Anda di halaman 1dari 18

ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3 :

1. Safitri Amalia (2120104076)


2. Vieriansyah Rayhan Pratama Putra (2120104078)
3. Winda Sari (2120104090)

Kelas : HES 3

Dosen Pengampu :
Ramiah Lubis,SH.,MH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021 / 2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kami dapat menyelesaikan tugas makalah ASAS-
ASAS HUKUM TATA NEGARA. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai mata kuliah PENGANTAR HUKUM
INDONESIA , dengan judul ‘ ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA ‘.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Ramiah Lubis,SH.,MH yang talah membantu
kami baik secara moral maupun materi.Terima Kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuang yang telah mendukung kami bisa menyesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi lagi di masa mendatang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. PENGERTIAN HUKUM TATA NEGARA..................................................................2
B. SEJARAH KETATANAGARAN INDONESIA...........................................................4
1. UUD 1945 (1945–1949)..............................................................................................4
2. RIS (1949–1950).........................................................................................................5
3. UUDS 1950 (1950–1959)............................................................................................5
4. Orde Lama (1959–1965).............................................................................................5
5. Orde Baru (1966–1998)...............................................................................................5
C. SISTEM PEMERINTAHAN..........................................................................................6
D. LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA......................................................12
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN.............................................................................................................14
B. SARAN.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Hukum tata negara adalah hukum hubungan tertentu, yang muncul dalam perjalanan
sejarah dan diatur oleh hukum yang disebut negara.
Hukum tata negara merupakan salah satu cabang dari ilmu hukum yang menjadi ilmu
yang berkonsentrasi dalam ketenagakerjaan dalam menjaga keteraturan hukum yang berjalan
di suatu negara.
Pemikiran negara hukum dimulai sejak Plato dengan konsepnya bahwa penyelenggaraan
negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan hukum yang baik
disebut dengan istilah nomoi, kemudian ide tentang pemikiran negara hukum popular pada
abad ke 17 sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme.
Ada beberapa pembagian didalam asas-asas Hukum tata negara yang meliputi:asas
Pancasila,asas negara hukum,asas kedaulatan rakyat dan demokrasi,asas negara kesatuan,asas
pembagian kekuasaan dipandang sebagai dasar negara Indonesia,karena didalamnya
mengandung lima asas sebagai berikut:asas ketuhanan yang maha esa,asas
perikemanusiaan,asas kebangsaan, asas kedaulatan rakyat,dan asas keadilan sosial.
Setelah kita mengetahui beberapa materi yang telah dibahas pada pertemuan
sebelumnya,kini saatnya kelompok kami akan menyampaikan hasil kerja kami sebagai
berikut:salah satu dalam pembahasan hukum tata negara yang akan dibahas adalah asas-asas
hukum tatanegara.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa istilah dan pengertian hukum tata negara?


2. Bagaimana sejarah ketatanegaraan Indonesia?
3. Bagaimana sistem pemerintahan Indonesia?
4. Bagaimana lembaga negara republik Indonesia?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui istilah dan pernggertian Hukum tata negara?


2. Untuk mengetahui sejarah ketatanegaraan Indonesia?
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemerintahan Indonesia?
4. Untuk mengetahui bagaimana lembaga negara republik Indonesia/

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM TATA NEGARA

Istilah hukum tata negara adalah terjemahan dari bahasa Belanda yaitu "staatsrecht".
Staats berarti negara-negara, sedangkan recht berarti hukum.Dalam kepustakan Indonesia
diartikan menjadi hukum tata negara.

Berdasarkan kepustakaan Belanda istilah staate recht mempunyai dua arti, yakni
stants recht in ruimere zin, yaitu hukum tata negara dalam arti luas, dan staats recht in engele
zin, yaitu hukum tata negara dalam arti sempit.

Hukum tata negara dalam arti luas (staats recht in ruimere zin), yaitu hukum tata
negara dalam arti sempit ditambah dengan hukum administrasi negara. Sedangkan hukum
tata negara dalam arti sempit (staats recht in engare zin). yaitu hukum tata negara positif dari
suatu negara tertentu. Atau hukum tata negara suatu negara tertentu yang berlaku pada waktu
tertentu.

Di Inggris pada umumnya dipakai dengan istilah constitutional law untuk


menunjukkan arti yang sama dalam hukum tata negara. Istilah constitutional law
dipergunakan dengan alasan bahwa dalam hukum tata negura unsur konstitusi lebih
menonjol. Sebagai variasi dari istilah constitutional law tersebut dijumpar istilah state law
yang didasarkan pada perkembangan bahwa hukum tata negaranya lebih penting.

Di Prancis dipergunakan dengan istilah Droit Constitutional yang dilawankan dengan


Droit Administratif, sedangkan di Jerman untuk istilah tata negara verfassungs recht dan
verwaltungs recht untuk istiah hukum tata negara.

Di Indonesia mengambil istilah hukum tata negara dari bahasa Belanda hal ini
disebabkan, karena bangsa Belanda pernah menjajah bangsa Indonesia yang tentunya
terhadap hukum tata negara Indonesia tidak terelakkan, bahkan lebih jauh dari itu termasuk
juga hukum pidana dan hukum perdata.

Adapun definisi hukum tata negara para ahli hukum masih terdapat perbedaan
pendapat. Hal ini disebabkan karena masing-masing ahli hukum itu berpendapat bahwa apa
yang dianggap penting akan menjadi titik berat dalam merumuskan arti hukum tata negara.
Di samping itu, juga pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berlainan.

2
3

Di bawah ini akan diuraikan definisi hukum tata negara yang dikemukakan oleh para
sarjana ilmu hukum tata negara sebagai acuan dalam memberikan rumusan hukum tata
negara, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim berpendapat bahwa, hukum tata negara
adalah sekumpulan peraturan yang mengatur organisasi daripada negara,
hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta
kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.
2. M. Solly Lubis menjelaskan bahwa, hukum tata negara adalah seperangkat
peraturan mengenai struktur pemerintahan negara, yakni peraturan-peraturan
mengenai bentuk dan susunan negara, alat-alat perlengkapannya, tugas-tigas dan
hubungan antara alat-alat perlengkapan itu.
3. Dasril Radjab mengemukakan bahwa, hukumn tata negara adalah hukum yang
mengatur organisasi negara, hubungan alat perlengkapan negara. susunan dan
wewenangnya serta hak dan kewajiban warga negara.
4. Djokosutono dalam CST Kansil mengatakan bahwa, hukum tata negara adalah
hukum mengenai organisasi jabatan-jabatan negara di dalam rangka pandangan
mereka terhadap "negara sebagai organisasi"
5. J.R. Stellinga dalam Soembodo Tikuk berpendapat bahwa, hukum tata negara
adalah hukum yang mengatur wewenang dan kewajiban alat-alat perlengkapan
negara, mengatur hak dan kewajiban warga negara.
6. Kusumadi Pudjosewojo menegaskan bahwa, hukum tata negara ialah hukum
yang mengatur bentuk negara (kesatuan atau federal), dan bentuk pemerintahan
(kerajaan atau republik), yang menunjukkan masyarakat hukum yang atasan
maupun yang bawahan, beserta tingkatan imbangannya (hierarchie), yang
selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dan masyarakat-
masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat perlengkapan (yang
memegang kekuasaan penguasa) dari masyarakat-masyarakat hukum itu, beserta
susunan (terdiri dari seorang atau sejumlah orang), wewenang, tingkatan
imbangan dari dan antara alat-alat perlengkapan itu.

Apabila diperhatikan keenam definisi hukum tata negara yang disebutkan oleh sarjana
tersebut di atas, terlihat dengan jelas adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh titik berat perhatian, lingkungan, dan pandangan
hidup masing-masing daripada para ahli hukum tata negara tersebut, sehingga tidak mustahil
4

jika setiap definisi tersebut tidak sama. Akan tetapi, di samping perbedaan, juga ada
persamaannya, yaitu membicarakan tentang organisasi negara, hubungan alat perlengkapan
negara, susunan dan wewenangnya, serta hak dan kewajiban warga negara.

Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapatiah dijelaskan, bahwa
hukum tata negara adalah hukum yang mengatur bentuk dar: susunan negara yang meliputi
alat-alat perlengkapan negara beserta susunannya, tugas, dan wewenangnya serta hubungan
dari alat-alat perlengkapan negara tersebut.

Dengan demikian, hukum tata negara mengatur negara dalam keadaan diam, karena
hanya mengatur bentuk, susunan negara, dan alat perlengkapannya beserta susunannya, tugas
dan wewenangnya, tidak mengatur bagaimana cara bekerja alat-alat perlengkapan negara itu
dalam melaksanakan tugasnya.

B. SEJARAH KETATANAGARAN INDONESIA

Sejarah ketatanegaraan Indonesia

sejarah ketatanegaraan Indonesia dan perkembangannya dapat dibagi menjadi 4 periode,


yaitu:

 Periode pertama yang berlangsung pada 18 Agustus 1945–27 Desember 1949


 Periode kedua yang berlangsung pada 27 Desember 1949–17 Agustus 1950
 Periode ketiga yang berlangsung pada 17 Agustus 1950–5 Juli 1959
 Periode keempat yang berlangsung pada 5 Juli 1959–sampai sekarang

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sejarah ketatanegaraan di Indonesia


pasca kemerdekaan dapat dibagi menjadi 5 periode, yaitu:

1. UUD 1945 (1945–1949)


Pasca pemberlakuan UUD 1945 (18 Agustus 1945), dihasilkan 3 unsur proklamasi,
yaitu:

 Kedaulatan penuh dalam mengatur/menata sistem ketatanegaraan sendiri.


 Pemindahan kekuasaan diselenggarakan dalam waktu singkat.
 Pemberitahuan kepada seluruh rakyat & internasional.
5

2. RIS (1949–1950)
 Belanda masih ingin menguasai Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Terjadi
perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947 yang menghasilkan:
 Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatera. Di
wilayah lainnya yang berkuasa adalah Belanda.
 Belanda & Indonesia akan bekerja sama dalam membentuk Republik Indonesia
Serikat (RIS).
 Terjadi Konferensi Meja Bundar: berubahnya dari negara kesatuan ke negara serikat.

3. UUDS 1950 (1950–1959)


 Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
 Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah.
 Presiden berhak membubarkan DPR.

4. Orde Lama (1959–1965)


 Dekrit presiden 5 Juli 1959:
 Berlakunya kembali UUD 1945.
 Dibubarkan Konstituante.
 Pembentukan MPRS dan DPAS.

5. Orde Baru (1966–1998)


 Diawali dengan supersemar.
 Orde Baru bertekad menjalankan UUD 1945 & Pancasila secara murni & konsekuen.
 Demokrasi Pancasila di bawah kepemimpinan Soeharto (sistem presidensial).
 Pemilu 5 tahun sekali tetapi tidak demokratis.
 Kuatnya kekuasaan presiden dalam menopang & mengatur seluruh proses politik,
terjadi sentralistik kekuasaan pada presiden.
 Pembangunan ekonomi terlaksana tetapi tidak berbasis ekonomi kerakyatan.

Perkembangan ketatanegaraan yang semakin pesat akan berpengaruh secara signifikan


terhadap ketatanegaraan dari suatu negara.
6

C. SISTEM PEMERINTAHAN

1. Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan


Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan
Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah
kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.

Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.

2. Pengertian Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan.
Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan,
tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang
berasal dari kata perintah. kata-kata itu berarti:

a) Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau


b) Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c) Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu
tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling
bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.
7

Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan
menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan membentuk undang-
undang; Dan Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran
atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga
eksekutif, legislative dan yudikatif.

Jadi, system pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara,


hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara yang bersangkutan.

Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu system pemerintahan Indonesia
bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di
negara Indonesia.

Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah kepala
negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan melaksakan
kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen akan dipimpin oleh
seorang menteri. Apabila semua menteri yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana
menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet. Kabinet dapat berbentuk presidensial,
dan kabinet ministrial.

3. Perbandingan Antara Indische Staatsregeling Dengan UUD 1945

Secara umum telah diyakini bahwa sistem pemerintahan Indonesia menurut Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) itu adalah sistem presidensial. Keyakinan ini secara yuridis
samasekali tidak berdasar. Tidak ada dasar argumentasi yang jelas atas keyakinan ini.

Apabila diteliti kembali struktur dan sejarah penyusunan UUD 1945 maka tampaklah
bahwa sebenarnya sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 itu adalah sistem
campuran. Namun sistem campuran ini bukan campuran antara sistem presidensial model
Amerika Serikat dan sistem parlementer model Inggris. Sistem campuran yang dianut oleh
8

UUD 1945 adalah sistem pemerintahan campuran modelIndische Staatsregeling (‘konstitusi’


kolonial Hindia Belanda) dengan sistem pemerintahan sosialis model Uni Sovyet.

Semua lembaga negara kecuali Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), merupakan


turunan langsung dari lembaga-lembaga pemerintahan Hindia Belanda dahulu, yang
berkembang melalui pengalaman sejarahnya sendiri sejak zaman VOC. Sementara itu, sesuai
dengan keterangan Muhammad Yamin (1971) yang tidak lain adalah pengusulnya, MPR itu
dibentuk dengan mengikuti lembaga negara Uni Sovyet yang disebut Sovyet Tertinggi.

4. Sistem Pemerintahan indonesia


A. sistem pemerintah negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen

Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum


diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.

1) Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).


2) Sistem Konstitusional.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia


menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini
dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri
dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut
dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
9

yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
kompak dan solid.

Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan
pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem
pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak
merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.

Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional
atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan
bahwa konstitusi negara itu berisi

1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,


2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau
amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah
diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.

B. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah


Diamandemen

Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945
dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang
baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.


10

1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR.
DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai


berikut;

1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.


Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru
tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks
and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan
pengawasan dan fungsi anggaran.
11

Sebelum diadakan amandemen UUD 1945, sebagai konstitusi tertulis UUD 1945
menyediakan satu pasal yang khusus mengatur tentang cara perubahan UUD, yaitu pasal 37,
yang berbunyi :

a. Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota


MPR harus hadir.
b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota
yang hadir.

Amandemen UUD 1945 dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

1. Amandemen Pertama (19 Oktober 1999)


2. Amandemen Kedua (18 Agustus 2000)
3. Amandemen Ketiga (10 November 2001)
4. Amandemen Keempat (10 Agustus 2)

a. Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia


 Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
 Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak dibayangi
krisis kabinet.
 Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR.
b. Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
 Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di tangan
Presiden.
 Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden.
 Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
 Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.

1, Sistem pemerintahan Indonesia dari masa ke masa

Secara garis besar sejarah Indonesia terbagi atas tiga masa, yaitu masa Orde lama,
masa Orde baru, dan masa reformasi.

a. Sistem pemerintahan Indonesia masa orde lama


12

Masa pemerintahan orde lama berjalan dari tahun 1945 hingga tahun 1968 di bawah
kepemimpinan presiden Soekarno. Penyebutan masa “orde lama” merupakan istilah yang
diciptakan pada masa orde baru. Sebenarnya Soekarno tidak begitu menyukai istilah “orde
lama” ini. Ia lebih suka menyebut masa kepemimpinannya dengan istilah “orde revolusi”.
Pada tanggal 18 agustus 1945, Indonesia mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar Negara.
Sebenarnya di bawah UUD 1945 telah tercantum bahwa Indonesia menggunakan system
pemerintahan presidensial.namun setelah tiga bulan terjadi penyimpangan terhadap UUD
1945.

Penyimpangan itu adalah mengenai pembentukan cabinet parlementer dengan Sultan


Syahrir sebagai perdana menteri. Sehingga pada masa ini, dipengaruhi oleh Belanda,
Indonesia menggunakan system parlementer. Masa parlementer berakhir ketika
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

b. System pemerintahan masa orde baru

Istilah “orde baru” di pakai untuk memisahkan kekuasaan era Soekrno (orde lama)
dengan masa kekuasaan era Soeharto. Era orde baru juga digunakan untuk menandai setelah
masa baru setelah ditumpasnya pemberontakan PKI tahun 1965. Pada masa orde baru,
awalnya demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan. Namun, dalam perkembangannya
kehidupan demokrasi era orde baru tidak jauh berbeda dengan demokrasi terpimpin. System
pemerintahan presidential juga terlihat ditonjolkan.kemudian soeharto menetapkan demokrasi
pancasila sebagai system pemerintahan Indonesia.

c. System pemeritahan masa reformasi

Era reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan soeharto pada tahun 1998 hingga
sekarang. Pada era reformasi, pelaksnaan system pemerintahan demokrasi pancasila
diterapkan sesuai dengan asa demokrasi yang berlandaskan pancasila. Pada era ini,
pemerintahan memberikan ruang gerak kepada partai politik dan DPR untuk turut serta
mengawasi pemerintahan secara kritis.

D. LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


13

Lembaga negara adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar


1945. Lembaga negara sebelum diadakan amandemen (perubahan) Undang-Undang Dasar
1945 terdiri atas:

1. Lembaga tertinggi.negara, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tercantum


dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945.
2. Lembaga tinggi negara, yaitu:
a. Presiden tercantum dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 15 Undang Undang Dasar
1945.
b. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) tercantum dalam Pasal 16 UUD 1945.
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tercantum dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal
22 Undang-Undang Dasar 1945.
d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang
Dasar 1945.
e. Mahkamah Agung (MA) tercantum dalam Pasal 24 dan 25 Undang-Undang Dasar
1945.

Sedangkan lembaga negara hasil amandemen (perubahan) Undang Undang Dasar


1945 hanya terdapat lembaga tinggi negara saja, yaitu:

1.Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

2.Presiden dan wakil presiden.

3.Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

4.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

5.Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

6.Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

7.Mahkamah Agung (MA).

8.Mahkamah Konstitusi (MK).

9.Komisi Yudisial (KY).


14

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Asas adalah pedoman,dasar,suatu hal yang menjadikan pokok dasar.didalam undang-


undang Dasar 1945 dimana asas didalam hukum tatanegara dapat yang mana merupakan
suatu hukum positif dan juga pengaturan tentang suatu asas-asas serta pengertian-pengertian
dalam penyelenggaraan negara.sehingga asas memberikan sebuah arahan dan petunjuk
dalam sebuah hukum atau aturan yang menjadi suatu pijakan apakah hal-hal bisa masuk ke
dalam sebuah aturan atau tidak maka harus dilihat dan memenuhi Segala unsur asas-asas
yang berlaku.

Asas-asas hukum tatanegara terdiri dari:

1. asas Pancasila
2. asas negara hukum
3. asas kedaulatan rakyat dan demokrasi
4. asas negara kesatuan
5. asas pembagian kekuasaan dalam check and balances

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isi dan cara penulisan.untuk itu kami sebagai pemakalah mohon maaf
apabila pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang kami sajikan.dan Kritik, beserta
saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan
makal
DAFTAR PUSTAKA
https://m.kumparan.com/amp/berita-terkini/sejarah-ketatanegaraan-indonesia-dan-
perkembangannya-1wJy77fUte6

https://umumsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sistem-pemerintahan-
indonesia-20

Ishaq,. (2014). Pengantar Hukum Indonesia (PHI). Depok: Rajawali

15

Anda mungkin juga menyukai