Mengutip Abdul Qadim Zalum, definisi negara menurut alMawardi adalah alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan. Karena Islam sudah menjadi
ideologi politik bagi masyarakat dalam kerangka yang lebih konkret, bahwa Islam
memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan negara dan menerapkan aturan
berdasarkan hukum-hukum Islam. Masalah politik, ekonomi, sipil, militer, pidana, dan
perdata diatur jelas oleh Islam. Hal itu membuktikan bahwa Islam merupakan sistem bagi
negara dan pemerintahan, serta untuk mengatur masyarakat, umat, dan individu-individu.
Banyak para pemikir merumuskan definisi dan bentuk negara menurut perspektif
Islam. Roger F. Soltau melihat bahwa negara merupakan sarana atau alat mengimplementasi
kehendak dan cita-cita warga negaranya, karena tujuan setiap negara adalah mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
Dalam pandangan al-Mawardi, sebuah negara membutuhkan enam sendi utama untuk berdiri;
Jabatan ini merupakan penggati nabi Muhhammad SAW, dengan tugas yang sama,
yakni memppertahankan agama dan menjalankan kepemimpinan dunia. Lembaga ini disebut
khilafah (kekhalifahan). Orang yang menjalankan tugas itu disebut Khalifah.
Sistem pemerintahan islam berdasarka syura pernah dipraktekkan pada masa al-
Khulafa al-Rasyidun ketika mereka memerintah islam dibeberapa kawasan yang didasarkan
pada system musyawarah sebagai paradigm dasar kekuasaan.Abu Bakar Al-Shiddiq, umar
bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib telah menjalankan system
pemerintahan yang dilandasi oleh semnagat musyawarah.
Ciri yang menonjol dari system pemerintahan yang mereka jalankan terletak pada
mekanisme musyawarah, bukan dengan system keturunan.Tidak ada satupun dari empat
khalifah tersebut yang menurunkan kekuasaanya kepada sanak kerabatnya. Musyawarah
menjadi jalan yang ditempuh dalam menjalankan kekuasaan sesuai dengan apa yang
dijalankan Rasulullah SAW.
3. KHILAFAH MONARKI
Sistem monarki adalah system waris (putra mahkota) dimana singsana kerajaan akan
diwarisi oleh seorang putra mahkota dari orang tuanya. Sistem monarki juga merupakan
system pemerintahan yang menjadikan raja sebagai sentral kekuasan, seorang raja berhak
menetapkan aturan bagi rakyatnya .Perkataan raja adalah undang-undang tertinggi yang harus
ditaati.Raja memiliki hak khusus yang tidak dimiliki oleh rakyyat,raja memiliki kekebalan
terhadap hokum, dan kekuasaan kenegaraanya tak terbatas.
Berubahnya khilafah berdasarkan syura menjadi monarki ini terjadi ketika Muawiyah
melantik putranya Yazid sebagai khalifah atas dasar Mughirah bin Syu’bah.Sistem khilafah
monarki terus berlanjut hingga kerajaan islam dipegang oleh Turki Ustmani yang timbul di
Istambul pada 699 H/ 1299 M yang dipimpin oleh Ustman l yang kemudian dikenal sebagai
dinasti Utsmaniyah. Dinasti ini memerintah hingga 1342H/1924M dengan khalifah terakhir
Abdul Hamid ll. Tak pelak lagi sejak Dinasji Umaiyyah hingga Dinasti Utsmani, system
pemerintahan Islam sudah sangat jauh dari kekhalifahan yang berbasisi syura menjadi
khilafah monarki.
4. IMAMAH
Kunci utama Imamah dalam politik syi’ah adalah terletak pada posisi imam. Karena
status politik dari para imam adalah bagian yang esensial dalam mazhab Syi’ah
Imamiyah.Mereka dianggap penerus yang dari nabi Muhammad SAW dan mereka percaya
bahwa setiap penerus harus ditunjuk oleh Allah SWT melalui nabinya.Para Imam dianggap
sebagai penerus nabi dan pewaris yang sah dari otoritasnya.Hal ini bukan dikarenakan
mereka dari keluarganya ,tetapi karena mereka merupakan orang-orang yang shaleh taat
kepada Allah dan mempunyai karakteristik yang menjadi prasyarat untuk mengemban tingkat
kepemimpinan politik agama. Demikian juga mereka tidak ditunjuk mmelalui consensus
rakyat. Imamah adalah Institusi yang dilantik secara ilahiyah,hanya Allah yang paling tau
kualitas-kualitas yang diperlukan untuk memenuhi tugas ini,oleh karena itu hanya Dia-lah
yang mampu menunjuk mereka. Syi’ah menganggap bahwa Imamah seperti kenabian,
menjadi keperccayaan yang pundamental, dan ketaatan kepada otoritas imam adalah sebuah
kewajiban agama. Meski para Imam tidak menerima wahyu ilahi, namun para imam
mempunyai kulitas,tugas, dan otoritas dari nabi. Bimbingan politi dan agama dari mereka dan
mereka adalah wali bagi pengikut mereka.
Konsep politik Syi’ah yang berpusat pada Imam (yang kemudian diterjemahkan
menjadi wilayat al- afqih) diterjemahkan dalam periode modern dalam bentuk negarra Irean.
Iran menjadi penjelmaan politik Syi’ah setelah revolusi Islam Iran tahun 1979 yang dipimpin
oleh Imam Khomeini.
5. DEMOKARASI
Kata Demokrasi memiliki berbagai makna. Tetapi pada dunia modern ini
penggunaanya mengandung arti kekuasaan tertinggi dalam urusan politik adalah hak rakyat.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan penting
pemerintah, atau garis kebijakanaan dibelakang keputusan-keputusan tersebut secara
langsung atau tidak langsung, hanya dapat berlangsung jika disetujui secara bebas oleh
mayoritas masyarakat dewasa yang berada dalam posisi pemerintahan.
Paling tidak ada tiga mavam bentuk demokrasi yaitu , demokarasi formal, permukaan, dan
substantive.
a. Demokrasi Formal
Demokrasi formal ditaandai dengan pemilihan umum yang teratur, bebas, adil,
dan kompetitif.Biasanya ditandai dengan tidak digunakanya paksaan secara
berlebihan oleh Negara terhadap terhadap masyarakat, ada kebebasan sipil dan politik
yang cukup untuk menjamin kompetisi dalam pemilihan umum.
b. Demokrasi Permukaan
c. Demokrasi Substantif
Monarki adalah system pemerintahan yang berbentuk kerajaan, dimana yang berhak
menggantikan raja adalah keturunanya. Rakyat tidak memiliki hak untuk mengggatikan
kekuasaan. Titah raja harus diikuti oleh rakyatnya , sehingga ada ketundukan peneuh dari
rakyat yang diperintahnya. Tetapi ada bentuk lain dari monarki, yaitu monarki Konstitusional
yang secara jelas dalam konstitusinya disebutkan sebagai Negara kerajaan. Maroko dan
Jordania adalah contoh nyata dari monarki konsttitusiaonal
Periode ini dibagi lagi menjadi duaperiode, yaitu masa kemajuan Islam (650-1000 M)
dan masa disintegrasi (1000-1250 M)
2.Periode Pertengahan: 1250-1800
Masa-masa awal Islam masuk kedalam periode klasik yang diawali dari proses
turunnya wahyu, masa kenabian, masa khulafaurrasyidin, masa Dinasti Bani Umayyah, dan
masa Dinasni Bani Abbas.Berdasarkan itulah kebanyakan para sejarawan Indonesia membagi
periodeisasi sejarah Islam dengan pembabakan: Masa Nabi, Masa Khafilah yang Empat,
masa Dinasti Bani Umayyah dan masa Dinasti Bani Abbas.
Adalah masa sejak diangkatnya Muhammad sebagai Nabi melalui proses turunnya
wahyu sampai wafatnya Nabi Muhammad SAW.Ada dua periode yang dilalui Nabi, periode
Makkah yaitu sejak turunnya wahyu pertama sampai dengan hijrah atau berpindahnya beliau
bersama para pengikutnya ke Madina , dan periode Madinah, yaitu sejak peristiwa hijrah
sampai dengan wafatnya Nabi.
Sejak itu dimulailah babak baru dalam masa kenabian. Berbeda dengan apa yang
dialamai pada saat di kota Makkah, di Madinah Nabi dan para pengikutnya mendapat
sambutan yang baik oleh penduduk Madinah. Sesara social masyarakat Madinah ketika itu
terdiri dari beberapa kelompok, kelompok-kelompok yang tergolong besar dan berpengaruh
adalah kelompok Yahudi dan Arab. Kelompok Arab sendiri terdiri dari suku “Aus dan
Khosroj. Masing-masing kelompok ini dalam rentang waktu yang cukup panjang selalu
terlibat dalam pertikaian, mereka saling bertikai untuk memperebutkan kepemimpinan di
antara mereka. Karena masing-masing mereka tidak ada yang mau mengalah, maka akibatnya
Madinah masa itu menjadi kosong kepemimpinan.
Di sisi lain mereka sudah berada dalam titik jenuh selalu bertengkar, mereka sudah
merindukan suasana damai, akan tetapi mereka tidak mempunyai figure yang dapat
mempersatukan mereka. Beberapa tokoh diantara mereka akhirnya menemukan figure itu ada
pada pribadi Nabi Muhammad SAW. Karena itulah kehadiran nabi dan para pengikutnya di
Madinah mendapat sambutan hangat bahkan Nabi dinobatkan sebagai pemimpin diantara
mereka.
Sisi menarik dari system politik yang dibangun oleh Nabi adalah bahwa dalam Negara
madinah itu dibangun dengan kondisi social penduduknya heterogen. Etnis Arab dengan
beraneka suku, dan juga berbagai jenis keyakinan, Yahusi dengan beberapa sektenya, Nasrani
serta masyarakat suku paganism yang belum mempunyai agama, serta Islam sendiri.
Keanekaragaman ini dapat dipersatukan dalam suatu sitem politik yang dibangun oleh Nabi.
Pada masa kenabian tidak ada lagi perang antar suku, tidak juga ada superioritas kelompok
tertentu atas yang lain. Semua dapat hidup damai, saling menghormati satu dengan lain.
Hasilnya adalah Madinah yang awalnya adalah cikl bakal sebuah Negara, akhirnya menjelma
menjadi sebuah kekuatan Negara baru. Sebuah Negara dengan konsep kebersamaan hak
warga Negara, tidak membedakan ras, suku dan agama.
Cara bernegara yang dipraktekkan oleh Nabi itulah sebenarnya konsep dan praktek ajaran
islam yang benar. KOnsep-konsep dasar yang dibangun oleh Nabi adalah
1) memfungsikan masjid sebagai pemersatu antar kaum Muslimin. Masjid tidak hanay
difungsikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga difungsikan sebagai wdah uktuk
kegiatan social yangdapat mempererat rasa persaudaraan anatara sesame umat Islam.
2) adalah ukhuwah islamiyah, yaitu membangun persaudaraan antara sesame muslim.
Nabi mempersaudarakan antara umat islam yang hijtah (muhajirin) dengan penduduk
Madinah yang sudah muslim (anshor). Dengan demikian persaudaraan lebih kuat
diamping ada persaudaraan berdasarkan keturunan juga ada ikatan antara sesame
Islam.
3) hubungan persahabatan antara umat islam dengan penduduk non muslim. Hubungan
persahabatan ini dituangkan dalam sebuah piagam yang isinya memberikan jaminan
kemerdekaan beragama kepada umat Yahudi. Setiap warga Negara memiliki hak
tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Seluruh warga Negara mempunyai
kewajiban yang sama uttuk membela keamanan negeri dari serangan luar. Dalam
bidang social Nabi juga meletakkan dasar persamaan antar sesame manusia.
Perjanjian ini dalam pandangan ketata negaraan sekarangdisebut dengan konstitusi
Madina.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/SAMSUNG/Downloads/Al-
Mawardi_dan_Konsep_Kenegaraan_dalam_Islam.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/6809/3/BAB%20II.pdf
https://www.kompasiana.com/syafran/5500b725a333115d6f511d65/islam-periode-awal-
negara-madinah