HUKUM PERJANJIAN
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena dengan berkatnya,
kami dapat menyelesaikan rangkuman perkuliahan ini.
Terima kasih kami sebesar-besarnya kami ucapkah kepada ORANG TUA yang telah
mendukung kami dengan doa dan dukungan moril, sehingga kami dapat menyelesaikan
rangkuman perkuliahan ini.
Kami juga tak lupa berterima kasih kepada TEMAN-TEMAN SEPERJUANGAN yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu mengerjakan rangkuman
perkuliahan ini.
Kami berharap bahwa rangkuman perkuliahan ini kiranya dapat membantu belajar dalam
rangka menempuh Ujian Akhir Semester Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada dan
juga membantu ketika suatu saat nanti diperlukan dalam praktik Kenotariatan.
Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tidak retak, demikian juga rangkuman
perkulihaan ini. Kami mohon maaf apabila memang dalam rangkuman perkuliahan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kami berharap bagi siapa saja yang pernah membaca
rangkuman ini, dapat memberikan sumbagnan kritik dan saran yang berguna bagi kami.
TTD
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ 1
a. HK BENDA .............................................................................................................. 11
b. HK PERIKATAN ....................................................................................................... 12
BAB III JENIS-JENIS PERJANJIAN MENURUT PASAL 1319 KUH PERDATA& ARTI
PENTINGNYA DALAM SUATU KUALIFIKASI .................................................................... 54
e. PERSEKUTUAN ....................................................................................................... 56
5. LEVERING .................................................................................................................... 64
b. RESIKO MENGENAI BARANG YANG DIJUAL MENURUT BERAT & JUMLAH [PASAL
1461 BW]; ............................................................................................................... 72
2. PEMBERIAN KUASA: BERTINDAK UNTUK & ATAS NAMA SI PEMBERI KUASA ........... 77
3. SELBSTEINTRITT ......................................................................................................... 77
a. PENGERTIAN .......................................................................................................... 79
2. PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH / BUILD OPERATE & TRANSFER [BOT] ............ 80
a. PENGERTIAN .......................................................................................................... 80
......................................................................................................................................... 83
1. LEASING ...................................................................................................................... 83
a. PENGERTIAN .......................................................................................................... 92
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan asas konkordansi, berlaku BW/KUHPer untuk hindia belanda dgn STB 1847
no.23. Kemudian dipublikasikan tanggal 30 April 1847. Sejak saat itu di Hindia Belanda
berlaku Burgerlijk Wetboek for nederlansche indie [BW]
Untuk mencegah kekosongan HK, maka produk HK yang dibuat oleh Belanda pada waktu
itu [termasuk juga BW] dinyatakan masih tetap berlaku. Dasar berlakunya BW di Indonesia
adalah pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. PERLU DI INGAT BAHWA BW MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN SAAT INI, KECUALI ATURAN PADA BUKU II TENTANG HIPOTIK,
SEPANJANG ATURAN HIPOTIK TERSEBUT BERBICARA MENGENAI TANAH, ATURAN
TERSEBUT TIDAK LAGI BERLAKU [YANG MASIH BERLAKU ADALAH HIPOTIK YANG
MENGATUR KAPAL DAN PESAWAT].
HK Perdata kita termasuk dalam sistem HK Eropa Kontinental, yang memiliki ciri utama
mengenal KODIFIKASI. Kodifikasi adalah PEMBUKUAN BAHAN HK YANG SEJENIS
SECARA SISTEMATIS, LENGKAP & TUNTAS. Beberapa contoh kodifikasi yang terdapat di
Indonesia adalah:
1. KUHP [Kitab UU HK Pidana];
2. KUHD [Kitab UU HK Dagang];
3. KUHPer/BW [Kitab UU HK Pedata].
H L M | 10 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Berdasarkan HK Romawi, dapat dikatakan bahwa mereka mendasarkan diri pada 2 hal,
yaitu:
1. AJARAN MENGENAI SUBJEK HK
Ajaran mengenai subjek HK ini pada dasarnya menimbulkan HK Badan Pribadi yang
diatur dalam BUKU I BW. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan HK Badan
Pribadi ini, kemudian muncul beberapa HK yang lain, yaitu:
a. HK Perkawinan [HK PKW];
b. HK Keluarga.
HK Harta Kekayaan ini berdasarkan pada hak-hak yang diatur di dalamnya, terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. HK BENDA
Di dalam HK Benda, diatur mengenai hak-hak kebendaan. HK Benda ini diatur dalam
BUKU II BW.
Karena hubungannya langsung, maka sifat hak kebendaan adalah ABSOLUT. Sifat
absolut hak kebendaan memiliki pengertian bahwa dapat dipertahankan terhadap
siapa pun juga.
H L M | 11 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Misalnya buku milik Prof. Jenie hilang dari tangan beliau karena dicuri orang lain,
maka Prof. Jenie dapat meminta pengembalian buku tersebut kepada orang yang telah
mencurinya.
b. HK PERIKATAN
Di dalam HK Perikatan, diatur mengenai hak-hak perorangan. HK Perikatan ini diatur
dalam BUKU III BW.
HAK PERORANGAN: mengatur hubungan langsung antara orang satu dengan yang
lainnya, tetapi dalam hubungan tersebut terkait suatu benda.
HK Perorangan ini bersifat relatif, artinya hanya dapat dipertahankan terhadap orang-
orang tertentu saja.
Pada penjelasan diatas, telah dibahas mengenai pembagian BW mulai dari BUKU I s/d
BUKU III. BUKU IV tentang PEMBUKTIAN & DALUARSA, menurut Prof. Jenie pada
dasarnya salah tempat. Hal ini disebabkan materi yang diatur dalam HK Perdata adalah
aturan yang bersifat formal, sementara BUKU IV BW mengatur materi yang bersifat
materiil tetapi formal [ketentuan HK formal yang materiil].
Contohnya adalah orang mendiami suatu rumah & tanah berturut-turut selama 30 tahun
dengan itikad baik dan membayar pajak rumah yang bersangkutan, maka dia dapat
dinyatakan sebagai pemilik dari tanah tersebut
H L M | 12 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
2. DALUARSA EXTINCTIF
Merupakan daluarsa yang bertujuan untuk membebaskan dari suatu perikatan [menurut
Prof. Jenie, seharusnya hal ini masuk dalam BUKU III BW].
Contohnya adalah ada sorang wajib pajak yang tidak membayar pajak yang menjadi
kewajibannya tersebut & hal ini di diamkan oleh Dirjen Pajak. Sampai 10 tahun
kemudian, orang tersebut tetap saja tidak ditagih untuk membayar pajak terutangnya 10
tahun yang lalu. Hal ini kemudian menjadikan orang tersebut bebas dari pembayaran
pajak yang bersangkutan [mengingat aturan UU yang mengatur bahwa daluarsa
pembayaran pajak adalah 10 tahun].
H L M | 13 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM DALAM HUKUM PERJANJIAN
Pengertian pada pasal 1313 BW. Namun pengertian ini mendapatkan kritik dari 2 orang
pakar, yaitu:
a. Pak Setiawan – Indonesia;
b. Mr. Vollmar – Belanda.
Kelemahan dari definisi PASAL 1313 BW tersebut adalah di satu sisi terlalu luas dan di
sisi lainnya terlalu sempit.
a. Kata PERBUATAN yang sangat luas, karena tidak dibatasi.
Perbuatan sendiri terbagi menjadi 2, yaitu:
1) PERBUATAN FAKTUAL [FITELIJKE HANDELING]
Contohnya adalah janji dengan teman untuk makan bersama di kantin, kemudian
secara tiba-tiba janji tersebut dibatalkan oleh teman yang bersangkutan, maka kita
tidak dapat menuntut teman tersebut.
Contohnya adalah janji untuk membayar harga buku yang telah dibeli pada
seminggu setelah tanggal hari ini, kemudian 1 minggu kemudian pembeli
mengatakan tidak dapat membayar karena belum menerima uang bulanan dari
orang tuanya. Hal ini kemudian dapat diajukan ke Pengadilan oleh si penjual.
H L M | 14 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Contoh lain adalah menolong orang lain yang mengalami kecelakaan. Ini memang
merupakan perbuatan faktual, namun oleh UU di atur lebih lanjut mengenai
zaakwarneming [perwakilan sukarela].
b. Kata MENGIKATKAN DIRI terlalu sempit, karena yang mengikatkan diri adalah 2
orang. Apabila yang mengikatkan diri hanya 1 orang, maka perjanjian tersebut
merupakan perjanjian sepihak. Oleh karena itu kata mengikatkan diri harus
ditambahi kata SALING, sehingga menjadi SALING MENGIKATKAN DIRI.
2. PENGERTIAN PERJANJIAN
a. Definisi PERJANJIAN MENURUT PAK SETIAWAN: suatu perbuatan HK dengan mana
satu orang atau lebih saling mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih
lainnya.
Definisi perbaikan yang diberikan oleh Pak Setiawan tersebut juga dianggap tidak
sempurna menurut banyak orang, karena dianggap bahwa perjanjian bisa terjadi
dengan sengaja & tanpa adanya kesepakatan.
H L M | 15 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak, AKAN MENIMBULKAN PERIKATAN.
Perikatan ini kemudian akan menimbulkan hak & kewajiban. Berdasarkan adanya
hak dan kewajiban ini, kemudian kita dapat berbicara mengenai prestasi dari masing-
masing pihak dalam perjanjian.
Definisi tersebut dikemukakan oleh Prof. Van Dune berdasarkan rasio bahwa
perbuatan Hk adalah suatu konsep yang berdiri sendiri. Ketika perbuatan HK bertemu
dengan perbuatan HK, hasi pertemuan kedua perbuatan HL [kedua konsep] tersebut
tidak lagi dapat dikatakan menggunakan istilah PERBUATAN HK, melainkan
HUBUNGAN HK.
H L M | 16 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Itikad baik dalam arti subjektif yang nantinya akan melahirkan perjanjian. Hal ini
dalam praktik dapat diketahui dengan cara para pihak terbuka kepada Notaris. Nanti
akan dituliskan pada bagian PERNYATAAN-PERNYATAAN PARA PIHAK. Pernyatan
tersebut akan membuktikan bahwa para pihak betul-betul jujur.
H L M | 17 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
B. PENGATURAN PERJANJIAN
Perihal perjanjian diatur dalam Buku III BAB II BW. Judul BAB tersebut adalah "TENTANG
PERIKATAN2 YANG DILAHIRKAN DARI KONTRAK ATAU PERJANJIAN".
Kontrak dari bahasa Perancis, Sementara perjanjian berasal dari bahasa Belanda
overeenkomst.
H L M | 19 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
C. TAHAP-TAHAP PERJANJIAN
1. TAHAP PRA-KONTRAKTUAL
Merupakan tahap pertama dalam pembuatan perjanjian. Tahap pra-kontraktual
merupakan tahap dimana para pihak sedang bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan.
Pada tahap ini, para pihak masih belum terikat pada kontrak. Dalam tahap ini, NOT mesti
harus tahu perbuatan apa saja yang dilakukan oleh para pihak. Berikut adalah
perbuatan yang dilakukan oleh para pihak dalam tahap ini.
a. Penawaran dari salah satu pihak.
b. Pihak yang menerima tawaran tersebut, nantinya akan berpikir apakah mau
menerima tawaran tersebut atau tidak. Hal ini ditempuh dengan cara NEGOSIASI.
Perlu di ingat bahwa dalam suatu negosiasi, salah satu pihak tidak boleh kukuh
dengan mengatakan bahwa “SAYA MAUNYA INI!”. Masing-masing pihak harus
menyadari & tahu diri bahwa ini merupakan tahap awal sebelum nantinya akan
membuat perjanjian.
Di dalam kontrak, hal ini akan dituliskan oleh NOT pada bagian “PERNYATAAN-
PERNYATAAN PARA PIHAK”. Hal ini yang perlu dikorek oleh NOT & perlu dilakukan
pembuatan bagian ini oleh NOT.
c. Apabila penawaran tersebut DITOLAK oleh pihak yang menerima penawaran, maka
tidak dapat dibuat suatu perjanjian. Namun apabila penawaran tersebut DITERIMA
oleh pihak yang menerima penawaran, dapat dikatakan bahwa tahap negosiasi telah
berhasil menghasilkan suatu kesepakatan diatara para pihak & selanjutnya dapat
dibuat suatu perjanjian.
Perjanjian sengaja di desain untuk mengantisipasi timbulnya konflik diantara para pihak.
Konflik tersebut dapat terjadi apabila ada perbedaan presepsi diantara para pihak. Untuk
menghindari hal tersebut, maka NOT dalam menyusun suatu perjanjian, perlu
menyamakan presepsi para pihak dengan jalan membuat definisi-definisi dalam
perjanjian tersebut. Definisi ini bertujuan agar tidak ada perbedaan presepsi antara para
pihak & juga tidak menimbulkan multi-tafsir diantara para pihak.
H L M | 20 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Dalam tahap pra-kontraktual juga ditentuak oleh para pihak mengenai bentuk perjanjian
yang dipilih. Apakah berbentuk lisan atau tertulis, apakah berbentuk Akta Otentik [AO]
atau Akta Dibawah Tangan [ABT].
Dalam tahap pra-kontraktual, NOT melihat asas itikad baik dalam artian subjektif, yang
artinya melihat kejujuran & pribadi para pihak.
2. TAHAP KONTRAKTUAL
Tahap kontraktual pada dasarnya merupakan tahap dimana para pihak telah
menandatangani perjanjian yang sebelumnya telah di susun. Dalam tahap ini, para pihak
menjadi terikat kepada perjanjian yang dibuat. Hubungan HK diantara mereka telah
timbul dan selanjutnya dibicarakan mengenai hak & kewajiban masing-masing pihak
dalam perjanjian.
Hak dan kewajiban dari para pihak telah timbul, sehingga dalam tahap ini tujuan
utamanya adalah untuk memenuhi apa yang menjadi kewajiban para pihak [prestasi] dan
menerima hak dari para pihak [kontra-prestasi].
Sekalipun hubungan HK diantara para pihak sudah berakhir, namun dalam kaitannya
dengan konstruksi bangunan, UU menentukan bahwa kontraktor yang mengerjakan
bangunan yang bersangkutan harus bertanggung jawab selama 10 tahun ke depan
setelah bangunan yang diperjanjikan selesai dibangun.
H L M | 21 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Dia akan membuat perjanjian jika membutuhkan kerjasama dengan pihak lain. Hal
tersebut yang harus di insyafi oleh NOT dalam membuat akta. NOT harus
melindungi kepentingan para pihak.
2) Apabila orang memilih untuk mengadakan perjanjian, maka setiap orang bebas
untuk menentukan dengan siapa dia akan mengikatkan dirinya. Bebas untuk
menentukan mitra kerjanya. Hal tersebut merupakan Das Sollen-nya [yang
idealnya].
3) Apabila orang membuat perjanjian, maka orang tersebut bebas menentukan isi
& syarat-syarat perjanjian yang dibuatnya. Hal ini merupakan das sollen.
Hal ini dalam praktik bergantung pada POSISI TAWAR seseorang dalam perjanjian.
Ada suatu bentuk perjanjian dimana hanya bersifat take it or leave it contract.
Perjanjian tersebut adalah Perjanjian standar, yang memiliki pengertian: perjanjian
yang baik bentuk maupun isinya telah dibakukan secara sepihak oleh pihak yang
posisinya lebih kuat baik secara ekonomis maupun secara psikologis.
H L M | 22 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Apabila kita memilih bentuk perjanjian yang kita pilih adalah bentuk yang
memberikan kekuatan pembuktian yang sempurna & memikirkan biaya untuk
membuat perjanjian tersebut. Berikut ini merupakan hirarki bentuk akta
berdasarkan kekuatan pembuktiannya:
a) Akta otentik;
b) Akta dibawah tangan yang dilegalisasi;
c) Akta dibawah tangan yang di waarmerking;
d) Akta dibawah tangan murni.
H L M | 23 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
b) Apabila para pihak tunduk pada HK yang sama, dalam hal ini sesama WNI yang
membuat perjanjian, para pihak harus memilih apakah menggunakan HK
pelengkap atau tidak untuk menyelesaikan persoalan yang timbul di kemudian
hari.
Hal ini harus dinyatakan secara tegas dalam akta mengenai hal-hal apa saja
yang disepakati para pihak terkait dengan aturan-aturan khusus yang mereka
buat sendiri.
H L M | 24 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Akan tetapi setelah sekian lama berlaku, ternyata kebebasan ini harus dibatasi,
sebab apabila tidak akibatnya dapat merugikan salah satu pihak. Batasan terhadap
asas kebebasan berkontrak, yaitu:
a) Kebebasan berkontrak berlaku apabila posisi tawar para pihak seimbang;
c) Pembatasan itu terjadi secara alamiah, karena sekarang yang menjadi titik
sentral kegiatan ekonomi bukan lagi perorangan tapi badan-badan usaha atau
korporasi. Korporasi-korporasi ini kemudian membatasi kebebasan individu.
b. ASAS KONSENSUALISME
Asas konsensualisme juga terdpat PASAL 1338 AYAT (1) dalam kalimat
"PERJANJIAN YANG DIBUAT SECARA SAH". Hal ini kemudian menunuk pada
PASAL 1320 BUTIR 1 BW.
H L M | 25 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Konsensus mengatakan bahwa perjanjian itu lahir dengan tercapainya kata sepakat
diantara pihaknya. Karena dia terbentuk dengan tercapainya konsensus, maka
perjanjian ini disebut dengan istilah konsensual. Hampir semua perjanjian itu
merupakan perjanjian konsensual.
2) PERJANJIAN-PERJANJIAN FORMIL
Merupakan perjanjian yang untuk terbentuknya harus memenuhi formalitas yang
ditentukan oleh UU.
b) Melakukan jual beli, belum dapat dikatakan telah terjadi jual beli tersebut
apabila belum dituangkan dalam bentuk Akta PPAT;
Dengan adanya asas konsensualisme ini, maka dampak yuridisnya adalah para
pihak bebas menentukan bentuk akta yang akan dibuatnya.
Terdapat 2 asas yang berkaitan dengan kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai
berikut:
a. ASAS KEPRIBADIAN
Asas ini berkaitan dengan “MENGIKAT SIAPA PERJANJIAN YANG DIBUAT ITU”.
Merupakan privatie of contract, yang diatur dalam PASAL 1315 & PASAL 1340 BW.
Berdasarkan asas kepribadian, dapat dikatkan bahwa pada dasarnya membuat suatu
PERJANJIAN HANYA DAPAT MENGIKAT PARA PIHAK YANG MEMBUATNYA.
A B
Contoh perjanjian yang dibuat untuk kepentingan pihak ketiga dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) PERJANJIAN ASURANSI
Seorang ayah mendaftarkan keluarganya pada asuransi kesehatan [asuransi
juwa]. Dalam perjanjian disepakati bahwa ayah tersebut membayar premi
asuransi bagi isti dan anaknya. Kedudukan para pihak dalam perjanjian dapat
dijelaskan demikian:
(1) Stipulator : Perusahaan asuransi;
(2) Promisor : Ayah;
(3) Derden : Istri/ibu & anaknya.
b) PERJANJIAN KONSESI
Perjanjisn konsesi misalnya ada suatu daerah yang memiliki mata air yang
jernih & ada pegusaha yang ingin melakukan investasi pada daerah tersebut.
Pengusaha kemudian melakukan negosiasi dengan Pemda & akhirnya
mendapatkan izin untuk menggunakan mata air tersebut untuk membuat air
minum kemasan, namun dengan syarat bahwa pengusaha harus membangun
saluran air bersih agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa sekitar,
mengingat bahwa sebelum ini masyarakat sekitar telah memanfaatkan mata air
tersebut. Kedudukan para pihak dalam perjanjian dapat dijelaskan demikian:
(1) Stipulator : Pemda;
(2) Promisor : Pengusaha sebagai investor;
(3) Derden : Masyarakat di sekitar mata air tersebut.
Derden hanya boleh ikut apabila mendapatkan MANFAAT dari perjanjian yang
dibuat, apabila derden menderita KERUGIAN, maka TIDAK BOLEH dibuat
perjanjian yang semacam itu.
H L M | 28 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Contohnya adalah:
a) Seorang ayah membuat perjanjian & posisinya adalah sebagai kreditur [meiliki
piutang], artinya akan mendapatkan keuntungan dari pihak yang lain. Dalam
perjalanannya, ayah tersebut meninggal & perjanjian kemudian diteruskan oleh
ahli warisnya [anaknya]. Posisi anak disini memang bukan pihak yang membuat
perjanjian, namun karena kedudukannya sebagai ahli waris, maka anak
tersebut ikut menikmati keuntungan dari perjanjian yang dibuat ayahnya.
b) Ada orang yang melakukan oper kredit/open credit [baik dalam KPR untuk
rumah atau kredit kendaraan]. Orang yang sepakat unutk menerima operan
kredit tersebut, nantinya akan menggantikan posisi debitur yang semula &
mendapatkan rumah atau kendaraan yang diperjanjikan dengan kreditur.
Apabila orang membuat perjanjian, maka apa yang telah diperjanjikan itu harus
ditaati oleh para pihak yang membuatnya sebagaimana orang taat pada UU. Pihak
ketiga harus menghormati perjanjian yang telah dibuat tersebut.
H L M | 29 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
b) Jika perjanian itu melanggar ketentuan dalam PASAL 1338 AYAT (3), artinya
tidak dilakukan dengan itikad baik para pihak yang membuatnya.
Namun karena pengaruh sistem Anglo Amerika, masuk dalam perjanjian. Berkaitan
atau disusun atau ditemukan pada tahap pra-kontraktual. Pada tahap tersebut para
pihak yang mebgikatkan diri harus bersikat jujur. Ia harus memenuhi syarat untuk
mengikatkan diri.
Pada tahap pra-kontraktual itu pada dasarnya harus terbuka para pihak dengan NOT
agar tahu apa yang sebetulnya. Untuk Notariat sangat penting agar Notaris dapat
menyusun suatu
Dalam sistem Anglo Amerika, ada tahap REPRESENTATION dimana para pihak akan
memberikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan dirinya. Dalam tahap ini,
apabila mengungkapkan sesuatu yang tidak jujur, maka dikatakan bahwa dia
melakukan MISS REPRESENTATION. MISS REPRESENTATION ini memiliki akibat
HK.
H L M | 30 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Dalam hal di Indonesia, hal ini dilakukan dengan memberikan pernyataan kepada
NOT sehingga nantinya NOT mengetahui keadaan sebetulnya. Dalam akta bagian ini
dituangkan pada bagian “PERNYATAAN-PERNYATAAN PARA PIHAK”.
Harus diperhatikan apakah pihak lawan dengan kita melaksanakan perjanjian ini
dirugikan atau tidak.
Rugi itu bukan merupakan kesalahan debitur atau kreditur, namun merupakan
keadaan. Hal ini kemudian dengan berpegang pada pasal 1338 ayat (3) BW, maka yang
menanggung kerugian adalah para pihak.
H L M | 31 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Ketentuan mengenai keabsahan perjanjian terdapat dalam PASAL 1320 BW & pasal ini
merupakan pasal yang bersifat memaksa.
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;
2. Kecapakan untuk membuat suatu perjanjian;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Penjelasan mengenai syarat SUBJEKTIF & OBJEKTIF dapat dijelaskan melalui tabel
berikut ini:
SYARAT SUBJEKTIF SYARAT OBJEKTIF
Syarat nomor 1 & 2 merupakan syarat Syarat nomor 3 & 4 merupakan syarat
subjektif, yaitu persyaratan yang harus objektif, yaitu syarat yang harus dipenuhi
dipenuhi oleh subjek perjanjian. oleh objek perjanjian.
Jika persyaratan subjektif ini tidak Jika persyaratan ini tidak dipenuhi, maka
dipenuhi, maka akibatnya perjanjian perjanjian itu menjadi PERJANJIAN YANG
tersebut menjadi PERJANJIAN YANG BATAL DEMI HK. Akibat HK nya adalah
DAPAT DIMINTAKAN PEMBATALANNYA sejak semula perjanjian tersebut tidak
[vernitegbaar, voidable]. pernah ada.
Syarat SUBJEKTIF adalah: Syarat OBJEKTIF adalah:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; a. Suatu hal tertentu;
b. Kecakapan untuk membuat suatu b. Suatu sebab yang halal
perjanjian.
H L M | 32 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Berdasarkan PASAL 1321 hanya menyatakan bahwa tiada sepakat yang sah apabila
sepakat itu diberian karena KEKHILAFAN atau diperolehnya dengan PAKSAAN atau
PENIPUAN.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk membaca UU, diperlukan analogi untuk dapat
memahami suatu makna tertentu. BERIKUT ADALAH PENJELASAN MENGENAI
ANALOGI YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBACA UU:
a. ARGUMENTUM A CONTRARIO
Ketentuan yang ada di lihat kebalikannya.
Menurut argumentum a contrario sepakat yang sah adalah sepakat yang diberikannya
tidak karena KEKHILAFAN atau diperolehnya tidak dengan PAKSAAN atau tidak
dengan PENIPUAN.
Contohnya adalah hibah tidak memutuskan perjanjian sewa menyewa yang telah
dibuat oleh para pihak.
H L M | 33 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Salah paham / salah pengertian itu macam-macam, namun yang bisa membuat
perjanjian menjadi vernitegbaar:
1) ERROR IN PERSONA
Merupakan salah paham terhadap orang dengan siapa kita mengikatkan diri.
2) ERROR IN SUBSTANTIA
Merupakan salah paham terhadap hakekat benda yang menjadi objek perjanjian.
Pada umumnya yang disebut dengan hakekat benda ialah sifat dari benda yang
menjadi objek perjanjian yang bagi kedua belah pihak merupakan alasan yang
sesungguhnya untuk menutup perjanjian tersebut dengan syarat2 seperti yang
ditetapkan di dalam.
Contohnya adalah penggemar guci Cina yang tertarik dengan suatu barang pada
pameran barang antik. Pada waktu melakukan penawaran, penjual mengatakan
bahwa guci tersebut berasal dari Dinasti Ming & di tawarkan harta Rp 50.000.000,-
. Terjadi kesepakatan, namun di kemudian hari teman si pembeli yang merupakan
arkeolog mengatakan bahwa guci tersebut bukan berasal dari Dinasti Ming,
melainkan berasal dari Kalimantan. Ini yang disebut sebagai error in substantia.
b. PAKSAAN [DWANG]
Ketentuan mengenai paksaan terdapat pada pasal 1324 BW. Paksaan terjadi, apabila
perbuatan itu sedemikian rupa hingga dapat menakutkan seorang yang berpikiran
sehat, & apabila perbuatan itu dapat menimbulkan ketakutan pada orang tersebut
bahwa dirinya / kekayaanya terancam dengan suatu kerugian yang terang & nyata.
H L M | 34 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
c. PENIPUAN [BEDROG]
Memerlukan apa yang disebut dengan tipu muslihat. Tipu muslihat merupakan
sesuatu yang dibuat & menimbulkna sesuatu yang keliru.
Apabila sepakat & kesepakatan tidak dipeuhi, nantinya akan menjadi perjanjian yang
vernitegbaar.
Benda-benda yang dimiliki dengan kepemilikan bersama secara terikat gebonden mede
eigndom:
1) Warisan yang belum dibagi;
2) Harta bersama selama pkw masih ada.
H L M | 35 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Bedanya hak milik bersama [vrij mede eigendoim] dengan hak milik dengan
kepemilikan yang terikat [gebonden mede eigendom]?
HM BERSAMA, hanya dimiliki hanya bersma-sama saja.
c. Barang yang ada di kemudian hari dapat menjadi objek perjanjian. Kecuali warisan
yang belum terbuka / terluang.
Berkaitan dengan sebab yang halal, terdaoat Causa finalis yang merupakan isi atau
tujuan dari perjanjian.
b. Sebab yang menimnbulkan akibat HK [pasal 1365 BW, disebut sebagai causa efisien].
Pasal 1365 BW berbicara mengenai perbuatan melawan HK [PMH].
H L M | 36 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Berkaitan dengan PASAL 1320 BW, causa yang diminta berdasarkan pasal tersebut
adalah causa finalis.
H L M | 37 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
F. BENTUK PERJANJIAN
Perjanjian Terutama perjanjian yang KONSENSUAL OBLIGATOIR, adalah perjanjian yang
bebas bentuk FORM FRIJ. Artinya para pihak tidak terikat pada ketentuan mengenai bentuk
tertentu pada perjanjiannya.
Dia boleh memilih apabila untuk lisan saja, tidak menjadi persoalan. Ini dapat dibuat untuk
perjanjian yang sifat pemenuhannya adalah seketika.
Bahkan kadang-kadan ada perjanjian yang penting untuk kita dilakukan secara lisan. Misal
pada waktu kita sakit, pegi ke RS, tidak perlu dibuatkan aktanya.
Dalam kaitannya alat bukti, para pihak dapat memilih untuk menuangkan perjanjian dalam
bentuk tertulis. Perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tertulis ini disebut dengan akta.
Akta merupakan bewijsmeide / merupakan alat bukti saja. Karena merupakan alat bukti,
maka diaturnya bukan pada buku III, melainkan pada buku IV. Berdasarkan pasal 1867,
terdapat 2 bentuk akta yaitu:
1. Akta otentik [AO];&
2. Akta di bawah tangan [ABT].
Sebagian besar perjanjian adalah konsensuil obligatoir, maka ada kebebasan bagi para pihak
untuk memilih bentuk perjanjian tersebut. Sejak adanya kata sepakat, maka para pihak
dapat dengan segera memenuhi perjajian yang telah dibuatnya, karena hak & kewajibannya
sudah timbul sejak tercapainya kesepakatan.
Penjelasan lebih lanjut mengenai bentuk akta akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
1. AKTA OTENTIK [AO]
Pengertian akta otentik terdapat pada PASAL 1868 BW yang mengatakan “suatu akta
otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh UU, dibuat oleh
/ di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana
akta dibuatnya”.
Berdasarkan ketentuan mengenai akta otentik tersebut, maka dapat dijelaskan hal-hal
berikut ini:
H L M | 38 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
a. BENTUKNYA DITENTUKAN UU
Akta yang dibuat di hadapan adalah akta partij. Merupakan perjanjian yang dibuat
oleh para pihak.
Yang merumuskan secara faktual adalah para pihak. NOT hanya sebagai saksi dari
keterangan para pihak. Namun setelah TTD, nantinya ada transformasi / perubahan
tanggung jawab dari NOT kepada para pihak. Hal ini dilakukan setelah NOT
membacakan akta & para pihak menyatakan bawha IYA memahami akta yang
dibacakan.
H L M | 39 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Dapat dikatkan bawha ABT merupakan akta yang dibuat di luar campur tangan pejabat
umum. Jadi memang murni akta yang dibuat oleh para pihak, isinya ditentukan oleh
para pihak.
Penjelasan lebih lanjut mengenai AKTA DIBAWAH TANGAN akan dijelaskan pada sub-
bagian selanjutnya.
a. BISA TIDAK ABT DIBUAT MEMILIKI KEKUATAN SEPERTI AO?
Bisa, ada jalan waarmerking & legalisasi.
Bedanya Legalisasi & waarmerking adalah prosedur TTD.
1) WAARMERKING: TTD sudah dilakukan oleh para pihak terlebih dahulu, bukan di
hadapan NOT. Kekuatan pembuktian waarmerking ABT tidak sekuat kekuatan
pembuktian akta legalisasi ABT.
2) LEGALISASI: TTD dilakukan di hadapan NOT, jadi draft akta yang telah disusun
tidak di TTD, namun diberikan kepada NOT untuk dibacakan dan di bubuhkan
keterangan. Segera setelah pembacaan draft tersebut, nantinya para pihak akan
TTD akta yang bersangkutan.
b. KELEMAHAN ABT
Pada dasarnya ada beberapa hal dalam ABT yang dapat disangkal oleh para pihak,
yaitu:
1) Tanggalnya;
2) Keberadaan / eksistensi akta tersebut;
3) Para pihak menyangkal.
ABT memiliki kekuatan bukti sepanjang diakui oleh para pihak. Apabila tidak diakui
oleh para pihak, maka kekuatannya adalah sebagai permulaan bukti tertulis.
H L M | 40 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
memiliki pendapatnya & kepentingannya sendiri. Oleh karena itu ABT sangat susah
& panjang prosesnya, serta memerlukan negosiator.
Baiknya para pihak mengerti bahwa dalam kaitannya pembuatan ABT, harus
disadari bahwa adanya 2 pihak & 2 kepentingan yang akan disatukan.
Dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus diberikan definisi-defisini
tertentu agar para pihak memahami betasan dalam perjanjian tersebut.
Hal ini, kemudian dalam prkembangan ekonomi tidak lagi sesuai, karena lalu lintas
ekonomi yang memang memerlukan perjanjian yang lebih cepat, masal & efisien.
Perjanjian baku: suatu perjanjian yang baik formatnya / isinya telah dibakukan
secara sepihak oleh pihak yang kedudukan ekonomis / psikologisnya lebih kuat.
[perjanjian baku / perjanjian standar / kontrak standar / standarize contract].
H L M | 41 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
H L M | 42 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
“barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan” hal ini menghilangkan
tanggung jawab si penjual. Tanggung jawab tersebut berkaitan dengan cacat
tersembunyi. Penjual harus menjamin tidak ada cacat tersembunyi &
kenikmatan yang tenteram.
CACAT BARANG
(1) CACAT YANG KELIHATAN
Menjadi tanggung jawab pembeli, dimana cacat tersebut dapaat dilihat oleh
pembeli.
H L M | 43 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Cacat yang ada pada barang yang tidak dapat dilihat & membuat barang yang
bersangkutan tidak dapat dipakai atau mengurangi fungsinya.
Contohnya adalah:
(a) Membeli sebuah mobil & pada waktu test drive, tidak terjadi kendala sama
sekali mengingat bahwa dalam test drive tersebut jarak yang ditempuh
tidak terlalu jauh.
Ketika sudah deal & barang sudah dikirim ke rumah, kemudian pembeli
melakukan perjalanan jauh. Baru berjalan sekitar 20km, mobil tersebut
sudah berasap. Hal ini merupakan kesalahan pabrik / manufaktur,
karena menghasilkan produk yang tidak sempurna untuk digunakan
pembeli.
Kelemahan yang paling pokok dalam perjanjian standar, yaitu adanya klausula
eksonorasi [penjelasan pada bagian sebelumnya]. Merupakan suatu klausula
yang menghilangkan / membatasi / mengaklihkan tanggung jawab yang
menurut HK merupakan tanggung jawab si pembuat perjanjian / pembuat
dokumen.
H L M | 44 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Kita butuh perjanjian standar di satu pihak, namun pada pihak lain perjanjian
standar tersebut memiliki banyak kelemahan. Dalam bidang bisnis, kedudukan
konsumen menjadi sangat lemah sekali, karena hanya akan menerima apa yang
di tawarkan oleh pengusaha yang bersangkutan.
Klausula baku tersebut paling banyak digunakan oleh Bank. Dengan adanya
klausula itu, dengan dikaitkan dengan UU Perlinkos, maka dianggap klausula
tersebut tidak pernah ada atau menjadi tidak berlaku.
Hal ini terjadi karena persyaratan perjanjian itu ditentukan secara sepihak
oleh pihak yang ekonomis lebih kuat, sedangkan pihak lawan yang justru
merupakan pihak yang ekonomis lebih lemah terpasa meneria persyaratan
tersebut karena terdesak oleh kebutuhannya & tak mampu berbuat lain.
Jadi pihak yang ekonomis lebih lemah ini lah yang kebebasannya dilanggar,
oleh karena itu perjanjian semacam ini disebut dengan istilah dwang contract
[kontrak yang memaksa].
H L M | 45 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
(3) HONDIUS
Perjanjian baku memiliki kekuatan mengikat berdasarkan kebiasaan yang
berlaku di lingkungan masyarakat & dalam lalu lintas perdagangan
H L M | 46 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
G. ISI PERJANJIAN
Seacara umum perjanjian terbagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1. ESENSIALIA PERJANJIAN
Adalah satu bagian yang merupakan bagian pokok dari perjanjian. Bagian ini harus ada,
apabila tidak ada maka perjanjian itu tidak akan pernah terbentuk.
Dalam perkembangannya sifat perjanjian jual beli ini ada perubahannya, yaitu bersifat
FORMAL. Perjanjian jual beli yang bersifat formal contohnya adalah jual beli tanah.
Tanpa adanya akta PPAT, nantinya transaksi jual beli tanah tidak dapat dikatakan
sah.
2) Satu pihak memberikan kenikmatan, maka nantinya ada kontra prestasi dari pihak
lain berupa pembayaran harga.
3) Dalam sewa menyewa, tidak abadi, namun ada jangka waktu yang nantinya akan
disepakati.
H L M | 47 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Dalam perkembangannya, banyak sekali perjanjian jenis baru yang muncul pada
praktiknya. Sehingga untuk praktik, nantinya harus berpegang pada UNSUR
ESENSIALIA perjanjian.
b. Mengenai overmacht / keadaan memaksa & kewajiban menanggung resiko, sudah ada
ketentuan mengenai penyelesaian sengketa manakala dalam pelaksanaan perjanjian
itu terjadi sengketa di antara para pihak.
2. NATURALIA PERJANJIAN
Adalah hal-hal yang untuk perjanjian-perjanjian bernama sudah diatur dalam HK
pelengkap. Diatur mengenai berbagai tata cara & prosedur dari perjanjian yang
bersangkutan.
H L M | 48 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Dalam jual beli yang telah dibuat oleh para pihak, maka nantinya penjual & pembeli
saling mengikatkan dirinya untuk memenuhi prestasi & kotra prestasi.
DALAM PERJANJIAN JUAL BELI PADA DASARNYA TERDAPAT 2 JENIS
PERJANJIAN, YAITU:
1) Perjanjian jual beli;
2) Perjanjian penyerahan barang [levering].
PERIHAL LEVERING
Harus dilakukan berdasarkan pada jenis Harus dilakukan berdasarkan
benda yang akan diserahkan. ketentuan UU.
KETENTUAN PASAL 612 BW KETENTUAN PASAL 613 BW
H L M | 49 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
2) Benda bergerak tidak bertubuh [hak tagih atas suatu piutang], dilakuka dengan
penyerahan:
a) Penyerahan atas nama;
b) Penyerahan atas tunjuk;
c) Penyerahan atas bawa.
Untuk perjanjian2 bernama, sudah ada ketentuan yang diatur dalam HK pelengkap
[BW]
3. ACCIDENTALIA PERJANJIAN
Merupakan hal-hal yang ditambahkan oleh para pihak.
Bisa ada bisa tidak, tergantung apda kesepakatan para pihak.
Contoh dalam penjuaan rumah. Biasanya rumah diberikan dalam keadaan kosong.
Namun dapat disimpangi dengan cara menjual rumah beserta dengan furnitur-nya.
H L M | 51 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
H. KATEGORISASI PERJANJIAN
Perjanjian itu bermacam-macam, untuk mempermudahkan memahaminya, maka perjanjian
tersebut di kelompok-kelompokan / di kategorisasikan berdasarkan pada kriteria-kriteria
tertentu.
Sebagai tambahan catatan, PERIKATAN JUAL BELI dibuat oleh NOT dalam keadaan:
a. Harganya belum lunas;
b. Pengurusan sertipikatnya belum beres [masih dalam proses].
1 Perjanjian Sepihak
Contoh perjanjian sepihak adalah: Perjanjian
hibah
Kedua belah pihak saling mengikatkan diri satu
2 Perjanjian Timbal Balik
sama lain.
H L M | 52 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
H L M | 53 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
BAB III
JENIS-JENIS PERJANJIAN MENURUT PASAL 1319 KUH PERDATA& ARTI PENTINGNYA
DALAM SUATU KUALIFIKASI
Nominaat kontrak: perjanjian yang sudah diberi nama oleh pembentuk UU & diatur secara
khusus dalam UU.
Disebut juga dengan istilah perjanjian jenis baru, karena perjanjian-perjanjian tersebut baru
ada setelah terbentuknya kodifikasi BW & WvK.
Indonesia merupakan Negara yang mengikuti paham Eropa Kontinental, dimana yang
merupakan ciri khas dari sistem ini adalah adanya kodifikasi. Di Indonesia, yang benar-benar
mirip adalah sistem HK perdatanya.
Arti pentingnya PASAL 1319 BW adalah untuk menunjukkan bahwa perjanjian yang di luar
BW merupakan perjajnjian yang juga diakui.
b. TUKAR MENUKAR
Merupakan suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya
utnuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal balik / diberi suatu barang
dengan barang lain – PASAL 1541 BW
H L M | 54 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Pada money changer, perjanjiannya adalah tukar menukar. Karena rupiah yang kita
tukarkan adalah alat pembayaran yang sah, sementara apabila dolar dengan baht
merupakan tukar menukar, karena bukan merupakan alat pembayaran yang sah.
c. SEWA MENYEWA
Merupakan suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kenikmatan kepada pihak yang lain dari sesuatu benda selama
jangka waktu tewrtentu & dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang lain
disanggupi pembayarannya.
Unsur Esensialia:
1) Barang;
2) Harga;
3) Jangka waktu.
Contohnya adalah:
1) Beli sewa
2) Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi
Contonya adalah potong rambut di salon. Hal tersebut merupakan peranjian untuk
melakukan jasa khusus.
H L M | 55 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
2) PERJANJIAN PERBURUHAN
Perjanjian dengan mana pihak yang satu [buruh] mengikatkan dirinya untuk
dibawah perintah pihak lain yaitu si majikan untuk suatu waktu tertentu
melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
Inti perjanjian perburuhan adalah sub orndinasi, yaitu pihak yang satu berwenang
memberi perintah. Dengan adanya sub-ordinasi ini, kedua pihak kedudukannya
tidak sejajar. Kedudukan kuat adalah majikan, yang lemah adalah buruh.
Pemerintah berusaha melindungi yang lemah dengan adanya berbagai aturan.
3) PERJANJIAN PEMBORONGAN
Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu [pemborong] mengikatkan diri
untuk menyelenggrakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain [pihak yang
memborongkan] dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan [PASAL
1601 b BW]
e. PERSEKUTUAN
Suatu perjanjian dengan mana 2 orang / > mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu ke dalam persekutuannya dengan maksud untuk membagi keuntungan yang
terjadi karenanya.
H L M | 56 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Ada orang yang memiliki uang / modal, ada orang yang memasukkan
kepandaiannya. Apabila yang dimasukkan adalah kepandaiannya, maka dia hanya
akan menerima bagian terkecil dari bagiannya.
Penjelasan lebih lanjut akan dijelaskan pada BAB berikutnya, pada SUB-BAGIAN
PERJANJIAN PEMBERIAN KUASA.
3. PERJANJIAN FORMAL
Perjanjian yang terbentuk dengan dilakukannya formalitas tertentu yang diminita oleh
UU.
b. PERJANJIAN HIBAH
Tiada suatu hibah kecuali yang disebutkan dalam PASAL 1367 BW dapat ancaman
batal selainnya dilakukan dengan suatu akta Notaris yang aslinya disimpan oleh
Notaris itu.
H L M | 58 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
BAB IV
BEBERAPA PERJANJIAN BERNAMA [DIAMBIL YANG PENTING UNTUK PRAKTIK
NOTARIS]
A. JUAL BELI
1. PENGERTIAN JUAL BELI
Jual beli diatur didalam BUKU III BAB KE 5 BW.
PASAL 1457 BW memberikan definisi mengenai jual beli, yaitu: perjanjian jual beli
adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan & pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan.
H L M | 59 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Hal ini merupakan konsekuensi logis dari sifat perjanjiannya, yaitu bersifat timbal balik.
Perpindahan HM atas objek perjanjian terhadi pada perjanjian lainnya, yaitu levering.
Istilah jual beli ini berasal dari istilah dalam bahasa belanda Belanda yaitu koop en
terkoop. Tetapi tidak di dalam semua negara disebut jual beli, seperti dalam bahasa
Inggris hanya disebut ‘sale’, hanya satu sisi. Di Perancis juga disebut dengan satu sisi
yaitu vente.
H L M | 60 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Unsur esensialia jual beli adalah HARGA & BARANG. Barang seperti apa yang dapat
menjadi objek jual beli yaitu harus tertentu, atau setidak-tidaknya dapat ditentukan
wujud & jumlahnya pada saat barang itu akan diserahkan HM kepada pembeli.
Jika dikaitkan dg PASAL 1557 BW, maka harga itu merupakan suatu jumlah alat
pembayaran yg sah. Menurut HK Romawi, harga itu harus memenuhi 3 persyaratan:
a. VERUM : sungguh-sungguh dimaksudkan.
Jadi harga dalam perjanjian jual beli harus sungguh2 merupakan harga barang
tersebut.
Setelah masuk ke BW, maka pembentuk BW sengaja tidak memasukkan syarat kedua.
Sehingga menurut BW syarat harga hanya verum dan certum.
b. PIHAK KETIGA: para pihak dapat mengadakan perjanjian bahwa yang akan
menentukan harga adalah pihak ketiga.
H L M | 61 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Penetapan harga oleh pihak ketiga merupakan sesuatu lembaga hukum yg disebut
dengan BENDEND ADVIES/nasehat yang mengikat. Oleh karena itu mereka
menyatakan untuk tunduk terhadap putusan yang ditentukan kepada mereka oleh
pihak ketiga.
H L M | 62 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Perjanjian jual beli adalah perjanjian konsensual, yaitu lahir karena sepakat, sehingga
sepakat itu merupakan syarat terjadinya perjanjian jual beli. Dengan demikian ketentuan
mengenai keabsahan jual beli mengikuti PASAL 1320 BW.
PASAL 1457 & PASAL 1458 BW bahwa perjanjian jual beli merupakan perjanjian
konsensual, lahir setelah adanya konsensus dan tidak diperlukan formalitas lain dan
bebas bentuk. PASAL 1459 BW mengatur mengenai perjanjian jual beli merupakan
perjanjian obligatoir.
H L M | 63 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
5. LEVERING
Levering / penyerahan HM merupakan kewajiabn dari PENJUAL kepada PEMBELI.
Adalah suatu perbuatan yuridis yang bertujuan untuk memindahkan hak milik / transfer
of ownership, harus dilakukan sesuai dengan UU.
Berbeda dengan code civil perancis, jual beli bersifat zakelijk, jadi langsung memindahkan
hak milik dari penjual kepada pembeli.
Ada satu ketentuan yang memberikan pengertian mengenai penyerahan pada PASAL
1475 BW “penyerahan ialah suatu pemindahan barang yg telah dijual ke dalam
kekuasaan dan kepunyaan si pembeli”.
Agar penyerahan itu sah, perlu dipenuhi beberapa syarat, karena penyerahan dalam BW
itu menganut sistem kausa, menurut sistem kausa keabsahan levering itu digantungkan
pada 2 syarat :
a. Sahnya title yang menjadi dasar dilakukannya levering.
Dengan title dimaksudkan perjanjian obligatoir. Sehingga jika titlenya tidak sah maka
levering-nya batal juga.
Ini berarti bahwa pemindahan hak milik dianggap tidak pernah terjadi. Title mendasari
adanya peralihan.
b. Penyerahan tersebut harus dilakukan oleh orang yang berhak berbuat bebas terhadap
barang yang di levering. [pemilik / kuasanya]
Jika ternyata orang yang memindahkan hak itu tidak berwenang berbuat bebas maka
penyerahan itu menjadi batal kecuali apa yang disebutkan dalam PASAL 1977 AYAT
1 BW.
H L M | 64 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Pada dasranya terdapat beberapa macam cara untuk melakukan levering, yaitu sebagai
berikut:
a. Untuk BENDA BERGERAK dilakukan PENYERAHAN NYATA.
b. Untuk BENDA BERGERAK yang JUMLAHNYA SANGAT BANYAK, dilakukan
PENYERAHAN SIMBOLIS.
Penyerahan PIUTANG ATAS NAMA & BENDA TIDAK BERTUBUH dilakukan dengan
membuat AKTA OTENTIK / AKTA DIBAWAH TANGAN, yang isinya adalah
melimpahkan hak-hak atas kebendaan tersebut kepada orang lain.
Penyerahan yang demikian itu bagi debitur tidak ada akibatnya melainkan setelah
penyerahan itu diberitahukan kepadanya secara tertulis, disetujui & diakuinya.
H L M | 65 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
H L M | 66 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Seorang awam membeli rumah, tidak tahu bahwa rumah tersebut menjadi jaminan
pelunasan hutang.
Yang menjadi persoalan adalah ketika jual beli rumah menggunana perikatan jual
beli. Dalam hal apa perikatan jual beli dibuat:
a) Jual beli tanah tersebut belum lunas;
b) Sertipikat bidang tanah yang bersangkutan belum selesai pengurusannya.
Hal ini harus melihat pada penaggungan yang diatur dalam PASAL 1496 BW.
H L M | 67 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Kebebasan terhadap jual beli ini memiliki batasan yang diatur dalam PASAL 1494
& 1495 BW.
Misalnya ada seorang pembeli yang benar tahu bahwa objek jual beli sedang
dijadikan jaminan pelunasan hutang, namun tetap dibeli oleh pembeli tersebut. Hal
ini menjadikan pembeli tidak dapat meminta pengembalian harga pembelian.
Cacat tersembuyi menurut PASAL 1504 BW adalah cacat pada brang yang
sedemikian rupa, sehingga barang itu tidak dapat dipakai sesuai dengan
tujuannya / mengurangi pemakaian itu, sehingga jika si pembeli mengetahui
adanya cacat itu dia tidak akan membelinya / membeli dengan harga yang kurang
dari harga yang telah disepakati.
Berdasarkan PASAL 1505 BW, cacat yang kelihatan menjadi tanggung jawab pembeli.
1) ACTIIO REDHIBITORIA
Pembeli dapat melakukan suatu perbuatan HK yang dinamakan dengan ACTIO
REDHIBITORIA: mengembalikan barangnya & menuntut kembali uang / harga
barang yang telah dibayarkan.
H L M | 68 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
2) ACTIO QUANTIMINORES
ACTIO QUANTIMINORES, barang tetap menjadi milik pembeli, tetapi pembeli dapat
menuntut sebagia dari uang / harga pembelian yang telah dibayarkan.
H L M | 69 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
dengan baik, karena barang yang diserahkan bukan merupakan barang yang baik,
namun barang yang ada cacatnya.
H L M | 70 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
7. HAK REKLAME
Merupakan imbangan yang berasal dari pembeli terhadap cacat tersembunyi pada benda
objek jual beli.
Kita harus melihat ketentuan PASAL 1145 BW yang menyatakan bahwa adanya hak
untuk menuntut kembali barangnya.
PEMBELI dapat meminta kembali dalam PEMBELI dapat meminta kembali dalam
jangka waktu 30 hari setelah pembelian. jangka waktu 60 hari setelah pembelian.
8. HAK PEMBELI
Hak pembeli pada dasarnya adalah:
a. Menerima penyerahan benda yang telah dibelinya;
b. Menuntut vrijwaring dari penjual terhadap kenikmatan yang tenteram & cacat yang
tersembunyi.
H L M | 71 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Resiko merupakan bagian dari overmacht / force majeure. Penyebab dari ovemacht
adalah:
a. Bencana alam;
b. Huru hara [demonstrasi];
c. Kedaan perekonomian;
d. Perubahan Peraturan Perundang-Undangan.
Dalam perjanjian jual beli, mengenai resiko terdapat pengaturan pada beberapa pasal,
yaitu:
a. RESIKO MENGENAI BARANG-BARANG TERTENTU [PASAL 1460 BW]
Hal ini diatur dalam Yurisprudensi di Belanda yang mengatur:
1) Hanya dipakai apabila terajdi KEADAAN MEMAKSA YANG ABSOLUT saja;
2) Barang tertentu harus ditafsirkan sebagai brang yang telah dipilih / ditunjuk oleh
pembeli, sehingga tidak dapat tukar dengan barang lain.
Kelemahan PASAL 1460 BW adalah melimpahkan resiko pada pembeli & tidak ada
ketentuan umum yang mengatur perjanjian timbal balik. Ketentuan umum yang
mengatur perjanjian sepihak.
Ketentuan yang ada pada perjanjian tukar menukar, PASAL 1545 BW & PASAL 1553
BW. Kedua pasal tersebut lebih adil daripada PASAL 1460 BW, sehingga kedua pasal
tersebut yang dijadikan patokan / ukuran RESIKO ADA PADA PEMILIK BENDA.
b. RESIKO MENGENAI BARANG YANG DIJUAL MENURUT BERAT & JUMLAH [PASAL
1461 BW];
Pada dasarnya merupakan tanggungan PENJUAL sampai barang tersebut ditimbang,
dihitung / diukur.
H L M | 72 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
H L M | 73 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Penjual dapat memperjanjikan bahwa ia berhak untuk membeli kembali barang yang
telah dijual dengan mengembalikan harga pembelian disertai dengan penggantian.
Batas untuk membeli kembali adalah 5 tahun, hal ini diatur dalam PASAL 1520 BW. Ini
suatu HAL YANG MEMAKSA SIFATNYA & TIDAK BOLEH DISIMPANGI.
PASAL 1520 AYAT (2) BW mengatakan bahwa apabila jangka waktu untuk membeli
kembali diperjanjikan > 5 tahun, maka harus diperpendek.
Pada dasarnya jual beli dengan hak membeli kembali dalam praktiknya hanya digunakan
untuk menyimpangi HK JAMINAN. Seseorang yang ingin mendapatkan pinjaman, namun
tidak ingin menjaminkan benda miliknya, kemudian membuat perjanjian jual beli dengan
hak membeli kembali, yang pada dasarnya:
1. Orang yang memiliki benda tersebut, kemudian mendapatkan uang dari hasil jual beli
tersebut;
2. Orang yang membeli benda tersebut, nantinya akan beresiko untuk kehilangan
bendanya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian;
3. Orang yang memiliki benda, setelah selesai keperluannya, kemudian dapat membeli
kembali benda yang dijualnya dengan harga yang sama.
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko kehilangan benda yang dijadikan
jaminan, apabila suatu saat wanprestasi.
Selain itu jual beli dengan hak membeli kembali sering digunakan untuk menerobos
ketentuan dalam HK JAMINAN, yaitu seroang yang menerima jaminan, hanya memiliki
hak untuk memperoleh pelunasan untuk piutangnya, dia tidak boleh memiliki barang
H L M | 74 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
yang dijadikan jaminan. Setiap perjanjian yang melanggar ketentuan ini dinyatakan batal
demi HK.
H L M | 75 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Untuk benda bergerak yang tidak bertubuh, maka piutang dialihkan / levering dengan
cara cessie [baca:sesi].
Jual beli tanah mengacu pada ketentuan UUPA, karena buku II sudah dicabut sepanjang
objeknya mengenai tanah.
H L M | 76 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
B. PEMBERIAN KUASA
1. PENGERTIAN PEMBERIAN KUASA
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bagian sebelumnya, berikut merupakan
pengertian pemberian kuasa: Perjanjian dengan mana seorang memberikan
kekuasannya kepada orang lain yang menerimanya untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan. Ini perjanjian tujuannya untuk menghilangkan
hambatan dalam lalu lintas HK, karena ada orang yang tidak dapat menyelenggarakan /
melaksanakan kewajibannya / urusannya.
3. SELBSTEINTRITT
Merupakan suatu keadaan dimana seorang pemegang kuasa bertindak sendiri sebagai
pihak lawan dari si pemberi kuasa di dalam suatu perbuatan HK yang telah dikuasakan
kepadanya.
Larangan mengenai selbsteintritt itu dalam BW tidak ada. Dapat dikatakan bahwa
selbsteintritt itu tidak dilarang, akan tetapi bahwa dalam beberapa hal tertentu,
selbsteintritt itu di larang.
Pasal yang digunakan untuk membatasi selbsteintritt adalah PASAL 1470 AYAT (1) BW.
Namun dalam perkembangannya, keputusan HOGERAAD mengatkan bahwa PASAL
1470 AYAT (1) BW itu bukan merupakan ketentuan HK pemaksa.
Tidak dapat diberikan suatu ketentuan umum, tetapi kasus per kasus. Hal ini bergantung
pada:
a. Kehendak para pihak;
b. Harus dilihat apakah ada konflik kepentingan antara pemberi kuasa & pemegang
kuasa;
Sering kali tidak dapat ditemui secara tegas di dala pemberia kuasa, oleh karena itu
dalam praktiknya konflik kepentingan itu yang menentukan apakah selbsteintritt itu
boleh / tidak.
Pada asasnya ketentuan HK Indoneisa tidak menentang adanya pemberian kuasa untuk
kepentingan orang lain selain si pemberi kuasa. Dengan demikian, maka pemberian
kuasa yang diberikan untuk kepentingan penerima kuasa / kuasa mutlak juga dapat
diterima.
Jadi pada mulanya kuasa mutlak ini tidak ada masalah apa-apa. Namun kemudian yang
menjadi masalah adalah kuasa mutlak adalah kuasa mutlak adalah untuk menyimpangi
UU.
H L M | 78 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
BAB V
BEBERAPA PERJANJIAN TIDAK BERNAMA
Merupakan perjanjian-perjanjian yang belum diatur secara khusus dalam UU & belum diberi
nama resmi. Ini disebut juga dengan istilah PERJANJIAN JENIS BARU, yaitu perjanjian-
perjanjian yang baru ada / baru timbul setelah adanya kodifikasi BW & WvK.
Pada dasarnya PERJANJIAN TIDAK BERNAMA terbagi atas 2 bagian besar, yaitu sebagai
berikut:
A. PERJANJIAN TIDAK BERNAMA CAMPURAN
Adalah perjanjian-perjanjian yang di dalamnya terkandung unsur dari berbagai perjanjian
yang lain & unsur itu masih dapat dilihat dengan jelas.
Merupakan suatu perjanjian jual beli dimana si pembeli tidak membayar secara
tunai, tetapi mengangurnya setiap periode / waktu tertentu.
b. CARA LEVERING
Peralihan kepemilikan atas objek perjanjian itu baru terjadi setelah pembayaran yang
terakhir. Levering itu dengan cara taditio brevi manu [penyerahan dengan tangan
H L M | 79 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
pendek]. Dapat dijelaskan tahapan dalam perjanjian sewa beli [contohnya usaha travel
mobil]:
1) Pada waktu perjanjian dimulai, pembeli sudah membayar pembayaran pertama;
2) Kendaraan sudah digunakan;
3) Setiap bulan membayar biaya yang telah disepakati sampai tercukupi harga barang
tersebut;
4) Pembayaran terakhir mengakibatkan penuhnya harga barang tersebut;
5) Barang tersebut sudah ada di tangan pembeli, oleh karena itu penyerahannya
dilakukan dengan pernyataan saja karena barangnya secara fisik sudah ada di
tangan pihak yag mau diserahi.
Oleh karena itu pemerintah mencari mitra kerja berupa investor, kemdia diantara
keduanya dilakukan perjanjian yang disebut dengan perjanjian bangun guna serah.
H L M | 80 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Kemudian kepada investor diberikan HGB diatas tanah HPL itu. Selama
berlangsungnya HGB tersebut, investor dapat menggunakan tanah tersebut.
H L M | 81 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Setelah itu terjadi, nantinya bisa dioperasikan sendiri / dengan pihak lain
H L M | 82 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Namun pada masa itu, suatu barang baru tidak dengan mudah diterima oleh
masyarakat sehingga Alexander mengalami banyak kerugian. Demikian juga
dengan pesawat telepon yang dibuat oleh Alexander. Karena pada masa itu tidak
banyak orang yang mengenal telepon, maka produksinya tidak laku, padahal sudah
produksi banyak sekali pesawat telepon.
H L M | 83 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Masyarakat sudah tahu bahwa ketidak majuan pantai timur dikarenakan tidak ada
alat transportasi. Ketebulan pada masa itu yang sedang terkenal adalah kereta api.
Maka untuk memajukan pantai timur dibangunlah jalur kereta api dari pantai
barat sampai ke timur.
Masalah lokomotif dipesankan & didatangkan dari Jerman. Namun ada persoalan
yang muncul, untuk mengangkut penumpang / barang mereka tidak memesan
gerbong.
Muncul ide dari para pengusaha untuk menyewakan gerbong kereta api. Setelah
beberapa tahun, gerbong tersebut dapat dibeli juga dengan nilai sisa.
H L M | 84 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Pada tahun 1960-an mulai dilebarkan sayapnya ke Eropa dan bermula dari Inggris
yang mulai mengenal leasing ini. Kemudian meluas lagi ke Belgia & Perancis pada
tahun 1961, Jerman barat 1962 & Belanda 1963.
Pada tahun 1974 lembaga ini secara formal mulai diperkenalkan di Indonesia,
karena Indonesia memiliki sistem HK yang sama dengan Belanda. Leasing pertama
kali diatur pada SKB Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian & Menteri
Perdagangan. No. KEP 122/MK/IV/2/1974, 32/M/SK/2/1974,
30/KPB/1/1974. Dalam perkembangannya, leasing tumbuh berkembang dengan
baik di Indonesia.
Leasing merupakan salah satu kegiatan yang diatur dengan [KEPPRES 9/2009-
LEMBAGA PEMBIAYAAN]
Leasing pada dasarnya adalah memperoleh hak untuk memakai benda milik orang
lain & bendanya itu bukan sembarang benda, tetapi alat perusahaan / barang modal.
Apa itu barang modal/alat perusahaan?
Barang yang diunakan dalam kegiatn produksi.
b. PENGERTIAN LEASING
Leasing sudah ada definisi dalam PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO
84/PMK.012/2006: sewa guna usaha [leasing] adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
[finance lease] maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi [operating lease] untuk
digunakan oleh penyewa guna usaha / lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara angsuran.
Dengan memperhatikan UNSUR & CIRI DARI LEASING yang akan dijelaskan pada
SUB-BAGIAN selanjutnya, maka PROF. JENIE memberikan definisi leasing adalah
sebagai berikut:
H L M | 85 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
c. UNSUR-UNSUR LEASING
Unsur leasing [bagian-bagian yang membentuk pengertian leasing]
1) Ada pihak yang memiliki 1 benda yang bersedia memberikan HP atas benda
tersebut kepada pihak lain untuk suatu jangka waktu tertentu dengan pembayaran
sejumlah uang. Pihak ini disebut dengan [lessor].
2) Ada pihak yang bermaksud menggunakan benda milik orang lain untuk suatu
jangka waktu tertentu dengan pembayaran sejumlah uang tertentu sesuai dengan
kesepakatan [lessee].
3) Ada benda yang menjadi objek perjanjian tersebut
4) Ada suatu jangka waktu tertentu.
5) Ada harga lease yang besarnya telah disepakati.
d. CIRI-CIRI LEASING
Adalah sifat-sifat / tanda-tanda yang tampak keluar, yang membedakan leasing ini
dengan perjanjian lain yang sejenis.
(1) BARANG MODAL: barang yang digunakan dalam suatu proses produksi,
sehingga memiliki umur ekonomisnya.
(2) UMUR EKONOMIS: jangka waktu dimana suatu barang modal dapat dipakai
dengan cukup memberikan keuntungan.
b) Pihak yang terikat pada perjanjian leasing itu harus bergerak pada bidang
usaha. [Badan Usaha / Perseorangan]
c) Jangka waktu kontrak senantiasa berkaitan dengan umur ekonomis benda yang
menjadi objek perjanjian leasing.
d) Di dalam leasing, senantiasa ada pemisahan antara HM & HP. HM ada pada
lessor, HP ada pada lessee.
Hal ini merupakan hal yang biasa dalam unsur HK Anglo Saxon, sementara dalam
sistem HK eropa kontinental tidak dikenal pemisahan ini. Akibatnya terdapat HM
secara yuridis [orang yang memiliki benda & dapat mengalihkan benda tersebut] &
HM secara ekonomis [orang yang mendapatkan manfaat dari benda tersebut].
Dalam kegiatan pasar modal banyak hal yang didasarkan pada pemisahan seperti
itu. Contohnya adalah Sisi lain dari haK adalah kewajiban.
Dalam leasing, lessor itu pemilik, namun tidak menanggung resiko ekonomis.
Sementara lessee, bukan merupakan pemilik & menanggung resiko ekonomis.
2) CIRI KHUSUS
Adalah ciri yang terdapat pada jenis-jenis leasing tertentu. Penjelasan lebih lanjut
akan dijelaskan pada SUB-BAGIAN selanjutnya.
H L M | 87 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
f. FINANCIAL LEASE
1) Resiko ekonomis atas objek leasing sepenuhnya ada pada lessee, oleh karena itu
lessee lah yang harus mengasuransikan benda tersebut atas tanggungannya
sendiri & menunjuk lessor sebagai pihak yang berhak menerima ganti rugi jika
terjadi avenement [peristiwa yang dipertanggungkan].
RESIKO EKONOMIS: resiko atas naik turunnya harga barang yang dimiliki.
2) Lessie harus menanggung biaya pemeliharaan benda tersebut & jika perlu
mengadakan perbaikan-perbaikan apabila ada suku cadang yang rusak / aus &
menyimpan benda tersebit sedemikian rupa seolah-olah benda tersebut miliknya.
H L M | 88 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
Apabila setelah hal tersebut dipenuhi, untuk diputus itu terserah para pihak.
Jadi melelui financial leasing, lessie memperoleh HP atas suatu benda dengan
sekaligus menanggung resiko ekonomisnya. Resiko ekonomis merupakan suatu
unsur yang terkandung pada pengertian HM.
Dapat dikatakan bahwa dalam suatu financial lease, lessie itu “seolah-olah”
memperoleh HM atas objek lease, karena dia yang harus menanggung resiko
ekonomisnya. Sedangkan HM yang ada pada lessor hanyalah sekedar alat untuk
menjamin pemenuhan prikatan lessee pada lessor. Jadi bukan HM dalam arti yang
sebenarnya, karena tidak menanggung resiko ekonomis.
5) Pada akhir masa lease, kepada lessee diberikan hak opsi untuk membeli benda
tersebut berdasarkan nilai sisa.
Karena benda produksi sudah digunakan untuk waktu tertentu, maka nilainya
akan berkurang & yang tersisa adalah nilai sisanya.
Pada hakekatnya merupakan perjanjian jenis baru yang memiliki sifat khusus.
H L M | 89 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
g. OPERATING LEASE
1) Resiko ekonomis barang modal sepenuhnya ditanggung oleh lessor.
2) Karena resiko ekonomis ada pada lessor, maka lessor yang harus
a) Mengasuransikan benda tersebut;
b) Memelihara benda tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan tujuannya;
c) Dia yang harus mengganti / memperbaiki suku cadang yang rusak / aus.
4) Kontrak operasional lease hanya mungkin diadakan untuj alat produksi yang
mudah laku, sebab untuk benda semacam itu perkembangan nilainya dapat
diramalkan / dapat diperhitungkan & untuk penjualannya tersedia pasar barang-
barang bekas yang luas.
5) Untuk benda-benda bergerak, kontrak ini hanya dapat ditawarkan oleh pabrikan /
distributornya saja, sebab hanya mereka yang memiliki ekahlian & peralatan untuk
merawat benda-benda tersebut.
H L M | 90 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
j. CAPTIVE LEASING
Lessor merupakan suatu perusahaan yang terikat pada suatu pabrikan / distirbutor
barang modal yang merupakan objek lease. Leasing jenis ini merupakan cara untuk
memasarkan suatu produk perusahaan.
H L M | 91 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
b. POKOK-POKOK KEGIATANNYA:
1) Anjak piutang adalah kegiatan untuk melaksanakan pembiayaan. Yang disediakan
adalah dana untuk kepentingan penjual piutang.
H L M | 92 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
3) pengalihan piutang dilakukan untk seluruh piutang klien selama jangka waktu
berlangsungnya perjanjian secara berkala dalam jumlah yang tidak melebihi pagu
pembiayaan
Merupakan bagian dari cessie, karena merupakan perjanjian jual beli piutang.
Cessie itu bagaimana?
Dilakukan dengan akta otentik / akta dibawah tangan bahwa suatu piutang
dibawah nama telah dialihkan kepada pihak lainnya.
5) Pegalihan piutang dilakukan dengan klausula with recorse, berarti bahwa klien
mengikatkan diri untuk menanggung cukup mampunya customer untuk
membayar hutangnya, sehingga resiko tidak tertagihnya piutang tetap ada pada
klien.
d. ISI PERATURAN STANDAR OLEH PIHAK FAKTOR
Perjanjian ini dilengkapi dengan peraturan standar yang dilengkapi oleh pihak faktor.
Peraturan standar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan faktor
tersebut, isi perjanjian standar itu adalah:
H L M | 93 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
1) Pengalihan piutang;
2) Tata cara pemberitahuan pengalihan piutang;
3) Kewajiban-kewajiban klien;
4) Penagihan;
5) Right of the course;
[perjanjian standarnya]
Kelalaian & akibatnya;
6) Ketentuan mengenai kuasa, kedudukan berbagai dokumen & surat-surat/ daftar-
daftar yang berkaitan dengan anjak piutang;
7) Ketentuan mengenai domisili HK & penunjukan Pengadilan.
Apabila masuk jual beli piutang, maka termasuk perjanjian bernama yang diatur
dalam BW. Untuk menjabaw itu, maka harus dibandingkan apakah benar-benar sama
dengan jual beli piutang yang diatur dalam BAB V BUKU III BW.
1) Adalah perjanjian jual beli biasa, oleh karena itu dia tunduk pada ketentuan
mengenai perjanjian jual beli dalam BAB V BUKU III BW.
b) Penjual piutang harus menanggung bahwa hak tersebut benar ada sewaktu
diserahkan.
H L M | 94 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
(2) Penyerahan yang demikian itu bagi si berhutang tiada akibatnya, melainkan
setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya / secara tertulis disetujui
& diakuinya.
H L M | 95 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
2) Pihak klien menjamin bahwa piutang yang dialihkan itu merupakan tagihan yang
timbul dari transaksi yang sah / tidak bertentangan dengan UU, serta belum
dialihkan / dijual kepada pihak lain.
3) Penjualan piutang dapat dilakukan dengan klausula with recorse, artinya klien
mengikatkan diri untuk menanggung cukup mampunya debitur membayar
hutangnya.
H L M | 96 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
c) Permintaan agar semua tagihan yang timbul dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam perjanjian langsung dibayarkan kepada perusahaan faktor
yang telah menerima peralihan tersebut.
d) Permintaan agar debitur TTD surat itu sebagai bukti persetujuannya & supaya
pengalihan piutang itu memperoleh akibat HK-nya.
1) BEDANYA DENGAN JUAL BELI PIUTANG ITU ADA JANGKA WAKTU TERTENTU,
SEHINGGA SEMUA PIUTANG YANG ADA PADA JANGKA WAKTU TERSEBUT,
MAKA PIUTANG ITU YANG DALIHKAN OLEH FAKTOR, TIDAK HANYA 1. BERSERI
PADA JANGKA WAKTU YANG TELAH DITENTUKAN.
2) Pada saat perjanjian dibuat, piutangnya sudah ada dalam JB piutang. Sementara
dalam Anjak Piutang ada piutang yang belum ada pada waktu TTD perjanjian.
3) Piutang yang diambil adalah piutang dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
asalnya tidak melebihi pagu / plafon. Membicarakan pagu / plafon merupakan
karakteristik perjanjian kredit, bukan perjanjian jual beli.
Jadi dapat dikatakan bahwa anjak piutang itu bukan merupakan perjanjian jual beli,
melainkan perjanjian jenis baru. Merupakan contractus sui generis, perjanjian jenis
baru yang memiliki sifat khusus.
H L M | 97 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
BAB VI
HAPUSNYA PERJANJIAN & PERIKATAN
Perlu di ingat bahwa hapusnya perjanjian dengan perikatan itu berbeda. Ada kalanya hapusnya
perjanjian tidak mengakibatkan hapusnya perikatan, namun sebaliknya hapusnya perikatan
selalu menghapuskan perjanjian. Hapusnya perikatan diatur dalam PASAL 1381 BW.
2. Jika ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian yang mereka buat, perjanjian akan
berakhir pada jangka waktu tertentu.
Misal dalam sewa menyewa “sewa menyewa ini akan berlangsung terus menerus selama
2 tahun sejak TTD akta tersebut & akan berakhir pada tanggal sekian”.
JUAL BELI DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI, PADA PASAL 1519 BW.
Ada satu jenis perjanjian yang berbeda, yaitu jual beli dengan hak membeli kembali.
Dimana penjual menjual barang kepada pembeli, dengan ketentuan untuk dapat membeli
kembali barang yang dijualnya itu dengan harga yang sama. Jangka waktunya adalah 5
tahun, apabila lebih dari itu tidak dibeli kembali, maka hak untuk membeli kembali
hapus.
H L M | 98 TIM PENYUSUN
RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN SEMESTER 1
HUKUM PERJANJIAN 2015
4. Ditentukan oleh para pihak & UU karena terjadinya suatu peristiwa tertentu.
Merupakan perjanjian bersyarat [dengan syarat batal].
Ditentukan oleh para pihak & tidak dilarang oleh UU.
B. HAPUSNYA PERIKATAN
Berdasarkan PASAL 1381 BW, hapusnya perikatan adalah karena:
1. Pembayaran;
2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan / penitipan;
3. Pembaharuan utang;
4. Perjumlaan utang / kompensasi;
5. Percampuran utang;
6. Pembebasan utang;
7. Musnahnya barang terutang;
8. Kebatalan / pembatalan;
9. Berlakunya suatu syarat batal [diatur dalam BAB I BW];
10. Lewatnya waktu / daluarsa.
H L M | 99 TIM PENYUSUN