Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Konstitusi,Demokrasi,Ummah dan Syura

Dosen Pengampu : Tanuri, MHI

Disusun oleh :
Nasiha Kamaliyya

PROGRAM STUDI AKHWAL AL SYAKHSHIYAH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT PEMBINA ROHANI ISLAM

Jl. Raya Klp. Dua Wetan,Kec.Ciracas,Kota Jakarta Timur


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua berupa Iman, Islam dan Ihsan. Berkat Rahmat
dan karunia-Nya pula kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konstitusi,Demokrasi,Ummah dan Syura ” ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Tanuri, MHI selaku Dosen pengajar mata
kuliah Tafsir Ahkam .Tidak lupa pula kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk
selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa/I yang sedang menempuh materi ini.

Kami menyadari bahwasannya tugas ini masih jau dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sekalian demi mencapai sedikit
kesempurnaan tugas untuk kedepannya. Mudah-mudahan tugas ini bermanfaat khususnya
bagi kami dan umumnya bagi kita semua.

Jakarta, 16 Mei 2023

Hormat Kami

Nasiha Kamaliyya
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Fiqh siyasah adalah bukan kajian yang baru di antara ilmu pengetahuan yang lainnya,
keberadaan fiqh siyasah sejalan dengan perjalanan agama Islam itu sendiri. Karena
fiqh siyasah ada dan berkembang sejak Islam menjadi pusat kekuasaan
dunia.perjalanan hijrahnya Rasulullah ke Madinah, penyusunan piagam Madinah,
pembentukan pembendaharaan negara, pembuat perjanjian perdamaian, penetapan
Imama, taktik pertahanan negara dari serangnya musuh yang lainnya. Pembuatan
kebijakan bagi kemaslahatan masyarakat, umat dan bangsa, dan kemudian pada masa
itu semua dipandang sebagai upaya-upaya siyasah dalam mewujudkan Islam sebagai
ajaran yang adil, memberi makna bagi kehidupan dan menjadi rahmat bagi seluruh
alam. Siyasah dusturiyah adalah bagian fiqh siyasah yang membahas masalah
perundang-undangan negara, konsep-konsep konstitusi (undang-undang dasar negara
dan sejarah lahirnya perundang-undangan dalam suatu negara), legislasi, lembaga
demokrasi dan syura yang merupakan pilar penting dalam perundang-undangan
negara serta ummah yang menjadi pelaksana perundang-undangan tersebut. Dalam
makalah ini, penulis hanya akan membahas mengenai konstitusi dalam Islam, sejarah
munculnya konstitusi dan perkembangannya dalam Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

Sistem politik Islam juga disebut sebagai Siyasah. Siyasah juga terbahagi kepada dua iaitu:
Siyasah Wadh’iyah: yaitu siyasah yang dikenal berdasarkan kepada pengalaman sejarah dan
adat masyarakat serta hasil oleh pemikiran manusia dalam mengatur hidup manusia
bermasyarakat dalam Negara.

Siyasah Syar’iyyah: yaitu Siyasah yang dihasilkan oleh pemikiran manusia mengikut etika
agama dan moral dan memerhatikan prinsip-prinsip umum syariat dalam mengatur manusia
hidup bermasyarakat dan bernegara.

A. Konstitusi
Dalam fiqh siyasah Konstitusi disebut juga dustur, dustur berarti kumpulan kaedah
yang mengatur dasar dan hubungan kerja sama antara sesama anggota masyarakat
dalam sebuah negara, baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun yang tertulis
(konstitusi).
Perpaduan antara politik dan agama yang merupakan akibat lagsung dari hakikat
teologi Islam juga terungkap dalam kawasan teori konstitusioanal. AI-Quran sebagai
undang-undang, perilaku keagamaan, tetapi yang lebih tinggi, kitab suci itu
merupakan hukum dasar dan tertinggi yang tidak dapat digolongkan sebagai argumen
serius tentang konstitusi Negara Islam.
Sumber hukum konstitusi Islam yang kedua yang tidak kalah penting adalah Sunah
atau segala perkataan dan praktek kehidupan Nabi Muhammad saw, manusia yang
dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada semua manusia.
Sumber hukum konstitusi Islam yang ke tiga adalah Ijma’ yang berarti kesepakatan
universal atau kosensus yang bersifat umum. Ijma’ melibatkan upaya kolektif yang
terdiri dari anggota-anggota suatu kelompok atau keseluruhan masyarakat untuk
meraih sebuah kesepakatan hukum tentang suatu masalah tertentu.
Sedangkan sumber hukum konstitusi yang ke empat adalah Qiyas yaitu metode yang
digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang berkenaan dengan legalitas suatu
bentuk perilaku tertentu. Dalam Islam metode ini digunakan untuk memperluas
hukum hukum syariah yang bersifat umum kepada berbagai kasus individu yang tak
terbatas atas dasar kesamaan atau ketidakselarasan dengan beberapa kasus lama yang
telah dijelaskan dalam Qur’an dan Sunnah.

B. Demokrasi
Sistem demokrasi yang begitu mendarah daging dalam tradisi Arab, telah menjadi
kenyataan dimana dalam sistem tersebut kekuasaan raja, khalifah atau sultan tidak
terbatas. Sistem ini membuat raja/khalifah/sultan bertindak otoriter dan menganggap
mereka sebagai satu-satunya pemegang kedaulatan yang sah secara turun-menurun.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh sistem ini adalah menjalarnya pelanggaran-
pelanggaran HAM, ketidakadilan, keserakahan tanpa batas dan lain-lain.
Kenyataan ini membuat para ulama/intelektual Islam mengoreksi sistem semacam ini
dan melakukan sejumlah kajian dengan perbandingan-perbandingan dunia Barat.
Negara atau kekhalifahan bukanlah amanat syari`at sebagaimana diyakini selama ini.
Syari`ah tidak wajib di informalkan dalam bentuk Negara, demikian kritik-kritik yang
mereka kemukakan. Selanjutnya mereka melanjutkan sistem demokrasi sebagai yang
lebih sesuai dengan syari`at.

Sistem demokrasi yang begitu mendarah daging dalam tradisi Arab, telah menjadi
kenyataan dimana dalam sistem tersebut kekuasaan raja, khalifah atau sultan tidak
terbatas. Sistem ini membuat raja/khalifah/sultan bertindak otoriter dan menganggap
mereka sebagai satu-satunya pemegang kedaulatan yang sah secara turun-menurun.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh sistem ini adalah menjalarnya pelanggaran-
pelanggaran HAM, ketidakadilan, keserakahan tanpa batas dan lain-lain.
Kenyataan ini membuat para ulamal/intelektual Islam mengoreksi sistem semacam ini
dan melakukan sejumlah kajian dengan perbandingan-perbandingan dunia Barat.
Negara atau kekhalifahan bukanlah amanat syari`at sebagaimana diyakini selama ini.
Syari`ah tidak wajib di informalkan dalam bentuk Negara, demikian kritik-kritik yang
mereka kemukakan. Selanjutnya mereka melanjutkan sistem demokrasi sebagai yang
lebih sesuai dengan syari`at.
Ciri-ciri negara yang memiliki sistempolitik ´demokrasi´:
Adanya pembatasan terhadapan tindakan pemerintah untukmemberikan perlindungan
bagi individu & kelompokdalampenyelenggaraan pergantian pemimpin secara berkala
,tertib ,damai & memalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif
Prasarana pendapat umum ,baik pers ,televisi ,maupun radioharus diberi kesempatan
untuk mencari berita secara bebasdalam merumuskan pendapat mereka.kebebasan
untukmengeluarkan pendapat , berserikat , & berkumpul merupakanhak-hak politik &
sipil sangat mendasar .
Sikap menghargai hak-hak minoritas & perorangan , lebihmengutamakan
musyawarah daripada paksaan dalammenyelesaikan perselisiihan ,sikap menerima,
legistimas darisistem pemerintah.
Dalam bukunya Introduction todemocratic Theory henry B.maryo
Menyelesaikan perselisihan degan damai secara melembaga bibitpertikaian dapat
berupa perbedaan pendapat & kepentingan.Demokrasi merupakan sistem yang
menagakui sahnya ekspresipositif dalam pertikaian .demokrasi mengadakan suatu
cara yangunik untuk menyelesaikan pertikaian secara damai,meanegakkan ketertiban
umum,dan membuat kebijaksanaaanumum dengan fungsi kompromi terlembaga
dalam legislatif.
Menjamin terselenggara nya perubahan secara damai dalamsuatu masyarakat yang
sedang berubah ciri-ciri UUD (KONSTITUSI) memuat prosedur untuk mengubah
UUD ciri-ciri semacam ini mengisyaratkan bahwa dalam rangka aspirasimasyarakat
yg berubah & berkembang maka UUD harus di beriterbuka.

C. . Ummah
Dalam piagam madinah, pemakaian kata ummah mengandung dua pengertian.
organisasi yang diikat oleh akidah islam. kedua, organsasi umat yang menghimpun
jamaah atau komunitas yang beragam atas dasar ikatan sosial politik. Dari ayat-ayat
Alqur’an dan piagam madinah dapat di catat beberapa ciri esensi yang
menggambarkan ummah (Islam). pertama, ummah memiliki kepercayaan kepada
Allah dan keyakinan kepada Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, memiliki kitab
yang satu dan bentuk pengabdian yang satu pula kepada Allah.
Islam yang memberiakn identitas pada ummah mengajarkan semangat universal.
Ketiga, karena umat islam bersifat universal, maka secara alamiah umat islam juga
bersifat organik. Keempat, berdasarkan prinsip ketiga, maka Islam tidka dapat
mendukung ajaran kolektivitas komunisme dan individualisme kaum kapitalis.
Kelima, dari prinsip tersebut, maka sistem politik yang digariskan Islam tidak sama
dengan pandnagan Barat.
Kata-kata umat ternyata memiliki ruang lingkup yang berlapis. Lapisan pertama, kata
umat bisa disamakan dengan makhluk Tuhan, sehingga burungpun disebut umat,
semut yang berkeliaran pun jugs bisa disebut umat dari umat-umat Allah. Lapisan
kedua, kata umat berarti umat manusia secara keseluruhan. Lapisan ketiga, kata umat
berarti suatu kemunitas manusia. Dalam lapisan ini bare bisa dibedakan antara umat
Islam dan umat non-muslim.
Konsep terpenting dalam pemikiran politik Islam adalah konsep Ummah atau
komunitas orang-orang beriman.
Permulaan kata Ummah diterjemahkan sebagai suatu kesatuan yang menimbulkan
kesatuan semua warga muslim. Jika tubuh Ummah yang konkret muncul ke
permukaan sebagai suatu konsep kehidupan dengan mempert-imbangkan budaya,
maka Ummah dapat berlaku sebagai suatu kekuatan yang memelihara. Jadi, konsep
tersebut berperan sebagai simbol kesatuan dan kekuatan yang mewujudkan kesatuan
secara bersamaan.
Menurut makna istilah, Ummah “meliputi totalitas (jamaah ) individu-individu yang
Baling terkait oleh tali atau ikatan agama, bukan kekeluargaan maupun ras. Di dalam
Ummah itu segenap anggota bersaksi sepenuhnya bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Dihadapan Allah, semua anggota
mempunyai derajat yang sama, tidak ada perbedaan tingkatan, kelas atau ras. ”
Sedangkan makna Ummah dalam arti lebih luas tidak hanya terbatas pada masyarakat
madinah. Dalam dokumen yang disebut ” Konstitusi Madinah” istilah Ummah
digunakan dalam dua arti yang berbeda dalam dua bagian dokumen:
Pada bagian awal istilah itu digunakan dalam arti khusus, yakni masyarakat
keagamaan orang-orang yang beriman; dan
Pada bagian kedua, kata itu diartikan sebagai masyarakat persekutuan secara umum.
Namun demikian, corak dengan masyarakat non-muslim itu dipandang tidak merubah
keunikan dasar dan kekhususan umat Islam.
Sisi paling penting peran Ummah sama dengan solidaritas mekanis yang muncul dari
keberadaan manusia dalam suatu dalam Islam adalah tingkat solidaritasnya yang
tinggi. Bentuk solidaritas itu tid masyarakat dengan faktor-faktor yang umum seperti
wilayah, budaya dan bahasa ( faktor-faktor yang lazim ada pads sebuah bangsa ).
Solidaritas Islam adalah sebuah solidaritas organik ( keluarga ) yang menciptakan dan
berupaya menggayuh tujuan yang bersifat umum dan menghendaki parsitifasi setiap
warganya untuk merealisasikan tujuan itu dalam batas-batas perangkat yang dimiliki
sejalan dengan keragaman tugas ( kewajiban ) masing-masing.
D. Syura
Kata Syura berasal dari sya-wa-ra, yang secara etimologis berarti mengeluarkan madu
dari sarang lebah. Kata syura dalam bahasa indonesia menjadi musyawarah
mengandung makna segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain
(termasuk pendapat) untuk memperoleh kebaikan. Al-Quran mengunakan kata Syura
dalam tiga ayat. Dan al-quran tidak menjelaskan secara rinci mengenai syura. Namun
etika musyawarah dijelaskan dalam surat ‘Ali ‘imran yaitu, pertama berlaku lemah
lembut. Kedua, memberi maaf. Ketiga, hubungan vertikal dengan Allah. Sedangkan
bagaimana cara melakuakn musyawarah, Allah tidak menjelaskan secara rinci. Ini
diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Dalam suatu pemerintahan atau negara,
boleh saja musyawarah ini dilakuakn dengan membentuk suatu lembaga kekuasaan
yang berasal dari rakyat, oleh rakyat tersendiri, seperti parlemen atau apapun
namanya. Sebagaimana halnya syura, demokrasi juga menekankan unsur musyawarah
dalam mengambil keputusan. Demokrasi juga diartikan sebagi bentuk dan untuk
rakyat.
Sistem kenegaraan yang dianjurkan oleh Islam harus memegang prinsip syura. Allah
SWT telah mewajibkan berlakunya sistern syura kepada umat manusia dalam dun
ayat Al-Quran. Teks kedua ayat tersebut cukup jelas dalam mewajibkan untuk
mengikuti prinsip syura. Ayat pertama disampaikan dalam bentuk perintah terhadap
Rasulullah saw. Untuk menjalankan syura. Jika demikian, tentu umatnya lebih pantas
untuk diperintah melakukannya. Sementara ayat yang kedua menerangkan bagaimana
sifat utama dari kaum muslimin dalam menghadapi berbagai persoalan dan
memutuskan permasalahan dengan selalu saling memahami satu sama lainnya dan
saling tukar pikiran melalui syura.
Bab III
PENUTUP

Kesimpulan
            Kelembagaan dalam politik Islam antara lain terdiri dari adanya konsep-konsep
mengenai konstitusi, legislasi, syura dan demokrasi dan juga mengenai ummah. Konstitusi
dibuat dalam Islam adalah dalam rangka sebagai pedoman dan aturan main dalam hubungan
antara pemerintah dan rakyat. Legislasi dibuat untuk mengurusi masalah kenegaraan dan
pemerintah menetapkan hukum yang akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh rakyatnya.
Sementara itu syura dan demokrasi merupakan dua hal yang saling berkaitan, syura
merupakan musyawarah dan dalam demokrasi juga menekankan unsur musyawarah. Dan
ummah atau umat dapat diartikan bangsa, rakyat, kaum, komunitas dan sebagainya. Bisa
dikatakan bahwa umat merupakan organisasi yang diikat oleh kaidah Islam.

Perbedaan Syura’ Dengan Demokrasi


Menyamakan syura dengan demokrasi bagaikan menyamakan sebuah sekrup dengan sebuah
mobil. Tidak tepat dan tidak proporsional. Mengapa? Sebab, syura hanyalah sebuah
mekanisme pengambilan pendapat dalam Islam, sebagai bagian dari proses sistem
pemerintahan Islam (Khilafah). Adapun  demokrasi bukan sekadar proses pengambilan
pendapat berdasarkan mayoritas, namun sebuah jalan hidup (the way of life) yang holistik
yang terrepresentasikan dalam sistem pemerintahan menurut peradaban Barat. Falta bahwa
demokrasi adalah sebuah tipe sistem pemerintahan dapat dibuktikan, misalnya, dengan
pernyataan mantan Presiden AS Lincoln pada peresmian makam nasional Gettysburg (1863)
di tengah berkecamuknya Perang Saudara di AS. Lincoln menyatakan, ”Demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.” (Melvin I. Urofsky, 2003: 2).

Anda mungkin juga menyukai