OLEH :
Tugas Diajukan Untuk Bahan Penilaian Tugas Akhir Mata Kuliah Hukum Tata
Negara Islam Kelas C1
FAKULTAS HUKUM
2023
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dalam
bentuk maupun isi yang sangat sederhana. Adapun tema dari makalah ini adalah
“Perbandingan Lembaga Pada Negara Theodemokrasi”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dosen mata kuliah Hukum Tata Negara Islam Prof. Dr. H Lauddin
Marsuni S.H.,M.H yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara hukum. Hukum merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat “Ubi Societas Ibi Ius” (dimana ada
masyarakat maka di situ ada hukum). Pernyataan ini dapat disimpulkan bahwasanya
didalam masyarakat terdapat hukum yang mengatur masyarakat sebagaimana
didalam sebuah negara terdapat lembaga - lembaga negara yang berfungsi untuk
mengatur jalannya pemerintahan negara itu sendiri, serta terdapat sistem negara
yang berfungsi sebagai sarana untuk menjamin seluruh kepentingan rakyat. Salah
satunya adalah sistem Theodemokrasi.
Konsep Theodemokrasi terdiri dari gabungan kata yaitu teologi yang berarti
agama dan demokrasi yang terdiri dari kata demos berarti rakyat dan kratein yang
berarti kekuasaan. Sistem teodemokrasi ini dicetuskan oleh Abul A’ala al-Maududi
dalam The islamic law and Constituion (Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik
Islam)1. Menurut Abul A’laa al-Maududi, Theo-demokrasi merupakan suatu bentuk
pemerintahan dimana rakyat diberikan kedaulatan terbatas dibawah naungan Tuhan
(Allah SWT 2) . Dalam pemerintahan ini kekuatan eksekutif yang terbentuk
berdasarkan kehendak umum kaum muslimin yang di mana kaum muslimin
tersebut juga berhak menumbangkannya.
1
Abul A’ala al-Maududi. The Islamic law and constitution
2
Asghar Ali Engineer, Revolusi Negara Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h.
205-207.
2
pemerintahan. Di samping itu, Islam menuntut seluruh hukum syara (Islam) kepada
rakyatnya.
Negara Islam adalah negara yang bersifat politis. Negara Islam tidak bersifat
sakral. Kepala negaranya tidak dianggap memiliki sifat-sifat orang suci. Negara
yang dimaksud di sini adalah Khilafah Islamiyah yang dikepalai oleh Khalifah,
yang kadang-kadang disebut sebagai amirul mukminin, sulthan, atau imam.
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke
segenap penjuru dunia. Menegakkan Khilafah hukumnya wajib bagi seluruh kaum
muslimin. Melaksanakan kewajiban ini sebagaimana melaksanakan kewajiban lain
yang telah dibebankan Allah SWT kepada kaum muslimin, adalah suatu keharusan
yang menuntut pelaksanaan tanpa tawar-menawar lagi dan tidak pula ada
kompromi.
Pada sistem pemerintahan Islam Allah SWT menjelaskan tujuan dan maksud
dari sistem pemerintahan islam sebagai solusi permasalahan dan kehidupan negara
saat ini
Menurut George Jellinek seorang filsuf asal jerman, lembaga negara dibagi
menjadi dua bagian besar yakni 1) alat-alat perlengkapan negara yang langsung
3
Pakistan 1973 (reinst. 2002, rev. 2018) Halaman 5
4
Pakistan 1973 (reinst. 2002, rev. 2018) Halaman 6
4
(unmittebare organ), dan (2) alat-alat perlengkapan negara yang tidak langsung
(mitterbare organ).5
5
Rifda Arum. Pengertian, Fungsi dan Pembagian Lembaga Negara. (Gramedia.Blog)
tersedia disitus https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-dan-fungsi-lembaga-negara.com
diakses pada tanggal 31 mei 2023
6
Dendi Ramadhani. Trias Politica Menurut Montesquieu (Kompas.com
25/03/2022,01:00WIB) tersedia disitus
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/25/01000001/trias-politica-menurut-montesquieu.com
diakses pada tanggal 31 mei 2023
5
Ada juga lembaga yang tidak berada diantara ketiga kekuasaan tersebut yang sering
disebut sebagai lembaga Independen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di
atas, maka dapat diindentifikasi permasalahan yang dapat penulis rumuskan yaitu :
1. Apa saja nama lembaga yang berada didalam konstitusi Indonesia maupun
didalam konstitusi Pakistan.
2. Bagaimanakah kedudukan, fungsi, tugas , keanggotaan dan masa jabatan dari tiap
– tiap lembaga negara yang berada didalam konstitusi Indonesia maupun Konsitusi
Pakistan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan nama lembaga – lembaga yang berada didalam kontitusi Indonesia
maupun Konstitusi Pakistan
2. Memberikan penjelasas mengenai kedudukan, fungsi, tugas, keanggotaan dan
masa jabatan tiap – tiap lembaga negara yang berada didalam konstitusi Indonesia
maupun Konstitusi Pakistan.
7
UUD 1945 Pasal 2,3,19,22 – 22B
8
UUD 1945 Pasal 7,14,15,16 UUD 1945
9
UUD 1945 Pasal 24, 24A – 24C, 25
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
(Bryan A Garner, 2011: 137)
11
Maryono Gumoh. Perbandingan Hukum Tata Negara
7
Jika perbandingan ini kita terapkan pada hukum tata negara, maka melalui
metode ini dilakukan perbandingan terhadap hukum tata negara dari dua negara
atau lebih dengan maksud : 1)memperoleh penjelasan mengenai sesuatu hal
tertentu atau 2) untuk mencari jalan keluar tentang sesuatu hal tertentu. Metode
perbandingan membawa kita ke arah usaha memperoleh informasi, kejelasan
mengenai sistem pemerintahan negara yang diperbandingkan serta jalan keluar
dari persoalan yang hampir sama.
12
Maryono Gumoh. Perbandingan Hukum Tata Negara
8
yang melekat padanya hal - hal apakah yang menimbulkannya dengan jalan
apakah hal - hal itu berubah hilang dan lain sebagainya.
Obyek ilmu perbandingan hukum tata negara adalah bermacam-macam
bentuk atau sistem ketatanegaraan, ciri-ciri khusus apakah yang melekat
padanya, hal-hal apakah yang menimbulkannya, dengan jalan apakah hal-hal
tersebut berubah, hilang dan sebagainya, yang dapat diketahui dengan cara
menganalisis secara metodis dan menetapkannya secara sistematis.
13
H. F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia dari oral, orba
sampai reformasi, Jakarta, PT RajaGrafindo, cet. pertama, Hal. 421
14
Jimly Asshidiqqie, 2992 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, cet. Kedua, Hal. 132.
9
mempunyai fungsi dan tugasnya sendiri sebagai alat penggerak kearah tujuan
hidup yang dikehendaki oleh komunitas masyarkat didalamnya. 15
Istilah organ atau lembaga negara dapat dibedkan menjadi organ atau
lembaga negara swasta, lembaga masyarakat atau disebut onop atau organisasi
nonpemerintah atau nongovermental organizations (NGO’S). 16 lembaga
tersebut dapat berada dalam ranah eksekutif, legislative, maupun yudikatif,
ataupun bersifat campuran.
15
H. F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia dari oral, orba
sampai reformasi, Jakarta, PT RajaGrafindo, cet. pertama, Hal. 422
16
Jimly Asshidiqqie, 2002, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, cet. Kedua, Hal. 27
10
dibentuk berdasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh UUD, ada pula yang
dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari UU, dan bahkan ada pula yang
hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden. Hirarki atau ranking
kedudukannya tentu saja tergantung pada derajat pengaturannya menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh UUD merupakan organ
konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan UU merupakan organ UU,
sementara yang hanya dibentuk karena keputusan presiden tentunya lebih
rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang
duduk di dalamnya. Demikian pula jika lembaga dimaksud dibentuk dan diberi
kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya.
konsep pemerintah dan pemerintahan dalam UUD 1945 sebelum perubahan
mencakup pengertian yang luas,
Menurut Montesquieu, “Di setiap negara, selalu terdapat tiga cabang
kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam struktur pemerintahan, yaitu
kekuasaan legislatif, dan kekuasaan eksekutif yang berhubungan dengan
pembentukan hukum atau undangundang negara, dan cabang kekuasaan
eksekutif yang berhubungan dengan penerapan hukum sipil”17. Konsepsi trias
politica yang diidealkan oleh Montesquieu ini jelas tidak relevan lagi dewasa
ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organisasi
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga fungsi
kekuasaan tersebut. Kenyataan dewasa menunjukkan bahwa hubungan antar
cabang kekuasaan itu tidak mungkin tidak saling bersentuhan, dan bahkan
ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai
dengan prinsip checks and balances.
Di Indonesia saat ini tidak terpaku hanya kepada 3 kekuasaan lembaga
secara umum ( lembaga utama) saja tetapi ada beberapa lembaga yang berada
diluar kekuasaan ketiga lembaga tersebut atau biasa disebut dengan istilah
17
Jimly Asshiddiqie, op.cit, hlm. 34
11
B. Negara Theodemokrasi
1. Definisi Theodemokrasi
Theodemokrasi terdiri dari gabungan kata yaitu teologi yang berarti agama
dan demokrasi yang terdiri dari kata demos berarti rakyat dan kratein yang
berarti kekuasaan. Sistem teodemokrasi ini dicetuskan oleh Abul A’ala al-
Maududi dalam The islamic law and Constituion (Hukum dan Konstitusi:
Sistem Politik Islam)18. Teori politik yang dibawakan oleh Al-Maududi adalah
teori politik Islam, ia sangat mengecam sistem kerajaan, karena sistem kerajaan
atau monarki memang tidak memilki tempat dalam Islam. Menurut Abul A’laa
al-Maududi, Theo-demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana
rakyat diberikan kedaulatan terbatas dibawah naungan Tuhan (Allah SWT 19)
Oleh karena itu, posisi manusia adalah sebagai wakil-wakil Allah yang
dinamakan khalifah Allah. Setiap manusia adalah khalifah Allah, dan oleh
karenanya tidak ada keistimewaan antara manusia.
Al-Maududi memaparkan: Kekhalifahan yang dianugerahkan Allah kepada
yang beriman ini merupakan kekhalifahan umum, dan bukan kekhalifahan
terbatas. Tidak ada pengistimewaan untuk keluarga, kelompok atau ras
tertentu. Setiap mukmin adalah khalifah Tuhan sesuai dengan kemampuan
individunya. Dengan demikian, dia secara individual bertanggungjawab
kepada Tuhan.20
Khalifah-khalifah Allah (kaum Muslim) mengangkat seorang khalifah
sebagai wakil mereka untuk menerapkan aturan dari Pencipta yang telah
diletakkan ke pundak khalifah-khalifah tersebut. Karena kedaulatan adalah hak
Allah, sedangkan kekuasaan berada di pundak kaum muslim, maka konsep
18
Abul A’ala al-Maududi. The Islamic law and constitution
19
Asghar Ali Engineer, Revolusi Negara Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h.
205-207.
20
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 65
12
politik semacam ini yang oleh Al-Maududi diberi istilah Theo-demokrasi atau
Demokrasi Ilahi.
Sistem pemerintahan Theo-demokrasi ini menganut asas bahwa semua
permasalahan pemerintahan dan masalah mengenai hal-hal yang tidak diatur
dalam Syariah diselesaikan berdasarkan mufakat bulat dan konsensus
dikalangan muslimin.
Pada dasarnya, istilah atau konsep Theo-demokrasi adalah akomodasi dari
ide theokrasi dengan ide demokrasi. Namun, ini tak berarti Al-Maududi
menerima secara mutlak konsep theokrasi. Al-Maududi dengan tegas menolak
teori kedaulatan rakyat (inti demokrasi), berdasarkan dua alasan. Pertama,
karena menurutnya kedaulatan tertinggi adalah di tangan Tuhan. Tuhan sajalah
yang berhak menjadi pembuat hukum (law giver). Manusia tidak berhak
membuat hukum. Kedua, praktik kedaulatan rakyat seringkali justru menjadi
omong kosong, karena partisipasi politik rakyat dalam kenyataannya hanya
dilakukan setiap empat atau lima tahun sekali saat Pemilu. Sedang kendali
pemerintahan sehari-hari sesungguhnya berada di tangan segelintir penguasa,
yang sekalipun mengatasnamakan rakyat, seringkali malah menindas rakyat
demi kepentingan pribadi.21
Dengan demikian secara esensial, konsep Theo-demokrasi berarti bahwa
Islam memberikan kekuasaan kepada rakyat, akan tetapi kekuasaan itu dibatasi
oleh norma norma yang datangnya dari Tuhan. Dengan kata lain, Theo-
demokrasi adalah sebuah kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah
pengawasan Tuhan.
C. Definisi Konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal semenjak zaman Yunani Purba, akan tetapi
masih diartikan materiil, sebab belum diletakkan dalam suatu naskah yang
tertulis. Hal ini dapat dibuktikan pada paham Aristoteles yang membedakan
istilah Politiea dan Nomoi. Politieaa diartikan sebagai konstitusi sedangkan
21
Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, h. 15.
13
22
Prof.H Abu Daud Busroh S.H. Ilmu Negara. Hal 88
23
Ibid Hal 89
24
Ibid Hal 108
14
25
Prof Dr Jimly Asshidiqie. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara
15
BAB III
PEMBAHASAN
LEMBAGA NEGARA INDONESIA
No Lembaga Negara Kedudukan Fungsi Tugas Keanggotaan Masa jabatan
1. Dewan Lembaga Fungsi Legislasi 1,Menyusun, DPR terdiri lima
Perwakilan Legislatif : yaitu DPR membahas, dari anggota tahun dan
Rakyat ( DPR ) memegang menetapkan, dan partai politik berakhir
kekuasaan menyebarluaskan yang ketika
dalam program legislasi berdasarkan anggota
membentuk nasional hasil dewan baru
undang-undang (Prolegnas). pemilihan. mengucapkan
2.Menyusun, Dalam pasal 21 janji atau
membahas, dan UU No. 8 sumpah
menyebarluaskan Tahun 2012
rancangan tentang Pemilu
undang-undang Anggota DPR,
(RUU). DPRD bahwa
jumlah kursi
anggota DPR
sebanyak 560
orang.
2. Majelis Lembaga 1.Mengubah 1.Fungsi utama Terdiri atas 711 5 Tahun
Permusyarawatan Legislatif dan juga dari lembaga periode 2019 -
Rakyat ( MPR ) menetapkan pemerintahan 2024
Undang- MPR yang
Undang Dasar pertama adalah
2.Melantik untuk mengawasi
Presiden dan jalannya
Wakil Presiden pemerintahan
berdasarkan yang dilakukan
17
anggota BPK;
dan
4.Memutus
perselisihan
tentang hasil
pemilu.
tertinggi
terhadap
jalannya
peradilan,
melakukan
pengawasan
terhadap pekerja
pengadilan dan
tingkah laku
perbuatan
24
pejabat
pengadilan, dan
juga terhadap
penasehat
hukum dan
notaris
sepanjang
menyangkut
peradilan.
3.Fungsi
mengatur:
mengatur lebih
lanjut hal-hal
yang diperlukan
bagikelancaran
penyelengaraan
peradilan, dapat
membuat
peraturan acara
sendiri bilamana
dianggap perlu
untuk
mencukupi
25
hukum acara
yang sudah
diatur undang-
undang;
4.Fungsi
nasehat;
memberikan
nasehat atau
pertimbangan-
pertimbangan
dalam bidang
hukum kepada
Lembaga tinggi
negara lain,
berwenang
meminta
keterangan dari
dan memberi
petunjuk kepada
pengadilan
disemua
lingkungan
peradilan;
26
5.Fungsi
Administratif;
berwenang
mengatur tugas
serta tanggung
jawab, susunan
organisasi dan
tata kerja
kepaniteraan
pengadilan.
menegakkan orang
(termasuk
kehormatan,
Ketua dan
keluhuran
Wakil Ketua
martabat, serta yang
merangkap
perilaku hakim.
Anggota)
undang-undang 4.Menetapkan
hakim agung dari
(dalam
calon yang
kegentingan
diusulkan oleh
yang memaksa) KY dan disetujui
DPR;
4.Menyatakan
5.Menetapkan
perang,
hakim konstitusi
membuat dari calon yang
diusulkan
perdamaian dan
Presiden, DPR,
perjanjian
dan Mahkamah
dengan negara Agung;
6.Mengangkat
lain dengan
dan
persetujuan
memberhentikan
DPR; anggota Komisi
Yudisial dengan
5.Menyatakan
persetujuan DPR.
keadaan bahaya
6.Menerima
penempatan
dengan
memperhatikan
pertimbangan
DPR;
7.Memberi
29
grasi,rehabilitasi
dengan
memperhatikan
pertimbangan
MA;
8.Memberi
Amnesti dan
abolisi dengan
memperhatikan
pertimbangan
DPR;
9.Memberi
dan tanda
kehormatan
lainnya yang
diatur dengan
UU;
10.Meresmikan
anggota BPK
yang dipilih
oleh DPR
dengan
30
memperhatikan
pertimbangan
DPD.
pengelolaan dan
tanggung jawab
keuangan negara;
3.Pemeriksaan
yang dilakukan
BPK mencakup
pemeriksaan
kinerja,keuangan,
dan pemeriksaan
dengan adanya
maksud tertentu;
4.Dalam
melaksanakan
pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggung jawab
keuangan negara,
BPK melakukan
pembahasan atas
temuan
pemeriksaan
denga objek yang
diperiksa sesuai
dengan standar
pemeriksaan
keuangan negara.
5.Dalam hal
pemeriksaan
dilaksanakan
oleh akuntan
public
32
berdasarkab
ketentuan
undang-undang,
laporan hasil
pemeriksaan
tersebut wajib
disampaikan
kepada BPK dan
dipublikasikan.
6.Hasil
pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggng jawab
keuanngan
negara
diserahkan
kepada
DPD,DPR, dan
DPRD. Dan juga
menyerhakan
hasil
pemeriksaan
secara tertulis
kepada Presiden,
Gubernur, dan
Bupati/Walikota;
7.Untuk
keperluan tindak
lanjut hasil
pemeriksaan,
BPK
33
menyerahkan
pula hasil
pemeriksaan
secara tertulis
kepada Presiden,
Gubernur,
Bupati/Walikota
sesuai dengan
kewenangannya.
Provinsi,
memeriksa dan
memutuskan
pertanyaan
apakah suatu
undangundang
atau ketentuan
undangundang
bertentangan
atau
tidak
dengan Perintah
Islam,
sebagaima
diatur dalam
AlQur'an dan
Sunnah
Nabi Suci,
selanjutnya
disebut sebagai
Perintah Islam
5. Komisi Pemilu - - menyiapkan 5 tahun
daftar
pemilih untuk
pemilihan
Majelis
Nasional,
Majelis
Provinsi, dan
pemerintah
daerah, dan
36
merevisi daftar
tersebut secara
berkala agar
tetap mutakhir;
mengorganisir
dan
melakukan
pemilihan Senat
atau untuk
mengisi
lowongan biasa
di
DPR atau
Majelis
Provinsi;
Dan
menunjuk
Majelis
Pemilihan;
penyelengg
araan pemilihan
umum Dewan
Perwakilan
Rakyat,
DPRD
Provinsi, dan
Pemerintah
Daerah
6. Dewan Islam untuk membuat Dewan Islam
rekomendasi harus terdiri
kepada Majlise- dari anggota
37
Shoora anggota
(Parlemen) dan tersebut,
Majelis Provinsi tidak kurang
tentang cara dan dari delapan
sarana dan tidak
yang lebih dari
memungkinkan dua
dan mendorong puluh
umat
Islam Pakistan
untuk mengatur
kehidupan
mereka secara
individu dan
kolektif
dalam segala hal
sesuai dengan
prinsip dan
konsep
Islam sebagai
diucapkan
Ulasan
Berdasarkan dari pembahasan tabel perbandingan diatas antara Lembaga
Negara Indonesia dan Pakistan kami selaku penulis dapat menjelaskan bahwa
Lembaga Negara yang mengadopsi Sistem Demokrasi dan negara yang mengadopsi
Sistem Theodemokrasi tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan, dimana
negara yang yang menganut Sistem Demokrasi menggunakan Trias politica sebagai
dasar kelembagaannya serta Negara theodemokrasi khususnya Pakistan juga
menerapkan Trias politca dalam sistem kelembagaan pemerintahannya. Namun
yang membedakan adalah Negara Pakistan memiliki lembaga yang lebih sederhana
38
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Salah satunya adalah Majelis E- Shoora
dimana lembaga yang berkedudukan di otoritas legislative ini dapat menjalankan
tugas dan fungsi Lembaga DPR dan MPR Indonesia secara bersamaan.Namun
menurut penulis, dengan sederhananya pembagian kekuasaan dalam sistem
pemerintahan Negara Pakistan, Pakistan belum mampu membentuk lembaga yang
dapat menaungi dan menyelesaikan masalah – masalah tertentu, seakan – akan
lembaga yang sedikit mampu mengakoomodir segala permasalahan yang ada.
Berbeda dengan Indonesi, menurut penulis pengaturan kelembagaan di Indonesia
telah matang dan tetap relevan digunakan.
39
BAB IV
SIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa :
Negara yang mengadopsi sistem Theodemokrasi hampir sama dengan negara
yang mengadopsi sistem Demokrasi dalam hal kelembagaan negara. Dalam hal
ini yaitu perbandingan antara Negara Pakistan dan Negara Indonesia. Negara
Pakistan membagi lembaganya berdasarkan prinsip trias politica yaitu
legislative, eksekutif, serta yudikatif. Indonesia juga membagi lembaganya
berdasarkan prinsip trias politica, legislative, eksekutif, dan yudikatif. Adapun
yang menjadi perbedaan signifikan antara keduanya adalah pada perbedaan
nama lembaga, tugas, fungsi serta implementasinya dalam kehidupan bernegara.
B. Saran
Berdasarkan Pembahasan diatas, penulis berpendapat bahwasanya harus lebih
banyak penelitian yang lebih mendalam mengenai status dari kelembagaan
negara Theodemokrasi agar data yang didapatkan makin beragam.
40
DAFTAR PUSTAKA
Buku – Buku
Prof.H Abu Daud Busroh S.H. (2019) Ilmu Negara.Jakarta:Bumi Aksara.
Prof.H Dr. Jimly Asshiddiqie.S.H. (2019) Pengantar Hukum Tata
Negara.Depok:Rajawali Pers
Jurnal – Jurnal
Wally, Baco Sarluf Usman. "THEO-DEMOKRASI DALAM PANDANGAN
ABU A’LA AL-MAUDUDI." Dialektika 8.1 (2018).
Nugraha, Agus. "Republik Islam Iran: studi atas theo-demokrasi pascarevolusi
1979-2005."
Aliya, Fannisa Nur. "KAJIAN KONSEPTUAL: PEMIKIRAN AL-
MAUDUDI, FAZRUL RAHMAN, SERTA SAYYID QUTUB
TENTANG DEMOKRASI." (2023).