DALAM ISLAM
KELOMPOK 12
1.ANJAR AGUNG S 319
2.OKTAFIKA WULANINGTYAS 330
3.RIZKY KHOIRUL R P 335
Sumber dan tata hukum disini dimaksudkan sebagai tata hukum dalam fiqih siyasah syar’iyya.
Dikalangan umat islam ada pendapat bahwa islam adalah agama yang komprehensif. Didalmnya
terdapat sistem politik dan tata hukum, sistem ekonomi, sistem sosial dan sebagainya.
Hal ini diyakini oleh Rasyid Ridha, Hasan al-Bnna dan Al-Maududi yang menyatakan bahwa
islam adalah agama yang serba lengkap oleh sebab itulah dalam bernegara umat islam hendaknya
kembali kepada sistem ketatanegaraan dan tidak perlu atau bahkan jangan menirut sistem
ketatanegaraan barat.
Sistem yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan kaum mukminin yang hidup bersama beliau di
Madinah, jika dikaji dari segi praksis dan diukur dengan variabel-variabel politik di era modern, tidak
disangsikan lagi dan dapat dikatakan bahwa sistem itu adalah sistem politik par excellence. Sistem
yang ditawarkan Islam adalah sistem yang didasari konsep religius, jika dilihat dari tujuan-tujuannya,
motif-motifnya, dan fundamental maknawi tempat sistem ini berpijak.
Dengan demikian, sistem yang ada dalam Islam menyandang dua karakter (agama dan sistem)
sekaligus karena hakikat Islam yang sempurna merangkum urusan-urusan yang menyangkut
masalah materi dan ruhani, serta mengurus perbuatan manusia dalam kehidupannya di dunia dan
akhirat.
B. Konsep teori politik Sunni
Mengangkat khalifah (nasbul imamah) bukan wajib syar’i, tetapi atas dasar
pertimbangan akal dan kemaslahatan umat manusia.
Jabatan khalifah atas dasar kemampuan; siapapun dapat mendudukinya, asalkan
mampu. Mengutamakan non Arab dan bukan monopoli Quraisy, serta tidak seperti
Syiah. Lebih baik non Arab sehingga dapat menurunkannya atau membunuhnya.
Lebih demokratis, karena mungatamakan syura karena di justifikasi al-Quran yang sudah
terkubur oleh ambisi Mu’awiyah.
Kepala negara bukan orang yang sempurna, tetapi manusia biasa yang dapat
melakukan salah dan dosa.
Kepala negara yang menyimpang dari semestinya dapat dibunuh.
Khalifah harus dipilih oleh seluruh rakyat secara bebas, karena itu tidak mengembangkan
ashabiyah (keluarga).
Mengakui khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan ‘Ali sebelum peristiwa tahkim, karena
seuai dengan tuntunan syariat Islam.
E. Konsep politik Mu’tazilah