AHKAM AS-SULTANIYAH
OLEH :
LA ODE MUHAMAD SAPUTRA : H1A118201
MUSLIMIN : H1A118191
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ahkam as sultaniyah dengan baik dan benar.
Adapun makalah ini adalah makalah kelompok pertama untuk mata
kuliah hukum islam kami telah berupaya sekuat tenaga kami semungkin apa
yang kami dapat maksimalkan, dan sedapat mungkin kami telah meluangkan
waktu kami untuk bersma membuat makalah ini dengan baik dan benar
walaupun masih banyak yang perlu di koreksi.
Akhirnya kami sekelompok mengharapkan semoga dari makalah
ilmiah hukum islam ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari
Bapak Dosen Hukum Islam ataupun teman-teman kelompok yang lain kami
tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahkam As-Sultaniyah...........................................................2
B. Pengangkatan Imamah............................................................................4
C. Pengangkatan Kepala Daerah.................................................................7
D. Pengangkatan Kepala Perang.................................................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Islam adalah agama yang rahmat lil alamin yakni rahmat bagi seluruh
alam.Oleh karena itu islam juga mengatur berbagai bentuk kegiatan baik dalam
bentuk ibadah maupun bentuk muamalah. Dalam bentuk muamalah atau biasa di
sebut hubungan dalam bentuk horizontal ini di kenal dengan hukum islam.
Hukum Islam memiliki beberapa sub bahasan salah satunya adalah bertalian
tentang pemerintahan, dalam hal ini pemerintahan dalam islam atau biasa dikenal
dengan (ahkam as sultaniyah). Ahkam as sultaniyah yaitu hukum yang
membicarakan persoalan hubungan dengan kepala negara, kementerian, gubernur,
tentara, dan pajak. Aturan tersebut, saat ini termasuk dalam hukum konstitusional,
administrasi, dan fiskal. Kami membuat makalah ini karena pada dasarnya untuk
mengenal kompilasi hukum islam dengan baik.
b. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ahkam As-Sultaniyah
2. Bagaimana pengangkatan imamah dalam islam.
3. Bagaiamana kepala daerah dalam islam
4. Bagaimana pengangkatan kepala daerah dalam islam.
c. Tujuan
1. Agar mengetahui bagaimana sistem pemerintahan dala islam
2. Agar mengetahui pengangkatan pemimpin dalam islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
AHKAM AS SUTANIYAH
(PEMERINTAHAN DALAM SYARIAT ISLAM)
Umat Islam adalah umat pertama yang menata pemerintahan dengan cara-
cara administrasi tertulis yang sangat jelas. Bahkan, Piagam Madinah adalah
merupakan Konstitusi tertulis pertama di dunia. Dr. Muhammad Hamidullah,
dalam bukunya The Prophets Establishing a State and His Succession (Islamabad:
Pakistan Hijra Council, 1988), menempatkan satu bab berjudul The First Written-
Constitution in the World untuk menyebut Piagam Madinah. Jadi, sebelum
Rasulullah saw, meskipun banyak pemikir yang membicarakan tentang masalah
politik dan kenegaraan, tetapi belum ada satu pun negara yang memiliki
Konstitusi tertulis seperti negara Madinah.
2
Ketika mempelajari ilmu pengetahuan di jurusannya, mahasiswa
diperkenalkan dengan asal-asul keilmuan dalam perspektif Barat, yang biasanya
dimulai dengan pemikiran para Filosof Yunani dan langsung meloncat ke
pemikiran para ilmuwan Barat abad modern.
3
B. Pengangkatan Imamah (kepemimpinan)
4
d. Memiliki organ tubuh yang sehat dan terhindar dari cacat yang
dapat mengahalanginya dari cacat yang dapat dari menjalankan
tugas dengan baik dan cepat
e. Memiliki gagasan yang membuatnnya mampu memimpin rakyat
dan mengurusi berbagai kepentingan
f. Memiliki keberanian dan sifat ksatria yang membuatnya mampu
negara dan melawan musuh
g. Memiliki nasab dari silsilah Quraisy, berdasarkan nash dan ijma.
Ketika ahlu aqdi wal hal telah bersepakat untuk mengangkat seorang
imam (khalifah), hendaknya terlebih dahulu mereka mempelajari profil orang
orang yang memenuhi syarat untuk di angkat sebagai imam (khalifah). Setelah itu,
mereka menyeleksi di antara mereka yang paling banyak memiliki kelebihan,
5
paling sempurna syarat-syaratnya, dan paling mudah di taati oleh rakyat sehingga
mereka tidak menolak untuk mengangkatnnya. Dengan demikian, secara otomatis
ia sah sebagai imam (khalifah). Selanjutnya, seluruh rakyat harus ikut membaiat
dan bersedia untuk menaatinya.
6
C. Pengangkatan Kepala Daerah
7
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seoarang kepala daerah menguasai wilayah tersebut dengan
menggunakan senjata kemudian di angat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa di wilayah tersebut dan di beri wewenang untuk mengelola dan
menatannya, Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan dan
kewenangan mengelola wilayah serta meberlakukan aturan-aturan agama atas izin
imam (khalifah). Dengan begitu wilayah tersebut dapat di angkat dari dari
kehancuran menuju keselamatan.
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa seperti ini
telah keluar dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku, baik dari segi
syarat-syarat maupun aturan-aturannya. Dalam hal ini demi melindungi aturan-
aturan syariat dan hukum-hukum agama maka cara seperti ini dapat di benarkan
manakala jalur damai tidak berhasil dilakukan. Akan tetapi, jika jalur damai dapat
di tempuh, tidak di benarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduannya
memiliki perbedaan syarat, baik yang ideal maupun yang tidak ideal.
Dengan di angkatnnya kepala daerah mustauli (menguasai wilayah dengan
kekuatan senjata), paling tidak ada tujuh hal pokok dari aturan-aturan syariat,
antara imam (khalifah) dan kepala daerah memiliki kewajiban yang sama. Akan
tetapi, kewajiban yang dipikul oleh kepala daerah mustauli lebih berat. Ketujuh
aturan-aturan syariat yang terlindungi adalah sebagai berikut.
1. Terlindunginnya jabatan imam (khalifah) dalam mewakili tugas kenabian
dan menangani urusan urusan agama supaya segala kewajiban syariat
berikut anjurannya dapat di tegakkan
2. Lahirnya sikap taat
3. Terciptannya kebulatan tekad untuk saling mencintai dan menolong
supaya umat islam memiliki kekuatan yang mengungguli umat-umat lain.
4. Di benarkannya akad-akad kekuasaan agama supaya aturan aturan
keagamaan dapat dijaankan dengan baik dan tidak menjadi batal lantaran
akad tersebut.
5. Terkelolannya dana syariat dengan benar sehingga pihak yang
membayarnnya merasa puas dan pihak yang menerimanya di anggap sah.
6. Ditegakkannya hudud dengan benar dan di tujukannya kepada pihak
yang memang menerimannya. Sesungguhnya, jiwa seorang mukmin itu
8
dilindungi, kecuali bagi yang melanggar hak-hak Allah dan aturan-
aturannya
7. Diwajibkannya kepala daerah mustauli untuk melindungi agama dan
menjauhkan diri dari larangan- larangan Allah. Jika di taati, hendaknya ia
menyuruh wargannya untuk memenuhi hak-hak Allah dan aturan-
aturannya.
9
4. Mengangkat ketua barisan untuk tiap-tiap kedua pasukan (yang
dibayar dan yang tidak dibayar) supaya memudahkan panglima
perang utuk menganalnya dan agar dapat segera mendekat jika
panglima perang memanggilnya.
5. Membuat panggilan khusus bagi setiap pasukan untuk
membedakan pasukan yang satu dari pasukan lain.
6. Memeriksa para pasukan beserta orang orang yang
menyertainnya
7. Tidak menggabulkan orang yang berbeda mazhab, pendapat,
nasab sehingga tidak memunsulkan konflik dan perpecahan.
Kedua, Mengatur strategi Perang
Tugas kedua panglima perang adalah mengatur strategi perang,
dengan kemampuan taktik perang dan pengetahuan perang panglima
perang harus berusaha memenangkan perang baik dengan tenaga
maupun dengan otaknya. Dalam perang terdapat kaum musyrikin
yang berada di negara kafir dalammenanganinnya terbagi menjadi
dua:
1. Golongan yang telah mendapat dakwah islam, tapi cenderung
menolak dan memeranginya. Menyikapi hal ini, cara
melumpuhkannya yaitu menyerang mereka pada malam atau
siang hari, atau memberi perigatan untuk memerang mereka
2. Golongan yang belum mendapatkan dakwah islam. Dengan cara
menyampaikan dakwah islam danjika sudah di dakwai dan
mereka tetap bersikap melawan maka panglima berhak untuk
memeranginya.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum islam memiliki beberapa sub bahasan yang termasuk dalam KHI
(kompilasi hukum islam). Salah satuya adalah mengenai pemerintahan dalam
islam (ahkam assultaniyah). Dalamhal ini di bahas bagaimana mengangkat
pemimpin dalam islam, baik itu berupa imamah maupun bentuk kepala daerah
semua ini telah di atur dalam sistem pemerintahan islam.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainudin, Hukum Islam (pengantar ilmu hukum islam di indonesia), Jakarta:
Sinar Grafika, 2006
Al-mawardi, Imam, Al-Ahkam As Sultaniyah, Jakarta : Qisthi press, 2015
12