Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA

Makalah ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung S.H., M.H.

\
Disusun oleh:

kelompok 10 IH 3A
M. Ramdhani Libahongi (11220480000035)

Nurun Hidayatul Wasi’ah (11220480000029)

Haliza Ayu Tiara (11220480000022)

Devina Maharani (11220480000045)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya terutama
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah
“Hukum Administrasi Negara” dengan tema makalah ‘’ Peradilan Administrasi Negara”.
Kemudian sholawat beserta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.

Makalah ini merupakan tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara di program Studi
Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis juga
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis meminta kritik dan saran dari Dosen pengampu mata kuliah Hukum Tata Negara dan
seluruh para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung
S.H., M.H., dan Ibu Nurlaili Rahmawati M.H.I. selaku Dosen pengampu mata kuliah Hukum
Administrasi Negara yang telah membimbing kami serta telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat kepada kami, dan kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah ilmu, wawasan dan
pengetahuan bagi kita semua.

Ciputat 22 september 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................................................................5

C. TUJUAN .........................................................................................................................................................5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. URGENSI PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA ........................................................................6
B. ISTILAH PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA ..........................................................................6
C. SEJARAH PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA ........................................................................9
D. KOMPETENSI PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA.............................................................. 11

BAB III.................................................................................................................................... 13

PENUTUP............................................................................................................................... 13

A. KESIMPULAN ............................................................................................................................................13

B. SARAN .........................................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pemerintahan negara Indonesia dilaksanakan berdasarkan hukum, tidak
berdasarkan atas kekuasan belaka (machstaat) yang bersifat absolutisme. Dengan demikian
negara hukum menurut Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 adalah dengan
sistem konstitusional yang bertujuan menjaga supaya terhindar dari pemerintahan yang
sewenang-wenang (willekeur) terhadap rakyatnya. Dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan, badan atau pejabat tata usaha negara acapkali menerbitkan keputusan tata
usaha negara yang ditujukan kepada seseorang atau badan hukum perdata.

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara seringkali pula mengelak dan bersikap diam
untuk tidak menerbitkan keputusan tata usaha negara yang dimohon oleh seseorang atau
badan hukum perdata dengan motif tertentu. Mengingat semakin kompleksnya urusan
pemerintahan dapat berdampak pula pada saling kait mengkaitnya kewenangan satu dengan
yang lainnya badan atau pejabat tata usaha negara pada satu persoalan tertentu atau masalah
hukum yang sama, sehingga melahirkan pula sejumlah keputusan tata usaha negara terkait
dengan persoalan hukum yang sama.

Terbitnya sejumlah keputusan tata usaha negara terkait dengan masalah hukum
yang sama jika dapat menimbulkan kerugian terhadap seseorang atau badan hukum perdata
dapat menjadi objek keberatan atau sengketa tata usaha negara. Maka peradilan
Administrasi sebagai pembuktian bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan hukum, hukum sebagai pedoman pelaksaan pemerintahan, hukum sebagai
prinsip, hukum sebagai penyeimbang antara pelaksanaan hak dan kewajiban pemerintah,
mengingat hak dan kewajiban dalam pelaksanaannya harus seperti satu tarikan nafas yang
tidak bisa dipisahkan.

Peradilan administrasi juga menghadapi tantangan-tantangan baru dalam era


globalisasi dan teknologi informasi. Oleh karena itu, penting untuk memahami

4
perkembangan terkini dalam peradilan administrasi, termasuk bagaimana mekanisme ini
menangani masalah-masalah baru seperti sengketa terkait lingkungan, teknologi, dan hak
asasi manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah di atas dapat di simpulkan
sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan urgensi peradilan administrasi negara?

2. Jelaskan tentang istilah peradilan administrasi negara?

3. Jelaskan apa yang di maksud dengan Sejarah peradilan administrasi negara?

C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah di atas dapat di simpulkan
bahwa tujuan pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk dapat mengetahui dan memahami maksud dari urgensi peradilan


administrasi negara

2. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang istilah peradilan administrasi


negara

3. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang sejarah peradilan administrasi


negara

5
BAB II

PEMBAHASAN

URGENSI PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA

Urgensi sendiri memiliki penafsiran sesuatu yang memegang peranan utama


ataupun sangat penting. Dalam paham negara welafare state dijelaskan makin
luasnya campur tangan negara ke dalam kehidupan masyarakat yang disertai
dengan berbagai macam wewenang yang membuat administrasi negara itu sukar
sekali untuk diawasi atau dikendalikan, maka akan mudah sekali timbul berbagai
jenis dan rupa penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, dan berbagai bentuk
sikap atau perbuatan sewenang-wenang. Dalam perspektif historis, munculnya
gagasan tentang perlindungan kepentingan warga masyarakat terhadap perbuatan
hukum administrasi, menurut sejarahnya timbul di Perancis (pada saat Revolusi
Perancis), kemudian meluas ke mana-mana. Termasuk Indonesia, yang saat itu tidak
ada hukum sama sekali bagi rakyat Indonesia. bentuk pengawasan terhadap sikap/
tindak administrasi negara adalah dalam bentuk pengawasan yudisial oleh peradilan
administrasi yang melalui mekanisme gugatan oleh orang atau badan hukum
perdata. Pengawasan ini dilakukan oleh badan kekuasaan kehakiman yang
merdeka, yang dibedakan dengan pengawasan melalui upaya administratif yang
oleh Rochmat Soemitro disebut dengan “peradilan semu”.

A. ISTILAH PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA

Ditinjau dari bentuk kata, istilah pengadilan dan peradilan berasal dari kata
dasar “adil” dan mempunyai beberapa imbuhan (affic), secara sekaligus (simulfix)
berupa awalan (prefix): “pe” dan “Per”, serta akhirnya “sufix” “an”. Mengenai
kedua jenis istilah tersebut, R. Subekti dan R. Tjitrosoedibio pada dasarnya
menyatakan bahwa pengadilan (rechtbank atau court) merujuk pada korporasi dan

6
peradilan (rechtspraak atau judiciary) mengacu pada fungsinya. Sudikno
Mertokusumo berpendapat yaitu peradilan pada dasarnya selalu terhubung dengan
pengadilan, dan pengadilan bukan sekedar badan hukum, tetapi juga mempunyai
arti abstrak yaitu memberikan keadilan.
Dr. Sjachran Basah, SH, menerapkan hukum untuk memutuskan perkara,
menemukan hukum dalam “In concreto”, menjaga dan memastikan kepatuhan
terhadap hukum substantif, dan menerapkan metode prosedural yang ditetapkan
oleh hukum formal. Dalam Pidato Kenegaraannya pada tanggal 16 Agustus 1978,
Presiden Soeharto menyatakan bahwa harus segera dibentuk suatu Peradilan
Administrasi Negara yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Hal ini
membuat banyak orang berpikir dan heran. Apakah pada waktu ini sudah cukup
tenaga-tenaga ahlinya yaitu spesialisten yang dapat menangani sengketa-sengketa
administrasi dan wilayah negara kita dari Sabang sampai ke Merauke dan masih
banyak pertanyaan-pertanyaan lagi yang menyangkut biaya, tenaga administrasi
serta fasilitas-fasilitas lainnya yang diperlukan untuk adanya peradilan administrasi
tersebut.1
Selanjutnya Van Praag peradilan administrasi menggunakan aturan hukum pada
perselisihan tertentu yang melibatkan administrasi negara. Oleh karena itu, ia
membedakan praktik hukum administrasi antara “eigenlijk” dan “oneigenlijke”.
Dalam ``eigenlijke administratieve Rechtspraak’’ tindakan administrasi yang
bersifat ``rechtsvastelling’’ ditentang, dan dalam ``oneigenlijke administratieve
Rechtspraak’’ tindakan administratif yang bersifat ``onmiddelijk bestuur’’
ditentang.
Adapun pendapat W.F. Prins yang memisahkan antara “administrative
rechtspraak” dan “geschillen besclechting” atau “quasi rechtspraak”. Adanya “guasi
rechtspraak”, ketika kekuasaan untuk memutuskan keberatan berada secara
hierarkis dalam otoritas yang lebih tinggi daripada kementerian. Hakim yang
memutus sengketa tersebut adalah “in de zaak opgesloten”, bukan “buiten
partydig”. Seorang pejabat yang berasal dari kementerian tertentu yang bertindak
sebagai hakim bisa dinyatakan sebagai “buiten partijdig” jika kontroversi tersebut

1Bachsan Musafa, SH, Pokok-pokok Ilukum Administrasi Negara Alumni, Bandung 1984, hal
135. Diakses pada1 19 September 2023
7
berada di luar wilayah jabatannya. Menurut Majelis Pertimbangan Pajak dan
“Octrooi Raad” sebagai contoh “wekelijke administratieve rechtbanken”.
S. Prayudi Atmosudirdjo mengemukakan Peradilan Administrasi Negara dalam
arti luas, yaitu peradilan yang bersangkutan dengan pejabat dan instansi
penyelenggaraan negara, baik berupa perkara adat, perkara pidana, perkara perdata,
perkara administrasi negara murni, dan perkara agama. Beliau juga menegaskan
bahwa: perkara administrasi negara murni merupakan suatu permasalahan yang
tidak mempunyai pelanggaran hukum (pidana atau perdata), tetapi merupakan suatu
perselisihan (sengketa) yang timbul atau berkisar yang menyinggung interpretasi
dengan meninbang suatu pasal atau aturan undang-undang dalam arti luas (water
and materiale of ruime zin)”. Putusan perkara administrasi negara murni hanya bisa
ditangani oleh Peradilan Administrasi Negara dalam arti sempit. Karena menurut
beliau, hanya peradilan administrasi negara dalam arti sempit yang dapat mangatasi
perkara administrasi murni saja. Peradilan administrasi negara dalam arti sempit
dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1. Peradilan Administrasi, yang dapat menyelesaikan perselisihan “internal”
dalam penyelenggaraan negara yang umumnya merupakan persoalan
kewenangan, dimana perusahaan yang satu bersaing dengan perusahaan yang
lain, dan juga peradilan administrasi ini dapat menyelesaikan urusan-urusan
internal administrasi negara, yang artinya perselisihan antara pemerintah negara
dengan pihak eksternal lainnya, yang beragam.
2. Peradilan Administrsif, yaitu menyelesaikan ketika adanya sengketa antara
penyelenggaraan negara dengan satu warga negara atau lebih (Burger), serta
menyelesaikan putusan eksternal penyelenggaraan negara. Banyak konflik
timbul, disebabkan oleh cara-cara yang dipakai oleh para Pejabat Administrasi
Negara untuk menyelenggarakan kehendak-kehendak negara tersebut, yang
kadang-kadang dianggap melawan hukum atau melanggar tata- kesopanan.
Bilamana hal ini dapat dibuktikan, maka perkaranya dapat dijadikan “perkara-
perdata”, dan dilakukan gugatan sebagai “onrecht-matige overheidsdaad” wex
pasal 1365 KUH Perdata. 2

2S. Prayudi Atmosudirdjo, Masalah Organisasi Peradilan Administrasi Negara, kertas kerja
dalam simposium yang diselenggarakan oleh BPHN dan dimuat dalam Simposium Peradilan
8
B. SEJARAH PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA

Sejarah Munculnya Peradilan administrasi negara di Indonesia merupakan aksi


nyata perlindungan hak setiap masyarakat terhadap keputusan administrasi publik yang
dibuat oleh pejabat tata usaha negara. Negara Indonesia telah membuat Peradilan
Administrasi negara dan Hukum Acara berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah pertama kali dengan
UU No. 9 Tahun 2004 tentang perubahan UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, kemudian diubah untuk kedua kalinya dengan UU No. 51 Tahun 2009
tentang perubahan kedua atas UU No. Keputusan 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.3

Pada Zaman Hindia Belanda sampai masa kemerdekaan saat ini Ilmu
Administrasi sangat berkembang pesat di Indonesia, ilmu tersebut besasal dari
Amerika. Perkembangan yang sekarang disebut ilmu pemerintahan atau ilmu
administrasi negara yang selalu mengikuti perkembangan sifat dan tujuan negara yang
bersangkutan, atau dengan kata lain mengikuti perkembangan jenis negara yang
bersangkutan. Sejak dahulu kala, seperti pada masa kerajaan, raja-raja sebagai kepala
negara dan pemerintahan selalu didampingi oleh para ahli di bidang “pengelolaan
pertanahan dan pengelolaan negara”, yang memperoleh pengetahuan khusus melalui
pendidikan dan pengalaman sesuai dengan sistem yang berlaku di kerajaan tersebut.
waktu.waktu, umumnya bersifat individual Karena sifat kondisi dan budaya pada saat
itu, mereka umumnya adalah astrolog, filsuf, ahli sipil, dan ahli perang.Mereka
memperoleh kecerdasan atau keahlian di suatu sekolah karena adanya guru yang mudah

Tata usaha Negara, Binacipta, Bandung, 1977, halaman 67-68. Diakses pada 19 September
2023
3 S. F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,

(Yogyakarta: FH UII Press, 2011), hlm. 18-19. Dalam Anna Erliyana, Renius Albert Marvin,
“Polemik Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Ke Pengadilan Tata Usaha Negara”, Jurnal
Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 (No.4 Oktober-Desember 2019), hlm. 943.

9
mengundurkan diri. Jika rajanya cerdas dan bijaksana, maka Patih (perdana menteri,
kepala administrasi negara) serba bisa dan kompeten (misalnya. Patih Gajah Mada).4

Peradilan administrasi negara yang bersifat umum (atau oneigenlijke


rechtspraak) pada masa kolonial atau bekas penjajahan, tidak dihapuskan pada masa
pendudukan militer Jepang, kemudian melalui Pasal II Peraturan Peralihan UUD 1945,
Raad van Beroep voor Belastzaken Kewenangan dan peraturannya senantiasa mulai
berlaku dengan segera, sampai dengan dilaksanakannya peraturan baru sesuai dengan
undang-undang dasar ini. Mengenai lembaga peradilan, Pasal 24 UUD 1945 mengatur
bahwa lembaga peradilan diselenggarakan oleh Mahkamah Agung dan lembaga
peradilan lainnya menurut undang-undang, dan susunan serta kewenangan lembaga
peradilan tersebut ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan (ayat 1 dan 2).
Susunan Mahkamah Agung diatur dalam UU No.1/1950 ditambah dengan undang-
undang darurat No 1/1951 berkaitan dengan pengadilan negeri. Namun kedua undang-
undang tersebut tidak mempengaruhi peradilan administrasi negara.
Peradilan Administrasi negara dalam hal perlindungan warga negara berada
pada Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara yakni lembaga yang
berwenang dapat mewujudkan pemerintahan yang bersih, mencegah pejabat tata usaha
negara melampaui batas kewenangannya dalam menjalankan fungsinya, dan juga
mencegah pejabat tata usaha negara melakukan kesalahan dalam menerapkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Masyarakat sebagai warga negara mempunyai hak
untuk menerima pelayanan dari pemerintah dan mengajukan gugatan kepada peradilan
tata usaha negara dan AAPB, yang merupakan dasar dalam menyelenggarakan tugas
dan fungsinya. pemerintah dapat mengajukan pengaduan sebagai standar pengambilan
keputusan tata usaha negara mendapat tantangan
S.F.Marbun, mengatakan tujuan dibentuknya peradilan administrasi negara ini
untuk melindungi warga negara yang merasa haknya dilanggar, meskipun dilakukan
melalui instrumen negara sendiri.Selain itu, peradilan administrasi negara juga
bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan

4Sahya Anggara, Ilmu Administrasi Negara (Bandung Pustaka setia 2012) hal 171. Di akses
pada 22 September 2023
10
pribadi agar berjalan selaras dan rasa keadilan dalam masyarakat tetap terjaga dan
terpelihara baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk warga negaranya. 5
Peradilan administrasi dianggap sebagai peradilan khusus, artinya hanya
berwenang menyelesaikan permasalahan yang timbul di bidang administrasi dan
kepegawaian atau permasalahan yang timbul antara pejabat administrasi dengan
pemegang hak keperdataan. Peradilan administrasi negara dibentuk untuk melindungi
atas dasar keadilan, kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum bagi masyarakat yang
di rugikan berdasarkan keputusan pejabat tata usaha negara yang diberi wewenang oleh
negara, yang dilaksanakan melalui pemeriksaan, penyelesaian, dan penyelesaian
sengketa dalam bidang tata usaha negara. 6

C. KOMPETENSI PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA

Dalam Pasal 47 Undang-Undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata


Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 9 tahun 2004
dan Undang-Undang nomor 51 tahun 2009 telah diatur tentang kompetensi PTUN
dalam sistem peradilan di Indonesia yaitu bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus,mengadili dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara antara seseorang
atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara. Kompetensi
(kewenangan) suatu badan pengadilan untuk mengadili suatu perkara dapat dibedakan
atas kompetensi relatif dan kompetensi absolut.

• Kompetensi relatif

Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk


mengadili suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Suatu badan pengadilan
dinyatakan berwenang untuk memeriksa suatu sengketa apabila salah satu pihak sedang
bersengketa (Penggugat/Tergugat) berkediaman di salah satu daerah hukum yang
menjadi wilayah hukum pengadilan itu. Adapun kompetensi yang berkaitan dengan
tempat kedudukan atau tempat kediaman para pihak yang bersengketa yaitu Penggugat

5SF Marbun, Op.Cit., hlm. 17.


6Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi, (Yogyakarta:
FH UII Press, 2009), hlm. 146.

11
dan Tergugat diatur tersendiri dalam pasal 54 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 2004 dan UU
No. 51 tahun 2009 yang menyebutkan:

(1) Tempat kedudukan Tergugat

(2) Tempat Kedudukan salah satu Tergugat

(3) Tempat kediaman Penggugat diteruskan ke Pengadilan tempat kedudukan


Tergugat

(4) Tempat kediaman Penggugat, (dalam keadaan tertentu berdasarkan


Peraturan Pemerintah)

(5) PTUN Jakarta, apabila tempat kediaman Penggugat dan tempat kedudukan
Tergugat berada diluar negeri

(6) Tempat kedudukan Tergugat, bila tempat kediaman Penggugat di luar negeri

dan tempat kedudukan Tergugat didalam negeri.

• Kompetensi absolut

Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu


perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Yang menjadi obyek sengketa di
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking)
Yang diterbitkan oleh Badan/Pejabat TUN. 7

7
Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia
https://ptun-palembang.go.id/upload_data/KOMPETENSI%20PTUN.pdf di akses pada 23
September 2023
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan analisis, terdapat beberapa kesimpulan yang


dapat ditarik dari makalah ini. Peradilan administrasi negara memiliki peran penting
dalam menjaga keseimbangan dan keadilan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah.
Melalui proses peradilan yang transparan dan independen, peradilan administrasi
negara dapat memastikan bahwa keputusan pemerintah didasarkan pada hukum dan
tidak melanggar hak-hak warga negara.

Peradilan administrasi negara juga memiliki urgensi yang penting dalam


melindungi hak-hak warga negara dan menjamin kepastian hukum dalam penyelesaian
sengketa administrasi. Istilah yang terkait dengan peradilan administrasi negara
meliputi peradilan administrasi negara itu sendiri, warga negara, dan administrasi
negara. Sejarah peradilan administrasi negara dimulai di Prancis pada abad ke-19 dan
di Indonesia diperkenalkan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara. Kompetensi peradilan administrasi negara meliputi
penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan administrasi negara serta pengawasan
terhadap tindakan administrasi yang melanggar hukum. Dengan demikian, peradilan
administrasi negara memiliki peran yang penting dalam menjaga keadilan dan
keberlanjutan sistem administrasi negara.

B. SARAN

Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah memperdalam pemahaman tentang


peran peradilan administrasi negara dalam sistem hukum di negara kita. Selain itu,
penting untuk mengeksplorasi dampak peradilan administrasi negara terhadap
efektivitas kebijakan pemerintah. Penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan untuk
membandingkan sistem peradilan administrasi negara di negara lain dan
mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diterapkan di negara kita.

Dalam rangka meningkatkan kualitas peradilan administrasi negara, disarankan


agar pemerintah memberikan dukungan yang memadai, baik dalam hal sumber daya
manusia maupun sarana prasarana. Selain itu, penting untuk terus memperkuat

13
independensi lembaga peradilan administrasi negara agar dapat bekerja tanpa intervensi
politik dan memastikan keadilan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bachsan Musafa, SH, Pokok-pokok Ilukum Administrasi Negara Alumni, Bandung 1984, hal
135. Diakses pada1 19 September 2023

S. Prayudi Atmosudirdjo, Masalah Organisasi Peradilan Administrasi Negara, kertas kerja


dalam simposium yang diselenggarakan oleh BPHN dan dimuat dalam Simposium
Peradilan Tata usaha Negara, Binacipta, Bandung, 1977, halaman 67-68. Diakses pada
19 September 2023
S. F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
(Yogyakarta: FH UII Press, 2011), hlm. 18-19. Dalam Anna Erliyana, Renius Albert
Marvin, “Polemik Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Ke Pengadilan Tata Usaha
Negara”, Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-49 (No.4 Oktober-Desember
2019), hlm. 943.

Sahya Anggara, Ilmu Administrasi Negara (Bandung Pustaka setia 2012) hal 171. Di akses
pada 22 September 2023
Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi, (Yogyakarta: FH
UII Press, 2009), hlm. 146.
Y.W. Sunindhia. SH., dan Dra. Ninik Widiyanti. “Administrasi Negara dan Peradilan
Administrasi”. Jakarta: Rineka Cipta, 1992

Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia https://ptun-
palembang.go.id/upload_data/KOMPETENSI%20PTUN.pdf di akses pada 23
September 2023
Hukum Peradilan Administrasi negara https://www.researchgate.net/profile/Novi-
Khairunnisa/publication/366809893_Review_Buku_Hukum_Administrasi_Negara_
BAB_VI_VII/links/63b30d1aa03100368a4971e1/Review-Buku-Hukum-
Administrasi-Negara-BAB-VI-VII.pdf di akses pada 25 September 2023

15

Anda mungkin juga menyukai