Dosen Pengampu :
Dr. H. Hadirin Suryanegara, M.AP.
Disusun Oleh :
Kiki Lucki Aliansyah
Melsy Aggreani Lidwina Loi
Muhamad Alfian Khairul Alam
Nabila Syifa Apriliana
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelsaikan makalah ini. Atas rahmat dan anugrahnya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjuduk “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia” dengan tepat
waktu. Makalah “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia” disusun guna memenuhi tugas PPKN
yang diberikan oleh dosen kami yaitu Dr.H.Hadirin Suryanegara,M.AP. dari Universitas
Singaperbangsa Karawang. Selain itu kami juga berharap dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen PPKN kami yaitu Bapak
Dr.H.Hadirin Suryanegara,M.AP yang telah memberikan tugas ini yang dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................ 4
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
2.1 Negara Hukum .................................................................................................................................. 5
2.1.1 Perkembangan Konsep Negara Hukum .................................................................................. 5
2.1.2 Ciri-ciri Negara Hukum .......................................................................................................... 10
2.2 Hak Asasi Manusia ......................................................................................................................... 14
2.2.1 Kerangka Hak Asasi Manusia ................................................................................................ 15
2.2.2 Macam-macam Hak Asasi Manusia ....................................................................................... 16
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 19
PENUTUP .................................................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HAM atau hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia.
Negara hukum atau memiliki istilah rechtsstaat atau the rule of law merupakan negara yang
dalam menjalankan suatu tindakan, semua berdasarkan pada aturan atau sesuai dengan hukum
yang berlaku. Belakangan ini, isu mengenai HAM mulai dibicarakan oleh khalayak umum.
Maraknya pelanggaran HAM yang terjadi di dunia membuat masyarakat menuntut bahwa
pemerintah harus menangani kasus-ksus pelanggaran HAM dengan baik dan benar agar tidak
terjadi lagi kasus yang serupa. Oleh karena itu, penerapan hukum yang berkaitan dengan HAM
harus tegas dan jelas. Makalah ini dibuat agar para pembaca memahami apa itu Negara hukum
dan hak asasi manusia.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa itu Negara Hukum
2. Menjelaskan apa itu HAM
BAB 2
PEMBAHASAN
Sebutan Negara Hukum merupakan terjemahan langsung dari rechsstaat, sebutan ini
dikenal di Eropa sejak abad XIX meskipun pemikiran tentang hal tersebut telah ada sejak lama.
Sedangkan sebutan The Rule of Law mulai dikenal dengan terbitnya sebuah buku dari Albert
Venn Dicey tahun 1885 yang diberi judul “Introduction to the study of the constitution”. Dari
latar belakang dan sistem hukum yang menopangnya, terdapat perbedaan antara keduanya. Pada
dasarnya kedua konsep itu mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama, yaitu pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Meskipun dengan sasaran yang sama,
keduanya tetap berjalan dengan sistem sendiri yaitu sistem hukum sendiri.
Konsep rechsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya
revolusioner. Sebaliknya konsep The Rule of Law berkembang secara evolusioner. Hal ini
tampak dari isi atau kriteria rechsstaat dan kreteria The Rule of Law. Konsep rechtsstaat
bertumpu atas sistem hukum kontinental yang disebut civil law yang mempunyai karakteristik
administrative. Sedangkan konsep The Rule of Law bertumpu atas sistem hukum yang disebut
common law memiliki karakteristik judicial.
Oleh karena itu menurut Friedman antara pengertian Negara Hukum atau rechtsstaat dan
Rule of Law sebenarnya saling mengisi. Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of law adalah
kekuasaan publik yang diatur secara legal. Oleh karena itu setiap organisasi atau persekutuan
hidup dalam masya-rakat termasuk negara mendasarkan pada Rule of law. Atas dasar pengertian
tersebut maka terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap
kekuasaan secara yuridis normatif. Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi menjadi
sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Konstitusi dalam hubungan ini dijadikan sebagai
perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh Negara dan pejabat-pejabat pemerintah
sesuai dengan prinsip government by law, not by man (pemerintah berdasarkan hukum, bukan
berdasarkan manusia atau penguasa).(Jumiati, 2006)
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law) Dalam Negara
Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu,
atau memdiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Di dalam prinsip ini,
terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan
pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi
semua warga Negara.
4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan
pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu:
• Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara
berkala;
• Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat;
• Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan mengontrol
pemerintah;
• Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh semua
pihak;
• Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat;
• Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
• Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan partisipasi
rakyat secara efektif.
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang
bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut:
• Asas-asas umum peerintahan yang layak;
• Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat manusiawi
dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan, khususnya dalam
konstitusi;
• Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan yang
jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus
diselenggarakan secara efektif dan efisien.
Muhammad Tahir Azhary dengan mengambil inspirasi dari sistem hukum Islam, mengajukan
pandangan bahwa ciri-ciri nomokrasi atau Negara Hukum yang baik itu mengandung 9
(sembilan) prinsip, yaitu:
1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah;
2. Prinsip musyawarah;
3. Prinsip keadilan;
4. Prinsip persamaan;
5. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
6. Prinsip peradilan yang bebas;
7. Prinsip perdamaian;
8. Prinsip kesejahteraan;
9. Prinsip ketaatan rakyat.(Asshiddiqie, 2006)
8. Kebebasan berorganisasi
Selain menjamin kebebasan berpendapat, pasal 28 dalam undang undang dasar
1945 ini juga mengatur tentang kebebasan warga negara untuk berkumpul. Berkumpul
disini bisa ditafsirkan sebagai kebebasan untuk berorganisasi. Dalam berorganisasi ini,
masyarakat bisa bertukar pikiran dan mengluarkan pendapat demi perbaikan negara.
Kebebasan berorganisasi ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan hak asasi
manusia yang telah menjadi unsur utama dalam negara hukum.
Di Indonesia, kebebasan untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat ini telah
dijamin sejak konstitusi resmi negara Indonesia ditetapkan. Akan tetapi, dalam
kenyataannya, kebebasan warga negara untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat ini
baru terlihat dan berkembang pesat di era reformasi. Seperti yang kita tahu, era reformasi
dimulai pada sekitar tahun 1998. Salah satu contoh perkembangan aktivitas berkumpul
dan mengeluarkan pendapat tersebut bisa kita temukan dalam pembentukan partai politik.
sebelum reformasi, kita hanya mengenal paling tidak 3 partai politik yang bisa dipilih.
Akan tetapi, pada pemilu pertama pasca reformasi, kita mempunyai 48 partai politik
untuk dipilih. Memperlihatkan bahwa warga negara banyak yang menggunakan partai
politik untuk berserikat dan berkumpul, selain untuk menggunakannya sebagai kendaraan
politik.
d. Hak keadilan :
1) Berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan, hukum yang
adil.
2) Berhak mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama dihadapan
hukum.
3) Dalam hubungan kerja berhak mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak.
4) Berhak atas status kewarganegaraan.
5) Berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja.
6) Berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
e. Hak kemerdekaan :
1) Berhak memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.
2) Berhak atas kebebasan menyatakan pikiran dan sikap sesuai nurani.
3) Bebas memilih pendidikan dan pengajaran
4) Bebas memilih pekerjaan
5) Berhak memilih kewarganegaraan
6) Bebas bertempat tinggal di wilayah negara, meninggalkannya dan berhak untuk
kembali
7) Berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
g. Hak keamanan :
1) Berhak atas rasa aman dan perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
2) Berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan hak
miliknya.
3) Berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari negara lain
4) Berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia.
5) Berhak ikut serta dalam upaya perbedaan negara.
h. Hak kesejahteraan :
1) Berhak hidup sejahtera lahir dan bathin
2) Berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
3) Berhak untuk bertempat tinggal serta kehidupan yang layak
4) Berhak memperoleh kemudahan perlakuan khusus di masa kanakkanak, di hari
tua, dan apabila menyandang cacat.
5) Berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia bermartabat.
6) Berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh di
ambil secara sewenang-wenang oleh siapapun.
7) Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.(Ii &
Franchise, 2001)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam penyelesaian konflik kebebasan beragama berdasarkan Hak
Asasi Manusia adalah Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing- masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 29 ayat (2), Pasal 28E ayat (1) dan (2), Pasal 28I
ayat (1) dan Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 22 ayat (1) dan
(2) juga tentang Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang disahkan dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik Pasal 18
ayat (1) dan (2). Pemerintah indonesia juga menggunakan cara penyelesaian konfik kebebasan
beragama melalui mediasi, sehingga asas kesetaraan dan non diskrimanasi dapat diterapkan kepada
semua pihak.Terjadinya konflik dalam kebebasan beragama disebabkan banyak masyarakat dan bahkan
pemangku kepentingan dalam hal ini adalah penyelenggara pemerintahan setingkat desa yang belum
paham kebebasan beragama yang secara formal dijamin oleh berbagai macam peraturan termasuk
didalam konstitusi negara Republik Indonesia, sehingga terciptanya celah-celah yang dapat
dimanfaatkan oleh sekelompok oknum
3.2 Saran
Negara sebagai pembuat kebijakan baik di pusat dan di daerah harus memperhatikan nilai-nilai prinsip
Hak Asasi Manusia disetiap regulasi/peraturan terutama yang masih mengandung unsur agama
tertentu. Hal ini harus selaras dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam hal
kebebasan beragama. Pemerintah sesegera mungkin untuk menarik peraturan yang masih mengandung
unsur agama tertentu kemudian membuat peraturan yang sinkron terhadap nilai-nilai hak asasi manusia
dalam beragama dan menindak dengan tegas pelaku-pelaku yang menggunakan kekerasan
beragama.Pemerintah harus tegas melindungi dan menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan
warga negara sesuai perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Daftar Pustaka