Anda di halaman 1dari 43

i

PERBANDINGAN LEMBAGA NEGARA PADA NEGARA THEODEMOKRASI

( STUDI PERBANDINGAN PAKISTAN DAN INDONESIA )

OLEH :

NAMA : ANDI FADJRUL MUSFIRA


NIM : 04020200265

Tugas Diajukan Untuk Bahan Penilaian Tugas Akhir Mata Kuliah Hukum Tata
Negara Islam Kelas C1

Konsentrasi Hukum Tata Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dalam
bentuk maupun isi yang sangat sederhana. Adapun tema dari makalah ini adalah
“Perbandingan Lembaga Pada Negara Theodemokrasi”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dosen mata kuliah Hukum Tata Negara Islam Prof. Dr. H Lauddin
Marsuni S.H.,M.H yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Makassar, 8 juni 2023


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
A. Perbandingan Lembaga Negara ................................................................ 6
1. Perbandingan Hukum ............................................................................ 6
2. Perbandigan Hukum Tata Negara ......................................................... 7
3. Teori Kelembagaan Negara................................................................... 8
4. Lembaga Negara Utama dan Tambahan ............................................... 9
B. Negara Theodemokrasi ............................................................................. 11
1. Definisi Theodemokrasi ........................................................................ 11
C. Definisi Konstitusi ................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 16
BAB IV SIMPULAN ........................................................................................... 39
A. Kesimpulan ............................................................................................... 39
B. Saran.......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara hukum. Hukum merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat “Ubi Societas Ibi Ius” (dimana ada
masyarakat maka di situ ada hukum). Pernyataan ini dapat disimpulkan bahwasanya
didalam masyarakat terdapat hukum yang mengatur masyarakat sebagaimana
didalam sebuah negara terdapat lembaga - lembaga negara yang berfungsi untuk
mengatur jalannya pemerintahan negara itu sendiri, serta terdapat sistem negara
yang berfungsi sebagai sarana untuk menjamin seluruh kepentingan rakyat. Salah
satunya adalah sistem Theodemokrasi.

Konsep Theodemokrasi terdiri dari gabungan kata yaitu teologi yang berarti
agama dan demokrasi yang terdiri dari kata demos berarti rakyat dan kratein yang
berarti kekuasaan. Sistem teodemokrasi ini dicetuskan oleh Abul A’ala al-Maududi
dalam The islamic law and Constituion (Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik
Islam)1. Menurut Abul A’laa al-Maududi, Theo-demokrasi merupakan suatu bentuk
pemerintahan dimana rakyat diberikan kedaulatan terbatas dibawah naungan Tuhan
(Allah SWT 2) . Dalam pemerintahan ini kekuatan eksekutif yang terbentuk
berdasarkan kehendak umum kaum muslimin yang di mana kaum muslimin
tersebut juga berhak menumbangkannya.

Dalam sistem teo demokrasi, Islam adalah sistem yang sempurna. Di


dalamnya terdapat aturan yang mengatur segala bentuk interaksi antar sesama
manusia, seperti sistem sosial, ekonomi, politik, dsb. Aturan-aturan semacam ini
meniscayakan adanya negara yang akan melaksanakan dan menerapkan aturan-
aturan tersebut kepada manusia. Islam telah menetapkan sistem yang khas bagi
pemerintahan. Islam juga telah menetapkan sistem yang khas untuk mengelola

1
Abul A’ala al-Maududi. The Islamic law and constitution
2
Asghar Ali Engineer, Revolusi Negara Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h.
205-207.
2

pemerintahan. Di samping itu, Islam menuntut seluruh hukum syara (Islam) kepada
rakyatnya.

Negara Islam adalah negara yang bersifat politis. Negara Islam tidak bersifat
sakral. Kepala negaranya tidak dianggap memiliki sifat-sifat orang suci. Negara
yang dimaksud di sini adalah Khilafah Islamiyah yang dikepalai oleh Khalifah,
yang kadang-kadang disebut sebagai amirul mukminin, sulthan, atau imam.
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke
segenap penjuru dunia. Menegakkan Khilafah hukumnya wajib bagi seluruh kaum
muslimin. Melaksanakan kewajiban ini sebagaimana melaksanakan kewajiban lain
yang telah dibebankan Allah SWT kepada kaum muslimin, adalah suatu keharusan
yang menuntut pelaksanaan tanpa tawar-menawar lagi dan tidak pula ada
kompromi.

Pada sistem pemerintahan Islam Allah SWT menjelaskan tujuan dan maksud
dari sistem pemerintahan islam sebagai solusi permasalahan dan kehidupan negara
saat ini

1. Memelihara agama. Negara, terutama khalifah bertanggung jawab untuk


memelihara akidah Islam. Dalam hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan
wewenang yang telah diberikan oleh syara kepadanya. Negaralah satu-
satunya institusi yang berhak menghukum orang-orang murtad dan
memberi peringatan kepada siapa saja yang menyeleweng dari agama. Bagi
rakyat non muslim tidak dipaksa berakidah Islam. Dibiarkan dengan akidah
yang diyakininya dan menjalankan ibadah sesuai perintah agamanya
2. Mengatur urusan masyarakat dengan cara menerapkan hukum syara kepada
mereka tanpa membeda-bedakan antara satu individu dengan yang lainnya.
3. .Menjaga negara dan umat dari orang-orang yang merongrong negara.
Caranya dengan melindungi batas-batas negara, mempersiapkan pasukan
militer yang kuat dan senjata canggih untuk melawan musuh, sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Rasul saw, dan para khalifah sesudah beliau.
3

4. Menyebarkan dakwah Islam kepada segenap manusia di luar wilayah


Daulah, yaitu dengan cara menjalankan jihad sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah pada beberapa peperangan, misalnya penaklukan Mekah dan
perang Tabuk. Begitu juga pernah dilakukan oleh para Khalifah sesudah
beliau.
5. Menghilangkan pertentangan dan perselisihan di antara anggota masyarakat
(muslim dan non muslim) dengan penuh keadilan. Hal ini dilakukan dengan
cara menjatuhkan sanksi kepada mereka yang berbuat zalim,
memperlihatkan keadilan terhadap orang yang dizalimi sesuai dengan
hukum yang disyariatkan Allah.

Salah satu negara yang menggunakan sistem Theodemokrasi adalah negara


Pakistan, Pakistan adalah sekian dari beberapa negara yang menerapkan syariat
islam didalam konstitusinya, sesuai dengan pembukaan Konstitusi Pakistan 1973
yang berbunyi “Bahwa kedaulatan atas seluruh alam semesta hanya milik Allah
Yang Maha Esa, dan kewenangan yang harus dijalankan oleh rakyat Pakistan dalam
batas-batas yang ditentukan oleh-Nya merupakan amanah yang suci” 3serta pada
pasal 2 Konstitusi Pakistan 1973 yang berbunyi “Islam akan menjadi agama Negara
Pakistan” 4

Pada sistem Theodemokrasi juga mengenal istilah lembaga negara, sama


halnya dengan sistem demokrasi. Lembaga negara adalah lembaga pemerintahan
yang berkedudukan di pusat yang tugas, fungsi, dan kewenangannya secara tegas
diatur dalam Undang-Undang. Sederhananya, lembaga negara merupakan lembaga
pemerintahan (Civilizated Organization) yang dibuat oleh negara, dari negara, dan
untuk negara, demi mencapai tujuan negara itu sendiri.

Menurut George Jellinek seorang filsuf asal jerman, lembaga negara dibagi
menjadi dua bagian besar yakni 1) alat-alat perlengkapan negara yang langsung

3
Pakistan 1973 (reinst. 2002, rev. 2018) Halaman 5
4
Pakistan 1973 (reinst. 2002, rev. 2018) Halaman 6
4

(unmittebare organ), dan (2) alat-alat perlengkapan negara yang tidak langsung
(mitterbare organ).5

Kelembagaan negara yang menganut konsep negara islam atau


theodemokrasi pada umunya diatur dalam kontitusi masing – masing negara.
Sedangkan keberadaan lembaga negara di Indonesia diatur sepenuhnya oleh
Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundangan lainnya. Sehingga,
kedudukan setiap lembaga negara di Indonesia bergantung pada wewenang, tugas,
dan fungsi yang telah diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Menurut Baron De Montesquieu seorang filsuf asal prancis dalam teorinya


Trias Politica, mengenai kehidupan bernegara dengan melakukan pemisahan
kekuasaan yang diharapkan akan saling lepas dengan kedudukan yang sederajat.
Sehingga, dapat saling mengawasi dan mengimbangi satu sama lain.
Dimana Montesquieu membagi kekuasaan atas legislatif, eksekutif, dan yudikatif
agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yang akan melahirkan
kesewenang-wenangan (Abuse Of Power)6. Dan pada umumnya konsep Trias
Politica digunakan oleh negara – negara yang menganut sistem Demokrasi, salah
satunya Indonesia.

Indonesia saat ini menganut konsep Trias Politica ajaran Montesquieu


dimana Indonesia membagi kekuasaan lembaganya atas, lembaga legislatif,
lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif. Namun, keberadaan lembaga negara
dalam negara Indonesia tidak hanya dibatasi pada tiga kekuasaan lembaga tersebut.

5
Rifda Arum. Pengertian, Fungsi dan Pembagian Lembaga Negara. (Gramedia.Blog)
tersedia disitus https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-dan-fungsi-lembaga-negara.com
diakses pada tanggal 31 mei 2023
6
Dendi Ramadhani. Trias Politica Menurut Montesquieu (Kompas.com
25/03/2022,01:00WIB) tersedia disitus
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/25/01000001/trias-politica-menurut-montesquieu.com
diakses pada tanggal 31 mei 2023
5

Ada juga lembaga yang tidak berada diantara ketiga kekuasaan tersebut yang sering
disebut sebagai lembaga Independen.

Adapun kedudukan kelembagaan di Indonesia telah diatur didalam


konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945, seperti lembaga legislatif yang diatur
didalam pasal 2,3,19,22 – 22B UUD 1945,7 lembaga eksekutif yang diatur dalam
pasal 7,14,15,16 UUD 19458, serta lembaga yudikatif yang diatur dalam pasal 24,
24A – 24C, 25 UUD 1945. 9Sama halnya dengan kedudukan kelembagaan negara
Pakistan yang dimana lembaga negaranya telah diatur didalam Konstitusi Pakistan
tahun 1973.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di
atas, maka dapat diindentifikasi permasalahan yang dapat penulis rumuskan yaitu :
1. Apa saja nama lembaga yang berada didalam konstitusi Indonesia maupun
didalam konstitusi Pakistan.
2. Bagaimanakah kedudukan, fungsi, tugas , keanggotaan dan masa jabatan dari tiap
– tiap lembaga negara yang berada didalam konstitusi Indonesia maupun Konsitusi
Pakistan.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan nama lembaga – lembaga yang berada didalam kontitusi Indonesia
maupun Konstitusi Pakistan
2. Memberikan penjelasas mengenai kedudukan, fungsi, tugas, keanggotaan dan
masa jabatan tiap – tiap lembaga negara yang berada didalam konstitusi Indonesia
maupun Konstitusi Pakistan.

7
UUD 1945 Pasal 2,3,19,22 – 22B
8
UUD 1945 Pasal 7,14,15,16 UUD 1945
9
UUD 1945 Pasal 24, 24A – 24C, 25
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbandingan Lembaga Negara


1. Perbandingan Hukum
Istilah perbandingan hukum sendiri, dalam bahasa asing diterjemahkan
dengan, comparative law (bahasa Inggris). Menurut Black’s Law Dictionary,
perbandingan hukum (comparative law) adalah “studi ilmiah yang mempelajari
mengenai persamaan dan perbedaan antara sistem hukum dari yurisdiksi yang
berbeda, contohnya antara negara penganut civil law (Eropa Kontinental) dan
negara penganut common law (Anglo Saxon)”10
Suitens-Bourgois mengatakan bahwa perbandingan hukum bukanlah
cabang dari hukum, ia bukan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri seperti
misalnya hukum perdata, hukum dagang, hukum tatanegara, hukum
internasional, dan sebagainya. Selanjutnya dikatakan bahwa perbandingan
hukum adalah satu metode perbandingan yang diterapkan pada ilmu hukum,
pada bermacam-macam mata kuliah hukum. Oleh karenanya, perbandingan
hukum bukanlah suatu ilmu pengetahuan, akan tetapi ia hanyalah metode kerja
dalam bentuk perbandingan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika hukum
didefinisikan antara lain sebagai seperangkat aturan, maka perbandingan
hukum atau hukum perbandingan tidak mempunyai perangkat aturan-aturan
itu.11 Metode untuk membanding-bandingkan peraturan hukum dari
bermacam-macam sistem hukum, tidak membawa akibat terjadinya rumusan
peraturan yang berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada yang disebut
“peraturan hukum perbandingan”. Ciri dasar dari metode perbandingan ini
adalah bahwa ia dapat diterapkan terhadap penelitian mengenai bidang hukum
tertentu.Perbandingan hukum, dapat dibedakan antara :

10
(Bryan A Garner, 2011: 137)
11
Maryono Gumoh. Perbandingan Hukum Tata Negara
7

a. perbandingan hukum deskriptif (menggambarkan), yaitu suatu


analisis terhadap perbedaan-perbedaan yang ada dari dua atau lebih
sistem hukum. Peneliti tidak mempunyai maksud untuk mencari
jalan keluar (solusi) terhadap persoalan tertentu, baik dalam hal yang
abstrak maupun hal yang praktis;
b. perbandingan hukum aplikatif (terapan), yaitu analisis yang
dilakukan kemudian diikuti dengan penyusunan sintesis untuk
memecahkan suatu masalah. Hal ini dilakukan antara lain untuk
melakukan pembaruan suatu cabang hukum atau untuk
mempersatukan bermacam-macam peraturan perundang-undangan
yang mengatur bidang yang sama

Jika perbandingan ini kita terapkan pada hukum tata negara, maka melalui
metode ini dilakukan perbandingan terhadap hukum tata negara dari dua negara
atau lebih dengan maksud : 1)memperoleh penjelasan mengenai sesuatu hal
tertentu atau 2) untuk mencari jalan keluar tentang sesuatu hal tertentu. Metode
perbandingan membawa kita ke arah usaha memperoleh informasi, kejelasan
mengenai sistem pemerintahan negara yang diperbandingkan serta jalan keluar
dari persoalan yang hampir sama.

2. Perbandingan Hukum Tata Negara


Menurut Sri Soemantri perbandingan hukum tata negara adalah suatu
cabang ilmu hukum yang dengan mempergunakan metode perbandingan beru
saha membanding&bandingkan satu atau beberapa aspek hukum tata negara
dari dua negara atau lebih.12
Tugas ilmu perbandingan hukum tata negara menurut Kranenburg adalah
untuk menganalisis secara metodis dan menetapkan secara sistematis
bermacam macam bentuk atau sistem ketatanegaraan, ciri - ciri khusus apakah

12
Maryono Gumoh. Perbandingan Hukum Tata Negara
8

yang melekat padanya hal - hal apakah yang menimbulkannya dengan jalan
apakah hal - hal itu berubah hilang dan lain sebagainya.
Obyek ilmu perbandingan hukum tata negara adalah bermacam-macam
bentuk atau sistem ketatanegaraan, ciri-ciri khusus apakah yang melekat
padanya, hal-hal apakah yang menimbulkannya, dengan jalan apakah hal-hal
tersebut berubah, hilang dan sebagainya, yang dapat diketahui dengan cara
menganalisis secara metodis dan menetapkannya secara sistematis.

3. Teori Kelembagaan Negara

Pada zaman yunani, Negara dalam pemahaman aristoteles (384-382) yang


ditulis dibukunya politien, adalah sekelompok masyarakat dalam bentuk
paguyuban (gemeinschaft), dibentuk dengan tujuan untuk mencapai kebaikan
tertnggi dan mulia dalam penghidupan masyarakat. Masyarakat memiliki sifat
organisme yang dimiliki manusia sebagai kodrat guna menentukan hidupnya. 13
Pengertian organ atau lembaga negara secara lebih jauh dilihat melalui
pandangan Hans Kelsen. yang mengatakan bahwa siapa saja yang menjalankan
suatu fungsi yang ditentukan oleh suatu tata-hukum (legal order) adalah suatu
organ.14 Organ atau lembaga tersebut bersifat menciptakan dan menjalankan
norma. Kelsen menyatakan arti organ/lembaga yaitu parlemen dapat
menciptakan dan menetapkan undang-undang beserta warga negara yang
memilih para wakilnya tesebut melalui pemilihan umum. Beserta para hakim
yang mengadili dan menghukum seseorang yang bersalah dengan menjalankan
hukuman tersebut di lembaga pemasyarakatan.
Teori organisme adalah suatu siklus yang muncul oleh keinginan sosial
untuk melambangkan fungsi kehidupannya. Oleh karena itu, kehidupan
bernegara dapat disebut sebagai kehidupan organisme. Dalam pencapaian
tujuan tersebut diperlukannya lembaga-lembaga negara yang mengatur dan

13
H. F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia dari oral, orba
sampai reformasi, Jakarta, PT RajaGrafindo, cet. pertama, Hal. 421
14
Jimly Asshidiqqie, 2992 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, cet. Kedua, Hal. 132.
9

mempunyai fungsi dan tugasnya sendiri sebagai alat penggerak kearah tujuan
hidup yang dikehendaki oleh komunitas masyarkat didalamnya. 15
Istilah organ atau lembaga negara dapat dibedkan menjadi organ atau
lembaga negara swasta, lembaga masyarakat atau disebut onop atau organisasi
nonpemerintah atau nongovermental organizations (NGO’S). 16 lembaga
tersebut dapat berada dalam ranah eksekutif, legislative, maupun yudikatif,
ataupun bersifat campuran.

4. Lembaga Negara Utama dan Tambahan


Secara sederhana, istilah organ negara atau lembaga negara dapat dibedakan
dari perkataan organ atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang
biasa disebut Ornop atau Organisasi Non Pemerintah yang dalam bahasa
Inggris disebut Non-Government Organization atau NonGovernmental
Organizations (NGO’s). Oleh sebab itu, lembaga apa saja yang dibentuk bukan
sebagai lembaga ma-syarakat dapat kita sebut sebagai lembaga negara.
Lembaga negara itu dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif,
ataupun yang bersifat campuran.
Konsepsi tentang lembaga negara ini dalam bahasa Belanda biasa disebut
staatsorgaan. Dalam bahasa Indonesia hal itu identik dengan lembaga negara,
badan negara, atau disebut juga dengan organ negara. Dalam Kamus Hukum
Belanda-Indonesia, kata staatsorgaan itu diterjemahkan sebagai alat
perlengkapan negara. Karena itu, istilah lembaga negara, organ negara, badan
negara, dan alat perlengkapan negara seringkali dipertukarkan satu sama lain.
Akan tetapi, menurut Natabaya, penyusun UUD 1945 sebelum peruba-han,
cenderung konsisten menggunakan istilah badan negara, bukan lembaga negara
atau organ negara.
Lembaga negara terkadang disebut dengan istilah lembaga pemerintahan,
lembaga pemerintahan non-departemen, atau lembaga negara saja. Ada yang

15
H. F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia dari oral, orba
sampai reformasi, Jakarta, PT RajaGrafindo, cet. pertama, Hal. 422
16
Jimly Asshidiqqie, 2002, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, cet. Kedua, Hal. 27
10

dibentuk berdasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh UUD, ada pula yang
dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari UU, dan bahkan ada pula yang
hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden. Hirarki atau ranking
kedudukannya tentu saja tergantung pada derajat pengaturannya menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh UUD merupakan organ
konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan UU merupakan organ UU,
sementara yang hanya dibentuk karena keputusan presiden tentunya lebih
rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang
duduk di dalamnya. Demikian pula jika lembaga dimaksud dibentuk dan diberi
kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya.
konsep pemerintah dan pemerintahan dalam UUD 1945 sebelum perubahan
mencakup pengertian yang luas,
Menurut Montesquieu, “Di setiap negara, selalu terdapat tiga cabang
kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam struktur pemerintahan, yaitu
kekuasaan legislatif, dan kekuasaan eksekutif yang berhubungan dengan
pembentukan hukum atau undangundang negara, dan cabang kekuasaan
eksekutif yang berhubungan dengan penerapan hukum sipil”17. Konsepsi trias
politica yang diidealkan oleh Montesquieu ini jelas tidak relevan lagi dewasa
ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organisasi
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga fungsi
kekuasaan tersebut. Kenyataan dewasa menunjukkan bahwa hubungan antar
cabang kekuasaan itu tidak mungkin tidak saling bersentuhan, dan bahkan
ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai
dengan prinsip checks and balances.
Di Indonesia saat ini tidak terpaku hanya kepada 3 kekuasaan lembaga
secara umum ( lembaga utama) saja tetapi ada beberapa lembaga yang berada
diluar kekuasaan ketiga lembaga tersebut atau biasa disebut dengan istilah

17
Jimly Asshiddiqie, op.cit, hlm. 34
11

lembaga tambahan, diantaranya. 1) Lembaga negara Nonkementrian , 2)


Lembaga Eksaminatif, serta 3) Lembaga negara Independen.

B. Negara Theodemokrasi
1. Definisi Theodemokrasi
Theodemokrasi terdiri dari gabungan kata yaitu teologi yang berarti agama
dan demokrasi yang terdiri dari kata demos berarti rakyat dan kratein yang
berarti kekuasaan. Sistem teodemokrasi ini dicetuskan oleh Abul A’ala al-
Maududi dalam The islamic law and Constituion (Hukum dan Konstitusi:
Sistem Politik Islam)18. Teori politik yang dibawakan oleh Al-Maududi adalah
teori politik Islam, ia sangat mengecam sistem kerajaan, karena sistem kerajaan
atau monarki memang tidak memilki tempat dalam Islam. Menurut Abul A’laa
al-Maududi, Theo-demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana
rakyat diberikan kedaulatan terbatas dibawah naungan Tuhan (Allah SWT 19)
Oleh karena itu, posisi manusia adalah sebagai wakil-wakil Allah yang
dinamakan khalifah Allah. Setiap manusia adalah khalifah Allah, dan oleh
karenanya tidak ada keistimewaan antara manusia.
Al-Maududi memaparkan: Kekhalifahan yang dianugerahkan Allah kepada
yang beriman ini merupakan kekhalifahan umum, dan bukan kekhalifahan
terbatas. Tidak ada pengistimewaan untuk keluarga, kelompok atau ras
tertentu. Setiap mukmin adalah khalifah Tuhan sesuai dengan kemampuan
individunya. Dengan demikian, dia secara individual bertanggungjawab
kepada Tuhan.20
Khalifah-khalifah Allah (kaum Muslim) mengangkat seorang khalifah
sebagai wakil mereka untuk menerapkan aturan dari Pencipta yang telah
diletakkan ke pundak khalifah-khalifah tersebut. Karena kedaulatan adalah hak
Allah, sedangkan kekuasaan berada di pundak kaum muslim, maka konsep

18
Abul A’ala al-Maududi. The Islamic law and constitution
19
Asghar Ali Engineer, Revolusi Negara Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h.
205-207.
20
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 65
12

politik semacam ini yang oleh Al-Maududi diberi istilah Theo-demokrasi atau
Demokrasi Ilahi.
Sistem pemerintahan Theo-demokrasi ini menganut asas bahwa semua
permasalahan pemerintahan dan masalah mengenai hal-hal yang tidak diatur
dalam Syariah diselesaikan berdasarkan mufakat bulat dan konsensus
dikalangan muslimin.
Pada dasarnya, istilah atau konsep Theo-demokrasi adalah akomodasi dari
ide theokrasi dengan ide demokrasi. Namun, ini tak berarti Al-Maududi
menerima secara mutlak konsep theokrasi. Al-Maududi dengan tegas menolak
teori kedaulatan rakyat (inti demokrasi), berdasarkan dua alasan. Pertama,
karena menurutnya kedaulatan tertinggi adalah di tangan Tuhan. Tuhan sajalah
yang berhak menjadi pembuat hukum (law giver). Manusia tidak berhak
membuat hukum. Kedua, praktik kedaulatan rakyat seringkali justru menjadi
omong kosong, karena partisipasi politik rakyat dalam kenyataannya hanya
dilakukan setiap empat atau lima tahun sekali saat Pemilu. Sedang kendali
pemerintahan sehari-hari sesungguhnya berada di tangan segelintir penguasa,
yang sekalipun mengatasnamakan rakyat, seringkali malah menindas rakyat
demi kepentingan pribadi.21
Dengan demikian secara esensial, konsep Theo-demokrasi berarti bahwa
Islam memberikan kekuasaan kepada rakyat, akan tetapi kekuasaan itu dibatasi
oleh norma norma yang datangnya dari Tuhan. Dengan kata lain, Theo-
demokrasi adalah sebuah kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah
pengawasan Tuhan.

C. Definisi Konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal semenjak zaman Yunani Purba, akan tetapi
masih diartikan materiil, sebab belum diletakkan dalam suatu naskah yang
tertulis. Hal ini dapat dibuktikan pada paham Aristoteles yang membedakan
istilah Politiea dan Nomoi. Politieaa diartikan sebagai konstitusi sedangkan

21
Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 15.
13

Nomoi diartikan Undang-Undang. Politiea mengandung kekuasaan tertinggi


dari pada Nomoi. Pada zaman Rumawi dikenal adanya Lex Regia yang
berisikan perjanjian perpindahan ke- kuasaan rakyat ke Caesar yang berkuasa
mutlak. Dalam abad menengah dikenal pula sejenis konstitusi yang disebut
Leges Fundamentalis yang berisikan hak dan kewajiban rakyat atau Rex dan
Raja atau Regnum.22
Konstitusi atau Constitution atau Verfassung berbeda dengan Undang-
Undang Dasar atau Grundgesetz. Bila kita memperhatikan adanya Lex Regia
ataupun Leges fundamentalis nampak bahwa dalam perkemban- gan sejarah,
perjanjian-perjanjian antara pemerintah dan yang diperintah mulai
dinaskahkan. Tujuan menaskahkan adalah untuk memudahkan pihak-pihak
mematuhi hak dan kewajibannya. Analisis teori konstitusi dapat ditinjau dari
sisi hukum (yuridis) dan tertulis atau grundgesetz atau grondswet. Konstitusi
yang ditinjau dari sisi hukum disebut Constitutional Recht. yang diperhatikan
ditekankan kepada faktor-faktor kekuasaan nyata dalam masyarakat sedangkan
Grondswet yang diperhatikan semata- mata konstitusi dalam arti sempit yaitu
yang tertulis atau Undang - Undang Dasar saja. Berarti ikhwal konstitusi lebih
luas dari pada grondswet.23
Menurut Herman Heller Konstitusi dapat dibagi atas 3 pengertian, yaitu :
1) Konstitusi politik sosiologis, yaitu konstitusi yang menjadi cerminan
dari kehidupan politik penduduk.
2) Konstitusi yuridis, yaitu konstitusi yang merupakan kesatuan
kaidah yang hidup di dalam masyarakat.
3) Konstitusi politis, yaitu suatu konstitusi yang dapat diwujudkan
menjadi bentuk tulisan dan dimuat ke dalam salah satu naskah
sebagai Undang-Undang.24
Dan menurut Prof Dr. Jimly Asshidiqie dalam bukunya “Pengantar Ilmu
Hukum Tata Negara” beliau menjelaskan Konstitusi merupakan Undang

22
Prof.H Abu Daud Busroh S.H. Ilmu Negara. Hal 88
23
Ibid Hal 89
24
Ibid Hal 108
14

Undang Dasar yang termasuk dalam hierarki hukum menempati kedudukan


paling tinggi dan memiliki sifat fundamental, sehingga pembuatan berbagai
macam peraturan dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang
Undang Dasar.25
Perkembangannya kita mengenal beberap istilah konsitusi diantaranya
1. Konstitusi dalam arti materil adalah perhatian terhadap isinya yang terdiri
atas pokok yang sangat penting dari struktur dan organisasi negara.
2. Konstitusi dalam arti formil adalah perhatian terhadap posedur.
pembentukannya harus istimewa dibandingkan dengan pembentukan
perundang-undangan lain.
3. Konstitusi dalam arti tertulis maksudnya konstitusi itu dinas- kahkan tertentu
guna memudahkan fihak-fihak mengetahuinya.
4. Konstitusi dalam arti merupakan undang-undang tertinggi adalah baik
pembentukan dan perubahannya melalui prosedur istimewa dan juga ia
merupakan dasar tertinggi dari perundang-undangan lainnya yang berlaku
dalam negara itu.
Konstitusi pada umumnya dibagi atas 2 jenis yaitu Konstitusi tertulis dan
Konstitusi tidak tertulis
Konstitusi tertulis merupakan sekumpulan aturan pokok dasar negara,
bangunan negara dan tata negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara. Adapun contohnya Seperti UUD 1945 dan
Konstitusi Pakistan 1973, sedangkan
Konstitusi tidak tertulis dapat juga disebut sebagai konvensi. Konvensi
sendiri memiliki pengertian sebagai kebiasaan sistem tata negara yang sering
ada dalam sebuah negara. Adapun contohnya seperti Keputusan MPR, Pidato
Presiden, serta Hukum Adat ( Adat Istiadat )
Secara umum Konstitusi memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
a. Konstitusi berfungsi untuk memberikan pembatasan kepada kekuasaan
suatu pemerintahan agar tidak terjadi pemerintahan yang bertindak

25
Prof Dr Jimly Asshidiqie. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara
15

sewenang-wenang sehingga hak-hak bagi warga negara dapat terjamin,


terlindungi, dan tersalurkan.
b. Konstitusi memiliki fungsi sebagai piagam atas lahirnya suatu negara
c. Konstitusi memiliki fungsi sebagai sumber hukum tertinggi
d. Konstitusi memiliki fungsi sebagai alat untuk melakukan pembatasan
terhadap kekuasaan dari suatu pemerintahan
e. Konstitusi memiliki fungsi sebagai sebuah identitas nasional dan
lambang negara
f. Konstitusi memiliki fungsi sebagai salah satu cara untuk memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia sekaligus jaminan kebebasan
untuk warga dari suatu negara.
Adapun tujuan dari Konstitusi yaitu :
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan
terhadap kekuasaan politik. Tujuan ini berfungsi untuk membatasi kekuasaan
penguasa sehingga tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat
banyak.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan
sendiri. Bisa juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM),
sehingga dengan adanya konstitusi maka setiap penguasa dan masyarakat wajib
menghormati HAM dan berhak mendapatkan perlindungan dalam melakukan
haknya.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para
penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Selain memberikan batasan-
batasan untuk penguasa dalam menjalankan kekuasaanya, hal ini juga bertujuan
untuk memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar negara dapat
berdiri kokoh.
16

BAB III
PEMBAHASAN
LEMBAGA NEGARA INDONESIA
No Lembaga Negara Kedudukan Fungsi Tugas Keanggotaan Masa jabatan
1. Dewan Lembaga Fungsi Legislasi 1,Menyusun, DPR terdiri lima
Perwakilan Legislatif : yaitu DPR membahas, dari anggota tahun dan
Rakyat ( DPR ) memegang menetapkan, dan partai politik berakhir
kekuasaan menyebarluaskan yang ketika
dalam program legislasi berdasarkan anggota
membentuk nasional hasil dewan baru
undang-undang (Prolegnas). pemilihan. mengucapkan
2.Menyusun, Dalam pasal 21 janji atau
membahas, dan UU No. 8 sumpah
menyebarluaskan Tahun 2012
rancangan tentang Pemilu
undang-undang Anggota DPR,
(RUU). DPRD bahwa
jumlah kursi
anggota DPR
sebanyak 560
orang.
2. Majelis Lembaga 1.Mengubah 1.Fungsi utama Terdiri atas 711 5 Tahun
Permusyarawatan Legislatif dan juga dari lembaga periode 2019 -
Rakyat ( MPR ) menetapkan pemerintahan 2024
Undang- MPR yang
Undang Dasar pertama adalah
2.Melantik untuk mengawasi
Presiden dan jalannya
Wakil Presiden pemerintahan
berdasarkan yang dilakukan
17

hasil pemilihan oleh pemegang


umum dalam kekuasaan
sidang paripurna eksekutif, yang
dalam hal ini
adalah presiden.
3. Dewan Lembaga 1.Mengajukan 1.Mengajukan Jumlah 5 Tahun
Perwakilan Legislatif rancangan anggota DPD
rancangan
Daerah ( DPD ) undang-undang yang dipilih
undang-undang
yang berkaitan melalui
yang berkaitan dengan otonomi pemilihan
daerah, hubungan umum adalah 4
dengan otonomi
pusat dan daerah, orang untuk
daerah,
pembentukan dan setiap provinsi.
hubungan pusat pemekaran serta Ditentukan
penggabungan dalam Pasal
dan daerah,
daerah, 22C ayat (2)
pembentukan
pengelolaan UUD NRI dan
dan pemekaran sumber daya pasal 252 ayat
alam dan sumber (1) dan (2) UU
serta
daya ekonomi MD3 Tahun
penggabungan
lainnya, serta 2014.
daerah, yang berkaitan Keanggotaanya
dengan terdiri dari 136
pengelolaan
perimbangan anggota yang
sumber daya
keuangan pusat dipilih dalam
alam dan dan daerah periode 2019-
kepada DPR; 2024.
sumber daya
2.Ikut membahas
ekonomi
Rancangan
lainnya, serta Undag-undang
yang berkaitan
18

yang berkaitan dengan hal


sebagaimana
dengan
dimaksud dalam
perimbangan
angka 1.
keuangan pusat 3.Menyusun dan
menyampaikan
dan daerah
daftar inventaris
kepada DPR;
masalah
2.Ikut dalam rancangan
undang-undang
pembahasan
yang berasal dari
rancangan
DPR atau
undang-undang Presiden yang
berkaitan dengan
yang berkaitan
hal sebagaimana
dengan otonomi
dimaksud dalam
daerah, angka 1;
4.Memberikan
hubungan pusat
pertimbangan
dan daerah,
kepada DPR atas
pembentukan, rancangan
undang- undang
pemekaran dan
tentang APBN
penggabungan
dan rancangan
daerah, undang-undang
yang berkaitan
pengelolaan
dengan pajak,
sumber daya
pendidikan, dan
alam dan agama.
5.Dapat
sumber daya
melakukan
19

ekonomi pengawasan atas


pelaksanaan
lainnya, serta
undang-undang
perimbangan
mengenai
keuangan pusat otonomi daerah,
pembentukan,
dan daerah;
pemekaran, dan
3. pemberian
penggabungan
pertimbangan daerah, hubungan
pusat dan daerah,
kepada DPR
pengelolaan
atas rancangan
sumber daya
undang- undang alam, dan sumber
daya ekonomi
tentang
lainnya,
anggaran
pelaksanaan
pendapatan dan APBN, pajak,
pendidikan, dan
belanja negara
agama;
dan rancangan
6.Menyampaikan
undang-undang hasil pengawasan
atas pelaksanaan
yang berkaitan
undang- undang
dengan pajak,
mengenai
pendidikan, dan otonomi daerah,
pembentukan,
agama; serta
pemekaran, dan
4. Pengawasan
penggabungan
atas pelaksanaan daerah, hubungan
pusat dan daerah,
undang-undang
pengelolaan
20

mengenai sumber daya


alam dan sumber
otonomi daerah,
daya ekonomi
pembentukan,
lainnya,
pemekaran, dan pelaksanaan
undang-undang
penggabungan
APBN, pajak,
daerah,
pendidikan, dan
hubungan pusat agama kepada
DPR sebagai
dan daerah,
bahan
pengelolaan
pertimbangan
sumber daya untuk
ditindaklanjuti;
alam dan
7.Menerima hasil
sumber daya
pemeriksaan atas
ekonomi keuangan negara
dari BPK sebagai
lainnya,
bahan membuat
pelaksanaan
pertimbangan
APBN, pajak, kepada DPR
tentang
Pendidikan dan
Rancangan
agama.
Undang-Undang
yang berkaitan
dengan APBN;
8.Memberikan
pertimbangan
kepada DPR
dalam pemilihan
21

anggota BPK;
dan

4. Mahkamah Lembaga 1.Menguji 1.Berwenang Mahkamah 5 Tahun


Konstitusi Yudikatif Konstitusi
Undang-undang mengadili pada
terdiri dari 9
22

terhadap UUD tingkat pertama orang hakim


konstitusi yang
1945; dan terakhir yang
diajukan
keputusannya
2.Memutus masing-masing
bersifat final 3 orang oleh
sengketa
DPR, Presiden
untuk menguji
kewenangan dan Mahkamah
undang-undang
antar Lembaga Agung.
terhadap UUD;
negara yang
2.Wajib memberi
kewenangannya
keputusan atas
diberikan oleh
pendapat DPR
UUD 1945;
mengenai dugaan
3.Memutus
pelanggaran oleh
pembubaran
Presiden atau
partai politik;
Wakil Presiden.

4.Memutus

perselisihan

tentang hasil

pemilu.

5. Mahkamah Lembaga 1.Fungsi 1.Mengadili pada Susunan 5 Tahun


Agung Yudikatif tingkat kasasi; Mahkamah
peradilan:
2.Mengadili Agung
Sebagai
peraturan berdasarkan
23

pengadilan prundang- UU 13 Tahun


undangan 1965 terdiri
negara tertinggi,
dibawah undang- dari seorang
memeriksa dan
undang terhadap ketua, seorang
memutus pada undang-undang wakil ketua,
(judicial review); beberapa orang
tingkat pertama
dan ketua muda dan
dan terakhir, dan
3.Wewenang lain beberapa
juga hak uji yang diberikan hakim anggota,
oleh undang- dibantu oleh
materiil.
undang. seorang
2.Fungsi
panitera dan
pengawasan: beberapa
panitera
melakukan
pengganti.
pengawasan

tertinggi

terhadap

jalannya

peradilan,

melakukan

pengawasan

terhadap pekerja

pengadilan dan

tingkah laku

para hakim dan

perbuatan
24

pejabat

pengadilan, dan

juga terhadap

penasehat

hukum dan

notaris

sepanjang

menyangkut

peradilan.

3.Fungsi

mengatur:

mengatur lebih

lanjut hal-hal

yang diperlukan

bagikelancaran

penyelengaraan

peradilan, dapat

membuat

peraturan acara

sendiri bilamana

dianggap perlu

untuk

mencukupi
25

hukum acara

yang sudah

diatur undang-

undang;

4.Fungsi

nasehat;

memberikan

nasehat atau

pertimbangan-

pertimbangan

dalam bidang

hukum kepada

Lembaga tinggi

negara lain,

berwenang

meminta

keterangan dari

dan memberi

petunjuk kepada

pengadilan

disemua

lingkungan

peradilan;
26

5.Fungsi

Administratif;

berwenang

mengatur tugas

serta tanggung

jawab, susunan

organisasi dan

tata kerja

kepaniteraan

pengadilan.

6. Komisi Yudisial Lembaga 1.Mengusulkan 1.Melakukan Komisi 5 Tahun


Yudikatif pendaftaran calon Yudisial terdiri
pengangkatan
hakim agung; atas dua
hakim agung
2.Melakukan mantan hakim
kepada DPR seleksi terhadap dan dua orang
calon hakim praktisi hukum,
untuk
agung; dua orang
mendapatkan
3.Menetapkan akademisi
persetujuan; calon hakim hukum dan satu
agung; dan anggota
2.Wewenang
4.Mengajukan masyarakat.
lain dalam
calon hakim Anggota
rangka menjaga agung ke DPR. Komisi
Yudisial terdiri
dan
dari tujuh
27

menegakkan orang
(termasuk
kehormatan,
Ketua dan
keluhuran
Wakil Ketua
martabat, serta yang
merangkap
perilaku hakim.
Anggota)

7. Presiden Lembaga 1.Memegang 1.Mengajukan 1Orang 5 Tahun


Eksekutif Rancangan Presiden
kekuasaan
Undang-undang
pemerintahan
kepada DPR.
mmenurut Presiden
melakukan
UUD;
pembahasan dan
2.Memegang
pemberian
kekuasaan persetujuan atas
RUU bersama
tertinggi atas
DPR serta
Angkatan Darat
mengesahkan
(AD), Angkatan RUU menjadi
UU.
Laut (AL), dan
2.Mengangkat
Angkatan Udara
dan
(AU); memberhentikan
Menteri-menteri;
3.Menetapkan
3.Membuat
peraturan
perjanjian
pemerintah internasional
lainnya dengan
pengganti
persetujuan DPR;
28

undang-undang 4.Menetapkan
hakim agung dari
(dalam
calon yang
kegentingan
diusulkan oleh
yang memaksa) KY dan disetujui
DPR;
4.Menyatakan
5.Menetapkan
perang,
hakim konstitusi
membuat dari calon yang
diusulkan
perdamaian dan
Presiden, DPR,
perjanjian
dan Mahkamah
dengan negara Agung;
6.Mengangkat
lain dengan
dan
persetujuan
memberhentikan
DPR; anggota Komisi
Yudisial dengan
5.Menyatakan
persetujuan DPR.
keadaan bahaya

6.Menerima

penempatan

duta negara lain

dengan

memperhatikan

pertimbangan

DPR;

7.Memberi
29

grasi,rehabilitasi

dengan

memperhatikan

pertimbangan

MA;

8.Memberi

Amnesti dan

abolisi dengan

memperhatikan

pertimbangan

DPR;

9.Memberi

gelar, tanda jasa,

dan tanda

kehormatan

lainnya yang

diatur dengan

UU;

10.Meresmikan

anggota BPK

yang dipilih

oleh DPR

dengan
30

memperhatikan

pertimbangan

DPD.

8. Badan Pemeriksa - 1.Menentukan 1.Memeriksa Anggota BPK 5 Tahun


Keuangan pengelolaan dan dipilih oleh
objek
tanggung jawab DPR dengan
pemeriksaan;
keuangan negara memperhatikan
2.Merencanakan yang dilakukan pertimbangan
oleh pemerintah DPD dan
serta
pusat, pemerintah diresmikan
melaksanakan
daerah, Lembaga oleh Presiden.
pemeriksaan; negara lainnya, Keanggotaan
Bank Indonesia, BPK saat ini
3.Menentukan
Badan Usaha berjumlah 9
waktu dan
Milik negara, orang.
metode Badan Layana
Umum, Badan
pemeriksa; serta
Usaha Milik
4.Menyusun
Daerah dan
maupun Lembaga atau
Badan lain yang
menyajikan
mengelola
laporan juga.
keuangan negara;
2.Pelaksanaan
pemeriksaan
BPK dilakukan
atas dasar UU
tentang
pemeriksaan
31

pengelolaan dan
tanggung jawab
keuangan negara;
3.Pemeriksaan
yang dilakukan
BPK mencakup
pemeriksaan
kinerja,keuangan,
dan pemeriksaan
dengan adanya
maksud tertentu;
4.Dalam
melaksanakan
pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggung jawab
keuangan negara,
BPK melakukan
pembahasan atas
temuan
pemeriksaan
denga objek yang
diperiksa sesuai
dengan standar
pemeriksaan
keuangan negara.
5.Dalam hal
pemeriksaan
dilaksanakan
oleh akuntan
public
32

berdasarkab
ketentuan
undang-undang,
laporan hasil
pemeriksaan
tersebut wajib
disampaikan
kepada BPK dan
dipublikasikan.
6.Hasil
pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggng jawab
keuanngan
negara
diserahkan
kepada
DPD,DPR, dan
DPRD. Dan juga
menyerhakan
hasil
pemeriksaan
secara tertulis
kepada Presiden,
Gubernur, dan
Bupati/Walikota;
7.Untuk
keperluan tindak
lanjut hasil
pemeriksaan,
BPK
33

menyerahkan
pula hasil
pemeriksaan
secara tertulis
kepada Presiden,
Gubernur,
Bupati/Walikota
sesuai dengan
kewenangannya.

LEMBAGA NEGARA PAKISTAN


No Lembaga Negara Kedudukan Fungsi Tugas Keanggotaan Masa Jabatan
1. Presiden Otoritas menjadi - Kekuasaan Berjumlah 1 Presiden akan
Eksekutif Kepala Negara Presiden untuk orang memegang
dan akan memberika jabatan
mewakili n grasi selama lima
kesatuan tahun sejak
Republik. hari dia
- Dalam mulai
menjalankan menjabat
fungsinya,
Presiden akan
bertindak
berdasarkan dan
sesuai dengan
nasehat Kabinet
atau Perdana
Menteri
2. Majlis-e- Otoritas - Memecat - ada tiga %
Shoora Legislatif presiden ( ratus tiga
34

(Parlemen) Khalifah ) jika puluh enam


Pakistan bertentangan kursi untuk
dengan akhlak anggota di
islam Majelis
Nasional
Senat terdiri
dari sembilan
puluh enam
anggota
3. Auditor Jenderal - AuditorJenderal Pembukuan 1500 0rang 4 Tahun
Pakistan harus, Federasi dan
sehubungan Provinsi harus
dengan- rekening disimpan dalam
Federasi dan bentuk dan
Provinsi; Dan sesuai dengan
rekening prinsip dan
otoritas atau metode seperti
badan yang yang ditentukan
didirikan oleh oleh Auditor-
Federasi atau Jenderal
Provinsi,
4. Mahkmah Agung Otoritas Pengadilan 16 Hakim Pensiun pada
Pakistan Yudikatif dapat, baik umur 65
atas mosinya tahun
sendiri atau atas
petisi warga
negara Pakistan
atauPemeri ntah
Federal atau
Pemerintah
35

Provinsi,
memeriksa dan
memutuskan
pertanyaan
apakah suatu
undangundang
atau ketentuan
undangundang
bertentangan
atau
tidak
dengan Perintah
Islam,
sebagaima
diatur dalam
AlQur'an dan
Sunnah
Nabi Suci,
selanjutnya
disebut sebagai
Perintah Islam
5. Komisi Pemilu - - menyiapkan 5 tahun
daftar
pemilih untuk
pemilihan
Majelis
Nasional,
Majelis
Provinsi, dan
pemerintah
daerah, dan
36

merevisi daftar
tersebut secara
berkala agar
tetap mutakhir;
mengorganisir
dan
melakukan
pemilihan Senat
atau untuk
mengisi
lowongan biasa
di
DPR atau
Majelis
Provinsi;
Dan
menunjuk
Majelis
Pemilihan;
penyelengg
araan pemilihan
umum Dewan
Perwakilan
Rakyat,
DPRD
Provinsi, dan
Pemerintah
Daerah
6. Dewan Islam untuk membuat Dewan Islam
rekomendasi harus terdiri
kepada Majlise- dari anggota
37

Shoora anggota
(Parlemen) dan tersebut,
Majelis Provinsi tidak kurang
tentang cara dan dari delapan
sarana dan tidak
yang lebih dari
memungkinkan dua
dan mendorong puluh
umat
Islam Pakistan
untuk mengatur
kehidupan
mereka secara
individu dan
kolektif
dalam segala hal
sesuai dengan
prinsip dan
konsep
Islam sebagai
diucapkan

Ulasan
Berdasarkan dari pembahasan tabel perbandingan diatas antara Lembaga
Negara Indonesia dan Pakistan kami selaku penulis dapat menjelaskan bahwa
Lembaga Negara yang mengadopsi Sistem Demokrasi dan negara yang mengadopsi
Sistem Theodemokrasi tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan, dimana
negara yang yang menganut Sistem Demokrasi menggunakan Trias politica sebagai
dasar kelembagaannya serta Negara theodemokrasi khususnya Pakistan juga
menerapkan Trias politca dalam sistem kelembagaan pemerintahannya. Namun
yang membedakan adalah Negara Pakistan memiliki lembaga yang lebih sederhana
38

dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Salah satunya adalah Majelis E- Shoora
dimana lembaga yang berkedudukan di otoritas legislative ini dapat menjalankan
tugas dan fungsi Lembaga DPR dan MPR Indonesia secara bersamaan.Namun
menurut penulis, dengan sederhananya pembagian kekuasaan dalam sistem
pemerintahan Negara Pakistan, Pakistan belum mampu membentuk lembaga yang
dapat menaungi dan menyelesaikan masalah – masalah tertentu, seakan – akan
lembaga yang sedikit mampu mengakoomodir segala permasalahan yang ada.
Berbeda dengan Indonesi, menurut penulis pengaturan kelembagaan di Indonesia
telah matang dan tetap relevan digunakan.
39

BAB IV
SIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa :
Negara yang mengadopsi sistem Theodemokrasi hampir sama dengan negara
yang mengadopsi sistem Demokrasi dalam hal kelembagaan negara. Dalam hal
ini yaitu perbandingan antara Negara Pakistan dan Negara Indonesia. Negara
Pakistan membagi lembaganya berdasarkan prinsip trias politica yaitu
legislative, eksekutif, serta yudikatif. Indonesia juga membagi lembaganya
berdasarkan prinsip trias politica, legislative, eksekutif, dan yudikatif. Adapun
yang menjadi perbedaan signifikan antara keduanya adalah pada perbedaan
nama lembaga, tugas, fungsi serta implementasinya dalam kehidupan bernegara.

B. Saran
Berdasarkan Pembahasan diatas, penulis berpendapat bahwasanya harus lebih
banyak penelitian yang lebih mendalam mengenai status dari kelembagaan
negara Theodemokrasi agar data yang didapatkan makin beragam.
40

DAFTAR PUSTAKA
Buku – Buku
Prof.H Abu Daud Busroh S.H. (2019) Ilmu Negara.Jakarta:Bumi Aksara.
Prof.H Dr. Jimly Asshiddiqie.S.H. (2019) Pengantar Hukum Tata
Negara.Depok:Rajawali Pers

Jurnal – Jurnal
Wally, Baco Sarluf Usman. "THEO-DEMOKRASI DALAM PANDANGAN
ABU A’LA AL-MAUDUDI." Dialektika 8.1 (2018).
Nugraha, Agus. "Republik Islam Iran: studi atas theo-demokrasi pascarevolusi
1979-2005."
Aliya, Fannisa Nur. "KAJIAN KONSEPTUAL: PEMIKIRAN AL-
MAUDUDI, FAZRUL RAHMAN, SERTA SAYYID QUTUB
TENTANG DEMOKRASI." (2023).

Anda mungkin juga menyukai