KELOMPOK 2
Penyusun :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala , yang atas
rahmat-Nya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Konsep Ketatanegaraan Islam”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen.Demi tercapainnya makalah yang sempurna.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB ІІ PEMBAHASAN………………………………………………………. 2
A. Kesimpulan ………………………………………………………………...... 7
ii
BAB І
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Alquran merupakan sumber ajaran Islam yang isinya mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Ia tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam
lingkungannya. Alquran juga memerintahkan agar umat Islam melaksanakan
ajaran-ajaran Islam seutuhnya dan melarang mereka mengikuti kehendak dan
ajakan setan.
1 Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an. Cet. II;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.
1
BAB П
PEMBAHASAN
Mustari pide menyatakan bahwa Hukum Tata Negara adalah segala peraturan
yang berisi, baik secara langsung atau tidak langsung tentang pembagian
kekuasaan dan pelaksanaan yang tertinggi dalam suatu negara.
Ibnu Kencana Syafi’i berkesimpulan bahwa Hukum Tata Negara adalah aturan
susunan serta tata cara yang berlaku dalam suatu kelompok keluarga, Organisasi
kewilayahan dan kedaerahan yang memiliki kekuasaan, kewenangan yang absah
serta kepemimpinan pemerintahan yang berdaulat, guna mewujudkan
kesejahteraan, keamanan, ketertiban, dan kelangsungan hidup orang banyak
(bangsa) dalam mencapai tujuan serta cita- cita bersama. Dari beberapa pengertian
yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tata negara
adalah segala sesuatu yang mengenai peraturan-peraturan, sifat, dan bentuk
pemerintahan suatu negara.
2 Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negarai. Cet. III; Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999.
2
akhirat. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan, bahwa manusia harus
selalu memperhatikan dan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar yang
mengandung makna perintah untuk senantiasa melakukan kebaikan dan mencegah
kerusakan, sebagaimana yang diajarkan dalam islam.
Ibnu Taimiyah, salah seorang pelopor pembaharuan dalam Islam dan seorang
penganjur ijtihad dalam rangka kembali kepada Alquran dan sunah, dalam teori
kenegaraannya lebih mefokuskan pada peran syari’ah dalam negara. Beliau
memahami apapun bentuk pemerintahan dalam Islam ia semata-mata alat syari’ah.
Dengan demikian, beliau lebih menekankan pada supermasi hukum Islam
ketimbang bentuk pemerintahan yang formal.
3
musyawarah dalam mengelola urusan negara dan menyelesai-kan masalah-
masalah kemasyarakatan.
3.Kekhilafahan Abbasiyah
Kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad adalah salah satu periode puncak dalam
sejarah ketatanegaraan Islam. Mereka mengembangkan sistem birokrasi dan
administrasi yang canggih dan meletakkan dasar-dasar hukum Islam (syariah)
dalam hukum negara.
4
4.Kesultanan Seljuk
Kesultanan Seljuk, yang muncul pada abad ke-11, menggantikan Kekhilafahan
Abbasiyah dan membentuk pemerintahan yang lebih terpusat di sekitar sultan. Ini
adalah salah satu contoh awal dari bentuk pemerintahan kesultanan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.5
7.Republik Turki
Pada tahun 1923 Mustafa Kemal Atatürk mendirikan Republik Turki dan
menghapuskan Kesultanan Turki Utsmaniyah. Ini mengakhiri periode monarki
dalam sejarah Turki dan memulai era republik dengan pemerintahan sekuler.
5
Jadi, konsep ketatanegaraan Islam berkembang selama berabad-abad, dari
pemerintahan teokratis awal hingga kesultanan seperti Kesultanan Turki
Utsmaniyah, yang mencampurkan elemen-elemen Islam dengan perkembangan
politik dan sosial yang lebih modern.
6
BAB Ш
PENUTUP
A.Kesimpulan
Nabi Muhammad saw. sebagai Kepala Negara Madinah telah menerapkan
prinsip-prinsip itu dengan baik dan sukses, karena:
1) Beliau adalah tokoh panutan atau uswatun hasanah yang tidak hanya sekedar
berbicara tentang ajaran Islam, tetapi ajaran itu beliau wujudkan secara konkret
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
2) karakter Nabi saw. sebagai kepala negara selalu mencerminkan sikap dan watak
sebagai pemimpin yang berjiwa demokrat dan berwibawa sesuai dengan akhlak
Islam;
3) kesadaran rakyat sangat tinggi terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak
mereka.7
7
DAFTAR PUSTAKA
Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negarai. Cet. III; Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999.
Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an. Cet. II;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.
al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.
Bandung: Mizan, 1984.