Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSTITUSIONALISME DAN RULE OF LAW


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kelembagaan
Negara
Dosen Pengampu : Dr. Ismail Hasani S.H., M.H

Disusun Oleh :
Krisna Oktafianto (11210480000014)
Rachmat Nahyadi (11210480000027)
Kurnia Afandi (11210480000055)

KELAS A
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2023/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat hidup dan juga sehat,sehingga penyusunan makalah ini dapat
terlaksanakan dengan baik. Shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Tanpa adanya tuntunan Rasulullah, maka
manusia masih berada di dalam masa kegelapan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ismail Hasani S.H.,
M.H selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Kelembagaan Negara. Karena
melalui beliaulah, penulis diberi kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai
Hukum Kelembagaan Negara. Hingga, setelah melalui proses mendalami ilmu dan
pengetahuan mengenai materi terkait, dapat tertulis dengan lengkap makalah
dengan judul “Konstitusionalisme dan Rule of Law”. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya karya kami dilain waktu. kami juga
merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah dengan maksimal
berkat kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkotribusi dalam penyelesaian
makalah, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Demikian pengantar makalah ini kami sampaikan,semoga apa yang akan


disampaikan dan paparkan dalam makalah ini dapat membantu para pembaca agar
lebih tau mengenai pembahasan tentang topik ini.

Tangerang Selatan, 27 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Konstitusionalisme ........................................................................................ 2
2.1.1 Penerapan Konstitusionalisme di Indonesia ........................................... 3
2.1.2 Teori Pemisahan Kekuasaan Dalam Konstitusionalisme ........................ 4
2.1.3 Dua Elemen dalam Konstitusionalisme .................................................. 5
2.1.4 Proses Pengawasan Konstitusionalisme di Indonesia ............................. 5
2.2 Rule Of Law .................................................................................................. 6
2.2.1 Rule Of Law di Indonesia ....................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................. 9
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 9
3.2 SARAN ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstitusionalisme dan rule of law bermula dari masa lalu yang penuh
dengan ketidakadilan dan penindasan oleh penguasa. Pada masa itu, penguasa
memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan dapat menentukan segala sesuatu tanpa
memperhatikan hak-hak rakyat. Namun, pada abad ke-17, muncul pemikiran bahwa
pemerintahan harus diatur dengan hukum tertulis yang sama untuk semua orang.
Pemikiran ini dikenal sebagai rule of law.

Rule of law memastikan bahwa pemerintah tidak dapat bertindak semaunya


dan harus tunduk pada hukum yang sama dengan rakyat. Konstitusionalisme
kemudian muncul sebagai hasil dari perjuangan rakyat dalam memperjuangkan
hak-hak mereka terhadap pemerintah yang otoriter dan korup. Konstitusionalisme
menekankan pentingnya konstitusi sebagai dasar hukum yang mengatur tata cara
pemerintahan dan hubungan antara pemerintah dan rakyat. Konstitusionalisme juga
menekankan pentingnya pemisahan kekuasaan, perlindungan hak asasi manusia,
dan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.

Dengan adanya konstitusionalisme dan rule of law, negara-negara modern


dapat menjalankan sistem pemerintahan yang demokratis dan berdasarkan hukum,
serta melindungi hak-hak rakyat dari penindasan oleh penguasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Konstitusionalisme ?
2. Bagaimana Teori Separation Of Power dalam Konstitusionalisme ?
3. Apa yang dimaksud dengan Teori Rule Of Law ?
4. Bagaimana Konsep Rule Of Law dalam Kelembagaan Negara ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami Pengertian dan Gagasan Konstitusionalisme
2. Memahami Teori dan Konsep Rule Of Law ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konstitusionalisme
Konstitusionalisme merupakan pemikiran yang berkembang. Pemikiran ini
menghendaki pembatasan kekuasaan. Pembatasan kekuasaan itu terutama
dilakukan melalui hukum lebih khusus lagi melalui konstitusi. Constitutionalism is
a belief in imposition of restrains on government by means of a constitution
Menurut Daniel S. Lev pada intinya konstitusionalisme adalalah proses hukum.
Sementara itu, menurut Mc lwan sebagaimana dikutip Adnan Buyung Nasution,
ada dua unsur fundamental dari paham konstitusionalisme, yaitu batas-batas hukum
terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang dan pertanggungjawaban politik
sepenuhnya dari pemerintah kepada yang diperintah. Konstitusi selalu terkait
dengan paham konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan
"Constitutionalism is the name given to the trust which men repose in the power of
words engrossed on parchment to keep a government in order". Untuk tujuan to
keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa,
sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan
ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons
perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.
Konstitusionalisme di zaman sekarang di zaman sekarang dianggap sebagai suatu
konsep yang niscaya bagi setiap negara modern. Seperti dikemukakan oleh C.J.
Friedrich sebagaimana dikutip di atas, "Constitutionalism is an institutionalized
system of effective regularized restraints upon governmental action". Basis
Pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus).

Aktualisasi dalam paham ini dijabarkan lebih mudah bahwa paham


konstitusionalisme mewujudkan sebuah tatanan sistem negara hukum yang
berdasarkan pada tatanan aspek baku dalam hukum yang mengindikasikan hukum
sebagai sebuah subjek dalam menjalankan suatu tatanan negara yang melembaga.
Kekuatan negara terletak bagaimana kekuatan hukum dalam mewujudkan cita-cita

2
bangsa baik dalam hal ini hukum yang dimaksud adalah hukum secara teori maupun
hukum secara praktik (rule of law).

konstitusionalisme telah menjadi landasan yang menggejala di negara


modern. Aspek yang menjadi latar belakang adalah terpilihnya sebuah sistem
negara hulkum (rechstate) dibandingkan sistem negara kekuasaan (machstate).
ldealnya memang negara hukum dianggap mampu menerjemahkan sebuah
kekuasaan yang ada dalam sebuah negara dengan memposisikan rakyat sebagai
tujuan utamanya.1

2.1.1 Penerapan Konstitusionalisme di Indonesia


Dalam Negara Indonesia konsep konstitusionalisme itu tercermin pada
pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pasca amandemen ke-3 ditetapkan, “kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Pasal Konstitusi tersebut dimaksud
memuat paham konstitusionalisme, dimana rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi terikat pada konstitusi. Dalam hal ini, kedaulatan rakyat dilaksanakan
menurut UUD 1945. Aktualisasi dari itu semua dalam paham konstitusionalisme
diwujudkan melalui karakter Pembatasan Kekuasaan yang biasa disebut dalam teori
pemisahan kekuasaan Montesquieu. Dimana MPR bukan lagi menjadi lembaga
negara tertinggi. Karena MPR sudah tidak lagi sebagai pelaksana sepenuhya
kedaulatan rakyat. (Pasal 1 Ayat 2).

Sebelum diamandemenkannya UUD 1945 itu tidak dapat dikatakan


sepenuhnya memuat paham konstitusionalisme, karena UUD 1945 sebelum di
amandemen itu tidak membatasi masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
“Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali”, (Pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen). Dari
pasal tersebut memberikan makna bahwa seorang presiden berpeluang dipilih
secara berkali kali, terus menerus dan tanpa batas. Hal tersebut terjadi ketika Ir.
Soekarno Presiden I RI memerintah selama 22 tahun, sejak tahun 1945 sampai
dengan tahun 1967. Dilihat dari fenomena tersebut bahwasanya amandemen UUD

1
Dr. Muhammad Junaidi S.HI, M.H, Hukum Konstitusi : Pandangan dan Gagasan Modernisasi
Negara Hukum. PT. RajaGrafindo Persada, Depok. (2018) Hal. 192-194

3
1945 telah menerapkan konstitusionalisme guna membatasi kekuasaaan eksekutif.
Sebagaimana pasal 7 UUD 1945 hasil amandemen ke-1 menyatakan bahwa
presiden dan wakil presiden dapat menjabat selama lima tahun dan dapat dipilih
Kembali untuk satu kali masa jabatan saja.

2.1.2 Teori Pemisahan Kekuasaan Dalam Konstitusionalisme


Dalam paham konstitusionalisme, terdapat praktik wujud
konstitusionalisme dalam padanan yang berkembang dengan mewujudkan suatu
model kekuasaan yang berimbang dalam mewujudkan bentuk tatanan dalam sebuah
negara. Aktualisasi dari itu semua dalam paham konstitusionalisme diwujudkan
melalui karakter pembatasan kekuasaan yang dikenal salah satunya dalam teori
pemisahan kekuasaan Montesquieu.

Teori pemisahan kekuasaan ini tidak hanya membagi cabang kekuasaan


negara dalam kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif tetapi juga berupaya
menjaga tiap cabang kekuasaan negara seindependen mungkin dari cabang
kekuasaan lain. Teori pemisahan kekuasaan berujung pada pentingnya mekanisme
saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances)." Dengan kata lain,
prinsip pemisahan kekuasaan diimplementasikan melalui pengembangan sistem
checks and balances," di mana setelah masing-masing kekuasaan diberi
kewenangan-kewenangan kelembagaan, lembaga-lembaga itu pun memiliki
kewenangan yang menjangkau lembaga lainnya dalam bentuk pengawasan yang
disepakati oleh para pembentuk konstitusi. Pengawasan ini ditujukan untuk
memastikan masing-masing lembaga bekerja sesuai dengan kerangka konstitusi
yang disepakati. Trias politika yang ditawarkan oleh John Locke, yang menyatakan
keharusan adanya tiga kekuasaan berbeda agar negara tidak jadi totaliter, yakni
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan federatif, kemudian disempurnakan oleh

4
Montesquieu. Caranya adalah dengan meletakkan kekuasaan federatif sebagai
bagian dari eksekutif.2

2.1.3 Dua Elemen dalam Konstitusionalisme


Mark Tushnet menyuarakan dua elemen konstitusionalisme yang sama.
Dalam pemahaman Tushnet, saat ini terdapat dua dimensi konstitusionalisme saat
ini yaitu institusi atau struktur pemerintahan di satu bagian dan hak asasi manusia
di bagian lain. Menurut Tushnet, aspek institusi pada studi konstitusionalisme
mencakup isu-isu yang sama dengan apa yang sering disebut sebagai “thin” version
of rule of law, sedangkan aspek hak asasi manusia merupakan aspek yang biasa
disebut sebagai “thick” version of rule of law. Konstitusionalisme dalam tahap ini
serupa dengan aspek substansial dari rule of law dalam tradisi common law atau
rechtstaat dalam tradisi Eropa continental. 3

2.1.4 Proses Pengawasan Konstitusionalisme di Indonesia


Proses pengawasan konstitusional dilakukan oleh badan-badan pengadilan,
seperti Mahkamah Konstitusi, yang bertugas meninjau dan menguji
konstitusionalitas dari Tindakan dan kebijakan pemerintah, Lembaga Eksekutif dan
legislatif, dan bahkan dari Tindakan dan kebijakan swasta yang melanggar hak-hak
individu atau kelompok masyarakat. Adapun dampak dari pengawasan
konstitusional terhadap kebijakan publik dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Dengan adanya pengawasan


konstitusional, pemerintah harus bertanggung jawab dan didorong untuk
mematuhi konstitusi saat membuat keputusan publik.
b. Melindungi hak asasi manusia. Pengawasan konstitusional dapat
memastikan bahwa hak-hak individu dan kelompok masyarakat dilindungi
dan tidak dilanggar.

2
Ismail Hasani, Pengujian Konstitusionalitas Perda. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia.
(2020) Hal. 128
3
Rudy, Konstitusionalisme Indonesia. Bandar Lampung, Tri Purna Jaya. (2013) Hal. 23

5
c. Mencegah pengambilan keputusan yang salah. Pengawasan konstitusional
dapat mencegah kebijakan yang bertentangan dengan konstitusi, yang dapat
merugikan individu atau kelompok masyarakat.
d. Menciptakan ketertiban hukum. Pengawasan konstitusional dapat
memastikan supremasi hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
pada sistem hukum dan pemerintah.
e. Mendorong reformasi kebijakan. Pengawasan konstitusional dapat
mendorong perbaikan dan perubahan kebijakan yang tidak sesuai dengan
konstitusi, sehingga meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Namun, terkadang proses pengawasan konstitusional juga dapat


menimbulkan konflik antara kekuasaan legitimasi berbagai Lembaga pemerintah,
dan dapat memperlambat proses pembuatan kebijakan. Oleh karena itu penting
untuk memastikan keseimbangan yang tepa tantara pengawasan konstitusional dan
proses politik yang demokratis.

2.2 Rule Of Law


Rule of law, adalah konsep mendasar demokrasi, yang membawa anjuran
pemisahan kekuasaan, menjunjung tinggi hak asasi, dan memperjuangkan
independensi pengadilan. Corak kepartaian dan manajemen pemerintahan juga
berpedoman kepada rule of law, supaya tidak dijalankan secara tertutup, minim
akuntabilitas, dan menindas kelompok yang tidak bersesuaian dengan politik
pemerintah.4

Rule of law berkembang dalam tradisi hukum negara-negara Anglo Saxon


yang mengembangkan common law (hukum tak tertulis). Kebenaran hukum dan
keadilan dalam rule of law bukan semata-mata hukum tertulis, bahkan hakim
dituntut untuk membuat hukum melalui yurisprudensi tanpa harus terikat secara
ketat kepada hukum-hukum tertulis.

4
Dr. Isharyanto. Konstitusi, Rule Of Law Dan Demokrasi. Yogyakarta, CV. Absolute
Media (2018). Hal. 29

6
Konsep rule of law sumbernya sama dengan konsep rechtsstaat. adapun
unsur-unsur utamanya dalam uraian A.V. Dicey mencakup:

Pertama. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of law). Tidak


adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti bahwa seseorang boleh dihukum
jika melanggar hukum; unsur ini diakui sebagai yang paling pertama diperjuangkan
oleh rakyat Inggris. Doktrin supremasi hukum menempatkan hukum sebagai alat
pengatur tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Semua elemen dalam negara
harus menempatkan hukum sebagai alat dalam negara harus menempatkan hukum
di atas segala-galanya.

Kedua, Equality Before The Law. Asas equality before the law adalah asas
di mana setiap orang tunduk pada hukum peradilan yang sama. Sederhananya,
equality before the law mengandung makna semua manusia sama dan setara di
hadapan hukum.

Ketiga, Constitution Based On Human Right. Konstitusi Indonesia telah


mengatur secara jelas tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang mengakibatkan
negara berkewajiban menyediakan apapun untuk warga negaranya termasuk
perlindungan yang sama antara laki-laki dan perempuan. 5

Secara singkat, rumusan rule of law dari A.V Dicey tersebut terdiri atas tiga
konsep, tidak ada kekuasaan yang sewenang-wenang, adanya kedudukan yang
sama di mata hukum, dan perlindungan kebebasan warga negara adalah hasil dari
undang-undang biasa dan keputusan judisial.6

Didalam konsep negara hukum the Rule of Law terdapat konsep Rule by
Law atau biasa disebut konsep tindakan negara harus berdasarkan hukum yang
memiliki arti bahwa hukum menjadi suatu acuan bagi praktek atau tindakan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintah, dimana menurut Brian Z Tamanaha Rule
by Law terdapat pada versi formal dari the Rule of Law, dan konsep Rule by Law

5
Dr. Muhammad Junaidi, Hukum Konstitusi : Pandangan dan Gagasan Modernisasi Negara
Hukum. PT. RajaGrafindo Persada, Depok. (2018) Hal. 193
6
Dr. Wiryanto, Etik Hakim Konstitusi : Rekonstruksi dan Evolusi Sistem Pengawasan. PT.
RajaGrafindo Persada, Depok. (2019). Hal. 28

7
sangat popular digunakan oleh negara-negara modern. Didalam konsep Rule by
Law merupakan sebuah gagasan bahwa hukum adalah sarana negara melakukan
urusan, segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, harus sesuai dengan
aturan hukum. Sehingga apapun yang dikatakan oleh hukum adalah suatu perintah
yang harus dilaksanakan oleh pemerintah.

2.2.1 Rule Of Law di Indonesia


Prof. Tjip menjelaskan bahwa praktik hukum di Indonesia adalah “Negara
Berdasarkan Hukum” di Indonesia yang selama ini disepadankan dengan doktrin
“Rule Of Law”. Pada mulanya, rule of law muncul dengan semangat keadilan yang
tinggi, karena bersamaan dengan demokrasi meniadakan negara absolut (kekuasaan
satu arah/satu kepemimpinan).

Prof. Tjip dalam doktrin rule of law yang diterapkan di Indonesia,


menyatakan bahwa Indonesia harus berani mengangkat Pancasila sebagai
pengimbang dalam penerapan rule of law. Pamcasila dapat diproyektilkan untuk
membangun Negara Berdasarkan Hukum yang demikian dapat memberikan arahan
yang lebih pas bagi seluruh aktivitas hukum di Indonesia dalam praktiknya.7

7
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi (Edisi Kedua). PT. RajaGrafindo Persada, Depok. (2018).
Hal. 30

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konstitusionalisme dan rule of law merupakan prinsip-prinsip penting
dalam sistem pemerintahan modern. Konstitusionalisme menekankan pentingnya
konstitusi sebagai dasar hukum yang mengatur tata cara pemerintahan dan
hubungan antara pemerintah dan rakyat. Konstitusionalisme juga menekankan
pentingnya pemisahan kekuasaan, perlindungan hak asasi manusia, dan
pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.

Sementara itu, rule of law memastikan bahwa pemerintah tidak dapat


bertindak semaunya dan harus tunduk pada hukum yang sama dengan rakyat.
Prinsip ini menjamin bahwa setiap orang, termasuk penguasa, harus tunduk pada
hukum yang sama dan adil.

Dalam sistem pemerintahan modern, konstitusionalisme dan rule of law


menjadi dasar penting dalam menjalankan pemerintahan yang demokratis dan
berdasarkan hukum. Dengan adanya prinsip-prinsip ini, negara dapat melindungi
hak-hak rakyat dari penindasan oleh penguasa dan menjalankan sistem
pemerintahan yang adil dan transparan.

3.2 SARAN
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan terutama mengenai pembahasannya yang masih belum lengkap dan
terlalu sederhana serta masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan baik
kata maupun kalimat. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan pembaca untuk
memberikan kritik dan saran agar makalah ini bisa lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Junaidi. (2018) Hukum Konstitusi : Pandangan dan Gagasan

Modernisasi Negara Hukum. PT. Raja Grafindo Persada, Depok

Ismail Hasani. (2020). Pengujian Konstitusionalitas Perda. Jakarta, Kepustakaan

Populer Gramedia.

Rudy. (2013) Konstitusionalisme Indonesia. Bandar Lampung, Tri Purna Jaya

Isharyanto. (2018) Konstitusi, Rule Of Law Dan Demokrasi. Yogyakarta, CV.

Absolute Media

Wiryanto.(2019) Etik Hakim Konstitusi : Rekonstruksi dan Evolusi Sistem

Pengawasan. PT. RajaGrafindo Persada, Depok

Saldi Isra, (2018). Pergeseran Fungsi Legislasi (Edisi Kedua). PT. RajaGrafindo

Persada, Depok.

10

Anda mungkin juga menyukai