Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

DAN SISTEM HUKUMNYA

Disusun Oleh :

Muhamad Renjesetno Pratama (2220104037)

hDosen pengampu :

Ramiah Lubis, SH., MH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaiakan sebuah makalah yang dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia, dengan materi yang
berjudul“Sejarah Perkembangan Hukum Islam dan Sistem Hukumnya”.
Saya menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Masih
banyak kekurangan ataupun kesalahan yang kami sadari maupun tidak saya sadari. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari makalah ini, agar dimasa yang akan
datang kami bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah
kami jauh dari kata sempurna sayaberharap agar makalah kami sedikit banyak dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam menyusun makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari saya, atas
perhatian dari pembaca sekalian kami ucapkan terima kasih.

Palembang, 01 juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………...................………….…..i
DAFTAR ISI……………………………………………….……...................……………....ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………....................………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………....................……………….....2
C. Tujuan..................……………………………………………....................……………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam di Indonesia..…………..….…3
1. Hukum Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara................................................3
2. Masa Kolonial ( Abad XVIII-pertengahan abad XX )..................................................4
3. Masa Kemerdekaan(1945-1998)( Orde Lama dan Orde Baru )....................................7
4. Masa Reformasi (1998 - sekarang)................................................................................8
B. Hukum Islam Sebagai Hukum Nasional...........………………….....……….…...……….10
C. Positivisasi Hukum Islam di Indonesia..................………..………………...……........…11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.........……………………………………………………....................………….15
B. Saran....................................………………………………………....................………....15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan hukum islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari sejarah Islam itu sendiri. Berbicara tentang hukum islam di indonesia ,hukum
islam di indonesia berkembang di masyarakat menjadi sisitem hukum di indonesia
atau nasional. Meskipun di indonesia ada hukum adat ,akan tetapi hukum islam
tidak bertentangan dengan hukum adat, Hukum adalah produk yang lahir dari
dinamika kehidupan manusia. Di mana ada ma syarakat di sana ada hukum. Akan
tetapi, masyarakat berkembang terus menerus mulai dari masyarakat purbakala
sampai dengan masyarakat maju dan modern. Oleh sebab itu, hukum harus selalu
mengiringi dan mengikuti irama perkembangan masyarakat modern. Dalam
masyarakat yang maju dan modern, hukum harus maju dan modern pula.1
Pada ajaran islam memiliki sumber-sumber atau dari mana asal muasal
dari ajaran islam tersebut.  Ajaran islam juga sebagai ajaran penutup dari ajaran –
ajaran sebelumnya memiliki berbagai dinamika. Khususnya di Indonesia ajaran
islam memiliki beberapa fase mulai dari masa penjajahan, pasca kemerdekaan dan
juga saat sekarang ini serta peranan Ajaran Islam dalam pembangunan Nasional.
Penerapan hukum Islam di Indonesia sebenarnya sudah lama diterapkan
sebelum adanya masa colonial. Bahkan kemungkinan besar sudah diterapkan di
beberapa daerah sebelum masa berdirinya kerajaan Islam di Indonesia. Sebelum
kerajaan Islam berdiri di Indonesia, para pedagang Muslim sudah mendirikan
beberapa pemukiman. Di pemukiman-pemukiman inilah umat Islam kemudian
mulai taat menjalankan agama Allah dan berusaha menerapkan dalam kehidupan
mereka. Bahkan sebelum Islam merata, hukum Islam diduga sudah diterapkan di
pelabuhanpelabuhan bukan muslim. Namun penerapan hukum Islam ditiap daerah
dan kerajaan berbeda-beda menurut waktu dan tempat. Untuk lebih jelasnya,

1
K. Lubis, Suhrawardi. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: SinarGrafika, 2000 hal 231

1
perkembangan hukum Islam di Indonesia dapat dilihat di sub bab pembahasan
selanjutnya.2
B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana latar belakang sejarah dan perkebangan hukum Islam di Indonesia?

2.Apa peranan hukum Islam sebagai sumber hukum nasional?

3.Bagaimana positivisasi hukum Islam di Indonesia?

C. Tujuan

1.Untuk mengetahui latar belakang sejarah dan perkembangan hukum Islam di


Indonesia

2.Untuk mengetahui peran hukum islam sebagai sumber hukum nasional

3.Untuk mengetahui positivisasi hukum Islam di Indonesia

2
Muhammad. Lembaga Ekonomi Syari’ah. Yogyakarta: Graha Ilmu,2007 hal 123

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam di Indonesia

1.Hukum Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara

Terdapat perbedaan pendapat para ahli mengenai kapan pertama kali Islam
measukke Nusantara. Menurut pendapat yang disimpulkan oleh Seminar
Masuknya Islam keIndonesia yang diselenggarakan di Medan 1963, Islam telah
masuk ke Indonesia padaabad pertama Hijriah atau pada abad ketujuh/kedelapan
masehi. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam baru sampai ke Nusantara ini
pada abad ke-13 Masehi. Daerah yang pertama didatanginya adalah pesisir utara
pulau Sumatera dengan pembentukan masyarakat Islam pertama di Pereulak Aceh
Timur dan kerajaan Islam pertama diSamudra Pasai, Aceh Utara.

Sebelum Belanda mengukuhkan kekuasannya di Indonesia, hukum Islam


sebagaihukum yang berdiri sendiri telah ada dalam masyarakat, tumbuh dan
berkembang disamping kebiasaan atau adat penduduk yang mendiami kepulauan
Nusantara ini. Islam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan Nusantara dan
mempunyai pengaruh yang bersifat normatif dalam kebudayaan Indonesia.3

Hukum Islam di berlakukan oleh raja-raja di Indonesia dengan cara


mengangkatulama-ulama untuk menyelesaikan sengketa. Bentuk peradilannya
berbeda- beda tergantung dengan bentuk peradilan adat. Karena palaksanaan
peradilan yang bercorakIslam dilakukan dengan cara mencampurkan
(mengawinkan) dengan bentuk peradilanAdat di Indonesia pada kerajaan-kerajaan
di jawa pada pelaksanaannya ahlihukum Islam memliki tempat yang terhomat
yang kemudian di kenal dengan sebutan penghulu di mana tugasnya disamping
sebagai ulama juga menyelesaikan perkara-perkara perdata, perkawinan, dan
kekeluargaan, proses penyelesaian (peradilan) di selesaikan dimanjid.Secara
yuridis raja-raja di Indonesia memberlakukan hukum Islam akan tetapi tidak
dalam konteks peraturan atau perundang-undangan kerajaan. Hukum islam di
berlakukan dalam kontek ijtihad ulama, permasalahan-permaslahan yang terjadi
3
Aulawi, A. Wasit. Sejarah Perkembangan Hukum Islam. Jakarta:Gema Insani Press, 1996 hal 176

3
terkadang tidak bisa di selesaikan oleh perundanga-undangan kerajaan maka
terkadang ditanyakan kepadaUlama. Saat itulah ulama melakukan ijtihad atau
menyandarkan pendapatnya kepada kitab-kitab fiqh. Dengan pola ini mazhab
imam 4 syafii’I, Hanafi,Maliki, dan Hambali berkembang di Indonesia hingga
saat ini.4

Sistem hukum islam terus berjalan bersamaan dengan system hukum adat
diIndonesia hingga masuknya kolonialisasi yang dilakukanoleh Negara-negar
barat diIndonesia. Semula pedagang dari Portugis, Kemudian Spayol,di susul oleh
Belanda, danInggris.Pada masa Kerajaan/kesultanan Islam di Nusantarahukum
Islam dipraktekkan oleh masyarakat dalam bentuk yang hampir bisa dikatakan
sempurna(syumul), mencakup masalah mu’amalah, ahwal al-syakhsiyyah
(perkawinan, perceraian danwarisan), peradilan, dan tentu saja dalam masalah
ibadah.5

Hukum Islam juga menjadi sistem hukum mandiri yang digunakan di


kerajaan-kerajaan Islam nusantar. Tidaklah berlebihan jika dikatakan pada masa
jauh sebelum penjajahan belanda, hukum islam menjadi hukum yang positif
dinusantara.Islam menjadi pilihan bagi masyarakat karena secara teologis
ajarannya memberikan keyajinan dan kedamaian bagi penganutnya. Masyarakat
pada periode inidengan rela dan patuh, tunduk dan mengikuti ajaran-ajaran islam
dalam berbagai dimensi kehidupan. Namun keadaan itu kemudian menjadi
terganggu dengan datangnya kolonialisme barat yang membawa misi tertentu,
mulai dari misi dagang, politik bahkansampai misi kristenis6

2.Masa Kolonial ( Abad XVIII-pertengahan abad XX )

Sejarah perkembangan hukum islam pada masa kolonial terbagi dalam dua
periode,yaitu periode in complexu dan periode receptie. Pereiode pertama terjadi
pada abad ke-17 higgga akhir abad 18, yaitu pada saat awal pemerintahan
Belanda. Periode ini disebut juga dengan pemberlakuan hukum Islam sepenuhnya

4
Azhary, Muhammad Tahir. Negara hukum. Jakarta: Bulan bintang,1992 hal 342
5
Kamal, Musthafa (et al). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam.Jakarta: Persatuan, 1991.
6
Jurnal hukum ekonomi syariah (febby dwi),1995

4
bagi orang Islam. Misalnya hukumkeluarga Islam, terutama yang menyangkut
perkawinan dan kewarisan diaplikasikan sepenuhnya7

Bahkan pada tanggal 25 Mei 1670 Belanda memberikan pengakuan atas


kedudukan hukum Islam sebagai hukum yang berlaku. Melalui VOC,
dikeluarkanlah Resolute deIndieshe Regeering yang berisi pemberlakuan hukum
waris dan perkawinan Islam pada pengadilan VOC bagi orang Indonesia. Resolusi
ini dikenal dengan nama CompendiumFreijer, yang merupakan legislasi hukum
Islam pertama di Indonesia.

Legislasi lainnya adalah pepakem Cirebon yang dibuat atas usul residen
Cirebon,Mr.P.C.Hosselaar. Aturan ini merupakan kompilasi kitab hukum Jawa
Kuno. Aturan inidipakai sebagai pedoman dalam memutuskan perkara perdata
dan pidana di wilayahKesultanan Cirebon. Pepakem ini kemudian diadopsi oleh
Sultan Bone dan Goa untukdijadikan undang-udang.8

Kebijakan adopsi terhadap hukum Islam berlangsung hingga masa


pemerintahan Gubernur Jendral Daendels (1808-1811).hal ini tidak lepas dari
peran ahli hukum Belanda, khususnya yang menulis tenang Islam di Indonesia.
Diantaranya adalah J.E.W.van Nes, A. Meurenge,dan Lodewijk Willem Christian
van den Berg yang merupakan ahli hukum yang paling baerjasa dalam hal ini
dengan teorinya yang bernama receptio incomplexu. Dian juga mengkonsepkan
Statsblaad 1882 No.152 yang berisi ketentuan bahwa yang berlaku bagi rakyat
jajahan yang beragama Islam adalah hukum Islam.Peraturan lain yang
menguatkan berlakunya hukum Islam sepenuhnya bagi umat Islam adalah
Reglement of het Beleid der Regering ven Nederlandsch Indie ( RR ) yang
menegaskan bahwa bagi hakim Indonesia hendaklah memberlakukan hukum
agama dankebiasaan penduduk Indonesia

Periode kedua ditandai dengan munculnya kebijakan yang bersifat


intervensionis terhadap hukum Islam dan hukum adat. Masa inilah terjadi represi
dan eliminasiterhadap pemberlakuan hukum Islam. Periode ini di mulai ketika
terjadi transfer kekuasaan dari VOC kepada pemerintah kerajaan Belanda.
7
Ali, M. Daud. Hukum Islam Peradilan Agama dan Masalahnya.Bandung: Rosdakarya, 1994, halm. 221
8
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2007hal 155.

5
Pemerintah kerajaan belanda melakukan represi terhadap hukum Islam dengan
cara mengonfrontasikannya denganhukum adat. Kebijakan-kebijakan hukum
pemerintah Belanda ditujukan untuk meminimalisir dan mengeliminir peran
hukum Islam. Pada masa ini muncul peraturan- peratutan yang
mensubordinasikan hukun Islam di bawah Hukum adat.9

Upaya pertama Belanda untuk mengurangi fungsi dan peran system


hukum Islamadalah dengan memperlemah institusi peradilannya. Pada tahun 1824
fungsi penghulusebagai penasehat hukum dihapus. Pada tanggal 24 Januari 1882
Belanda mengeluarkanStbl 1882 No.152 tentang berdirinya peradilan agama di
Jawa dan Madura. Pengadilanini dipimpin oleh seorang penghulu dan dibantu
oleh para ulama. Berdirinya lembaga inimenjukkan adanya pengakuan yuridis
pemerintah Belanda terhadap keberadaan hukum Islam.

Akibat dari pelembagaaan peradilan Islam adalah, bahwa setiap keputusan


harus diratifikasikan kepada pengadilan umum sebelm diimplementasikan. Hal ini
jelas merugikan penghulu, karena pada kenyataannya nasehat-nasehat dari
penghulu sering dikesampingkan. Akibatnya terjadi ketegangan antara umat Islam
dengan pemerintah kolonial. Menyadari situasi ini pada tahun 1889 dibentuk
Kantor Urusan Pribumi yangdiharapkan mampu meningkatkan saling pengertian
antarapenjajah dengan masyarakat jajahan.

Reaksi pihak Islam terhadap campur tangan Belanda dalam masalah


hukum Islam banyak ditulis dalam buku dan surat kabar. Jelas bahwa polotik
hukum yang menjauh kanumat Islam dari ketentuan-ketentuan agamanya adalah
taktik Belanda untuk meneguhkan kekusaannya di Indonesia. Apapun dilakukan
Belanda untuk menguatkan posisi hukumadar dan melemahkan hukum Islam di
Indinesia.

Pada masa Jepang tidak ada perubahan substantive terhadap peradilan


hukum Islamdan hkum Isla. Jepang hanya mengubah nama lembaga peradilan
Islam dari priesterrad menjadi Sooryoo Hooin dan Pengadilan Banding dari Hof
voor Islamietsche menjadi Kaikyoo Kootoo Hooin. Di Jawa dan Madura, lembaga

9
Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Volume (9), Issue (1), July 2021

6
ini menjalankan tugas menanganikasus-kasus perkawinan, dan kadang member
nasehat dalam bidang kewarisan.

3.Masa Kemerdekaan(1945-1998)( Orde Lama dan Orde Baru )

Berakhirnya kolonialisme di Indonesia sekaligus juga mengakhiri fase


represi daneliminasi terhadap pemberlakuan hukum islam. Kedudukan hukum
islam pada masa kemerdekaan mengalami kemajuan yang berarti. Meskipun
mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, tetapi bukan hal yang mudah
untuk memberlakukan hukumislam di Indonesia. Pelan tapi pasti, terjadi
formatisasi terhadap hukum islam, sebagai konsekuensi dipilihnya Pancasila
sebagai Ideologi negara.

Pada fase hukum islam mengalami dua periode, yaitu periode persuasive-
source danauthoritative-source. Periode persuasive adalah periode penerimaan
hukum islamsebagai persuasive, yaitu sumber yang terhadapnya orang harus
yakin dan menerimanya.Semua hasil sidang BPUPKI adalah sumber
persuasivebagi groundwetinterpretatie UUD1945, sehingga Piagam Jakarta juga
merupakan persuasive-source UUD 1945. Meskipundalam UUD 1945 tidak
dimuat tujuh kata piagam Jakarta, namun hukum islam berlaku bagi bangsa
Indonesia yang beragama islam berdasarkan pasal 29 ayat (1) dan (2).

Periode kedua,authoritative-source dimulai ketika piagam Jakarta ditempat


kandalam dekrit presiden RI tahun 1959. Dalam konsi derans dekrit presiden
disebutkan“bahwa kami berkeyakinan bahwa piagam Jakarta bertanggal 22 juni
1945 menjiwaiUUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dalam
konstitusi tersebut.”Dengan demikian dasar hukum piagam Jakarta dan UUD
1945 ditetapkan dalam satu peraturan perundangan, yaitu Dekrit Presiden.
Menurut hukum tata negara Indonesia,keduanya memiliki kedudukan hukum yang
sama.10

Ketentuan di atas kemudian diwujudkan dalam politik hukum


sebagaimana dirumuskan dalam ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960. Ketetapan
itu berbunyi bahwa penyempurnaan hukum perkawinan dan hukum waris

10
Amin, S. M. (2009). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH halm 321,

7
hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor agama. Namun hingga tahun 1968,
batas waktu berlakunya ketetapanMPRS No. 11/MPRS/1960 tidak satupun
muncul undang-undang dalam bidang hukum perkawinan dan kewarisan.11

Memasuki orde baru, pembangunan nasional dalam bidang terus


diupayakan,termasuk dalam bidang hukum. Dalam rumusan Garis Garis Besar
Haluan Negara, yang merupakan haluan pembangunan nasional, menghendaki
terciptanya hukum baruIndonesia. Hukum tersebut harus sesuai dengan cita-cita
hukum pancasila dan UUD1945 serta mengabdi kepada kepentingan nasional.
Hukum baru Indonesia harus memuat ketentuan-ketentuan hukum yang
menampung dan memasukkan hukum agama (termasuk hukum islam) sebagai
unsur utamanya. Inilah dasar yuridis bagi upaya formatisasi hukum islam dalam
hukum nasional.

Formatisasi hukum islam dilakukan dengan upaya mentransformasikan


hukum islamke dalam aturan perundangan. Dalam peraturan perundang-undangan
kedudukan hukumislam semakin jelas. Dari sinilah kemudian muncul legislasi
hukum islam yang bersifat nasional, yaitu UU No. 1/1974 tentang Perkawinan dan
UU No.28/1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Pasal 2 ayat (2) UU No.1/1974
menetapkan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
agama masing-masing. Dengan ketentuanini berarti terjadi perubahan hukum dari
yang rasial etnis (masa kolonial) kepada hukum yang berdasar keyakinan agama.12

4.Masa Reformasi (1998 - sekarang)

Ketika masa reformasi menggantikan orde baru (tahun 1998), keinginan


mempositifkan hukum islam sangat kuat. Perkembangan hukum islam pada masa
ini mengalami kemajuan. Secara riil hukum islam mulai teraktualisasikan dalam
kehidupan sosial. Wilayah cakupannya menjadi sangat luas, tidak hanya dalam
masalah hukum privat atau perdata tetapi masuk dalam ranah hukum publik. Hal
ini dipengaruhi oleh munculnya undang-undang tentang Otonomi Daerah.
11
Mohammad Hashim Kamali, Prinsip dan Teori-teori HukumIslam, alih bahasa Noorhadi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), h. 2
12
Muhammad Abû Zahrah, Usûl al-Fiqh, (al-Qâhirah: Dâr al-Fikral-‘Arabî, 1958), h. 6

8
Undang-undang otonomi daerah diIndonesia pada mulanya adalah UU
No.22/1999 tentang pemerintah daerah, yang kemudian diamandemen melalui UU
No.31/2004 tentang otonomi daerah. Menurut ketentuan Undang-undang ini,
setiap daerah memiliki kewenangan untuk mengatur wilayahnya sendiri termasuk
dalam bidang hukum.

Akibatnya bagi perkembangan hukum islam adalah banyak daerah


menerapkanhukum islam. Secara garis besar, pemberlakuan hukum islam di
berbagai wilayah Indonesia dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu
penegakan sepenuhnya dan penegakan sebagian. Penegakan hukum islam
sepenuhnya dapat dilihat dari provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Penegakan
model ini bersifat menyeluruh karena bukanhanya menetapkan materi hukumnya,
tetapi juga menstruktur lembaga penegak hukumnya. Daerah lain yang sedang
mempersiapkan adalah Sulawesi selatan (Makassar)yang sudah membentuk
Komite Persiapan Penegak Syari’at Islam (KPPSI), dan kabupaten Garut yang
membentuk Lembaga Pengkajian, Penegakan, dan Penerapan Syari’at Islam
(LP3SyI).13

Provinsi Nangroe Aceh Darussalam merupakan daerah terdepan dalam


pelaksanaanhukum islam di Indonesia. Dasar hukumnya adalah UU No.44 tahun
1999 tentangKeistimewaan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Keistimewaan
tersebut meliputiempat hal, diantaranya ialah:

a.Penerapan syari’at islam diseluruh aspek kehidupan beragama,

b.Penggunaan kurikulum pendidikan berdasarkan syari’at Islam tanpa


mengabaikan kurikulum umum.

c. Pemasukan unsur adat dalam sistem pemerintah desa, dan

d. Pengakuan peran ulama dalam penetapan kebijakan daerah.

Tindak lanjut dari Undang-undang di atas adalah ditetapkannya UU No.18


tahun2001 tentang Otonomi Khusus Nangroe Aceh Darussalam14.

13
Mannâ’ Khalîl al-Qattân, Al-Tashrī’ wa al-Fiqh fi al-Islâm, (t.tp:Muassasah al-Risâlah, t.t.), h. 14-15
14
Hasbi ash-Shiddieqy, Filsafat Hukum Islam (Semarang: PT.Pustaka Rizqi Putra, 2001), h. 91-95

9
Fenomena pelaksanaan hukum islam juga merambah daerah-daerah lain
diIndonesia, meskipun polanya berbeda dengan Aceh. Berdasarkan prinsip
otonomi daerah, maka munculah perda-perda bernuansa syari’at Islam di wilayah
tingkat Imaupun tingkat II. Daerah-daerah tersebut antara lain: provinsi Sumatera
barat, kotaSolok, Padang pariaman, Bengkulu, Riau, Pangkal Pinang, Banten,
Tanggerang, Cianjur,Gresik, Jember, Banjarmasin, Gorontalo, Bulukumba, dan
masih banyak lagi.Materi perda syaria’at Islam tidak bersifat menyeluruh, tetapi
hanya menyangkut masalah-masalah luar saja. Jika dikelompokkan berdasarkan
aturan yang tercantum dalam perda- perda syari’at, maka isinya mencakup
masalah: kesusilaan, pengelolaan Zakat, Infaq dan Sadaqah, Penggunaan busana
muslimah, pelarangan peredaran dan penjualan minuman keras, pelarangan
pelacuran, dan sebagainya.

B.Hukum Islam Sebagai Hukum Nasional

Kini, di Indonesia, hukum Islam yang disebut dan ditentukan oleh


peraturan perundang–undangan dapat berlaku langsung tanpa harus melalui
hukum Adat. Republik Indonesia dapat mengatur suatu masalah sesuai dengan
hukum Islam, sepanjang pengaturan itu hanya berlaku bagi pemeluk agama Islam.
Kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia adalah sama dan
sederajat dengan hukum Adat dan hukum Barat, karena itu hukum Islam juga
menjadi sumber pembentukan hukum nasional yang akan datang di samping
hukum adat dan hukum barat yang juga tumbuh dan berkembang dalam negara
Republik Indonesia.15

Berlakunya hukum Islam di Indonesia dan telah mendapat tempat


konstitusional menurut Abdul Ghani Abdullah berdasar pada tiga alasan, yaitu:

Pertama,alasan filosofis, ajaran Islam merupakan pandangan hidup, cita moral


dan cita hukummayoritas muslim di Indonesia, dan ini mempunyai peran penting
bagi terciptanya normafundamental negara Pancasila;Kedua, alasan Sosiologis.
Perkembangan sejarah masyarakat Islam Indonesia menunjukan bahwa cita
hukum dan kesadaran hukum bersendikan ajaran Islam memiliki tingkat aktualitas

15
Alî Hasaballâh, Usûl al-Tashrî’ al-Islâmî, (Misr: Dâr al-Ma‘ârif,1971), h. 3

10
yang berkesiambungan; danKetiga,alasan Yuridis yang tertuang dalam pasal 24,
25 dan 29 UUD 1945 memberi tempat bagi keberlakuan hukum Islam secara
yuridis formal.

Menurut mantan Menteri Kehakiman Ali Said pada pidatonya di upacara


pembukaan Simposium Pembaruan Hukum Perdata Nasional di Yogyakarta
tanggal 21 Desember1981,[4]hukum Islam terdiri dari dua bidang, bidang ibadah
dan bidang muamalah.Pengaturan hukum yang bertalian dengan ibadah bersifat
rinci, sedang pengaturan mengenai muamalah tidak terlalu rinci. Yang ditentukan
dalam bidang muamalahhanyalah prinsip-prinsipnya saja. Pengembangan dan
aplikasi prinsip-prinsip tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para
penyelenggara negara dan pemerintahan. Oleh karena hukum Islam memegang
peranan penting dalam membentuk serta membina ketertiban sosial umat Islam
dan mempengaruhi segala segi kehidupannya, maka jalanterbaik yang dapat
ditempuh ialah mengusahakan secara ilmiah adanya transformasi norma-norma
hukum Islam ke dalam hukum nasional, sepanjang norma tersebut sesuaidengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta relevan dengan kebutuhanhukum
khusus umat Islam. Menurut Ali Said, banyak asas yang bersifat
universalterkandung dalam hukum Islam yang dapat digunakan dalam menyusun
hukum nasional.16

C.Positivisasi Hukum Islam di Indonesia

Pada tahap perkembangan pembinaan hukum nasional sekarang, menurut


DaudAli,yang diperlukan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional adalah badan
yang berwenang merancang dan menyusun hukum nasional yang akan datang
adalah asas-asasdan kaidah-kaidah hukum Islam dalam segala bidang, baik yang
bersifat umum maupun khusus. Umum adalah ketentuan-ketentuan umum
mengenai peraturan perundang-undangan yang akan berlaku di tanah air kita,
sedangkan khusus contohnya adalah asas-asas hukum perdata Islam terutama
mengenai hukum kewarisan, asas-asas hukum ekonomi terutama mengenai hak
milik, perjanjian dan utang-piutang, asas-asas hukum pidana Islam, asas-asas

16
Hamid Fahmy Zarkasyi, “Menguak Nilai di Balik Hermeneutika”,dalam Islamia (Jurnal Pemikiran dan
Peradaban Islam), Tahun 1, No. 1,Maret 2004, h.17

11
hukum tata negara dan administrasi pemerintahan, asas-asashukum acara dalam
Islam dan lain-lain.

Masalah utama yang dihadapi oleh lembaga pembinaan hukum nasional


adalah merumuskan asas-asas dalam hukum Islam tersebut ke dalam kata-kata
jelas yang dapatditerima oleh semua golongan di pelosok tanah air, bukan hanya
orang Islam saja. Tim pengkajian Hukum Islam Babinkumnas telah berusaha
menemukan asas-asas tersebutdan merumuskannya ke dalam kaidah-kaidah untuk
dijadikan untuk dijadikan bahan pembinaan hukum nasional. Berbagai asas dapat
dikembangkan melalui jurisprudensi peradilan agama, karena asas-asas ini
dirumuskan dari keadaan konkret di tanah air kita,sehingga dapat lebih mudah
diterima17

Konsep pengembangan hukum Islam, secara kuantitatif begitu


mempengaruhi tatanan sosial-budaya serta politik dan hukum dalam masyarakat.
Kemudian, konseptersebut lalu diubah arahnya yaitu secara kualitatif
diakomodasikan dalam berbagai perundang-undangan yang dilegaslasikan oleh
lembaga pemerintah dan negara.Konkretisasi dari pandangan ini selanjutnya
disebut sebagai usaha transformasi hukumIslam ke dalam bentuk perundang-
undangan.

Transformasi hukum agama menjadi hukum nasional terjadi juga di


beberapa negaramuslim seperti Mesir, Syria, Irak, Jordania dan Libya. Yang
berbeda adalah kadar unsur-unsur hukum Islam dalam hukum nasional negara-
negara yang bersangkutan. Di negara-negara tersebut, hukum nasional mereka
merupakan percampuran antara hukum baratdan hukum Islam, sementara di
Indonesia, hukum nasional di masa yang akan datangakan merupakan perpaduan
antara hukum adat, hukum Islam dan hukum eks-Barat.

Di antara sebagian besar produk hukum Islam yang ada dalam sistem
hukumnasional di Indonesia, umumnya memiliki tiga bentuk;

17
Amir Syarifuddin, “Pengertian dan Sumber Hukum Islam”, dalamFilsafat Hukum Islam, (Jakarta:
Departemen Agama, 1992), h. 15

12
1. hukum Islam yang secara formil maupun materil menggunakan corak dan
pendekatan keislaman.
2. hukum Islam dalam proses transformasi diwujudkan sebagai sumber-
sumbermateri hukum, di mana asas-asas dan prinsip-prinsipnya menjiwai
setiap produk aturandan perundang-undangan.
3. hukum Islam yang secara formil dan materil ditransformasikan secara
persuasivesource dan authority source.18

Pada kenyataannya, terdapat beberapa produk peraturan perundang-undangan


yangsecara formil maupun materil tegas memiliki muatan yuridis hukum Islam,
antara lain:

a. UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Kini UU No. 3 Tahun


2006).Peradilan Agama bertugas untuk menyelesaikan perkara di tingkat
pertama orang-orang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan,
wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta waqaf
dan sadaqah (pasal 49 ayat (1)). Peradilan Agama telah menjadi peradilan
mandiri yang sederajat dengan Peradilan Umum, Militer, danTUN.
Sebelum undang-undang ini dikeluarkan, Peradilan Agama sebenarnya
telah ada bahkan sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda. Hanya saja
kewenangan dankedudukannya masih belum jelas. dengan dikeluarkannya
undang-undang ini, maka jelaslah kewenangan dan hukum acara Peradilan
Agama di seluruh Indonesia. Adanya peraturan ini juga akan lebih
memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidahhukum Islam
melalui jurisprudensi sebagai salah satu bahan baku dalam penyusuan dan
pembinaan hukum nasional.

b. UU No. 72 Tahun 1992 tentang PerbankanSyari’ah, menetapkan bahwa


perbankan syariah di Indonesia menganutdual banking system

.1) UU No. 10 Tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan dari UU di atas,


yang peraturan pelaksanaannya dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur
Bank Indonesiadan dikuatkan dalam bentuk peraturan Bank Indonesia.

18
azim Hamidi, Hermeneutika Hukum, (Yogyakarta: UII Press:2005), h 42

13
Penggunaan istilah bank syariahsudah tegas disebutkan“Bank Berdasarkan
PrinsipSyariah”dan pada Pasal 1 butir 13disebutkan berlakunya hukum Islam
sebagai dasar transaksi di perbankan syariah.

2) Teknis operasional produk dan transaksi syariah yang digunakan pada


banksyariah diatur dalam Fatwa DSN MUI.

3) Eksistensi bank syariah diperkuat dengan adanya UU No. 23 tahun 1999


tentangBank Indonesia yang memungkinkan kebijakan moneter berdasarkan
prinsip syariah.

4) UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.19

BAB III

19
azim Hamidi, Hermeneutika Hukum, (Yogyakarta: UII Press:2005), h 53

14
PENUTUP

A.Kesimpulan

Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau pada abad
ketujuh/kedelapan masehi. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam baru sampai ke
Nusantara ini pada abad ke-13 Masehi. Perkembangan hukum Islam di
Indonesiadibagi menjadi masa kerajaan, masa kolonial, masa kemerdekaan, dan
masareformasi.Kini, di Indonesia, hukum Islam telah banyak yang dipositivisasi
menjadi peraturan perundang-undaangan. Republik Indonesia dapat mengatur
suatu masalah sesuai dengan hukum Islam, sepanjang pengaturan itu hanya
berlaku bagi pemelukagama Islam.

B.SARAN
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan,
baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah
tempatnya salah dan lupa.

Daftar Pustaka

15
* Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Volume (9), Issue (1), July
2021

*Muhammad. Lembaga Ekonomi Syari’ah. Yogyakarta: Graha Ilmu,2007

*Aulawi, A. Wasit. Sejarah Perkembangan Hukum Islam. Jakarta:Gema Insani


Press, 1996

*Azhary, Muhammad Tahir. Negara hukum. Jakarta: Bulan bintang,1992

*
Kamal, Musthafa (et al). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam.Jakarta:
Persatuan, 1991

*Jurnal hukum ekonomi syariah (febby dwi),1995

*Ali, M. Daud. Hukum Islam Peradilan Agama dan Masalahnya.Bandung:


Rosdakarya, 1994,

*Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

*Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999

* Muhammad Abû Zahrah, Usûl al-Fiqh, (al-Qâhirah: Dâr al-Fikral-‘Arabî, 1958),

* Hasbi ash-Shiddieqy, Filsafat Hukum Islam (Semarang: PT.Pustaka Rizqi Putra,


2001),

16

Anda mungkin juga menyukai