie atau biasa disingkat sebagai BW/KUHPer. BW/KUHPer
sebenarnya merupakan suatu aturan hukum yang dibuat oleh pemerintah Hindia
Belanda yang ditujukan bagi kaum golongan warganegara bukan asli yaitu dari Eropa,
Tionghoa dan juga timur asing. Namun demikian berdasarkan kepada pasal 2 aturan
peralihan Undang-undang Dasar 1945, seluruh peraturan yang dibuat oleh pemerintah
Hindia-Belanda berlaku bagi warga negara Indonesia(azas konkordasi). Beberapa
ketentuan yang terdapat didalam BW pada saat ini telah diatur secara
terpisah/tersendiri oleh berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya berkaitan
tentang tanah, hak tanggungan dan fidusia. Meskipun sistem hukum kita merupakan
bagian dari warisan pemerintah kolonial Belanda, Indonesia tidak sepenuhnya
menerapkan itu saja, tapi juga menerapkan sistem hukum islam dan juga sistem hukum
adat. Melihat sistem hukum kita yang tidak terlepas dari peninggalan Belanda,
universitas-universitas di Indonesia untuk Fakultas Hukum berkerja sama dengan
universitas-universitas di Belanda.

3. Afdal (100)
Tanggapan untuk jawaban dari Pati Rezkyanti Parakkasi untuk pertanyaan Nurkholik
Katu
Ulama intelektual, dan aktivis secara terang menyatakan keharaman atas
penggunaan istilah dan konsep demokrasi. Demokrasi dengan penitikberatan utama
pada kedaulatan rakyat, termasuk di dalamnya perihal pemilihan pemimpin melalui
prosedur suara terbanyak, dipandang meniadakan kedaulatan Allah atas manusia.
Istilah demokrasi pun tidak berasal dari kosakata Islam sehingga tidak layak untuk
digunakan. Pendapat ini dikemukakan oleh Hafizh Shalih16 dan Adnan Ali Ridha17.
Dalam cakupan yang lebih luas, kelompok Hizbut Tahrir dan sebagian Salafi secara
lantang menyuarakan penolakan terhadap demokrasi. Bagaiamana Kita dalam
menyikapi hal tersebut.?
Jawaban :
 Siti Ainun Sri Rezky (088)
Dari segi kekuasaan atau pemerintahan, islam memang memberikan kekuasaan itu
menjadi milik umat. Inilah yang disebut prinsip as-sulthan lil al-ummah. Memang ini
sekilas mirip dengan prinsip demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat. Namun tetap
ada bedanya karena dlm islam rakyat memilih penguasa untuk menjalankan syariah.
Sebaliknya, dalam demokrasi rakyat memilih penguasa untuk menjalankan hukum
buatan rakyat, bukan hukum syariah. Namun jika ditinjau lebih dalam yaitu prinsip
demokrasi kedaulatan rakyat yg justru bertolak belakang dengan islam. Kalau
kedaulatan dikatakan ada di tangan rakyat, artinya kewenangan tertinggi untuk
menetapkan hukum ada di tangan manusia. Ini jelas sekali bertentangan dengan islam,
karena dalam islam yg berhak menetapkan hukum bukan manusia, melainkan hanya
Allah saja. Jadi dalam islam, kedaulatan bukan di tangan rakyat tetapi di tangan syariah
karena syariah itu adalah wujud konkret dari hak Allah membuat hukum. Dalam
demokrasi, kriterianya adalah suara mayoritas utk semua persoalan. Dalam islam,
kriterianya tidak selalu suara mayoritas. Untuk persoalan teknis yg hukumnya mubah
kriterianya memang suara mayoritas, namun utk persoalan normatif yang menyangkut
hukum kriterianya bukan mayoritas melainkan dalil syar’i yang paling kuat. Untuk
persoalan strategis yg memerlukan keahlian juga kriterianya bukan mayoritas melainkan
pendapat yg paling benar yg datang dari para ahlinya.

4. Khaerani (082)
Sesuai dengan jawaban atas pertanyaan saya sebelumnya yang saya tanyakan
adalah contoh penerapan prinisip " hak menghisab pihak pemerintah" apakah di
pada masa kerjaan islam baik di jazirah arab maupun di indonesia pernah ada rakyat
yang menggunakan haknya untuk menhisab pemerintah sebelumnya?
Jawaban :
 Regita Pramestia N.M.N (094)
Pada zaman pra-Islam (Jahiliyyah) muncul kelas sosial yang timpang, yaitu kelas elit-
penguasa dan kelas bawah yang tertindas. Kelas bawah ini seringkali menjadi ajang
penindasan dari kelompok elit. Pada masa jahiliyah kekuasaan dan konsep kebenaran
milik penguasa. Konsentrasi kekuasaan dan kebenaran di tangan penguasa tersebut
mengakibatkan terjadinya manipulasi nilai untuk memperkuat dan memperkokoh posisi
mereka sekaligus menindas yang lemah. Proses seperti ini berlangsung cukup lama
tanpa ada perubahan yang berarti. Dalam kondisi seperti itu, terdapat dua stratifikasi
sosial yang berbeda, yaitu maysarakat kelas atas (elit) yang hegemonik, baik sosial
maupun ekonomi bahkan kekerasan fisik sekalipun, dan kelas bawah (subordinate) yang
tak berdaya. Demikianlah setting sosial-politik yang terjadi pada masyarakat Arab
(Makkah-Madinah) pra-Islam. Dan seperti kata Guillaume13, komunitas Yahudilah yang
telah mendominasi kekuasaan politik dan ekonomi saat itu, hingga kemudian nabi
Muhammad datang merombak struktur masyarakat yang korup tersebut. Jadi menurut
saya pada zaman kerajaan islam belum diterapkan karena hal yang sa jelaskan di atas

5. Muhammad Padli (002)


Berdasarkan jawaban pemateri terhadap pertanyaan khaerani apakah penerapan
hak untuk menghisap pihak pemerintah sdh diterapkan di indonesia? Karena bnyak
keputusan yg diambil oleh pemerintah tidak melakukan musyawarah dengan
masyarakat sehingga bnyak peraturan yg malah memberatkan masyarakat kecil
Jawaban :
 Regita Pramestia N.M.N (094)
karena banyaknya penduduk indonesia karena itu ada dewan perwakilan rakyat
disitu di dengarkan keluhan masyarakat serta masalah yang terjadi dan
mempertimbangkan solusi yang terbaik untuk masyarakat saya rasa tentu saja tidak
mudah untuk memberikan kepada semuar masyarakat seperti yang mereka inginkan
akan tetapi pemerintah mengambil kepututsan yang lebih penting dan
menguntungkan dua sekaligus yaitu untuk negara dan masyarakat.
Sejalan dengan perkembangannya, masyarakat Indonesia cenderung menaruh
harapan besar terhadap perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara atas adanya
demokrasi (voting), tetapi tidak semua menyadari ada bagian penting yang terlepas
dari praktek demokrasi kita yaitu musyawarah untuk mufakat. Sebuah penelitian
tentang pemahaman demokrasi yang dilakukan di Jawa Tengah (Sofyan, 2013)
menunjukkan dua opini tentang sistem politik terbaik untuk Indonesia, yaitu: 1) ada
keyakinan bahwa demokrasi adalah sistem terbaik; dan 2) ketidakyakinan bahwa
demokrasi adalah sistem terbaik. Alasan mereka yang tidak yakin bahwa demokrasi
adalah sistem politik terbaik, sebagian besar karena melihat kenyataan bahwa
kondisi Indonesia masih morat-marit, dimana elit politik masih mementingkan diri
sendiri, belum ada keterbukaan, transparansi, serta SDM yang masih belum siap.
Kebebasan tidak terkontrol, tidak menuju perbaikan, kondisi ekonomi masih belum
membaik, manusia yang belum siap menerima perubahan, pelaku kurang
memahami demokrasi, serta tidak ada kesatuan sikap dan banyaknya
penyalahgunaan wewenang. Mereka yang menyatakan yakin, berpegang pada
kenyataan bahwa demokrasi sejalan dengan karakter dan kondisi bangsa Indonesia.
Demokrasi menghargai perbedaan sesuai dengan keberagaman bangsa Indonesia
dan semangat Bhineka Tungal Ika. Kegotongroyongan, saling menghargai, menerima
perbedaan, keterbukaan, kebersamaan, dan saling kerjasama merupakan ciri bangsa
Indonesia yang sejalan dengan demokrasi.

6. Muhammad Imam Fadhil D041191038


Tanggapan jawaban dari pertanyaan 022

Dari apa yg pemateri jawab saya mengambil kesimpulan siapa saja berhak dan layak
menjadi pemimpin jika memiliki kriteria yg disebutkan, akan tetapi tdk ada yg
menyinggung soal kafir atau tidaknya orang tersebut.
Pada surah (QS: Ali Imron [3]: 28), (QS: An Nisa’ [4]: 144), (QS: Al-Ma’aidah [5]: 57),
dan masih ada lagi rata" menyebutkan larangan memilih pemimpin orang kafir. Bila
ada yg keliru mohon dikoreksi
Jawaban :
 Siti Ainun Sri Rezky (088)
kami menyebutkan "Memilih pemimpin yang beriman dan bertaqwa, jujur (shiddiq),
terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah),
dan memperjuangkan kepentingan umat Islam, hukumnya adalah wajib;"
Tidak diperbolehkan memilih non mulim dalam pemilihan presiden ketika ada calon
muslim. Karena memberikan kekuasaan kepada orang kafir atas orang Islam itu
diharamkan sesuai konsensus (ijma’) berdasarkan firman Ta’ala:

‫َولَ ْن يَجْ َع َل هَّللا ُ لِ ْل َكافِ ِرينَ َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َسبِياًل‬

141/‫النساء‬

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” QS. AN-Nisa’: 141.

 Sahid Pangampe (090)


Ingat kita ini adalah negara dengan beragam suku, agama, ras, dan budaya. Jdi kita
sebagai rakyat yang rasional harus bisa mempertmbangkan segala sesuatu dengan teliti,
dan hati hati.
Dan ingat jg negara kita ini bkn cma negara islam, negara kita bkn cma negara jawa,
tetapi negara kita ini negara bhinneka tunggal ika

7. Afdal (100)
Mengapa di Jakarta memilih Ahok (Non Muslim) sebagai pemimpin, Bukan Kah di
Jakarta Mayoritas Penduduknya beragama Muslim.??
Jawaban :
 Andi Nur Aulia Azhar Mangkona (086)
Mungkin banyak dari kaum muslim sendiri belum memahami betul bagaimana islam
dalam memilih pemimpin.. Sebagian orang juga berpandangan bahwa hasil kerja lah
yang mereka lihat.
 Zity Aida Bahtiar (108)
Mereka belum paham dan kurang mencari tahu tentnag masalah memilih pemimpin
yg baik
 Pati Rezkyanti Parakkasi (120)
Sepanjang seorang pemimpin tersebut tidak memerintahkan untuk melakukan
kemaksiatan kepada penduduk nya yang mayoritas islam. Tapi alangkah baiknya
ketika kita yang mayoritas islam dipimpin sma pemimpin Islam jg
 Sahid Pangampe (090)
Jika ada non muslim yg lebih baik dri pda yg muslim kenapa tidak?
Kalau ada perempuan yg lebih baik dri lelaki, kenapa tidak? Tidak selamanya bahwa
jika yang memimpin kita adalah nonmuslim, otomatis kita akan mengikuti
nonmuslim atau murtad.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan materi maka dapat disimpulkan bahwa di setiap masa
dalam kondisi perpolitikan bangsa Indonesia, Islam memiliki pengaruh yang
besar.Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, pada era berdirinya kerajaan-
kerajaan hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh
umat Islam.Karena itu tidak seharusnya kita melupakan bentuk-bentuk peranan dan
kontribusi tersebut apalagi memandang sebelah mata. Hal tersebut disebabkan
karena ajaran Islam meliputi segala aspek kehidupan dan menjalankan sistem
perpolitikan yang sesuai dengan syariat.Dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar
penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang
banyak, bangsa, bahkan dunia Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting
bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini.Politik merupakan
pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut berupa
pedoman, keyakinan hokum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik
islam berisi: mewujudka persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan
amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung
jawab, mentaati Allah, Rasulullah dan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati
janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik menghalalkan segala cara
merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas
mengenai politik yang menghalalkan segala cara. Pemerintahan yang otoriter adalah
pemerintahan yang menekan dan memaksakn kehendaknya kepada rakyat. Setiap
pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan
penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada
rakyatnya; menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter.
Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam
politik luar negerinya islam menganjurakan dan menjaga adanya perdamain.
Walaupun demikan islam juga memporbolehkan adanya perang, namun dengan
sebab yang sudah jelas karena mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri.
Dan perang inipun telah memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya.
Jadi tidak sembarangan perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan
dan kesejahteraan seluruh umat. Namun meski pada akhirnya pada zaman sekarang
ini justru malah sistem politik Islam di Indonesia dianggap tidak kompeten.Umat
Islam memang pemeluk mayoritas agama di Indonesia, namun dalam hal politik
masih menjadi minoritas, karena para elit politikus yang berkuasa sekarang
umumnya hanya menjadikan agama sebagai alat politisasi saja sesuai selera,
sedangkan para politikus muslim cenderung dianggap tidak memiliki kompeten
dalam mengatur perpolitikan di Indonesia.Karena itu untuk memiliki kontribusi yang
unggul pada zaman ini maka perlu meng-update kembali pemahaman
kaum muslimin tentang integrasi Islam dan politik dalam realitas bernegara.

Anda mungkin juga menyukai