“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum islam indonesia”
Disusun oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. PERADILAN PADA MASA TURKI USMANI.........................................5
B. PERKEMBANGAN PERADILAN PADA MASA TURKI USMANI......6
1
BAB I
1
Al-syeikh muhammad al-khudlari Bik, Tarikh al-Tasyri’ al-islam (al-qahirah: al-istiqomah,
1960),hal,4.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kajian dalam lapangan hukum dan peradilan Islam adalah pada
aspek sejarahnya yang oleh kalangan ahlinya biasanya disebut dengan al-
Tarikh al-Tasyri' al-Islami. Dalam teknik kajiannya, para pengkaji memilah-
milah sejarah perkembangan hukum Islam dalam periode-periode tertentu.
Muhammad al-Khudlari Bik, salah seorang pengkaji sejarah perkembangan
pelaksanaan hukum Islam, meruntut pe- riodisasinya itu pada enam periode.
yaitu: (1) Pembinaan dan pelaksanaan hukum Islam pada masa Rasulullah
saw. (2) Pembinaan dan pelaksanaan hukum Islam pada masa Sahabat-
sahabat Besar, (3) Pembinaan dan pelak- sanaan hukum Islam pada masa
Sha- habat-shahabat Kecil sampai akhir abad pertama Hijriyah, (4)
Pembinaan dan pelaksanaan hukum Islam pada masa terbentuknya fiqh
(hukum Islam) sebagai suatu ilmu yang mandiri, berakhir pada abad ketiga
Hijriyah, (5) Pembinaan dan pelaksanaan hukum Islam pada periode
masuknya masalah-masalah yang banyak sekali dan menjadi bahan diskusi
dan pembahasan para tokohnya; periode ini berakhir pada han- curnya
Baghdad di tangan Hulagu,
3
sebagai tonggak pemisah. dua periode keadaan hukum dan peradilan islam di
turki usmani, sebab di salah satu pihak tandhimat mengancam berakhirnya
dominasi hukum islam, sedang di pihak yang lain ia merupakan awal
pembaharuan turki usmani dalam bidang hukum .
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dikaji dalam makalah ini sebagai berikut:
C. TUJUAN
Makalah ini disajikan dengan tujuan untuk:
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Peradilan pada masa turki usmani
Para sultan Turki Utsmani terutama Salim I dan Sulaiman I serta para
pengganti berikutnya lebih bersungguh-sungguh daripada khalifah Abbasiyah
dalam keinginan dan semangat untuk menjadi pemimpin yang salch. Dalam hal
Inilah, peranan ulama sangat menentukan bagi para sultan Turki Utsmani
sehingga pada akhirnya peran yang dimainkan para ulama itu dapat menghasilkan
hasil yang sangat menggembirakan. Terbukti, seluruh administrasi peradilan
didasarkan pada landasan Syariah.
Mengenai bentuk peradilan yang terdapat pada masa Turki Utsmani adalah
sebagai berikut;
1. Peradilan Syar'i. Lembaga ini merupakan lembaga tertua, yang sumbernya
hukum materinya adalah Fiqh Islami.
2. Campuran campuran. Peradilan ini Didirikan pada Tahun 1875, yang
sumbernya hukum materinya adalah Undang-Undang tunggal.
3. Peradilan ahli (adat). Peradilan ini Didirikan pada Tahun 1883, yang
sumbernya hukum materinya adalah Undang-Undang Perancis.
4. Peradilan Milly (peradilan agama-agama diluar Islam). Sumber hukum
Materi yang digunakan dalam promosi ini adalah ajaran-ajaran agama
diluar Islam.
5. Peradilan Qunshuliya (peradilan negara-negara asing). Peradilan
dilingkungan ini berwenang mengadili dan menyelesaikan perkara
berdasarkan Undang- Undang-undang yang berlaku di negara masing-
masing.
Tidak hanya itu, peradilan yang terdapat dalam pemerintahan Utsmaniyah yang
terlalu toleran terhadap orang-orang non-Muslim dan melampaui batas-batas yang
telah ditetapkan oleh fuqaha, yaaitu mengharuskan orang-orang yang bukan
Persetujuan Islam dibawah hukum Islam dalam perkara-perkara kemasyarakatan,
memberikan keistimewaan kepada orang-orang yang beragama lain. Sehingga di
daerah Mesir umpamanya, selain ada peradilan Islam, juga ada peradilan Masehi.3
3
Ono sunaryo mukhlas, perkembangan peradilan islam,(Bandung :Ghaila indonesia, 2012),h.94.
5
B. Masa Perkembangan Peradilan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar di dalamnya
lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama.
Kerajaan sendiri, sangat terkait dengan Syari'at sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Oleh karena ituulama mempunyai tempdi tersendiri dan
berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Tanpa legitimasi mfti, keputusan
hukum kerajaan tidak bisa berjalan.
Perkembangan hukum Islam di Turki, dibagi oleh Harun Nasution ke dalam
tiga periode besar, yaitu periode awal (650-1250 M), periode pertengahan (1250-
1800 M) dan periode modern (1800 M sampai sekarang)4
Usaha tersebut baru terwujud setelah munculnya bukh Majallah al- Ahkam
al-Adliyah pada Tahun 1823. Dengan demikian dikeluarkanlah keputusan
pemerintah Turki Utsmani untuk memakai kitab Undang-Undang tersebut
sebagai pegangan para hakim dipengadilan-pengadilan. Kitab tersebut terdiri
dari 185 Pasal yang dibagi menjadi 16 bab, yaitu 1) jual beli, 2) sewa-
menyewa, 3) tanggungan, 4) transfer utang atau piutang. 5) gadai, 6) titipan. 7)
hibah, 8) rampasan, 9) pengampunan, paksaan dan hak beli dengan paksaan,
4
Harun nasution,pembaharuan dan dalam islam sejarh pemikiran dan gerakan (jakarta :bulan
bintang, 1996),hlm 12-13.
6
10) serikat dagang. 11) perwakilan, 12) perdamaian dan penyerahanbenar. 13)
pengakusebuah, 14) gugatan, 15)pembuktiandan sumpah. 16) perjudian. 5
Dengan demikian, kitab Undang-Undang ini merupakan KUHPer umum
(positif) pertama yang diambil dari ketentuan hukum Islam, dan diambil dari
madzhab Hanafi sebagai madzhab resmi regara pada waktu.
5
AHMAD HANAFI,PENGANTAR DAN SEJARAH HUKUM ISLAM,cet v(jakarta bintang, 1989), h.219.
7
Kaum ulama dalam menentang usaha tersebut menjalin kerjasama Yeniseri.
Hal ini membuat gagalnya pembaharuan usaha pembaharuan pertama di
kerajaan Utsmani,
Sultan Mahmud II juga dikenal sbagai sultan yang pertama kali dengan
tegas mengadakan perbedaan antara urusan agama dengan urusan dunia.
Urusan dunia diatur oleh Syari'at Islam (Tasyri al-Dini) dan urusan dunia
diatur dalam hukum yang bukan Syari'at (Tasy iti AlMadani).
6
Harun nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, hlm.92.
8
kekuasaan yudikatif yang berada di tangan Sadrazam dahulu, dipindahkan ke
tangan Syaikh al-Islam. Tetapi dalam sistem baru ini, di sisi hukum syari'at
diadakan pula hukum sekuler, dan Syaikh al-Islam hanya menangani hukum
syari'at, sedangkan hukum sekuler diserahkan kepada Departemen Perancang
Hukum. Diantaranya adalah al-Nizham al-Qadha al-Madani (Undang-Undang
Peradilan Perdata).
7
Ibid. hlm.100.
9
beragama dijamin deng sebuahtidak memaksakan diubah agama. Perkara
yang timbul antara orang yang berlainan agama diselesaikan oleh mahkamah
campuran, serta perbedaan pajak yang dipungut dari rakyat dihapuskan.
Pada periode akhir Turki Usmani, permasalahan perdagangan semakin
banyak dan sumber hukum yang dipegang tidak hanya terbatas pada syari'at
Islam saja, tapi juga diambil dari sumber no syari'at Islam, dan pada masa ini
banyak muncul lembaga peradilan yang sumber hukumnya saling berbeda,
yaitu:
A. Mahkamah al-Thawaif atau Qadha al-Milli, yaitu perjudian untuk suatu
kelompok (agama), sumbernya dari agama masing-masing.
B. Qadha al-Qanshuli, yaitu peradilan untuk warga negara asing dengan
sumber undang-undang asing tersebut.
C. Qadha Mahkamah Pidana, yaitu bersumber dari undang-undang Eropa.
D. Qadha Mahkamah al-Huquq (Ahwal al-Madaniyah), yaitu mengadili
perkara perdata, bersumber dari Majallah al-Ahkam al- Adliyah.
Majelis Syari' al-Syarif, yaitu mengadili perkara ummat Islam khusus
masalah keluarga (al-Syakhsiyah), bersumber pada Fiqh Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bentuk peradilan pada masa turki usmani adalah sebagai berikut:
10
1. Peraadilan syar’i
2. Peradilan campuran
3. Peradilan ahli (adat)
4. Peradilan milly (peradilan agama-agama diluar islam)
5. Peradilan qunshuliyah (peradilan negara-negara asing)
DAFTAR PUSTAKA
11
Ono sunaryo mukhlas, perkembangan peradilan islam,(Bandung :Ghaila indonesia, 2012)
12