Makalah
Oleh
Kelompok 4
Andi Try Mahgfirah Amin
742342022069
Adhe Riskyaulia Asfar
742342022080
M. Reza Nugratama
742342022087
Dosen Pengajar :
Sylviah, S.HI., M.H
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas ridha dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Sistem
Peradilan Islam yang berupa makalah dengan judul “Peradilan Islam di Negara
Muslim”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sylviah, S.HI., M.H
yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu
baik secara moral maupun material sehingga makalah ini dapat terwujud.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
Harapan kami sebagai penulis, yaitu semoga apa yang terdapat dalam makalah
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dihukum dan menjamin ketaatan terhadap ajaran Islam, oleh karena itu
keberadaan lembaga peradilan yang ada merupakan bagian dari ajaran Islam.
peradilan berbeda dari satu negara dengan negara lain . Perbedaan dalam
republik, dan monarki. Peradilan dalam suatu negara yang berbentuk federal
Saudi Arabia, maka dalam makalah ini kami akan membahas tentang Peradilan
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
PEMBAHASAN
yang terdiri dari ahli hukum Islam dan anggota bantuan hukum, yang kemudian
penerapannya.
Malaysia terdiri atas 13 negara bagian; tiga bagian diantaranya adalah
wilayah federal. Sembilan negara bagian dikatakan Melayu asli yaitu Johor,
Terengganu dan Sarawak. Sementara sisanya adalah wilayah federal terdiri dari
1511 M. Malaka dikuasai Portugis selama 130 tahun, pada tahun 1641 M.
1
Omar Farouk, Penelitian Sosial dan Kebangkitan Islam di Malaysia, Dalam Zaiful Muzani,
Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta : LP3ES, 1993), h. 289.
3
4
di Malaysia.
hukum kebiasaan Inggris (Common Law Sistem). Tradisi ini berada di tengah-
tengah sistem hukum Islam dan hukum adat. Secara tidak langsung, Malaysia
menggunakan system Common Law murni tanpa bercampur dengan sistem lain
hukum perdata, hukum pidana, hukum acara perdata dan pidana serta hukum
kontrak, juga didatangkan oleh Inggris dari Negara India yang juga berkaitan
dengan prinsip-prinsip hukum kebiasaan yang sudah dibukukan.
Islam sebagai agama negaranya. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 3(1) Konstitusi
Malaysia, yang menyatakan: "Islam ialah agama bagi persekutuan, tetapi bagi
Malaysia. Baik hukum negara federal dan negara bagian dikelola oleh
pengadilan federal.
Oleh karena itu, hukum Islam hanya berlaku dalam lingkup yang
memiliki yurisdiksi atas hukum keluarga, seperti kasus hak milik, warisan dan
hak asuh anak, dan ketika ada konflik antara pengadilan perdata dan syariah,
keluarga Islam adalah urusan pemerintah negara bagian dan berada dalam
persoalan perdata dan ada yang menyangkut persoalan pidana (Fahim Abdullah
bin Abdul Rahman, 1991: 96 ). Dalam bidang perdata meliputi: (a) pertunangan,
nikah, cerai, membatalkan nikah atau perceraian; (b) memberi harta benda atau
tuntutan terhadap harta akibat perkara nikah atau perceraian; (c) nafkah orang
di bawah tanggungan, anak yang sah, penjagaan dan pemeliharaan anak; (d)
pemberian harta wakaf; dan (e) perkara lain yang diberikan kuasa berdasarkan
istri dan tidak patuh terhadap suami; (b) melakukan hubungan seks yang tidak
undang.
Tinggi Malaya (High Court of Malaya), yang berada di Kuala Lumpur dan
Mahkamah Tinggi Sabah dan Serawak (High Court of Sabah and Serawak),
lembaga hukum yang mengadili dan menghukum umat Islam atas pelanggaran
warisan.
tersebut; (c) menyediakan kertas-kertas hasil dan laporan pengadilan; dan (d)
agar diadakan pembicaraan kembali atau ulang bicara; (e) menerima banding
responden yang dihukum penjara atau denda tidak kurang RM 25.00 dan telah
membuat banding menurut prosedur yang telah ditetapkan; dan (f) setiap
banding akan didengar setidaknya oleh tiga orang panel (hakim) banding dari
Panel (Hakim) Rayuan Syari’ah yang ditunjuk dan ditaulaiha oleh KDYMM
kitab Allah, Al-Quran Al-Karim dan Sunnah Nabi SAW. Islam sebagai dasar
Undang Dasar negara, dan syari’ah sebagai hukum dasar yang dilaksanakan
terbentuk berdasarkan syari’at Islam tidak terlepas dari peran Raja Abdul Aziz
bin Abdul Rahman as-Saud yang membaiat wilayah-wilayah.2 Badan yudikatif
2
Rifyal Ka’bah, Peradilan Islam Kontemporer:Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Pakistan,
Malaysia dan Indonesia (Cet.XIV; Jakarta: Universitas Yarsi, 2009), h. 31
8
Saudi adalah Mahkamah Syariah dan Lembaga Fatwa. Kedua lembaga ini
memiliki kewenangan yang berbeda. Mahkamah Syariah memiliki yurisdiksi
absolut dan relatif. Mahkamah Syariah mengadili kasus pidana (jinayah) dan
ditemukan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi dan hukum dasar pemerintah.
Ijtihad seorang hakim didasarkan pada putusan hakim pada suatu masalah
sebelumnya, yang memiliki sifat dan ciri-ciri dari masalah yang sama, atau
dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, baik dalam masalah
hak-hak sipil maupun dalam masalah politik dalam dan luar negeri. Keputusan
hukum lembaga fatwa tersebut mengikat semua warga negara Arab Saudi.
sistem hukum ganda, yang terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu pertama, peradilan
berdiri sendiri yang bersifat otonomi, tetapi tidak bertentangan dengan syari’at,
Peradilan ini tidak secara khusus berdasarkan Syari’at Islam, tetapi dirancang
9
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Raja Abdullah bin ‘Abd al-‘Aziz pada
tanggal 1 Oktober 2007 telah menerbitkan Royal Order (Titah Raja) tentang
pembaharuan peradilan. 4 Berdasarkan aturan baru ini, maka hirarki Pengadilan
a. Pengadilan Perdata;
b. Pengadilan Pidana;
c. Pengadilan Hukum Keluarga;
e. Pengadilan Perburuhan.
3. Ketiga adalah Pengadilan Tingkat Pertama yang terdiri dari:
a. Pengadilan Umum;
b. Pengadilan Pidana;
3
Rifyal Ka’bah, Peradilan Islam Kontemporer:Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Pakistan,
Malaysia dan Indonesia (Cet.XIV; Jakarta: Universitas Yarsi, 2009), h. 37-40
4
Rifyal Ka’bah, Peradilan Islam Kontemporer:Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Pakistan,
Malaysia dan Indonesia (Cet.XIV; Jakarta: Universitas Yarsi, 2009), h. 41
10
e. Pengadilan Perburuhan.
antara sesama orang asing yang mendapat hak-hak istimewa. Mahkamah ini
menangani kasus perdata dan pidana.5 (b) Mahkamah Ahliyah yang menangani
kasus-kasus hukum perdata dan pidana yang terjadi di kalangan orang Mesir
atau orang asing yang tidak mendapat hak istimewa. (c) Mahkamah Syari’ah
dan warisan. Permasalahan ini hanya terbatas bagi orang-orang Mesir yang
hak istimewa pada tahun 1937, setelah terjadi pertemuan antara Mesir dan
5
Aden Rosadi, Peradilan Agama Di Indonesia Dinamika Hukum.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015). h. 283.
11
Kejaksaan (Niyabah)
Mesir).
Peradilan ini juga mengadili perkara pidana yang tempat kejadian perkara
12
yang berlaku.
tujuan untuk Meluruskan cacat yang terdapat dalam penerapan hukum dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persekutuan; tetapi bagi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan
Undang Dasar negara, dan syari’ah sebagai hukum dasar yang dilaksanakan
oleh mahkamah-mahkamah (pengadilan-pengadilan) syari’ah dengan ulama
Peradilan Islam di Mesir terdapat dua fase, yaitu fase pembaruan Qadha
13
14
yaitu: (a) Mahkamah Mukhalitah, (b) Mahkamah Ahliyah, dan (c) Mahkamah
hak-hak istimewa pada tahun 1937, setelah terjadi pertemuan antara Mesir dan
B. Saran
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
15