Anda di halaman 1dari 18

MUQARANAT

AL-MAZAHIB FI
SIYASAH
OLEH :
NUNUK KRISTIANAH
&
UMI NADHIFAH
PENGERTIAN IMAMAH (SYIAH)
Dalam bahasa arab, Imamah berasal dari kata kerja
“amma”, yang dalam kamus lisanul ‘arab memiliki
makna “mendahului orang lain” atau “menempatkan
diri pada posisi di depan orang lain”
Sedangkan secara istilah, menurut ulama syi’ah :
• Ibrahim amini berpendapat bahwa imamah adalah
khalifah rasulullah yang memelihara agama dan
menjaga kemuliaan umat dan yang wajib dipatuhi
serta diikuti.
• Muhammad ridha al-munzhaffar, imamah
merupakan kepemimpinan yang diyakini sebagai
buah kasih sayang allah (kepada hamba-nya)
PENGERTIAN KHILAFAH (SUNNI)
• Secara bahasa, kata khilafah berasal dari kata
“khalafa”, yang bermakna “menggantikan atau
mewakili orang sebelumnya.”
• Sedangkan secara istilah, abul a’la maududi
berpendapat bahwa khilafah itu bentuk
pemerintahan yang benar menurut al-qur’an,
yang diakui dan berdasarkan atas kepemimpinan
dan kekuasaan allah dan rasul-nya di bidang
perundang-undangan, menyerahkan segala
kekuasaan dan kedaulatan hukum tertinggi
kepada keduanya, serta meyakini bahwa
kekhilafahannya itu mewakili allah swt.
KONSEP IMAMAH MENURUT SYI’AH

• KEMAKSUMAN PARA IMAM


Syi’ah percaya bahwa para imam itu maksum.
Secara bahasa, maksum berasal dari kata “ashama” yang berarti
mencegahan atau melarang. Sedangkan
secara istilah, kemaksuman itu diartikan sebagai kualitas batin
akibat pengendalian diri yang memancar dari sumber keyakinan,
ketakwaan, dan wawasan yang luas, sehingga menjamin seorang
manusia untuk melawan semua jenis dosa dan penyelewengan
moral.
KONSEP IMAMAH MENURUT SYI’AH

• KEWAJIBAN MEYAKINI DAN MENAATI PARA IMAM


Menurut Syiah kepemimpinan seluruh umat islam bukanlah
kepemimpinan yang dipilih oleh manusia melalui mekanisme
dan ketentuan tertentu yang dibuat oleh manusia. Melainkan
kepemimpinan yang ditunjuk oleh allah melalui lisan nabi
muhammad.
KONSEP IMAMAH MENURUT SYI’AH

SYARAT IMAMAH
• Pertama, imam harus maksum (ishmah), dan yang
• Kedua harus lebih utama dari yang dipimpinnya. Dengan kata
lain memiliki makrifah
• Ilmu pengetahuan yang sangat luas, hukum agama, serta
memiliki kesempurnaan insani
• Memiliki mukjizat
KONSEP IMAMAH MENURUT SYI’AH

• POLA PENEGAKAN
Imamah ditegakkan atau dipilih oleh tuhan, bukan oleh umat.
Pemilihan atas imam merupakan hak eksklusif tuhan yang
disampaikan melalui wahyu dan lisan nabi. Dengan demikian,
imamah bukan berarti semata-mata sebuah sistem pemerintahan,
tetapi juga rancangan tuhan yang mutlak dan menjadi dasar syariat
sayid mujtaba musawi lari, imam penerus.
KONSEP KHILAFAH MENURUT
SUNNI
Ketika kepemimpinan telah dijalankan oleh orang yang berhak
menjalankannya, maka kepemimpinan telah gugur dari orang lain.
Jika tidak ada orang yang menjalankan kepemimpinan, maka
harus ada dua pihak:
• Dewan pemilih yang bertugas memilih khalifah bagi ummat.
• Dewan khalifah yang bertugas mengangkat salah seorang dari
mereka sebagai pemimpin ummat.
KRITERIA DEWAN PEMILIH

• Adil dengan segala syarat-syaratnya.


• Ilmu yang membuatnya mampu mengetahui
siapa yang berhak menjadi khalifah sesuai
dengan kriteria-kriteria yang legal.
• Wawasan dan sikap bijaksana yang membuatnya
mampu memilih siapa yang paling tepat menjadi
khalifah dan paling efektif, serta paling ahli
dalam mengelola semua kepentingan.
KRITERIA DEWAN KHALIFAH
• ‘Adil dengan syarat-syarat yang universal.
• Ilmu (mampu berijtihad terhadap kasus-kasus dan hukum-hukum.)
• Sehat inderawi (telinga, mata dan mulut) yang dengannya ia mampu
menangani langsung permasalahan yang telah diketahui.
• Sehat organ tubuh dari cacat yang menghalanginya bertindak dengan
sempurna dan cepat.
• Wawasan yang membuatnya mampu memimpin rakyat dan mengelola
semua kepentingan.
• Berani, dan kesatria yang membuatnya mampu melindungi wilayah
negara, dan melawan musuh.
• Nasab yaitu berasal dari quraisy berdasarkan nash-nash yang ada dan
ijma’ para ulama.
Dalam pemilihan, jabatan khalifah dianggap sah dengan dua cara; pertama,
pemilihan oleh ahl al-hall wa al-‘aqdi (perwakilan umat). Kedua,
penunjukan oleh khalifah sebelumnya
SYARAT-SYARAT KHALIFAH
• Khalifah harus seorang muslim
• Khalifah harus seorang laki-laki
• Khalifah harus baligh
• Khalifah harus orang yang berakal sehat
• Khalifah harus seorang yang ‘adil
• Khalifah harus seorang yang merdeka
• Khalifah harus orang yang mampu (memiliki kemampuan
untuk menjalankan amanah kekhilafahan).
KONSEP KHILAFAH MENURUT SUNNI
• KEMAKSUMAN
Jika kalangan syi’ah berkeyakinan bahwa pemimpin umat
(imamah) adalah pelanjut misi nabi, maka dari itu ia harus maksum.
Namun tidak demikian dengan sunni, kalangan sunni berkeyakinan
bahwa al-nubuwwah (kenabian) itu sama sekali berbeda dengan
kekhilafahan. Jika kenabian jabatan yang diberikan tuhan kepada
hamba-nya. Sedangkan khalifah itu tugas kemanusiaan yang
diserahkan kaum muslim kepada saja yang mereka pilih dan
kehendaki melalui proses bai’at.
• Dalam pandangan mereka, maksum ialah terlindunginya seorang
dari perbuatan-perbuatan dosa, dan sifat maksum ini hanyalah
diberikan allah kepada para nabi-nya, dan hal itu tidak berlaku
untuk para khalifah setelah nabi muhammad saw.
KONSEP KHILAFAH MENURUT SUNNI
• Kewajiban menaati khalifah

‫َوَم ٓا ُأَبِّرُئ َنْفِس ٓى ۚ ِإَّن ٱلَّنْفَس َأَلَّم اَر ٌۢة ِبٱلُّس ٓو ِء ِإاَّل َم ا َرِح َم َرِّبٓى ۚ ِإَّن َرِّبى‬
‫َغ ُفوٌر َّر ِح يٌم‬
• Hai orang-orang yang beriman, taatilah allah dan taatilah rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu.” (Q.S an-nisa/4: 59)

Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan itu wajib


ditaati. Karena dengan kepemimpinan, masyarakat akan menjadi
teratur sesuai dengan syariat islam. Selain itu, ayat di atas juga
menunjukkan pentingnya eksistensi seorang pemimpin (khalifah).
Karena dia lah yang akan memegang kendali urusan umat dan
perkembangan perdaban umat islam.
KONSEP KHILAFAH MENURUT SUNNI
• POLA PENEGAKAN

Jika melihat berdasarkan fakta sejarah, sekurang-kurangnya ada


tiga cara penegakan kepemimpinan yang dipraktekkan oleh
kalangan sunni.
1) Yang pertama, pemilihan oleh para perwakilan umat (ahl
al-halli wa al-aqdi).
2) Kedua, penunjukan oleh khalifah sebelumnya. Dan yang
3) ketiga pewarisan jabatan khalifah dari khalifah sebelumnya,
dan dalam pewarisan itu didasarkan kepada garis
keturunan/keluarga. Berikut penjelasan mengenai tiga pola
penegakan khilafah yang berkembang dalam dunia sunni:
MEKANISME PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN PEMIMPIN
• Prosedur pengangkatan dan pembaitan khalifah dapat dilaksanakan dlam bentuk yang berbeda-beda. Prosedur ini sebagaimana pernah dipraktikkan
dalam al-khulafâ’ al-râsyidûn. Mereka adalah abu bakar, umar, utsman, dan ali radhiyallah ‘anhum. Seluruh sahabat mendiamkan dan menyetujui tata
cara itu. Padahal, tatacara itu termasuk dalam perkara yang harus diingkari seandainya bertentangan dengan syariah. Sebab, perkara tersebut
berkaitan dengan perkara terpenting yang menjadi sandaran keutuhan institusi kaum muslim dan kelestarian pemerintahan yang melaksanakan
hukum islam

• Seorang kepala negara dapat diturunkan dari kursi kekuasaannya kalau ternyata sudah keluar dari cita keadilan, hilangnya panca indera, atau organ-
organ tubuh yang lain atau tidak cakap bertindak. al-mawardi sampai disini kehilangan jejak dan berhenti tidak meneruskan penjelajahan lebih
lanjut. Dimaksud dengan penyimpangan tersebut adalah fisq; pertama, suka melaksanakan kemungkaran dengan memperturutkan hawa nafsu.
Kedua, menakwil ayat- ayat mutasyabihat, sehingga menyimpang dari kebenaran (pendapat mayoritas). Yang terakhir ini masih diperselisihkan para
ulama. Baca, al-mawardi, ibid., Hlm. 17.

• Berkaitan dengan kehilangan panca indera, al-mawardi membagi kepada tiga bagian. Pertama, dapat mencegah atau menghalangi imamah, seperti
hilang akal (gila), atau hilangnya penglihatan (buta). Kedua, tidak dapat menghilangkan imamah seperti hilangnya daya cium pada hidung, atau
hilangnya daya rasa pada lidah. Ketiga, masih diperselisihkan para ulama, antara dapat dan tidaknya menggagalkan imamah, seperti tuli atau bisu.
Baca al- mawardi, ibid., Hlm. 17-18.

• Sedangkan menyangkut hilangnya anggota badan, al-mawardi mengklasifikasi kepada empat macam. Pertama, tidak dapat mencegah keabsahan
akad imamah, seperti hilangnya penis atau hilangnya testis. Kedua, dapat mencegah akad imamah dan keberlangsungannya, seperti hilangnya dua
tangan atau dua kaki. Ketiga, dapat mencegah akad imamah dan diperselisihkan dan diperselisihkan tentang keberlangsungannya, seperti hilangnya
satu tangan. Keempat, tidak dapat mencegah keberlangsungan imamah dan masih diperselisihkan tentang akadnya, seperti terpotongnya hidung.
Baca al-mawardi, ibid., Hlm. 19.
MEKANISME PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN PEMIMPIN
• Seorang kepala negara dapat diturunkan dari kursi kekuasaannya kalau ternyata sudah keluar dari cita keadilan, hilangnya panca indera, atau organ-
organ tubuh yang lain atau tidak cakap bertindak. al-mawardi sampai disini kehilangan jejak dan berhenti tidak meneruskan penjelajahan lebih
lanjut. Dimaksud dengan penyimpangan tersebut adalah fisq; pertama, suka melaksanakan kemungkaran dengan memperturutkan hawa nafsu.
Kedua, menakwil ayat- ayat mutasyabihat, sehingga menyimpang dari kebenaran (pendapat mayoritas). Yang terakhir ini masih diperselisihkan para
ulama. Baca, al-mawardi, ibid., Hlm. 17.

• Berkaitan dengan kehilangan panca indera, al-mawardi membagi kepada tiga bagian. Pertama, dapat mencegah atau menghalangi imamah, seperti
hilang akal (gila), atau hilangnya penglihatan (buta). Kedua, tidak dapat menghilangkan imamah seperti hilangnya daya cium pada hidung, atau
hilangnya daya rasa pada lidah. Ketiga, masih diperselisihkan para ulama, antara dapat dan tidaknya menggagalkan imamah, seperti tuli atau bisu.
Baca al- mawardi, ibid., Hlm. 17-18.

• Sedangkan menyangkut hilangnya anggota badan, al-mawardi mengklasifikasi kepada empat macam. Pertama, tidak dapat mencegah keabsahan
akad imamah, seperti hilangnya penis atau hilangnya testis. Kedua, dapat mencegah akad imamah dan keberlangsungannya, seperti hilangnya dua
tangan atau dua kaki. Ketiga, dapat mencegah akad imamah dan diperselisihkan dan diperselisihkan tentang keberlangsungannya, seperti hilangnya
satu tangan. Keempat, tidak dapat mencegah keberlangsungan imamah dan masih diperselisihkan tentang akadnya, seperti terpotongnya hidung.
Baca al-mawardi, ibid., Hlm. 19.

• Adapun tentang ketidak cakapan bertindak al-mawardi mengelompokkan kepada dua macam kategori. Pertama, ketidak cakapan bertindak itu
disebabkan karena telah dikuasai oleh orang-orang terdekatnya, semantara tindakan mereka sudah keluar ajaran agamaa. Kedua, imam sudah
terkooptasi oleh musuh-musuh yang kuat dan ia tidak bisa keluar dari belenggu tersebut. Dengan kedua sebab ini, seorang imam dapat di-makzul-
kan. Baca, al-mawardi, ibid., Hlm. 20.
PERBEDAAN KONSEP IMAMAH (SYIAH) DAN KHILAFAH
(SUNNI)
Allah KETERANGAN :
Dalam syiah berkembang teori tanshish yaitu bahwa kekuasaan
Nabi Rakyat telah ditentukan secara pasti oleh suatu dalil. Teori tanshish
menghasilkan dalam tradisi pemikiran syiah berkembang teori
Tanshih Istikhlaf tanshish yaitu bahwa kekuasaan telah ditentukan secara pasti oleh
suatu dalil. Teori tanshish menghasilkan sistem kewarisan
Wiratsah Wilayah al ahd (wiratshah) dalam sistem ketatanegaraan dan lembaga politik
yang menjalankan sistem tersebut bernama imamah.
Imamah Khilafah Sedangkan dalam perspektif sunni, bahwa kekuasaan
sepenuhnya diserahkan kepada rakyat, kemudian dalam
Syiah Sunni mekanisme pemilihan ditentukan dengan jalur musyawarah
(syura) atau wilayah al-ahd, yang kemudian membentuk lembaga
Konsep Khilafah (Sunni) dan Imamah
(Syiah) politik yaitu khilafah atau mulkiyyah (kerajaan).
SYARAT-SYARAT KEPALA
NEGARA ATAU KHALIFAH
• Beragam islam
• Laki-laki bukan perempuan
• Baligh
• Berakal
• Adil
• Merdeka bukan budak
• mampu

Anda mungkin juga menyukai