Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP KETATANEGARAAN ISLAM

Dosen Pengampu :Andriansyah,S.IP,M.Sc.

KELOMPOK 2

Penyusun :

Muhammad abraar (230105109)

Kemal Abdul Nashier (230105080)

Azzayumardi Azra (230105091)

Dea Zuldaratul Hikmah (230105081)

Miftahul Zannah (230105077)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala , yang atas
rahmat-Nya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Konsep Ketatanegaraan Islam”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah hukum tata negara yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
teman-teman kami yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini .

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen.Demi tercapainnya makalah yang sempurna.

Banda Aceh, 25 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….......... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB І PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 1

BAB ІІ PEMBAHASAN………………………………………………………. 2

A. Pengertian Tata Negara ..……...……………………………………………... 2

B. Menjelaskan tentang apa konsep hukum tata negara……………………....... 2

BAB ІІІ PENUTUP…………………………………………………………… 7

A. Kesimpulan ………………………………………………………………...... 7

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 8

ii
BAB І

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di dalam Alquran terdapat sejumlah ayat yang mengandung petunjuk dan


pedoman bagi manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Di antaranya
ayat-ayat tersebut mengajarkan tentang kedudukan manusia di bumi dan tentang
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam kehidupan kemasyarakatan.1

Alquran merupakan sumber ajaran Islam yang isinya mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Ia tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam
lingkungannya. Alquran juga memerintahkan agar umat Islam melaksanakan
ajaran-ajaran Islam seutuhnya dan melarang mereka mengikuti kehendak dan
ajakan setan.

Dengan demikian sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem


yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw dan para Khulafa al-Rasyidin.
Pelaksanaan prinsip-prinsip ketatanegaraan pada masa Rasulullah dan al-Khulafa
al-Rasyidin dapat disebut sebagai sistem ketatanegaraan yang ideal dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah

A.Apa yang dimaksud dengan hukum tata negara

B.Menjelaskan tentang apa konsep hukum tata negara

1 Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an. Cet. II;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.

1
BAB П

PEMBAHASAN

A.Pengertian Tata Negara

Tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan


bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintah, atau
sebaliknya.2

Mustari pide menyatakan bahwa Hukum Tata Negara adalah segala peraturan
yang berisi, baik secara langsung atau tidak langsung tentang pembagian
kekuasaan dan pelaksanaan yang tertinggi dalam suatu negara.

Ibnu Kencana Syafi’i berkesimpulan bahwa Hukum Tata Negara adalah aturan
susunan serta tata cara yang berlaku dalam suatu kelompok keluarga, Organisasi
kewilayahan dan kedaerahan yang memiliki kekuasaan, kewenangan yang absah
serta kepemimpinan pemerintahan yang berdaulat, guna mewujudkan
kesejahteraan, keamanan, ketertiban, dan kelangsungan hidup orang banyak
(bangsa) dalam mencapai tujuan serta cita- cita bersama. Dari beberapa pengertian
yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tata negara
adalah segala sesuatu yang mengenai peraturan-peraturan, sifat, dan bentuk
pemerintahan suatu negara.

B.Sifat dan Bentuk Pemerintahan

Manusia dalam menjalani hidup harus selalu sesuai dengan pemerintah-


pemerintah nya dalam rangka mencapai kesejahteraan baik di dunia maupun

2 Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negarai. Cet. III; Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999.

2
akhirat. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan, bahwa manusia harus
selalu memperhatikan dan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar yang
mengandung makna perintah untuk senantiasa melakukan kebaikan dan mencegah
kerusakan, sebagaimana yang diajarkan dalam islam.

Pada masa al-Khulafa al-Rasyidin umat Islam memilih dan menggunakan


sistem khalifah, dengan pertimbangan bahwa sistem inilah yang paling cocok bagi
mereka saat itu. Sistem khalifah dapat disebut sebagai salah satu
bentuk ijma’ (konsensus) para sahabat nabi ketika itu. Namun konsensus itu
bukan merupakan suatu konsep yang kaku yang secara mutlak harus diterapkan
pada setiap saat dan tempat.3

Ibnu Taimiyah, salah seorang pelopor pembaharuan dalam Islam dan seorang
penganjur ijtihad dalam rangka kembali kepada Alquran dan sunah, dalam teori
kenegaraannya lebih mefokuskan pada peran syari’ah dalam negara. Beliau
memahami apapun bentuk pemerintahan dalam Islam ia semata-mata alat syari’ah.
Dengan demikian, beliau lebih menekankan pada supermasi hukum Islam
ketimbang bentuk pemerintahan yang formal.

Khalifah Usman berdasarkan pertimbangan kualitas pribadi masing-masing.


Abu Bakar menjadi khalifah yang pertama melalui pemilihan dalam satu
musyawarah terbuka, terutama oleh lima tokoh yang mewakili semua unsur utama
dari masyarakat Islam pada waktu itu. Umar bin Khattab diangkat sebagai
khalifah kedua melalui penunjukan Abu Bakar setelah mengadakan konsultasi
tertutup dengan beberapa sahabat senior dan tidak melalui pemilihan terbuka.
Usman bin Affan dingkat melalui pemilihan dalam satu pertemuan terbuka oleh
dewan formatur yang ditunjuk oleh Ali bin Abi Thalib diangkat melalui pemilihan
dan pertemuan terbuka, tetapi dalam suasana kacau sehingga keabsahan
pengangkatan Ali Keempat khalifah itu senantiasa melestarikan tradisi

3 al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.


Bandung: Mizan, 1984.

3
musyawarah dalam mengelola urusan negara dan menyelesai-kan masalah-
masalah kemasyarakatan.

Konsep Ketatanegaraan Islam telah berkembang sepanjang sejarah dan


mencakup berbagai bentuk pemerintahan, mulai dari masa awal Islam hingga
Kesultanan Turki Utsmaniyah. Berikut adalah beberapa tahapan penting dalam
perkembangan konsep ketatanegaraan Islam hingga mencapai Kesultanan Turki:4

1.Pemerintahan di Masa Nabi Muhammad


Pada awal Islam, pemerintahan dipimpin oleh Nabi Muhammad sebagai
pemimpin politik dan agama. Ini menciptakan konsep kepemimpinan Islam yang
bersifat teokratis, di mana pemimpin juga berperan sebagai pemimpin spiritual
umat Islam.

2.Khalifah: Setelah wafatnya Nabi Muhammad


pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah, yang merupakan pemimpin politik
dan spiritual umat Islam. Ini menciptakan konsep Kekhilafahan Islam yang
berlangsung selama beberapa abad dengan pemerintahan dari Kekhalifahan
Umayyah, Abbasiyah, dan lainnya.

3.Kekhilafahan Abbasiyah
Kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad adalah salah satu periode puncak dalam
sejarah ketatanegaraan Islam. Mereka mengembangkan sistem birokrasi dan
administrasi yang canggih dan meletakkan dasar-dasar hukum Islam (syariah)
dalam hukum negara.

4 al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.


Bandung: Mizan, 1984.

4
4.Kesultanan Seljuk
Kesultanan Seljuk, yang muncul pada abad ke-11, menggantikan Kekhilafahan
Abbasiyah dan membentuk pemerintahan yang lebih terpusat di sekitar sultan. Ini
adalah salah satu contoh awal dari bentuk pemerintahan kesultanan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.5

5.Kesultanan Turki Utsmaniyah


Kesultanan Turki Utsmaniyah, yang berdiri pada awal abad ke-14, adalah salah
satu kesultanan terbesar dalam sejarah Islam. Mereka mengembangkan sistem
administrasi yang sangat terorganisir dan memiliki sultan sebagai pemimpin
tertinggi. Kesultanan ini juga mempraktikkan hukum Islam dalam banyak aspek
kehidupan, meskipun dalam bentuk yang lebih fleksibel.

6.Modernisasi Kesultanan Turki


Pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, Kesultanan Turki Utsmaniyah
mengalami serangkaian reformasi yang dikenal sebagai "Tanzimat" dan "Islahat."
Tujuan dari reformasi ini adalah untuk memodernisasi sistem pemerintahan dan
mengadopsi beberapa elemen dari sistem pemerintahan Barat.

7.Republik Turki
Pada tahun 1923 Mustafa Kemal Atatürk mendirikan Republik Turki dan
menghapuskan Kesultanan Turki Utsmaniyah. Ini mengakhiri periode monarki
dalam sejarah Turki dan memulai era republik dengan pemerintahan sekuler.

5 al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.


Bandung: Mizan, 1984.

5
Jadi, konsep ketatanegaraan Islam berkembang selama berabad-abad, dari
pemerintahan teokratis awal hingga kesultanan seperti Kesultanan Turki
Utsmaniyah, yang mencampurkan elemen-elemen Islam dengan perkembangan
politik dan sosial yang lebih modern.

Apabila manusia berkuasa di muka bumi, maka kekuasaan itu


diperolehnya sebagai suatu pendelegasian kewenangan dari Allah swt., karena
Allah swt. adalah sumber dari segala kekuasaan. Alquran menegaskan bahwa
Allah swt. sebagai pemilik kekuasaan yang Dia dapat limpahkan kepada siapa saja
yang Dia kehendaki, demikian pula Dia mampu merenggut kekuasaan dari siapa
saja yang Dia kehendaki. Dengan demikian, ke-kuasaan yang dimiliki manusia
hanyalah sekedar amanah dari Allah swt Yang Maha Kuasa. 6

Oleh karena itu manusia dalam menunaikan amanah itu hendaklah


berpegang pada prinsip-prinsip umum hukum Allah sebagai berikut:

1. Prinsip Kekuasaan sebagai Amanah


2. Prinsip Musyawarah
3. Prinsip Keadilan
4. Prinsip Persamaan
5. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan terhadap Hak-Hak Asasi Manusia
6. Prinsip Peradilan Bebas
7. Prinsip Perdamaian
8. Prinsip Kesejahteraan
9. Prinsip Ketaatan Rakyat

6 al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.


Bandung: Mizan, 1984.

6
BAB Ш
PENUTUP

A.Kesimpulan
Nabi Muhammad saw. sebagai Kepala Negara Madinah telah menerapkan
prinsip-prinsip itu dengan baik dan sukses, karena:
1) Beliau adalah tokoh panutan atau uswatun hasanah yang tidak hanya sekedar
berbicara tentang ajaran Islam, tetapi ajaran itu beliau wujudkan secara konkret
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
2) karakter Nabi saw. sebagai kepala negara selalu mencerminkan sikap dan watak
sebagai pemimpin yang berjiwa demokrat dan berwibawa sesuai dengan akhlak
Islam;
3) kesadaran rakyat sangat tinggi terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak
mereka.7

Sistem Khilafah (suatu pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Khalifah


sebagai kepala negara) yang pernah diterapkan pada masa Khulafa al-Rasyidin
adalah suatu sistem bernegara yang ideal yang pernah dalam hukum dan sejarah
Islam. Artinya, baik secara teoritis maupun secara empiris sistem itu pernah ada
dalam Islam. Oleh karena itu, asumsi yang menyatakan bahwa dalam Islam tidak
ada sistem negara dan pemerintahan adalah tidak benar.

7 al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.


Bandung: Mizan, 1984.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negarai. Cet. III; Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999.
Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an. Cet. II;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.
al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir.
Bandung: Mizan, 1984.

Anda mungkin juga menyukai