Anda di halaman 1dari 14

PERTIMBANGAN DALAM

PENERAPAN SISTEM
KEKHALIFAHAN DI INDONESIA
KHILAFAH DALAM ISLAM
◦ Definisi Khilafah menurut Taqiyuddin An Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir) adalah sebagai berikut:
“Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia untuk menegakkan
hukum-hukum Syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.
◦ Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang dijalankan Rasulullah dan para sahabatnya. Kekuasaan
dipegang oleh seorang Khalifah secara absolut. Hal ini berarti fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif
dipegang oleh seorang Khalifah. Memang sistem ini yang dipakai ketika zaman Rasul dulu. Namun
orang-orang yang menjadi Khalifah merupakan orang-orang terpilih yang benar-benar memahami kitab
Allah.
◦ Tugas yang diemban seorang Khalifah sangatlah berat. Berjalan atau tidaknya keadilan di suatu wilayah
bergantung di tangan seorang Khalifah. Oleh karena itu seorang Khalifah haruslah bijaksana, demokratis,
dan menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
• Ketika menjadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib banyak mendapat kritikan dan bahkan serangan
dari berbagai pihak karena prinsip keislamannya yang begitu kuat. Dua sahabat Ali, Thalhah
dan Zubair, merupakan orang-orang yang membela Ali ketika mendapat berbagai kritikan dan
serangan. Hingga pada suatu masa, Thalhah dan Zubair lelah menunggu karena Ali tak
kunjung memberi mereka jabatan untuk membalas budi.
• Semenjak Ali menegaskan bahwa tidak akan ada balas budi dalam bentuk jabatan kepada
Thalhah dan Zubair, keduanya pun langsung berubah menjadi lawan Ali. Kemudian Thalhah
dan Zubair meminta izin kepada Ali agar bisa berangkat haji. Ali mengetahui bahwa mereka
tidak akan berhaji, namun akan melakukan konsolidasi untuk nantinya berperang melawan
Ali. Tapi toh tetap saja Ali memberikan izin kepada mereka berdua.
Secara logika politik, hal ini sungguh aneh. Ali memiliki kekuatan untuk melarang Thalhah
dan Zubair pergi untuk memerangi dirinya. Jika ia melarang keduanya, maka tidak akan ada
peperangan antara Ali dan kedua mantan sahabatnya tersebut. Namun hal itu tidak
dilakukan Ali, bagi Ali, mengkritik, mencaci, dan bahkan memerangi dirinya merupakan hak
Thalhah dan Zubair sebagai warga negara.
Jika Ali melarang keduanya untuk pergi, maka ia telah melakukan perbuatan tercela karena
melarang dua orang warga negara menggunakan haknya. Sementara itu hak warga negara
merupakan sesuatu yang ia lindungi dan pertahankan.
Inilah bentuk kepemimpinan demokratis di tangan Ali.Jika melihat dari kacamata politik, apa
yang dilakukan Ali bukanlah sesuatu yang pandai. Jika ia mampu menjebloskan Thalhah dan
Zubair ke penjara, maka tidak akan terjadi goncangan dan stabilitas pemerintahan akan
tercipta.
Meski begitu, kekuasaan politik bukanlah hal yang penting di mata Ali. Baginya ada hal yang
lebih penting daripada sekedar empuknya kursi penguasa, yaitu menciptakan suatu
peradaban Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
PRINSIP-PRINSIP KHILAFAH
 Dari definisi Khilafah di atas, dapat dipahami tiga poin penting :
1. Khilafah itu adalah suatu kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya
di dunia. Jadi Khilafah bukan kepemimpinan khusus (ri’asah khashash), seperti
kepemimpinan seorang wali (gubernur) di suatu wilayah (propinsi), atau seperti
kepemimpinan khusus pada bidang tertentu, misalnya kepemimpinan seorang
Qadhi Qudhat dalam bidang peradilan Islam (Al Qadha`). Dapat dipahami juga
Khilafah adalah institusi politik pemersatu umat Islam, sebab kepemimpinan
Khilafah bersifat umum bagi umat Islam seluruh dunia, tanpa melihat lagi
batas-batas negara-bangsa (nation state) yang ada sekarang ini.
2.Fungsi pertama Khilafah adalah menerapkan Syariah Islam dalam segala
aspek kehidupan, baik itu politik (pemerintahan), ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, politik luar negeri, dan sebagainya. Penerapan syariah ini
adalah politik dalam negeri dari negara Khilafah.
3.Fungsi kedua Khilafah adalah mengemban (menyebarkan) dakwah Islam
ke seluruh dunia. Metode untuk mengemban dakwah ini adalah dengan
menjalankan jihad fi sabilillah ke negara-negara lain. Mengemban dakwah
dengan jalan jihad fi sabilillah inilah yang menjadi dasar politik luar negeri
dari negara Khilafah.
Empat Pilar Negara Khilafah
■ Khilafah mempunyai empat pilar (qaidah) yang mutlak wajib ada demi keberadaan dan
kelangsungan keberadaan Khilafah. Kedudukan empat pilar ini seperti halnya rukun-
rukun shalat, yang jika salah satu rukun itu tidak ada, maka shalatnya tidak sah dan
tidak diterima oleh Allah SWT.
■ Keempat pilar tersebut adalah :
1. Kedaulatan di tangan syariah, bukan di tangan rakyat
Jika pilar pertama tentang kedaulatan ini hilang, yakni kedaulatan berubah menjadi di
tangan rakyat, berarti Khilafah itu dengan sendirinya sudah hancur dan berubah
menjadi sistem demokrasi. Dalam demokrasi, kedaulatan di tangan rakyat, yang berarti
bahwa satu-satunya pihak yang berhak mengatur hidup manusia adalah manusia itu
sendiri, bukan Allah SWT. Inilah perbedaan paling mendasar antara sistem Khilafah
dan sistem demokrasi. Dalam Khilafah, kedaulatan di tangan syariah. Sedang dalam
demokrasi, kedaulatan di tangan rakyat. Jelas demokrasi adalah paham kufur yang
sangat bertentangan dengan Islam.
2. Kekuasaan di tangan umat.
Menetapkan kekuasaan ada di tangan umat (as sulthan li al ummah). Kekuasaan
(as sulthan) didefinisikan sebagai otoritas untuk menerapkan hukum-hukum dan
perundang-undangan. Pilar kekuasaan ada di tangan umat (as sulthan li al
ummah) ini mengandung arti bahwa umatlah yang berhak memilih pemimpin
yang dikehendakinya untuk menjalankan kekuasaan. Hal ini dapat dipahami dari
hadis-hadis tentang baiat, bahwa seseorang tak menjadi pemimpin (khalifah),
kecuali dibaiat (dipilih) oleh umat. Juga dapat dipahami dari hadis tentang
pengangkatan pemimpin (ta`miir), yakni bahwa dalam perjalanan oleh tiga orang,
harus diangkat pemimpin (amir) oleh pihak yang dipimpin (yakni umat).
3. Mengangkat seoorang khalifah adalah wajib atas seluruh kaum muslimin.
Pilar ini mempunyai dua dimensi pengertian. Pertama, khalifah yang diangkat
wajib satu orang saja, tidak boleh lebih. Kedua, mengangkat khalifah itu sendiri
adalah wajib hukumnya, bukan sunnah, mubah, dan sebagainya.Jika pilar ini hilang
dalam negara Khilafah, misalnya khalifah yang diangkat ada dua orang, maka
otomatis Khilafah telah hancur dan berubah menjadi sistem lain. Sebab Syariah Islam
telah mengharamkan membaiat dua orang khalifah pada waktu yang sama, sesuai
sabda Nabi SAW,”Jika dibaiat dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari
keduanya.” (HR Muslim).
4. Hanya khalifah saja yang berhak melegislasikan hukum-hukum syara’, dan khalifah saja
yang berhak melegislasi UUD dan segenap UU.

Menegaskan bahwa Khalifah mempunyai hak khusus dalam melegislasikan hukum syara’
menjadi undang-undang yang berlaku umum dan bersifat mengikat. Hal ini didasarkan pada
Ijma‟ Shahabat yang melahirkan kaidah syar’iyah yang termasyhur, Amrul Imam yarfa’ul khilaf.
“(Perintah Imam [khalifah] menghilangkan perbedaan pendapat. Juga kaidah syar’iyah lain yang
tak kalah masyhur,”Lil Imam an yuhditsa minal aqdhiyati bi qadri maa yahdutsu min musykilat.”
(Imam [khalifah] berhak menetapkan keputusan baru sejalan dengan persoalan-persoalan baru
yang terjadi)
PANCASILA DASAR NEGARA & IDEOLOGI
 Pancasila adalah dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sansekerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.
 Sebagai suatu bangsa dan negara yang telah merdeka dengan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 sudah selayaknya kalau kita sebagai bagian didalamnya turut mempertahankan dan
mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
APAKAH SISTEM KHILAFAH PERLU
DITERAPKAN DI INDONESIA ???
TIDAK
Melihat sistem Khilafah dibawah kepemimpinan Ali memang sepertinya sistem ini akan mampu memberikan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun sebagaimana yang tadi sudah dijelaskan, berjalan atau
tidaknya keadilan dalam sistem Khilafah bergantung pada sosok seorang Khalifah.Marilah kita kembali
mengingat era Orde Baru. Di era tersebut, negara Indonesia memang bukan Khilafah, namun Soeharto
memegang kekuasaan absolut karena memimpin langsung lembaga eksekutif dan memiliki kekuataan untuk
mengatur lembaga legislatif dan yudikatif. Akibatnya yang terjadi adalah kediktatoran. Lupakan saja izin untuk
melawan pemerintahan seperti yang diberikan Ali, mengkritik rezimnya saja berpotensi kehilangan nyawa.
Sesungguhnya sistem yang kini dianut oleh Indonesia jauh lebih baik untuk era saat ini. Pemimpin merupakan
orang biasa yang tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, rakyat yang memilihnya memiliki hak untuk
mengkritik pemimpin tersebut tanpa takut kehilangan apapun. Kekuasaan pemimpin di Indonesia setelah
reformasi tidak absolut sehingga ketika sang pemimpin melakukan kesalahan dan merugikan rakyat Indonesia,
bukan tidak mungkin pemimpin tersebut dijatuhkan melalui mekanisme hukum yang ada. Dengan Sistem ini,
pemimpin dipaksa menjalankan kehendak rakyat dan nilai-nilai keadilan yang sesuai dengan syariat Islam lebih
memungkinkan untuk terealisasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai