Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama : Zia Ulhaq Ridwan


B. Judul Modul : FIQIH
A. Kegiatan Belajar : KB 4 (Konsep Pemerintahan Dalam Islam)

B. Refleksi Pribadi : Setelah membaca dan mempelajari materi Kegiatan belajar (KB.4) di modul
Fiqih ini banyak ilmu dan wawasan baru yang saya dapatkan. Pada kegiatan belajar (KB.4) ini
membahas tentang konsep pemerintahan dalam Islam. Dalam sejarah istilah khilafah adalah
penyebutan untuk pemerintahan pada masa tertentu. Menurut saya Khilafahupoaya pemerintah atau
negara untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraaan masyarakat telah diimplimentasikan dalam
negara Indonesia ini yang berideologi pancasila dengan sila pertama yaitu ketuhanan yang maha
Esa.

PETA KONSEP PEMERINTAHAN DALAM ISLAM


NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Sistem Khilafah
1. Pengertian Khilafah
Khilafah adalah bentuk masdar dari khalafa, yang berarti
menggantikan atau menempati tempatnya. Khala’if merupakan
bentuk plural dari khalifah, sedangkan kata khulafa adalah
bentuk plural dari khalif. Khalifah adalah penguasa tertinggi (as-
sultan ala’zam). Dalam pandangan kaum muslimin, khilafah
atau imamah adalah kepemimpinan umum dalam urusan agama
dan dunia menggantikan Nabi Muhammad SAW.
Ibnu khaldun menjelaskan, khilafah adalah memerintah rakyat
sesuai aturan syara’ demi kebaikan dunia dan akhirat. Menurut
Abu A’la al-Maududi, terdapat tiga tujuan utama pemerintahan
dalam Islam. Pertama, menegakkan keadilan dalam kehidupan
manusia dan menghentikan kezaliman serta menghancurkan
kesewenang-wenangan.
Peta Konsep (Beberapa Kedua, menegakkan sistem yang Islami melalui cara yang
1
istilah dan definisi) di KB
dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah berkuasa untuk
menyebarkan kebaikan serta memerintahkannya (amar ma’ruf)
sejalan dengan misi utama kedatangan Islam ke dunia. Ketiga,
menumpas akar-akar kejahatan dan kemungkaran yang
merupakan perkara yang paling dibenci oleh Allah swt.Terkait
dengan perbedaan istilah khilafah dengan Khalifah, khilafah
adalah sistem pemerintahan yang sah menurut ajaran Islam.
sedangkan khalifah adalah pemimpinnya. .

2.Pembentukan Khilafah (Negara)


Dalam pandangan Al-Mawardi agar negara dapat ditegakkan,
dari segi politik hal itu mempunyai enam unsur pokok :
pertama, agama yang dianut dan dihayati sebagai kekuatan
moral. Kedua, penguasa yang kharismatik, berwibawa dan dapat
dijadikan teladan. Ketiga, keadilan yang menyeluruh. Keempat,
keamanan yang merata. Kelima, kesuburan tanah yang
berkesinambungan.
Munawir mengungkapkan setidaknya ada tiga aliran yang
berpandangan tentang pendirian khilafah. Aliran pertama
cenderung berpendirian tradisional dan anti barat. Aliran
pertama ini berpendirian bahwa Islam adalah satu agama yg
sempurna dan yang lengkap; di dalamnya terdapat pula antara
lain sistem ketatanegaraan atau politik (integralistik). Yang
termasuk dalam aliran pertama ini adalah tokoh-tokoh seperti
Muhammad Rasyid Rida, Sayid Quthb, dan Maududi. Aliran
kedua, cenderung berpikir sekularistik. Bagi pengikut aliran ini,
Islam adalah agama yang tidak ada urusan dengan kenegaraan.
Tokoh aliran kedua ini adalah Ali Abd Raziq.
Dan aliran ketiga, yang cenderung berpikir simbiotik. Aliran
ketiga ini justru menolak pandangan dua aliran terdahulu.. Yang
termasuk dalam aliran ini adalah Dr. Mohammad Husein Haikal.
Aliran ketiga ini yang menjadi pegangan bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

3.Dasar-Dasar Khilafah dan Nilai-Nilai Pelaksanaan


Pemerintahan.
Dalam Al-Quran terdapat sejumlah ayat yang mengandung
petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Ayat-ayat tersebut mengajarkan
tentang kedudukan manusia di bumi (Ali Imran: 26; Al-hadid:5;
Al-An’aam:165 dan Yunus: 14) dan tentang prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat
seperti: prinsip musyawarah (Ali Imran: 159 dan Al-Syura: 38),
ketaatan kepada pemimpin (Al-Nissa: 59), keadilan (Al-Nahl:
90 dan Al-Nisssa: 58), persamaan (Al-Hujuraat: 13) dan
kebebasan beragama (al-Baqarah: 256; Yunus: 99; Ali Imran:
64 dan Al-Mumtahanah: 8-9).
Nilai-nilai dalam pelaksanaan sistem bernegara dan
bermasyarakat bagi seorang pemimpin:
b.Kejujuran, keikhlasan serta tanggung jawab
c.Keadilan yang bersifat menyeluruh kepada rakyat
d.Ketauhidan (mengesakan Allah) yang mengandung arti taat
kepada Allah, rasul-Nya dan pemimpin negara sebagai
kewajiban bagi setiap orang beriman.
e.Adanya kedaulatan rakyat.

4. Cara pengangkatan khalifah dapat kita lihat dalam


perjalanan sejarah Islam, sebagai berikut:
a.Pengangkatan khalifah melalui pemilihan oleh para tokoh
ummat. Seperti pengangkatan Abu Bakar Shiddiq sebagai
khalifah pertama yang diadakan di Tsaqifah Bani Saidah.
b.Pengangkatan berdasarkan usulan (wasiat) oleh khalifah
sebelumnya seperti pengangkatan Umar bin Khattab sebagai
khalifah . Umar terpilih berdasarkan usulan Abu Bakar (khalifah
pendahulunya) yang kemudian disetujui oleh para sahabat
lainnya. Nampaknya dua cara pemilihan khulafa al-Rasyidin di
atas lebih bersifat demokrasi.
c.Pengangkatan khalifah melalui pemilihan yang langsung
dilakukan oleh rakyat. Seperti pangangkatan khalifah Umar bin
Abdul Aziz dari Bani Umayyah.
d.Pengangkatan khalifah berdasarkan persetujuan secara bulat
oleh rakyat karena calon khalifah dinilai memiliki jasa yang
sangat besar seperti pengangkatan sultan Salim di Mesir.
e.Pengangkatan khalifah berdasarkan keturunan. Bentuk ini
dilakukan dalam sistem kerajaan yang pernah dipraktekkan oleh
dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiah dan kerajaan Saudi
sekarang ini.
Dari praktek pengangkatan khalifah sebagaimana tersebut di
atas maka sedikitnya terdapat tiga cara pengangkatan khalifah
dalam Islam. Pertama pemilihan langsung yaitu rakyat langsung
memilih khalifah yang mereka inginkan. Kedua pemilihan tidak
langsung yaitu berbentuk perwakilan rakyat dan ketiga adalah
pengangkatan khalifah berdasarkan keturunan.

5. Baiat Khalifah (Berjanji untuk taat kepada kepala


negara)
Kata baiat berasal dari kata ba’a ‫ باع‬yang berarti menjual. Dalam
khilafah, baiat mengandung janji setia antara rakyat dengan
khalifah. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan
oleh Ibnu Khaldun bahwa baiat adalah perjanjian atas dasar
kesetiaan. Orang yang berbaiat harus menerima seseorang yang
terpilih menjadi kepala negara sebagai pemimpinnya untuk
melaksanakan semua urusan orang Islam.
Menurut Hasbi Ash-Shidiqi bahwa baiat merupakan sebuah
bentuk pengakuan ummat untuk mematuhi dana mentaati imam.
Ini dilakukan oleh ahlul halli wal aqdi dan dilaksanakan sesudah
permusyawaratan.
Baiat menjadi sebuah media perekat ikatan dalam bentuk
solidaritas seagama dan senegara. Keduanya memiliki
hubungan simbiosis tersendiri lebih dari sekedar ikatan
komunal, etnis, bahkan keluarga sekalipun. Adapun baiat dalam
konteks politik Islam Indonesia lebih terlihat pada saat sumpah
jabatan. Baik lembaga eksekutif, legislatif dan yudhikatif saat
mereka dilantik. Mereka akan disumpah dan janji sesuai dengan
agamanya masing-masing sebelum menjalankan jabatannya.
6. Hak dan Kewajiban Rakyat
Berikut ini adalah hak-hak rakyat di satu sisi. Tapi disi lain
merupakan kewajiban pemerintah:
a. Hak keselamatan jiwa dan harta. Dalam hal ini pemerintah
berkewajiban untuk melindungi keamanan hidup rakyatnya dan
harta benda yang mereka miliki.
b. Hak untuk memperoleh keadilan hukum dan pemerataan.
Dalam hal ini pemerintah wajib menegakkan keadilan dan
pemerataan untuk rakyatnya.
c. Hak untuk menolak kezaliman dan kesewenang-wenangan.
Dalam hal ini pemerintah wajib melindungi rakyatnya dari
prilaku zalim dan kesewenang-wenangan.
d. Hak berkumpul dan menyatakan pendapat.
e.Hak untuk bebas beragama. Pemerintah wajib untuk menjamin
kebebasan beragama rakyatnya.
f. Hak mendapatkan bantuan materi bagi rakyat yang lemah.
Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk mebantu rakyat
yang lemah.

7. Kewajiban Rakyat kepada Khalifah (kepala negara)


Dalam sistem khilafah, rakyat memiliki kewajiban terhadap
khalifah yang sekaligus hak khalifah kepada rakyatnya, yaitu:
a.Kewajiban taat kepada khalifah.
b.Kewajiban mentaati undang-undang dan tidak berbuat
kerusakan.
c.Membantu khalifah dalam semua usaha kebaikan.
d. Bersedia berkorban jiwa maupun harta dalam
mempertahankan dan membelanya.
e. Menjaga Persatuan dan Kesatuan.

B.Majlis Syura
Kata “majlis syura” terdiri dari dua kata yaitu kata majlis dan
kata syura. Majlis artinya tempat duduk syura artinya
bermusyawarah. Dengan demikian majlis syura secara bahasa
artinya tempat bermusyawarah (berunding). Terkait dengan
sistem pemerintahan, jelas bhwasanya majlis syura memiliki
pengertian tersendiri yaitu suatu lembaga negara yang terdiri
dari para wakil rakyat yang bertugas untuk memperjuangkan
kepentingan rakyat. Majlis ini memiliki tugas utama yaitu
mengangkat dan memberhentikan khalifah.
Imam al-Mawardi merumuskan beberapa syarat untuk menjadi
anggota majlis syura:

a. Berlaku adil dalam segala sikap dan tindakan. Sikap ini


mencerminkan bahwa anggota majlis syura adalah mereka
memiliki sifat jujur dan bertanggung jawab.
b. Berilmu pengetahuan yang luas. Yaitu memiliki kecerdasan
intelektual yang tajam. Sehingga segala ucapan dan
perbuatannya didasari oleh ilmu bukan oleh hawa nafsu.
c. Memiliki kearifan dan.wawasan yang luas. Anggota majlis
syura dalam memutuskan sesuatu harus ditujukan untuk
kemsalahatan ummat bukan untuk kepentingan dirinya sendiri.

C. Ahlul Halli wa al-Aqdi


Istilah Ahlul Halli Wal ‘Aqdi barasal dari tiga suku kata, yaitu
ahlun, hallun dan aqdun. Dalam kamus bahasa arab kata “Ahl”
mempuunyai arti ahli atau keluarga. Kata “Hallu” berarti
membuka atau menguraikan. Sedangkan “Aqd” berarti
kesepakatan/mengikat. Ahlul halli wal aqdi memiliki beberapa
hak atau wewenang sebagai berikut: pertama, mempunyai
wewenang untuk memilih dan membaiat khalifah. Kedua,
mengarahkan kehidupan masyarakat kepada yang maslahat.
Ketiga, membuat undang-undang yang mengikat kepada seluruh
umat di dalam hal-hal yang tidak diatur secara tegas oleh Al-
Quran dan Hadist. Keempat, tempat konsultasi khalifah di dalam
menentukan kebijakannya. Kelima, mengawasi jalannya
pemerintahan. Berdasarkan pada hak-hak tersebut, hak-hak
Ahlul halli wal aqd serupa dengan wewenang MPR dan DPR
dalam pemerintahan Indonesia.

1. Makna khilafah dan aplikasinya di era konteks sekarang ini


Daftar materi pada KB 2. Tugas dan kewajiban Ahlul halli wa al-aqdi (DPR) sebagai
2
yang sulit dipahami
wakil rakyat
1. Makna Khilafah sering diartikan sebagai negara islam
sehingga ada beberapa oknum yang ingin mendirikan khilafah
di Indonesia, hal ini dipicu oleh ketidaksukaan atas
Daftar materi yang sering pemerintahan saat ini.
3 mengalami miskonsepsi
2. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk Bai’at atau taat
dalam pembelajaran
kepada pemimpin negara pada praktiknya masih banyak
terjadi demo atau unjuk rasa bahkan sampai terjadi peristiwa
anarkis.

Anda mungkin juga menyukai