Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Sistem pemerintahan persefektif islam

Di Susun Oleh:
Dewi daima rosyida (210603001)
Fadrul amizan (210603019)
Amir hamzah (210603011)
St Maryam (210603007)

PRODI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah swt. Yang telah memberikan kita semua
berbagai macam kenikmatan, sehingga dengan kenikmatan yang sudah di berikan kami
mampu menyelesaikan makalah ilmu pemerintahan ini pada waktu yang ditentukan.

Tidak lupa kami ucapan terima kasih kepada dosen pengampu yang sudah
membimbing kami dalam peroses pembelajaran ilmu pemerintahan dan kepada teman teman
yang berkenan membantu menyusun makalah ini.

Jika nanti dalam pembacaan makalah ini pembaca menemukan kata kata yang kurang
tepat atau berkenan di hati pembaca, maka dari itu kami memohon maaf sebesar besarnya.

Mataram, 25 mei

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BLAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NEGARA DALAM ISLAM


B. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM
C. PERBEDAAN NEGARA ISLAM DENGAN MODEREN

BAB III

A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BLAKANG
Pemerintahan islama yang pertama kaali di bangun dan di dirikan oleh rasulullah
SAW adalah tatkala beliu menetap di kota yasrib,yang di kenal dengan Negara atau
pemerintahanmadinah. Sistem pemerintahan yang telah di rintis oleh rasulullah saw
adalah berdasarkan AL-QURAAN dan as-sunnah. Akan tetapi baik al-quraan
maupun as-sunnah tidak perlu menerapkan suatu kebijakan tentu yang dengannya
suatu Negara atau pemerintahan islam harus di sesuaikan.akibat muncul sistem-
sistem politik pemerintahan dalam bentuk yang beragam. Pada saat itu salah satu
sistem pemerintahan yang mencoba mengikuti sistem pemerintahan Nabi adalah
sistem pemerintahan islam iran ( repolbik islam iran ) yang bedasarkan pada konsep
wilayah al-paklah, suatu konsep kepemimpinan syi’ah tammimiyah isna asaryyah.
Dari sini muncul dua pokok masalah, yaitu: pertama bagimana konsep wilayah al-
paqih iran? Yang di maksud konsep di sini adalah istilah yang di gunakan
menggambarkan phenomena yang di teliti,yaitu usul dan perkembangan konsep
wilayah al-faqlh serta kedudukannya dalam pemerintah repolbik islam iran. Hal ini
bertujuan membetuk gambaran umum kosep wilayah al-paqlh iran. Kedua, bagimana
sistem pemerintahan al-faklh iran yang di maksud sistem pemerintahan wilayah al-
faqlah iran adalah semua yang di dalamnya terkait dan keteraturan dengan wilayah
al-faqlh, meliputi kuahfikasi pemimpin,suksesi pemimpin dan demokrasi dalam
sistem pemerintahan wilayah al-faqlhiran dan tujuan mengetahui sistem
pemerintahan wilayah al-faqlah iran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Negara dalam islam
2. Bagaimana sistenm pemerintahan Negara islam
3. Apa perbedaan Negara islam dengan non islam
4. Konsep pemerintahan dalam islam
C. TUJUAN
1. Upaya untuk mengetahui pengertian Negara dalam islam
2. Upaya untuk mengetahui bagimana sistem pemerintahan Negara islam
3. Upaya untuk mengetahui Negara islam dengan non islam
4. Upaya untuk mengetahui konsep pemerintahan dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN NEGARA DALAM ISLAM

Negara dalam terminologi secara umum, melahirkan beberapa pengertian. Namun, negara
dalam terminologi Islam yang diistilahkan dengan dawlah, pengertiannya selalu merujuk
pada al-Quran yang menggunakan term al-balad dan derivasinya. Kata al-balad secara
leksikal berarti tinggal di suatu tempat, kota atau daerah, dan negeri. Kata al-balad yang
berarti kota ditemukan dalam QS. al-Balad (90): 1-2, yakni : ‫َو َأْنَت ِح ٌّل ِبَهَذ ا اْلَبَلِد‬، ‫اَل ُأْقِس ُم ِبَهَذ ا اْلَبَلِد‬
(Aku benar-benar ber-sumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di
kota Mekah ini). Sedangkan derivasi kata al-balad yang berarti negeri ditemukan dalam QS.
al-Fajr (89):11, yakni ; ‫( اَّلِذ يَن َطَغ ْو ا ِفي اْلِباَل ِد‬yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri ini).
Pengertian yang sama, juga terdapat dalam QS. al-Furqān (25): 49, yakni ; ‫ِلُنْح ِيَي ِبِه َبْلَد ًة َم ْيًتا‬
‫( َو ُنْس ِقَيُه‬agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri yang mati).

Negeri yang juga dapat diartikan negara (al-bilad), disebut dalam al-Quran dengan berbagai
bentuknya sebanyak 19 kali dengan perincian: kata balada disebut sebanyak 8 kali, kata
baladan 1 kali, kata biladi 5 kali, sedangkan kata baldatun disebut sebanyak 5 kali, yang
kesemuanya berarti negara/negeri.

Untuk menemukan pengertian negara dalam perspektif Islam, terlebih dahulu harus merujuk
pada unsur-unsur negara itu sendiri. Dalam hal ini, al-Mawardi menyebutkan unsur-unsur
negara sebagai berikut :

a. Dalam negara ada agama yang dihayati.

Agama yang diperlukan sebagai pengendali hawa nafsu dan pengawas melekat atas
hati manusia, karenaya merupakan sendi sekaligus unsur yang terkuat bagi kesejahteraan dan
ketenangan negara.

b. Dalam negara, ada penguasa yang berwibawa.


c. Dalam negara, harus ada keadilan yang menyeluruh.
d. Dalam negara, harus tercipta keamanan yang merata.
e. Dalam negara, terwujud kesuburan tanah.
f. Dalam negara, ada generasi.
Ibn Abi Rabi’ berpendapat bahwa untuk mendirikan negara diperlukan beberapa dua
unsur dan sendi. Pertama, harus ada wilayah di dalamnya, terdapat terdapat air bersih, tempat
mata pencaharian, terhindar dari serangan musuh, jalan-jalan raya, tempat shalat di tengah
kota, dan pasar-pasar. Kedua, harus ada raja atau penguasa sebagai pengelola negara yang
akan menyelenggarakan segala urusan negara dan rakyat.

2. SISTEM PEMERINTAHAN DALAM NEGARA ISLAM

Islam adalah sistem yang sempurna. Di dalamnya terdapat aturan yang mengatur segala
bentuk interaksi antar sesama manusia, seperti sistem sosial, ekonomi, politik, dsb. Aturan-
aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang akan melaksanakan dan menerapkan
aturan-aturan tersebut kepada manusia. Islam telah menetapkan sistem yang khas bagi
pemerintahan. Islam juga telah menetapkan sistem yang khas untuk mengelola pemerintahan.
Di samping itu, Islam menuntut seluruh hukum syara (Islam) kepada rakyatnya.

Negara Islam adalah negara yang bersifat politis. Negara Islam tidak bersifat sakral.
Kepala negaranya tidak dianggap memiliki sifat-sifat orang suci. Negara yang dimaksud di
sini adalah Khilafah Islamiyah yang dikepalai oleh Khalifah, yang kadang-kadang disebut
sebagai amirul mukminin, sulthan, atau imam.

Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke segenap penjuru
dunia. Menegakkan Khilafah hukumnya wajib bagi seluruh kaum muslimin. Melaksanakan
kewajiban ini sebagaimana melaksanakan kewajiban lain yang telah dibebankan Allah SWT
kepada kaum muslimin, adalah suatu keharusan yang menuntut pelaksanaan tanpa tawar-
menawar lagi dan tidak pula ada kompromi. Melalaikannya adalah salah satu perbuatan
maksiat yang terbesar dan Allah akan mengazab para pelakunya dengan azab yang sangat
pedih.

Asas-asas Sistem Politik Islam

Sistem pemerintahan Islam tegak berdasarkan asas berikut:

1.Kedaulatan di tangan Syara’

Seorang individu tidak boleh memelihara urusan umat atau individu-individu lain
dengan sesuka hatinya. Segala perbuatan individu dan umat terikat dengan perintah dan
larangan Allah SWT. Dengan kata lain, menurut pandangan Islam, tak satu pun manusia
mempunyai hak legislasi (membuat hukum). Dengan demikian, tidak ada lembaga legislatif
di dalam struktur pemerintahan Islam karena kedaulatan berada di tangan hukum syara, yaitu
al Qur’an dan as Sunnah. Bukan berada di tangan umat. Firman Allah SWT:

“Menetapkan hukum itu hanya milik Allah.” (TQS. Al An’am: 57)

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir.” (TQS. Al Maidah: 44)

2.Kekuasaan di tangan umat

Kaum muslimin memiliki kewajiban melaksanakan hukum-hukum syariat. Akan


tetapi, kaum muslimin secara keseluruhan tidak mungkin dapat menerapkan syariat Islam
terhadap mereka sendiri tanpa adanya penguasa (hakim). Oleh karena itu, syariat memberikan
hak untuk mengangkat penguasa (Khalifah) kepada umat. Dengan kata lain, umatlah yang
memilih Khalifah dan memberikan bai’at kepadanya. Khalifahlah yang mewakili umat dalam
menjalankan aktivitas kekuasaan (pemerintahan). Imam Muslim meriwayatkan bahwa
Ubadah bin Shamit berkata:

“Kami telah membai’at Rasulullah saw untuk setia mendengarkan dan menaati
perintahnya., baik dalam keadaan susah maupun mudah, baik dalam keadaan yang kami
senangi ataupun tidak kami senangi.”

3.Mengangkat seorang Khalifah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin

Syariat telah mewajibkan setiap muslim untuk membai’at seorang Khalifah.


Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang mati dan di atas pundaknya tidak ada bai’at
maka matinya adalah mati jahiliyah.” (HR. Muslim)

Selain itu, kaum muslimin di seluruh dunia tidak boleh memiliki lebih dari satu
pemimpin dan lebih dari satu negara. Sistem pemerintahan Islam merupakan sistem kesatuan.
Negara yang satu, sistem yang satu, dan Khalifah yang satu. Berikut hadits yang yang
berkaitan dengan perkara ini:Apabila ada dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir
dari keduanya.” (HR. Muslim)
4.Khalifah satu-satunya pihak yang berhak melakukan tabanni (adopsi) terhadap hukum-
hukum syara serta menegakkan konstitusi dan perundang-undangan.

Khalifah sebagai kepala negara memiliki kewajiban untuk mengatur urusan kaum
muslim. Syariat Islam memberikan kepadanya amanah untuk melindungi dan memelihara
urusan umat. Inilah latar belakang mengapa umat memberikan kekuasaan kepada kepala
negara untuk memerintah berdasarkan hukum-hukum Allah SWT. Oleh karena itu, Khalifah
akan berusaha keras menegakkan Islam di tengah-tengah masyarakat dan menyerukan risalah
Islam ke seluruh penjuru dunia.

Khalifah pun memiliki kewenangan untuk menetapkan salah satu pendapat (menjadi
hukum) di antara pendapat-pendapat yang ada di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini
terdapat kaidah syara yang berbunyi: “Perintah Imam (Khalifah) akan menghilangkan
perselisihan”. Kaum muslimin wajib terikat dengan hukum yang nantinya dipilih oleh
Khalifah karena ketaatan kepada pemimpin merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah
SWT dan Rasulullah saw. Firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta ulil amri di antara
kamu.” (TQS. An Nisa:59)

5.Struktur pemerintahan Islam tegak atas tujuh pilar, yaitu:

1.Kepala negara, yaitu Khalifah

2.Pembantu kepala negara (Muawin), yaitu Muawin Tafwidl dan Muawin Tanfidz

3.Gubernur (Wali)

4.Panglima perang (Amirul Jihad) dan Angkatan Bersenjata

5.Lembaga peradilan (Qadli)

6.Aparat administrasi (Jihazul Idari)

7.Majelis Umat (Beranggotakan muslim dan non muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
Fungsinya melakukan koreksi kepada penguasa, tidak membuat hukum/undang-undang
karena membuat hukum hanyalah hak Allah SWT)
Seluruh pilar ini merupakan aparat pelaksana bagi Daulah Islamiyah. Pola seperti ini
pun pernah ditegakkan oleh Rasul saw di Madinah. Para Khalifah sesudah beliau
menjalankan pola yang sama berdasarkan petunjuk Rasulullah saw.

3. PERBEDAAN NEGARA ISLAM DENGAN MODEREN

pengertian dan perbedaan antara negara modern dengan pemerintahan yang menganut
sistem dan hukum islam. Saat ini, dunia telah mengalami revolusi dalam berbagai aspek.
Tidak hanya industri, tetapi sistem-sistem tatanan dunia juga berubah seiring lahirnya
pemikiran-pemikiran yang mendominasi.

Pemerintahan islam adalah pemerintahan yang menganut ajaran-ajaran islam dan telah
dijalankan sejak masa Rasulullah. Sedangkan negara modern adalah negara yang bereovolusi
dalam berbagai aspek, baik sistem, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Ada beberapa
perbedaan anatara pemerintahan islam dan negara modern saat ini.

Perbedaan yang pertama adalah dalam hal kedaulatan. Dalam pemerintahan islam,
otoritas tertinggi berada di tangan pemimpins negara atau khalifah. Yang mana pemegang
kekuasaan mutlak adalah pemimpin negara. Dan Tuhan adalah satu-satunya pembuat
keputusan dalam berbagai hal.

keputusan tersebut tentu saja kembali pada wahyu, yaitu al-Qur'an. Yang berarti
meskipun kepala pemerintahan memiliki otoritas penting dan mutlak, tetapi hukum adalah
apa yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Hukum-hukum tambahan lainnya yang
memang tidak ada dalam al-Qur'an barulah menjadi pemikiran ulama yang dibahas dan
dibagi menjadi 4 madzhab dalam umat mislam. Sedangkan dalam negara modern, negara
adalah satu-satunya yang menentukan nasibnya sendiri. negara juga wewenang tunggal
pembuatan hukum dan aturan-aturan bagi negara itu sendiri. Dalam negara modern, negara
itu bertanggungjawab atas kedaulatan dan nasibnya dalam tatanan dunia yang semangkin
kompleks.

Perbedaan yang kedua adalah globalisasi dan sistem ekonomi perdagangan. Dalam negara
modern, globalisasi menjadi hal yang penting dalam peningkatan ekonomi negara. Dimana
perdagangan lintas negara sangat membawa keuntungan bagi beberpa pihak, khususnya
negara itu sendiri. sedangakan dalam pemerintahan islam, memiliki beberapa aturan dalam
perdagangan yang tentunya diatur dalam hukum yang wajib menunaikan hak-haknya dan
juga hak-hak Tuhannya(Zakat).

Globalisasi memang telah menjadi penghubung antar negara untuk saling menguntungkan
satu sama lain. Dalam islam juga diajarakan bagaimana menjalin hubungan antara sesama
dalam berbagai hal. Dalam hal ini, sebelum lahirnya negara modern dengan berbagai
kekompleks an hubungan antar negara, islam juga telah mengajarkan bagaimana
berdiplomasi dengan baik

4. KONSEP PEMERINTAHAN DALAM ISLAM

Dalam Islam, konsep dasarnya adalah segala kedaulatan atas seluruh alam adalah milik
Allah. Tetapi manusia, sebagai wakil-wakil Tuhan di bumi, diberi wewenang pada bidang-
bidang tertentu, sebagai bentuk amanah yang mereka pertanggung jawabkan kepada Allah.
Rasulullah saw bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.

Karena kedaulatan Allah meliputi seluruh alam, maka cita-cita utama sebuah
pemerintahan dalam Islam adalah persatuan universal (universal federation), atau
perserikatan negara-negara otonom, yang saling terikat untuk menjunjung tinggi kebebasan
hari nurani, memelihara perdamaian, dan bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia di seluruh dunia. Dalam mewujudkan cita-cita ini, Pemerintahan Islam yang
didirikan oleh Rasulullah saw menyebar dengan cepat ke arah barat, melalui Mesir dan
Afrika Utara ke Spanyol. Dan ke arah timur melalui Irak, Iran, dan Asia Tengah ke
perbatasan China. Pemerintahan Islam membentuk satu masyarakat yang menuntut kesetiaan
penuh pada satu kepala pemerintah, yaitu Khalifah, yang merupakan penjaga ‘Pax Islamica’
dan yang bertanggung jawab atas kesejahteraan semua kelompok masyarakat yang
dipersatukan dengan landasan cita-cita bersama. Seiring dengan menurunnya nilai akhlak dan
rohani, cita-cita tersebut kemudian turun. Otoritas pusat semakin lemah sampai pada titik di
mana kesetiaan pada Khalifah hanya formalitas belaka dan penguasa-penguasa lokal semakin
berkuasa. Berikut ini adalah konsep konsep pemerintahan menurut islam :

a. Kepemimpinan Khilafah

Dari studi Alquran mengungkapkan bahwa Islam meyakini dua jenis pemerintahan,
yaitu pemerintahan yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama, namun berbeda dalam
lingkup otoritas pemerintahan dan cara pembentukannya. Cita-cita lainnya adalah
pemerintahan di mana kepala pemerintahannya menjalankan otoritas sekuler dan spiritual.

Jabatan khalifah dilakukan dengan pemilihan. Ia dapat dipilih secara langsung, atau
seperti yang terjadi dalam masa Umar ra, Khalifah Kedua Islam, beliau diusulkan oleh
pendahulu beliau, usulan itu kemudian disetujui oleh umat Islam setelah wafatnya Khalifah
yang menjabat.

Khalifah memegang jabatan seumur hidup. Ia tidak diperkenankan untuk turun tahta,
dan tidak juga bisa dituntut untuk melakukannya. Ia harus mengabdikan seluruh waktunya,
semua kapasitas dan kemampuannya untuk melayani umat. Ia terikat oleh hukum-hukum
Allah dan pada prinsip-prinsip yang mendasarinya. Ia harus melaksanakan hukum-hukum itu baik
yang tersurat maupun tersirat. Dan memastikan semuanya ditegakkan di dalam pemerintahan secara
semestinya.

Seorang Khalifah harus menetapkan berbagai isu-isu kebijakan dan semua


permasalahan mengenai urusan administrasi setelah bermusyawarah dengan para perwakilan
rakyat yang dipilih, baik untuk tujuan memberitahukan mereka dalam mengambil keputusan
terkait masalah yang dihadapi, ataupun untuk melatih para wakil dalam menjalankan urusan
publik (QS Ali Imran [3]: 160). Pelaksanaan urusan publik dengan cara musyawarah dari
orang-orang yang berkompeten merupakan karakteristik umat Islam (QS Asy-Syura [42]:
39). Dari sisi masyarakat, kerjasama dan taat kepada mereka yang dipercaya sebagai
pemimpin yang menjalankan urusan publik adalah sama wajibnya dengan taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. (QS An-Nisa [4]: 60)

Jadi, lembaga Khilafat memiliki karakter sekuler dan juga religius. Khalifah adalah
wakil yang dipilih rakyat, dan ia memiliki janji dukungan dari Allah selama lembaga tersebut
mempertahankan karakter yang diajarkan Al-Qur’an, bukan khalifah yang hanya sekedar
gelar, seperti yang sering terjadi dalam sejarah di dunia Islam.

b. Kepemimpinan sebagai Wakil Rakyat

Jenis pemerintahan yang lainnya adalah yang di dalamnya juga terdapat kepala
pemerintah yang menjabat sebagai wakil rakyat, yang memiliki tugas dan tanggung jawab
yang sama dengan yang dimiliki khalifah; tetapi terkait jabatannya, ruang lingkup kekuasaan,
dan batasan-batasannya, terikat oleh ketentuan-ketentuan Konstitusi di mana ia terpilih
sebagai pemimpin, dan ia harus menjunjung tingginya.

Dalam konteks ini jelas bahwa kedaulatan dipegang oleh rakyat. Mereka diperintahkan untuk
mempercayakan kepada orang yang paling pantas untuk menjalankan tanggung jawab yang
menyertainya. Sehingga pelaksanaan pemilihan dengan tujuan memilih perwakilan untuk
melaksanakan berbagai tanggung jawab meningkat menjadi sebuah kepercayaan yang suci.

c. tugas tugas pemerintahan islam

tugas-tugas pemerintahan Islam tidak berbeda dengan pemerintahan atau kepala


pemerintah lain, namun tugas tersebut harus dipahami dan dilaksanakan dengan semangat
keislaman dalam setiap lini kehidupan. Hal ini diungkapkan secara ringkas dalam sabda
Rasulullah saw. Setiap dari kalian adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang penguasa bertanggung jawab kepada rakyatnya, setiap kepala keluarga
bertanggung jawab atas anggota keluarganya, setiap wanita bertanggung jawab atas keluarga
dan anak-anak mereka, dan setiap pelayan bertanggung jawab atas properti milik tuannya di
bawah pengawasannya.

Islam menganggap pemerintah sebagai gembala yang bertanggung jawab atas sebuah
kawaan domba, dan sebagai gembala, ia berkewajiban untuk melindungi dan merawat
kawanan domba tersebut dan memenuhi semua kebutuhannya, menjaga domba-domba itu
agar tidak hilang arah, menjaga mereka dari serigala, memberi mereka makanan dan tempat
tinggal, dan melindungi mereka dari wabah dan penyakit. Jadi inilah kewajiban pemerintahan
Islam, yaitu melindungi rakyatnya dari pertikaian, kekacauan, gangguan, dan penindasan;
melindungi mereka dari serangan luar, dan menyediakan kebutuhan intelektual dan material.
Tugas utama pemerintahan Islam adalah melindungi keamanan negara, dan memelihara
pengaturan pertahanannya dalam kondisi yang tepat. (QS Ali-Imran [3]: 201)

Islam merupakan pelopor pertama konsep negara sejahtera. Martabat para buruh sangat
diperhatikan. Dalam satu kesempatan, Rasulullah saw memegang tangan-tangan kasar
seorang buruh di antara telapak tangannya yang lembut, dan beliau memijatnya dengan
lembut. Sambil mengamati, beliau bersabda “Tangan-tangan ini sangat diridhai Allah.” Islam
menetapkan pemerintahan Islam bertugas untuk menjamin ketersediaan kebutuhan hidup
rata-rata bagi semua warganya. Hal ini dianggap sebagai persyaratan minimum bagi
organisasi sosial yang baik. (QS. Taha [20]: 119-120)

d. Kerukunan Antar Agama

Dalam ranah hubungan internasional, agama dan hubungan lintas agama memiliki
posisi penting. Tetapi sayangnya, saat ini sangat sedikit perhatian yang diberikan pada aspek
hubungan manusia ini. Agama dianggap sebagai masalah pribadi bagi setiap individu
sehingga tidak memiliki hubungan langsung dengan aspek kehidupan politik, sosial, atau
ekonomi yang mempengaruhi hubungan tidak hanya individu, tetapi juga kelompok,
masyarakat, dan bangsa. Asumsi ini tidaklah benar. Agama merupakan faktor penting dalam
hubungan manusia dan terdapat landasan yang baik di dalam agama dalam mempromosikan
persatuan dan kesepahaman, daripada terus menjadi sumber gesekan dan konflik. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana sikap Islam terhadap agama lain beserta
pengikut mereka.

e. Islam dan Hubungan Internasional

Islam memfokuskan perhatian kepada faktor-faktor yang dapat merusak kedamaian


dan ketertiban, dan mengecam tindakan itu. Beberapa diantaranya akan dijelaskan secara
singkat.Dominasi satu kelompok pada kelompok lain di ranah domestik, atau satu masyarakat
pada masyarakat yang lain pada ranah internasional adalah penyebab nyata terganggunya
perdamaian, dan hal ini sangat dilarang. Allah tidak menghendaki pembagian makhluk-Nya
ke dalam kelompok-kelompok untuk tujuan menguasai satu sama lain, dan kapanpun
tindakan ini dilakukan, kehendak Allah bekerja untuk meninggikan derajat orang-orang yang
dizalimi atau ditindas. Dalam kaitannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam adalah sistem yang sempurna. Di dalamnya terdapat aturan yang mengatur
segala bentuk interaksi antar sesama manusia, seperti sistem sosial, ekonomi, politik,
dsb. Aturan-aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang akan
melaksanakan dan menerapkan aturan-aturan tersebut kepada manusia. Islam telah
menetapkan sistem yang khas bagi pemerintahan

segala kedaulatan atas seluruh alam adalah milik Allah. Tetapi manusia, sebagai
wakil-wakil Tuhan di bumi, diberi wewenang pada bidang-bidang tertentu, sebagai
bentuk amanah yang mereka pertanggung jawabkan kepada Allah. Rasulullah saw
bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.

Karena kedaulatan Allah meliputi seluruh alam, maka cita-cita utama sebuah
pemerintahan dalam Islam adalah persatuan universal (universal federation), atau
perserikatan negara-negara otonom, yang saling terikat untuk menjunjung tinggi
kebebasan hari nurani, memelihara perdamaian, dan bekerja sama untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia di seluruh dunia
DAFTAR PUSTAKA
. https://www.referensimakalah.com/2012/04/pengertian-negara-menurut-terminologi_7948.html
https://www.kompasiana.com/indria.sari/551fe6a8a333114340b65ee8/mengenal-sistem-
pemerintahan-islam
https://www.kompasiana.com/aliffah20307/5db69d3dd541df1d554a3b03/perbedaan-pemerintahan-
islam-dan-negara-modern
https://ahmadiyah.id/konsep-pemerintahan-menurut-islam.html

Anda mungkin juga menyukai