Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM

Taqiyuddin An-Nabhani

Muhammad Syauqi
(11160960000072)
Kimia 3C
Pengertian Daulah Islam

Daulah Islam merupakan kekuatan politik praktis yang berfungsi untuk


menerapkan dan memberlakukan hukum-hukum islam, serta mengemban dakwah
silam ke seluruh dunia sebagai sebuah risalah dengan dakwah dan jihad.

Daulah Islam hanya berdiri di atas landasan akidah Islam, dan akidah Islam
inilah yang menjadi asasnya. Secara Syari akidah Islam, dalam keadaan apapun,
tidak boleh terlepas dari negara, sehingga sejak pertama kali Rasulullah SAW,
membangun sebuah pemerintahan di Madinah serta memimpin pemerintahan di
sana, beliau segera membangun kekuasaan dan pemerintahannya dengan
landasan akidah islam.
Bentuk Pemerintahan Islam
Sistem pemerintahan Islam adalah sebuah sistem yang lain dan tidak memiliki
kesamaan dengan sistem-sistem pemerintahan yang ada di dunia, baik dari aspek asas
yang menjadi landasan berdirinya, pemikiran, konsep, standar, serta hukum-hukum
yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umat, maupun dari aspek undang-
undang yang diberlakukannya. Menjadikan pemerintahan Islam berbeda sama sekali
dari seluruh bentuk pemerintahan yang ada di dunia.

1. Monarki

2. Republik

3. Kekaisaran

4. Federal
Pemerintahan Islam Bukan Monarki
Sistem pemerintahan monarki adalah pemerintahan yang menerapkan sistem
waris (Putra Mahkota), dimana singgsananya kerajaan akan diwarisi oleh seorang putra
mahkota, dari orang tuanya. Sistem monarki pula memberikan hak tertentu serta hak-
hak istimewa khusus untuk raja yang tidak akan bisa dimiliki oleh yang lain. Sistem ini
juga yang menyebabkan raja di atas undang-undang, dimana secara pribadi memiliki
kekebalan hukum. Namun, raja kadang kala hanya sebagai simbol bagi umat dan tidak
memiliki kekuasaan apa-apa, seperti raja-raja di Eropa. Atau kadangkala raja
berkuasa penuh, bahkan menjadi sumber hukum, dimana raja bebas memerintah
rakyatnya, seperti di Arab Saudi, Yordania dan Maroko.

Di dalam Islam tidak mengenal sistem Monarki yang secara eksplisit kekuasaan
hanya bisa dipegang oleh struktur dari raja tersebut. Karena sesungguhnya menurut
islam pemerintahan itu akan dipegang oleh orang yang dibaat oleh umat dengan
penuh rakyat.
Pemerintahan Islam bukan Republik

Sistem republik sejatinya berdiri pada sistem tatanan demokrasi dimana dengan
mengusung konsep dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat, sistem pemerintahan republik
di beberapa negara di rasa cocok untuk diterapkan, termasuk di Negara Indonesia. Sistem
pemerintahan republik memberikan kewenangan penuh terhdapa rakyatnya, sehingga
dalam membuat undang-undang dan pertauran-peraturan lainnya rakyat berhak mengubah,
membuat ataupun menghapusnya. Sementara sistem pemritntahan Islam berdiri di atas
pilar akidah Islam, serta hukum-hukum syara. Dimana kedaulatannya di tangan syara.
Dalam hal ini baik umat maupun khalifah tidak berhak membuat aturan sendiri. Karena
yang berhak merubah aturan adalah Allah SWT. Kemudian di dalam sitsem republik lama
kepemimpinan seorang presiden/ perdana menteri selalu diatasi oleh masa jabatan,
sememntara dalam khilafah tidak terdapat masa jabatan terntentu. Namun, batasannya
masih menerapkan hukum syara atau tidak.
Pemerintahan Islam Bukan Kekaisaran

Dalam sistem pemerintahan kekaisaran tidak mengenal yang namanya


persamaan suku dan ras. Karena sistem ini tidak mengenal sama antara ras yang
satu dengan yang lainnya dalam hal pemberlakuan hukum di dalam wilayah
kekaisaran. Dimana sistem ini telah telah memberikan keistimewaan dalam
bidang pemerintahan, keuangan dan ekonomi di wilayah pusat.

Sedangkan tuntunan dalam islam dalam bidang pemerintahan adalah


mengganggap sama antara rakyat yang satu dengan yang lainnya, karena dalam
islam hanya mengenal perbedaan dalam hal ketakwaaan kepada Allah tanpa
sedikit pun membedakan perbedaan tahta, fisik ataupun harta.
Pemerintahan Islam Bukan Federasi

Sistem pemrintahan federasi menganut pembagian wilayah-wilayahnya dalam


otonominya sendiri-sendiri dan bersatu dalam pemerintahan secara umum, tetapi
sistem pemerintahan islam adalah sistem kesatuan yang mencakup seluruh negeri.

Dalam hal pemerataan pajak/ jizyah, dimana pajak yang dikumpulkan dari
berbagai kota akan ditampung dalam kas negara dan dibagi sesuai dnegan kebutuhan
kota tersebut, walaupun dalam penyetoran pajaknya kota tersebut memberikan pajak
yang besar, maka tetap akan dibagikan sesai dnegan kebutuhannya saja, sehingga dari
sini akan timbul subsidi silang yang memberikan kelegaan kepada kota yang
penyetoran pajaknya dikit namun kebutuhannya besar.
Pilar Pilar Pemerintahan Islam
Pilar- Pilar Pemerintahn Islam

Kedaulatan di tangan syara


Kekuasaan milik umat
Mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi seluruh
kaum muslimin
Kedaulatan di Tangan Syara

Pilar pertama ialah kedaulatan hukum syara. Pilar yang pertama ini menurut
islam menyatakan bahwa segala persengkataan atau permasalahan dikembalikan
kepada hukum syariah yang berlaku dan bukan menggunakan peraturan buatan
manusia. Adapun yang tepat, kedaulatan itu ada di tangan syara, bukan di
tangan umat. Sehingga yang menangani dan mengendalikan aspirasi individu
adalah syara bukan individu itu sendiri, dengan sesukanya. Melainkan, aspirasi
individu itu ditangani dan dikendalikan berdasarkan perintah-perintah dan
larangan-larangan Allah SWT.
Kekuasaan di Tangan Umat

Adapun pilar kedua adalah Kekuasaan di Tangan Umat. Hal iini diambil dari fakta bahwa
syara telah menjadikan pengangkatan khalifah oleh umat, dimana seorang khalifah hanya
memiliki kekuasaan melalui baiat. Dallil bahwa syara telah menjadikan pengangkatan khalifah
sudah sangat pas sekali di dalam hadits-hadits tentang baiat . Imam Muslim telah meriwayatkan
dai Ubaidah bin Shamit yang berkata:

kami telah membaiat Rasulullah SAW untuk setia mendengarkan dan mentaati perintahnya,
baik dalam keadaan susah maupun mudah, baik dalam keadaan yang kami senangi ataupun tidak
kami senangi.

Baiat dilakukan oleh kaum muslimin kepada khlaifah, hal ini seperti yang terjadi pada masa
khulafaur rasyidin adalah bahwa mereka menjadi khalifah atas baiat dari kaum muslimin.
Mengangkat Satu khalifah Hukumnya
Fardhu Bagi Seluruh Kaum Muslimin
Rasulullah SAW telah mewajibkan kepada setiap muslim agar di atas pundaknya ada
baiat kepada seorang khalifah , bukan mewajibkan setiap muslim untuk membaiat
khalifah. Oleh karena itu, yang diwajibkan adalah adanya baiat di atas pundak setiap
muslim, yaitu adanya khalifah yang dengan begitu di atas pundak masing-masing orang
islam ada baiat. Karena adanya khalifah itulah yang menyebabkan di atas pundak
masing-masing orang islam ada baiat baik karena secara langsung dia ikut berbaiat
ataupun tidak.
KEPEMIMPINAN ISLAM, KEPEMIPINAN
TUNGGAL, BUKAN KOLEKTIF
Islam mewajibkan hanya ada satu pemimpin dalm satu bidang dan tidak
memperbolehkan adanya kepemimpinan lebih dari satu. Islam juga tidak
mengenal dengan apa yang dinamakan kepemimpinan kolektif (kelompok).
hukum pemimpin yang ada wajib satu. Imam Ahmad telah meriwayatkan dari
Abdullah bin Amru yang mengatakan,bahwa Rasulullah SAW, bersabda :

Tidak halal bagi tiga orang , kecuali mereka (bertiga) dipimpin oleh salah
seorang di antara mereka
ISLAM WAJIB DITERAPKAN SECARA
MENYELURUH DAN SEKALIGUS
Allah telah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah SAW secara bertahap sesuai
dnegan fakta dan kasus-kasus yang terjadi ketika itu. Ketika satu ayat turun, maka
beliau langsung menyampaikannya. Sehingg setiap ada hukum yang diturunkan, maka
menjadi wajib hukumnya untuk diterapkan dan dilaksanakan. Sampai Kemudian Allah
SWT menyempurnakan agama ini, lalu turunlah al-Maidah ayat 3:

(....) Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Maidah;5;3)

Anda mungkin juga menyukai