Anda di halaman 1dari 14

JUAL BELI BENAR / SOHIH

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah hadis ekonomi

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1.Muhamad Renjesetno pratama (2220104037)


2.Dimas Anggara (2220104037)
3.Gusti Randa (2230104203)

Dosen Pengampu:
RIA ASTINA, M.H.I
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI΄AH
FAKULTAS SYARI΄AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI UIN RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur dengan berkat rahmat Allah SWT,
yang telah memudahkan Penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh
rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.Makalah
berjudul “Jual Beli ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis ekonomi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada
agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Sesuai dengan fitrahnya, manusia
diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan,
maka dalam makalah yang Penulis susun ini belum mencapai tahap kesempurnaan.

Terakhir, Penulis mengucapkan Jazakumullah akhsanal jaza, kepada pihak-


pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya
kepada Ibu ria astina, M.H.I yang telah memberikan tugas dan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 5 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….…..i
DAFTAR ISI……………………………………………….…………………....ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….……………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….………….....1
C. Tujuan..................………………………………………………….………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian jual beli...............….………………………………................……3
B. Landasan Hukum Jual Beli.........………..………………………....………….4
C. Syarat dan Rukun Jual Beli.............................................……………...………5
D. Macam-macam Jual Beli Yang Benar...............................................................7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.........……………………………………………………………….12
B. Saran....................................…………………………………………….…....13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

‫س ِم َع َر سُو َل َ ه‬
ِ ‫َللَا‬ َ ُ ‫ ; أ َنهه‬-‫َللَا ُ عَ ْن ُه َم ا‬‫ي َه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ َر‬- ِ ‫َللَا‬‫َو عَ ْن َج ابِ ِر ب ِْن عَ بْ ِد َ ه‬
ُ ‫َللَا َ َو َر سُ ولَه‬ ‫ ( إِ هن َ ه‬:َ‫ َو ه َُو بِ َم كه ة‬, ِ‫ام ا َ ْل فَتْح‬ َ َ‫صلى هللا عليه وسلم يَق ُو ُل ع‬
‫ يَا َر سُ و َل َ ه‬: ‫ص نَام فَ قِ ي َل‬
ِ ‫َللَا‬ ْ َ ‫ َو ْاْل‬, ‫ير‬ ِ ‫ َو الْ ِخ ْن ِز‬, ‫ َو ْال َم يْ ت َ ِة‬,‫َح هر َم بَيْ َع ا َ ْل َخ ْم ِر‬
,ُ ‫ َو ت ُدْ هَ ُن بِ َه ا ا َلْ ُج ل ُود‬, ‫س ف ُ ُن‬ ُّ ‫ط لَى بِ َه ا ا َل‬ ْ ُ ‫ فَإ ِنهه ُ ت‬, ‫وم ا َ ْل َم يْ ت َ ِة‬
َ ‫ْت شُ ُح‬ َ ‫! أ َ َر أ َي‬
‫َللَا ِ صلى‬ ‫ ث ُ هم قَا َل َر سُو ُل َ ه‬, ‫ ََل ه َُو َح َر ا ٌم‬: ‫اس ? فَ قَا َل‬ ُ ‫ص بِ ُح بِ َه ا ا َلنه‬ْ َ ‫َو يَ ْس ت‬
‫ع لَ ْي ِه ْم‬ ‫ إِ هن َ ه‬,َ‫َللَا ُ ا َلْ يَ ُه ود‬
َ ‫َللَا َ لَ هم ا َح هر َم‬ ‫ قَات َ َل َ ه‬:‫هللا عليه وسلم ِع نْ د َ ذَ ِل َك‬
‫ع لَيْ ِه‬َ ‫ق‬ ٌ َ‫ فَأ َ َك ل ُوا ث َ َم نَه ُ ) ُم ت هف‬,ُ‫ ث ُ هم بَاعُوه‬,ُ‫شُ ُح و َم َه ا َج َم ل ُوه‬
Dari Jabir Ibnu Abdullah RA bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
bersabda di Mekkah pada tahun penaklukan kota itu: “Sesungguhnya Allah
melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi dan berhala,”Ada orang
bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak
bangkai karena ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan
orang-orang menggunakannya untuk menyalakan lampu?” Beliau bersabda:
“Tidak, ia haram,”Kemudian setelah itu Rasulullah SAW ber sabda: “Allah
melaknat orang-orang Yahudi, karena ketika Allah mengharamkan atas
mereka (jual-beli) lemak bangkai mereka memprosesnya dan menjualnya,
lalu mereka memakan hasilnya,” (HR Muttafaq Alaihi).

Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan


setiap waktu oleh semua manusia.Tetapi jual beli yang benar menurut hukum Islam
belumtentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang tidak
tahu sama sekali tentang ketentutan-ketentuan yang di tetapkan oleh hukum Islam
dalam hal jualbeli (bisnis).Di dalam al-Qur’an dan Hadist yang merupakansumber
hukum Islam banyak memberikan contoh ataumengatur bisnis yang benar menurut
Islam. Bukan hanya untuk penjual saja tetapi juga untuk pembeli. Sekarang inilebih
banyak penjual yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpa berpedoman

1
pada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Mereka cuma mencari keuntungan
duniawisaja tanpa mengharapkan barokah kerja dari apa yang sudah
dikerjakan.Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang
lain, aka selalu melakukan tolong–menolong dalam menghadapi berbagai
kebutuhan yang beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis
atau jual beli. Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan
rukun dan syarat yangtelah di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah dan
al-Mubadalah”.Pada intinya jual beli merupakan suatu perjanji antukar menukar
barang atau benda yang mempunyai manfaat untuk penggunanya, kedua belah
pihak sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.1

B.RUMUSAN MASALAH

Dari beberapa uraian diatas tentang Ba’i atau jual beli yang sebagian telah
dipaparkan, maka beberapa pertanyaan yang perlunya untuk di jawab agar tidak ada
keraguan lagi.

1. Apa yang Dimaksud dengan Jual Beli ?


2. Bagaimana Hukum Jual beli ?
3. Apa Saja Rukun-rukun dan Syarat-syarat Jual Beli ?
4. Sebutkan Macam-macam Jual Beli ?
5. Apa Saja Jual Beli yang Sah

C.TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan dasar hukum jual beli.
2. Mahasiswa dapat mengetahui barang yang terlarang diperjual belikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui rukun syarat jual beli.

1
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,Pengantar Ilmu Tafsir, Darus Sunnah Press, 2008,Hlm. 31-34

2
BAB II
PEMBAHASAN

Jual beli dalam bahasa Arab berasal dari kata (‫ )عيبلا‬yangartinya menjual, mengganti
dan menukar (sesuatu dengansesuatu yang lain). Kata (‫ )عيبلا‬dalam bahasa arab
terkadangdigunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata : ‫ ءارﺸلا‬dengandemikian
kata (‫ )عيبلا‬berarti kata jual dan sekaligus berarti kata“beli2”

Secara terminologi terdapat beberapa definisi para ulamadiantaranya oleh


ulama Hanafiyah memberi pengertian dengan‘saling menukarkan harta dengan
harta melalui cara tertentu’,atau dengan makna ‘tukar menukar sesuatu yang
diingini dengansepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.Ulama Hanafiyah
menjelaskan bahwa makna khusus padapengertian pertama tadi adalah ijab dan
kabul, atau juga bisamelalui saling memberikan barang dan menetapkan harga
antarapembeli dan penjual.Sedangkan pada pengertian kedua menjelaskan bahwa
harta yang diperjual belikan itu harus bermanfaat bagi manusia, seperti menjual
bangkai, minuman keras dan darah tidak dibenarkan3

Sayid Sabiq mendefinisikan jual beli dengan arti ‘salingmenukar harta


dengan harta atas dasar suka sama suka’.Sementara Imam al-Nawāwī menjelaskan
bahwa jual beli adalah‘saling menukar harta dengan harta dalam bentuk
pemindahanmilik’. Defenisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yangdidefinisikan
oleh Abū Qudāmah yaitu ‘saling menukar hartadengan harta dalam bentuk
pemindahan milik dan pemilikan’4

Jualbeli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berartimenjual,


mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatuyang lain. Lafal albai’ dalam
bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy syira

2
Abdullah Al Mushlih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi..., h. 11-14,lihat juga Hulwati, Ibid., h. 47
3
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 68
4
Muhammad Abd Mannan, Teori dan Praktek..., h. 288

3
(beli). Dengan demikian, kata al-bai’ berarti jual,tetapi sekaligus juga berarti beli
(Haroen, 2000:111).5

Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jualbeli atau bisnis adalah:

a. Menukar barang dengan barang atau barang denganuang dengan jalan


melepaskan hak milik dari yang satukepada yang lain atas dasar saling
merelakan (Idris,1986 :5).
b. Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi Menurut syara,
pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki sesuatu harta
(uang) dengan mengganti sesuatuatas dasar izin syara, sekedar memiliki
manfaatnya saja yang diperbolehkan syara untuk selamanya yang
demikian ituharus dengan melalui pembayaran yang berupa uang (al-
Ghazzi, t.th:30)
c. Menurut Imam Taqiyuddin dalam kitab Kiffayatul al-Akhyar Saling
tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf)dengan ijab
qobul, dengan cara yang sesuai dengan syara(Taqiyuddin, t.th:329).
d. Syeikh Zakaria al Anshari dalam kitabnya fath Al-Wahab Tukar-
menukar benda lain dengan cara yang khusus(dibolehkan) (Zakariya,
t.th:157).
e. Menurut Sayyid Sabiq dalam Kitabnya Fiqh Sunnah Penukaran benda
dengan benda lain dengan jalan salingatau memindahkan hak milik
dengan ada penggantinyadengan cara yang diperbolehkan (Sabiq,
t.th:126)
f. Ada sebagian ulama memberikan pemaknaan tentangjual beli (bisnis),
diantaranya; ulamak Hanafiyah “Jual beli adalah pertukaran harta
dengan harta (benda)berdasarkan cara khusus (yang di bolehkan)
syara’yang disepakati”. Menurut Imam nawawi dalamal-majmu’
mengatakan “Jual beli adalah pertukaranharta dengan harta untuk
kepemilikan”. Menukarbarang dengan barang atau barang dengan

5
Solih bin Fauzan Al-Fauzan, Jual Beli yangDilarang dalam Islam, dalam e-book

4
uangdengan jalan melepaskan hak milik atas dasar salingmerelakan
(Suhendi, 2007: 69-70)6

B.Landasan Hukum Jual Beli

Adapun dasar hukum jual beli yakni mempunyai landasan yang kuat dalam
al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Ulama Fiqih berpendapat bahwa yang menjadi dasar
diperbolehkan jual beli adalah sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Qur’an yang
berbunyi:

ِ ‫ال ه ِذ ي َن ي َ أ ْكُ ل ُ و َن‬


‫الر ب َ ا ََل ي َ ق ُ و ُم و َن إ ِ هَل كَ َم ا ي َ ق ُ و مُ ال ه ِذ ي ي َ ت َ َخ ب ه طُ ه ُ ال ﺸه يْ طَ ا ُن ِم َن‬
‫الر ب َ ا ۗ َو أ َ َح هل َللَاه ُ الْ ب َ يْ َع َو َح هر َم‬ َ ِ‫س ۚ ذَٰ َ ل‬
ِ ‫ك ب ِ أ َن ه هُ ْم ق َ ا ل ُ وا إ ِ ن ه َم ا الْ ب َ يْ ُع ِم ث ْ ُل‬ ِ ‫الْ َم‬
ۖ ِ ‫ف َو أ َ ْم ُر ه ُ إ ِ ل َ ى َللَاه‬
َ َ ‫الر ب َ ا ۚ ف َ َم ْن َج ا َء ه ُ َم ْو ِع ظَ ة ٌ ِم ْن َر ب ِ هِ ف َ ا نْ ت َ َه َٰى ف َ ل َ ه ُ َم ا سَ ل‬
ِ
‫ار ۖ ه ُ ْم ف ِ ي َه ا َخ ا لِ د ُو َن‬ ِ ‫ب ال ن ه‬ُ ‫ص َح ا‬ ْ َ‫ك أ‬ َ ِ ‫َو َم ْن عَ ا د َ ف َ أ ُو َٰل َ ئ‬

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
(Q.S.Al.Baqarah: 275)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menghalakan keuntungan


melalui perniagaan yakni jual beli dan mengharamkan riba. Riba merupakan
bungan yang diambil oleh pemilik hutang, karena orang yang berhutang menunda
tempo dan menangguhkan pembayaran hutang. Dijelaskan bahwa kedua jenis
keuntungan itu tidaklah sama, yakni penambahan harta pada suatu sisi berasal dari

6
Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam

5
jual beli dalam jangka waktu tertentu dan pada sisi lain keuntungan melalui
penundaan pembayaran yang telah jatuh tempo. Keuntungan yang berasal dari jual
beli tidaklah sama dengan keuntungan dari hasil bunga riba karena Allah SWT telah
menghalalkan jual beli dan mnegharamkan riba. 7

C.Syarat dan Rukun Jual Beli

Dari penjelasan para ulama, bisa kita simpulkan bahwa jual beli memiliki empat
rukun, yaitu:

1. adanya pembeli 3. adanya barang

2. adanya penjual 4. adanya shighah atau ijab-qabul.

Dalam kitab Al-Fiqhul Muyassar dijelaskan, “Rukun jual-beli ada tiga: pihak
yang berakad (penjual dan pembeli), ma’qud ‘alaihi (barang), dan shighah. Pihak
yang berakad di sini mencakup penjual dan pembeli. Sedangkan ma’qud ‘alaihi
adalah barangnya. Dan shighah adalah ijab dan qabul” (Al-Fiqhul Muyassar, hal.
211).

Tidak disebut jual-beli tanpa ada empat komponen di atas. Adapun penjual,
pembeli dan barang yang diperjual-belikan, tentu ini mudah dipahami bahwa jual-
beli tidak akan terjadi tanpa tiga hal tersebut. 8

Sedangkan shighah jual-beli adalah ucapan atau perbuatan yang menunjukkan


adanya maksud dari kedua belah pihak untuk melakukan jual-beli. Shighah bisa
berupa ucapan atau cukup dengan perbuatan. Disebutkan secara ringkas oleh Ibnu
Balban ad-Dimasyqi rahimahullah dalam matan Akhsharul Mukhtasharat,

istilah lain untuk shighah fi’liyah, dan ijab-qabul adalah istilah lain untuk
shighah qauliyah. Dalam kitab Al-Iqna, Al-Hajjawi rahimahullah menyebutkan,

“Jual beli memiliki dua bentuk. Yang pertama adalah shighah qauliyah yang tidak
terhitung jenis lafadz-nya, yaitu semua lafadz yang menunjukkan maksud untuk

7
Al-Fauzan, Perbedaan antara jual beli dan riba (Salih Fauzan Solo: Attibian, 2002) hlm 55
8Abdullah Al Mushlih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi KeuanganKontemporer, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h. 93-
95

6
berjual-beli .. Yang kedua adalah dalalah haliyah (yaitu al–mu’athah) yang sah
hukumnya baik untuk barang yang sedikit ataupun banyak” 9

Syarat Jual Beli

Sedapelaku jual-beli adalah orang yang dibolehkan untuk bertransaksi, [3]


yang diperjungkan syarat jual beli ada tujuh syarat. Ibnu Balban rahimahullah
mengatakan, “Dengan memenuhi tujuh syarat: [1] adanya rida antara dua pihak,
[2] al-belikan adalah harta yang bermanfaat dan mubah (bukan barang haram), [4]
harta tersebut dimiliki atau diizinkan untuk diperjual-belikan, [5] harta tersebut
bisa dipindahkan kepemilikannya, [6] harta tersebut jelas tidak samar, [7]
harganya jelas”10

Ulama fiqih sepakat, bahwa orang yang melakukantransaksi jual beli harus
memenuhi syarat-syarat :

- Berakal. Dengan syarat tersebut maka anak kecil yang belumberakal tidak boleh
melakukan transaksi jual beli, dan jikatelah terjadi transaksinya tidak sah. Jumhur
ulamaberpendapat, bahwa orang yang melakukan transaksi jual beliitu harus telah
akil baliqh dan berakal. Apabila orang yangbertransaksi itu masih mumayyiz, maka
transaksi jual beli itutidak sah. Sekalipun mendapat izin dari walinya

.- Orang yang melakukan transaksi itu, adalah orang yangberbeda. Maksud dari
syarat tersebut adalah bahwa seorang tidak boleh menjadi pembeli dan penjual pada
waktu yang bersamaan.

Syarat yang terkait dengan ijāb dan qabūl.Ulama fiqih sepakat bahwa urusan
utama dalam jual beliadalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Kerelaan ini
dapat terlihat pada saat transaksi berlangsung. Oleh karena itu, ijābqabūl harus
diungkapkan dengan jelas sehingga tidak terjadipenipuan dan dengan ijab Kabul
dapat mengikat kedua belahpihak.Apabila ijāb-qabūl telah diucapkan dalam
transaksi, secaraotamatis kepemilikan barang dan uang telah berpindah tangan. 11

9
Jurnal Ekonomi Islam Volume 8, Nomor 2, November 2017
10
Washilul Choir, Riba dalam PerspektifIslam, dalam Jurnal Ilmiyah
11 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,Pengantar Ilmu Tafsir, Darus Sunnah Press, 2008,Hlm. 31-34

7
Ulama fiqih menjelaskan bahwa syarat dari ijāb-qabūl adalahsebagai
berikut:

- Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yangmengucapkannya harus telah akil


baligh dan berakal,sedangkan menurut Ulama Mazhab Hanafi mensyaratkanhanya
telah berakal saja

- Kabul harus sesuai dengan ijab. Sebagai contoh : “saya jualmobil ini dengan harga
seratus juta rupiah”, lalu pembelimenjawab : “saya beli dengan harga seratus juta
rupiah”.

- Ijab dan Kabul harus dilakukan dalam satu transaksi, dan tidakboleh terpisah.
Maksudnya kedua belah pihak yang melakukantransaksi harus hadir pada waktu
yang bersamaan. 12

Syarat yang diperjual belikan.Syarat yang diperjualbelikan, adalah sebagai berikut


- Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjualmenyatakan sanggup
untuk mengadakan barang itu

- Barang tersebut dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagimanusia. Oleh karena itu
keluar dari syarat ini adalah menjualkhamar, bangkai haram untuk diperjualbelikan,
karena tidakbermanfaat bagi manusia dalam pandangan syara’

- Milik seseorang. Maksudnya adalah barang yang belum milikseseorang tidak


boleh menjadi objek jual beli, seperti menjualikan yang masih di laut, emas yang
masih dalam tanah, karenakeduanya belum menjadi milik penjual.

- Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktuyang telah
disepakati13

D.Macam-macam Jual Beli Yang Benar

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual
beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan jual beli yang batal

12
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Cet. ke-1; Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada, 2003), h. 113
13
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Maumalat, (Cet. ke-3; Jakarta:Bulan Bintang, 1989), h. 97

8
menurut hukum, dari segi obyek jual beli dan segi pelaku jual beli.Sedangkan
ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat
Imam Taqqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Jual beli benda yang kelihatan

2. Jual beli benda yang hanya disebutkan sifat-sifatnya dalam janji

3. jual beli benda yang tidak sah

Jual beli benda yang kelihatan wujudnya ialah pada waktu melakukan akad jual
beli benda atau barang yang diperjualbelikan tersebut ada ditempat akad. Hal ini
lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras
dipasar.

BAB III

PENUTUP

9
A.Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu
diperbolehkan dalam Islam.Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia
dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara
mereka.Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan.Ada juga jual beli
yang dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah
disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan
itu semua telah dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari
kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya
terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi inti dari
rukun dan syaratnya hampir sama.

Bagi umat Islam yang melakukan bisnis dan selalu berpegang teguh pada
norma-norma hukum islam, akan mendapat berbagai hikmah diantaranya; (a)
bahwa jual beli (bisnis) dalam islam dapat bernilai sosial atau tolong menolong
terhadap sesama, akan menumbuhkan berbagai pahala, (b) bisnis dalam islam
merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan dan halalnya harta yang
dimakan untuk dirinya dan keluarganya, (c) bisnis dalam islam merupakan cara
untuk memberantas kemalasan, pengangguran dan pemerasan kepada orang lain,
(d) berbisnis dengan jujur, sabar, ramah, memberikan pelayanan yang memuaskan
sebagaimana yang diajarkan dalam islam akan selalu menjalin persahabatan kepada
sesama manusia.

B.SARAN
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan,
baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah
tempatnya salah dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

10
*Jurnal Ekonomi Islam Volume 8, Nomor 2, November 2017
*Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,Pengantar Ilmu Tafsir, Darus Sunnah
Press

*Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Maumalat, (Cet. ke-3; Jakarta:Bulan


Bintang, 1989)

*M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Cet. ke-1; Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada, 2003)

*Washilul Choir, Riba dalam PerspektifIslam, dalam Jurnal Ilmiyah

*Al-Fauzan, Perbedaan antara jual beli dan riba (Salih Fauzan Solo: Attibian, 2002)

*Abdullah Al Mushlih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan

Kontemporer, (Jakarta: Darul Haq, 2004)

*Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam

*Solih bin Fauzan Al-Fauzan, Jual Beli yangDilarang dalam Islam Solih bin

Fauzan Al-Fauzan, Jual Beli yangDilarang dalam Islam

*Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,Pengantar Ilmu Tafsir, Darus Sunnah

Press, 2008

*Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008),

11

Anda mungkin juga menyukai