Anda di halaman 1dari 4

PINJOL ILEGAL, DARI PENYEBARAN DATA PRIVACY HINGGA PENAGIHAN

YANG SADIS

Vina Alika
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Singaperbangsa Karawang
Email : 2010631190108@student.unsika.ac.id
Disusun Untuk Dimuat Di Remotivi.or.id

Pinjaman online kerap kali menjadi pelarian bagi masyarakat yang membutuhkan dana
dadakan pada saat keadaan krisis. Dengan adanya pinjaman online, beberapa permasalahan
masyarakat dapat terbantu contohnya kebutuhan rumah tangga, masyarakat yang terjerat
utang, dan sebagainya. Di samping itu, masyarakat sering kali tergiur dengan tawaran-
tawaran pinjaman online yang menarik dan menggiurkan. Selain karena proses pencairan
dana yang mudah, persyaratan yang diberikan juga tidak terlalu banyak, hanya membutuhkan
foto KTP, foto selfie, foto selfie beserta dengan KTP, dan juga menyertakan banyaknya gaji
yang diperoleh dari hasil bekerja. Tidak heran bahwa banyak masyarakat yang menggunakan
jasa pinjaman online bahkan mereka tidak mengetahui bahwa pinjaman online tersebut
merupakan pinjaman online ilegal atau pinjaman online yang tidak terdaftar pada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Di Indonesia, masih banyak pinjaman online yang mengaku-ngaku
sudah terdaftar dalam OJK di mana pada kenyataannya pinjaman online tersebut belum
terdaftar dalam badan hukum sehingga masyarakat yang minim akan pengetahuan terkait
pinjaman online ilegal tidak mengetahui legalitas perusahaan teknologi finansial tersebut dan
mereka secara tidak langsung terjerumus dalam perjanjian ilegal yang dapat mengancam data
privacy. Pinjaman online ilegal merupakan finansial teknologi yang tidak terdaftar dalam
OJK sehingga prosedur kerja tidak mengikuti ketentuan dari OJK (Syarvina & Sudiarti,
2022). Alhasil, banyak masyarakat yang terlilit dengan pinjaman online ilegal merasakan
dampak yang begitu menyakitkan.

Pandangan saya mengenai fenomena pinjaman online ilegal tersebut, kemampuan media
online abad ini sudah tidak dapat dibilang sederhana karena masyarakat dapat mengakses dan
mengkonsumsi berbagai macam informasi bahkan menjadi produsen dari suatu informasi.
Seperti halnya pada salah satu dampak dari pinjaman online ilegal. Dapat diketahui bahwa,
terdapat suatu komunitas group chat yang diisi oleh pihak-pihak dari pinjaman online ilegal
tersebut. Setiap melakukan pinjaman, data peminjam akan disebar oleh pihak pinjaman
online ilegal dan memberitahukan bahwa peminjam tersebut bahwa peminjam tidak
membayar utang sehingga data privacy peminjam akan tersebar kepada para pihak pinjaman
online ilegal bahkan sampai menyebar dan memberitahukan kepada seluruh kontak teman
atau kerabat peminjam. Data privacy yang disebar biasanya berupa foto selfie dan foto KTP
di mana kedua data tersebut merupakan data yang penting dan dapat disalahgunakan oleh
orang lain. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa cybercrime dapat terjadi bahkan
saat seseorang berurusan dengan pinjaman online ilegal. Penyebaran data privacy secara
brutal ini dilakukan agar peminjam menerima efek jera atas keterlambatan membayar bahkan
tidak membayar utang tetapi hal tersebut dapat dibilang tidak beretika dan tidak manusiawi.

Dalam contoh tersebut, dapat dikatakan juga bahwa pengguna media baru merupakan
produsen sekaligus konsumen daripada sebuah konten. Konten yang dibagikan merupakan
konten data privacy seseorang di mana hal ini merupakan sebuah kejahatan siber yang sangat
keji dan dapat mendapatkan hukuman. Konten yang dibagikan akan menjadi suatu artefak
media baru di mana hal ini akan merugikan si peminjam karena data privacy yang disebar
sangat mustahil untuk dihapus terkecuali jika pihak-pihak yang menyebarkan menghapus
penyebaran data privacy peminjam dengan dukungan fitur “delete message” atau “undo
message” pada aplikasi yang digunakan. Tetapi hal ini bahkan tidak bisa secara keseluruhan
membersihkan jejak-jejak digital pengiriman data privacy yang dilakukan oleh para pihak
pinjaman online ilegal dikarenakan jejak digital pengiriman data privacy kepada kerabat
bahkan teman yang ada pada kontak gawai peminjam sangat sukar dihapus. Hal ini dapat
terbilang karena banyaknya kontak yang menerima data privacy si peminjam. Selain itu
penyebaran kontak yang dilakukan oleh pihak pinjaman online ilegal dapat meningkatkan
kerugian si peminjam. Hal ini karena data privacy yang disebarkan dapat disalahgunakan
oleh kontak-kontak yang menerima data privacy peminjam. Maka dari itu cybercrime yang
dilakukan oleh para pihak pinjaman online dapat menghasilkan hukuman. Menurut
(Kurniawan, 6/6/2021), di Indonesia sendiri sudah mengeluarkan pasal terkait penyebaran
data privacy di media baru atau internet sehingga pihak pinjaman online ilegal yang sudah
menyebarkan data privacy peminjam akan dikenakan Pasal 32 juncto (jo) Pasal 48 UU No.
11 Tahun 2008 Juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE).
Selain penyebaran data privacy yang dapat menghasilkan dampak berkepanjangan, terdapat
dampak penagihan yang tidak beretika juga dilakukan oleh pihak peminjam online ilegal.
Seorang peminjam yang tidak membayar utang dengan bunga yang sangat besar akan diteror
oleh pihak peminjam online ilegal secara online maupun offline. Pada suatu contoh kasus
untuk mendukung bukti dalam artikel ini, penulis melakukan sedikit wawancara kepada salah
satu kerabat penulis yang pernah menjadi korban daripada pinjaman online ilegal, sebut saja
B. Selain penyebaran data privacy B yang telah tersebar, B juga mendapat kekerasan serta
ancaman saat pihak pinjaman online ilegal tersebut melakukan tagihan. Pada penagihan
secara online, dilakukan melalui sms dan juga whatsapp di mana dalam penagihan melalui
whatsapp, pihak pinjaman online ilegal tersebut menggunakan avatar “orang timur” sehingga
menghasilkan persepsi bahwa si penagih merupakan orang yang sangar sehingga peminjam
akan takut. Pada saat melakukan penagihan, pihak pinjaman online ilegal tersebut
mengancam dengan ancaman yang keji, selain itu pihak pinjaman online ilegal tersebut juga
merendahkan bahkan melakukan pelecehan seksual secara verbal kepada B. Dari contoh
tersebut dapat dikatakan bahwa penagihan yang dilakukan oleh pihak pinjaman online ilegal
sangat tidak beretika dan tidak manusiawi.

Jika dianalisis dari contoh tersebut, pihak pinjaman online ilegal menggunakan avatar “orang
timur” sehingga menghasilkan persepsi sangar atau jahat. Menurut Jordan (1999) dalam
(Nasrullah, 2017) avatar menjadi unsur penting dalam pembentukan identitas virtual untuk
menunjuk maksud dari identitas online tersebut di mana avatar menjadi representasi dari
karakter online. Term ini digunakan para pihak peminjaman online ilegal agar
merepresentasikan kesangaran atau keseraman kepada para peminjam sehingga para
peminjam merasa takut dan terdesak untuk membayar utang. Dari kasus tersebut, penulis
dapat mengatakan bahwa hal ini merupakan diskriminasi ras karena dapat menimbulkan
persepsi negatif terhadap ras timur. Selain itu, pengancaman hingga pelecehan seksual yang
dilakukan oleh pihak penagih pinjaman online ilegal merupakan suatu tindakan cybercrime
karena hal ini dapat menimbulkan efek langsung kepada para peminjam. Di Indonesia sendiri,
menurut (Kurniawan, 6/6/2021) terdapat hukuman yang mengacu atas tindakan ancaman
kepada pengguna lain, pihak pinjaman online ilegal secara tidak langsung akan dijatuhi
hukuman dengan Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 29 jo
Pasal 45B UU ITE tentang pemberian ancaman. Maka dari itu mengancam seseorang baik di
dunia virtual bahkan offline dapat dijatuhi hukuman.
Dari fenomena tersebut, penulis menemukan beberapa solusi agar kedepannya para pembaca
tidak akan terpengaruh bahkan dapat lepas dari pinjaman online ilegal. Pertama, para
masyarakat harus mengetahui perbedaan pinjaman online ilegal dan pinjaman online yang
berstandar OJK. Pinjaman online ilegal biasanya ditawarkan melalui SMS dan tidak
mempunyai aplikasi yang terdaftar dalam play store. Menurut (Syarvina & Sudiarti, 2022),
pinjaman online ilegal mempunyai ciri ciri 1). Tidak berstandar OJK, 2). Dana mudah dapat
dicairkan dengan syarat yang sangat mudah, 3). Informasi perusahaan yang tidak transparant,
4). Keamanan yang rendah dan dapat dibobol, dan lain-lain. Selain solusi tersebut,
masyarakat yang menjadi korban pinjaman online ilegal dapat melaporkan kasusnya kepada
pihak berwajib sehingga pihak OJK dan juga pihak yang berwajib dapat memberantas
pinjaman online ilegal dan juga menghukum pihak-pihak yang berkaitan dengan pinjaman
online ilegal tersebut. Penulis harap masyarakat dapat menghindari bahkan tidak sama sekali
terkait dengan pinjaman online ilegal.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, A. (2021, Juni 12). Waspada! Penyebaran Data Pribadi, Pinjol Ilegal Saling
Berhubungan. https://www.idxchannel.com/economics/waspada-penyebaran-data-pribadi-
pinjol-ilegal-saling-berhubungan. Diakses tanggal 23 Mei 2022 pada 10:53 WIB
Nasrullah, R. (2017). Khalayak Media : Identitas, Ideologi, dan Perilaku Pada Era Digital (N. S.
Nurbaya, Ed.; Pertama). Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Syarvina, W., & Sudiarti, S. (2022). Analisa Risiko Pinjaman Online Ilegal dalam Praktik
Teknologi Finansial. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 22(1), 18–28.
https://doi.org/10.30596%2F8939
 

Tentang Penulis : Vina Alika/Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas


Singaperbangsa Karawang
Nama saya Vina Alika, saya merupakan Mahasiswi Ilmu Komunikasi
Universitas Singaperbangsa Karawang Semester 4. Sekarang ini, saya sangat
tertarik untuk membangun passion saya di bidang menulis.

Anda mungkin juga menyukai