NUSANTARA
DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK: 8
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradilan merupakan bagian integral syari‟ah Islam dan memiliki peran
signifikan,kompetensi dasar yang dimiliki hukum Islam, tidak banyak dipahami
secara benar dan mendalam oleh masyarakat, bahkan oleh kalangan ahli hukum
itu sendiri. Sebagian besar kalangan beranggapan, tidak kurang di antaranya
kalangan muslim, menancapkan kesan kejam, incompatible dan off to date dalam
konsep hukum Islam. Ketakutan ini semakin jelas apabila mereka
membincangkan hukum pidana Islam, ketentuan pidana potong tangan, rajam,
salab dan qishas telah off to date dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusian.
Hubungan antara praktek hukum Islam dengan agama Islam dapat
diibaratkan dengan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Hukum Islam
bersumber dari ajaran Islam, sedangkan ajaran Islam adalah ajaran yang
dipraktekkan pemeluknya. Oleh sebab itu, untuk membicarakan perkembangan
hukum Islam di Indonesia erat hubungannya dengan penyebaran agama Islam di
Indonesia. Oleh karena itu, amat wajar jika kajian kedudukan hukum Islam pra-
kolonial dilakukan dengan asumsi bahwa tata hukum Islam Indonesia berkembang
seiring dengan sampainya dakwah Islam di Indonesia. Dalam makalah ini penulis
mengkaji tentang Peradilan di Kesultanan Islam di Nusantara.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah periodisasi peradilan islam di nusantara masa awal?
2. Bagaimanakah sejarah peradilan pada masa kesultanan Islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui periodisasi peradilan islam di nusantara masa awal.
2. Untuk mengetahui sejarah peradilan pada masa kesultanan Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Walaupun secara Yuridis lembaga Peradilan Agama belum ada, tetapi dalam
praktiknya telah ada penerapan Peradilan Agama dalam proses penyelesaian
perkara-perkara tersebut.
1) Periode Tahkim
Pada masa awal Islam datang ke Nusantara, komunitas Islam sangat sedikit
dan pemeluk Islam masih belum mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan
1
Faisal, “Histori Pemberlakuan Peradilan Agama Era Kerajaan Islam dan Penjajahan di
Indonesia,” Jurnal Al-Qadha, vol. 6, no.1, 2019, hal. 20.
2
dengan Islam. Bila timbul permasalahan, mereka menunjuk seseorang yang di
pandang ahli untuk menyelesaikannya. Apa pun keputusan yang akan dijatuhkan
oleh orang yang ditunjuk itu keduannya harus taat untuk mematuhinya. Cara
seperti inilah yang disebut “tahkim”. Bertahkim seperti ini dapat juga
dilaksanakan dalam hal lain sengketa, seperti penyerahan pelaksanaan akad nikah
dari wanita yang tidak mempunyai wali.
3) Periode Tauliyah
2
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hal. 113.
3
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), hal. 34.
4
terhadap proses pembentukan dan pengembangan Pengadilan Agama di
Indonesia.4
Hukum Islam pada masa ini merupakan sebuah fase penting dalam sejarah
hukum Islam di Nusantara. Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam menggantikan
kerajaan Hindu-Budha berarti untuk pertama kalinya hukum Islam telah ada di
Nusantara sebagai hukum positif. Hal ini terbukti dengan fakta-fakta dan adanya
literatur-literatur fiqih yang ditulis oleh para ulama Nusantara pada abad ke-16
4
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia......., hal. 113.
5
dan 17-an. Dimana para penguasa ketika itu memposisikan hukum Islam sebagi
hukum Negara.
5
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),
hal. 37.
6
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam......., hal. 38.
6
ahlu halli wa al aqdi paling cepat pada tahun 1282 sebelum Marcopolo singgah
1292 M di Peureulak.7
Sultan Iskandar Muda adalah raja yang paling kokoh menjalankan aturan
syariat tanpa pandang bulu terhadap siapa pun, Sultan Iskandar Muda pernah
memberlakukan hukum rajam terhadap putranya sendiri yang bernama Meurah
Pupok yang berzina dengan istri seorang perwira. Sultan Iskandar Muda berkata;
“mati anak ada makamnya, mati hukum kemana hendak di cari.”8
7
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam......., hal. 39-41.
8
Alaidin Koto, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 203-205.
7
relatifnya (wilayah), sehingga mengalami kesulitan untuk di bandingkan dengan
susunan Peradilan Agama yang ada sekarang ini. Tetapi setidaknya dapat di
gambarkan bahwa kompetensi relatif pengadilan di Aceh tersebut mengikuti pada
luas dan batas kampung di tingkat pertama, di tingkat kedua yakni Oeloebalang
yang mewilayahi himpunan beberapa kampung, sekarang bisa di banding dengan
kecamatan atau mungkin lebih tepat seperti Nagari di Minangkabau, tingkat
Panglima Sagoewilayah kekuasaannya beberapa Kecamatan atau Nagari, sedang
Mahkamah Agungnya adalah Malikul Adil, Sri Paduka Tuan Bendhara Fakih,
mempunyai relatif kompetensi mewilayah seluruh wilayah yang tunduk dibawah
pemerintahan nya.9
Kerajaan Islam yang paling berpengaruh di pulau jawa adalah Demak (yang
kemudian di ganti oleh Mataram), Cirebon dan Banten. Di Indonesia Timur
terdapat kerajaan Goa di Sulawesi Selatan dan Ternate yang pengaruhnya meluas
hingga kepulauan Filipina. Di Sumatera yang ada kerajaan Aceh yang wilayahnya
meliputi kawasan Melayu termasuk Malaysia dan sekitarnya. Perkembangan
peradilan agama kerajaan mataram yang paling menonjol adalah pada masa Sultan
Agung (1613-1645). Pada saat itu sebelum pengaruh Islam masuk dalam sistem
peradilan, maka yang berkembang adalah ajaran Hindu yang memengaruhi sistem
peradilan. Ketika itu perkara di bagi menjadi dua bagian, yaitu perkara yang
menjadi urusan raja (perkaranya di sebut perkara perdata) dan perkara yang bukan
urusan pengadilan raja (perkaranya di sebut Padu).10
8
hukumnya dengan mengisi lembaga yang telah berkembang di tengah-tengah
masyarakat dengan prinsip keIslamannya. Namun, setelah kondisi masyarakat di
pandang siap dan paham dengan kebijakan yang di ambil Sultan Agung.
Banten sudah menjadi kota penting dan bersejarah sejak sebelum Islam
datang ke Indonesia, yaitu pada saat banten berada dalam kekuasaan raja-raja
sunda, bahkan mungkin sebelumnya. Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang
paling ketat melaksanakan hukum Islam dan tidak lagi di pengaruhi oleh hukum
adat, Budha atau Hindu.
9
3. Pada Masa Kerajaan Islam di Sulawesi
11
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam......., hal. 45.
10
4. Peradilan agama Islam di Periangan
12
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam......., hal. 33
13
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia......., hal. 115.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum Islam masuk ke nusantara, peradilan agama telah ada dan
berkembang hingga datang nya Islam. Sifat Islam yang meniadakan tingkat atau
kasta, maka semakin mudah Islam masuk ke dalam kerajaan-kerajaan. Sehingga
segala aspek yang beraturan ajaran hindu, saat itu beralih menjadi ajaran Islam.
Kemudian masyarakat mulai melaksanakan ajaran Islam. Oleh karena di
kerajaan-kerajaan di Indonesia itu yang berdaulat adalah raja (yang berkuasa
mutlak), maka kekuasaan mengadili pun ada pada tangan raja. Akan tetapi tidak
dapat di sangkal pula bahwa di Indonesiatidak semua perkara diadili oleh raja dan
bahwa di tiap-tiap kesatuan hukum tiap-tiap kepala adat atau daerah menjadi
hukum perdamaian.
Periodisasi peradilan Islam di Indonesia sebelum datangnya pemerintahan
kolonial adalah sebagai berikut:
1) Periode Tahkim
2) Periode Ahl al-Halli wa al-‘Aqdi
3) Periode Tauliyah.
B. Saran
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik pembaca agar
penyusunan makalah ke depannya lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2000. Peradilan Agama dalam Politik Hukum Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Cik Hasan Bisri, 2003. Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Faisal, 2019. “Histori Pemberlakuan Peradilan Agama Era Kerajaan Islam dan
Penjajahan di Indonesia,” Jurnal Al-Qadha, vol. 6, no.1.
13