Anda di halaman 1dari 9

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019

“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”


ISBN: 978-623-7496-14-4

Penyelesaian Kasus Kejahatan Internet (Cybercrime) dalam


Perspektif UU ITE No.11 TAHUN 2008 dan UU No.19 Tahun
2016
Hamsu Abdul Gani1, Andika Wahyudi Gani2
1FakultasTeknik, Universitas Negeri Makassar
2FakultasIlmu Sosial, Universitas Negeri Makassar
E-mail: hamsuabdulgani@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana penyelesaian kasus pidana tertentu yang terjadi internet
atau cybercrime dalam perspektif Undang-Undang (UU) ITE no. 11 tahun 2008 dan UU ITE no. 19 tahun 2016 di
Kota Makassar. Tujuannya adalah untuk menelaah sejauhmana efektifitas UU ini dalam penyelesaian kasus-kasus
jehatan yang terjadi dalam internet atau cyberspace yang demikian kompleks dan beragam modus. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah empiris-kualitatif. Data-data dikumpulkan dari lapangan dengan teknik
wawancara dan observasi. Dari data tersebut selanjutnya dianalisis dengan pendekatan sosiologi hukum (sosio-legal)
dan undang-undang (constitutional statute). Sebagai hasilnya, peneliti menemukan bahwa anatara tahun 2015 sampai
tahun 2017 setidaknya terdapat 26 kasus terkait pelanggaran pidana tertentu, cybercrime, dan selanjutnya dijerat
hukum berdasarkan UU ITE tahun 2008 dan 2016. Adapun jenis kejahatannya beraneka ragam, mulai dari
menghecking account media social orang lain hingga penipuan dan hoaks..Lebih jauh, penelitian ini melihat bahwa
UU ITE yang dijadikan secagai perangkat hukum masih belum cukup memadai mengingat kompleksitas persoalan
yang terjadi dalam cyberspace berikut modus kejahatan yang mengiringinya.

Kata Kunci: Cybercrime, cyberspace, UU ITE, Sosio-Legal, Kompleks.

Abstract. This research describes about how the constitution of electronic and technological Information (ETI) of the
Republic of Indonesia in 2008 number 11 dan in 2016 number19 resolve cybercrimen in Makassar, South Sulawesi.
The aim is to scrutinize the effectivity of the constitution have accomplished a planty of complex cases occuring in
the internet or cyberpace and followed by various modes. The method of this research is empirical-qualiatative. The
data were collected by interview technique and observation. Forthermore, the data are analysed by both approaches
socio-legal and constitutional statute. In the result, researchers discovered that these are twenty six cases and reports
deal with cybercrime in the official police of Makassar in from 2015 until 2017. Although the its cybercrimes were
decided according by the ETI constitution (2008 and 2016), but it was inadequate to resolve a plenty of the
cybercrime which are complex and rapid in cyberspace flourishing unpredictably.

Keywords: Cybercrime, Cyberspace, ETI Constitution, Socio-Legal, Complex

Perkembangan teknologi informasi ini


PENDAHULUAN
pada gilirannya merubah tatanan masyarakat dan
Peradaban manusia telah menciptakan laku sosial. Bahkan, tidak hanya sampai di situ,
perkembangan teknologi dan informasi yang tapi juga merubah realitas perekonomi,
semakin canggih dan kompleks dari hari ke hari. kebudayaan, politik dan juga hukum. Oleh sebab
Tujuannya tentu saja untuk mempermudah itu, dibalik manfaatnya yang positif, teknologi
aktivitas manusia menjadi lebih efektif dan efisien. internet juga pada sisi lain membawa dampak
Saat ini, perkembangan tersebut telah menembus negatif yang sedikit. Salah satunya adalah
batas-batas waktu dan teritoial. Teknologi baru dijadikannya sebagai sarana melakukan kejahatan,
yang bernama internet ini telah memperpendek yang selanjutnya dikenal dengan istilah kejahatan
jarak serta mempersingkat waktu. Akibatnya, internet atau cybercrime (Amirullah, 2011: 1).
pergaulan antara individu semakin cair dan tidak Selain dikenal dengan istilah cybercrime,
terbatas. Dengan kata lain, ruang dan waktu spasial istilah ini juga disebut computer-related crime,
menjadi semakin relatif, sehingga batas antar yakni suatu jenis kejahatan manusia yang
negara pun menjadi semakin kabur (borderless). dilakukan di dunia mayantara atau internet
Seseorang pada tempat dan waktu yang sama dapat melalui sarana komputer untuk meraup
berkomunikasi dan sharing dengan yang lain dari keuntungan sebanyak-banyaknya dari orang lain,
Negara dan Benua berbeda hanya dengan duduk baik dengan cara menipu, membohongi publik,
manis di sofa rumahnya. Semua hal tersebut membobol rekening orang lain, maupun dengan
merupakan manfaat positif teknologi bagi cara mengacak sistem informasi suatu negara.
kehidupan manusia. Menurut Enggarani (2012: 151) bahwa tindakan

121
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

ini dilakukan oleh segelintir orang yang informasi atau iklan melalui email. Kata lain dari
memanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri spam ini adalah sampah, karena pelaku sengaja
namun merugikan orang lain. Bahkan, dalam mengirimkan informasi yang tidak dikehendaki
beberapa kasus, kejahatan jenis ini memiliki dan mintah oleh pemiliki account, dan bahkan
potensi yang dapat menyebabkan kerugian besar yang lebih dari itu hingga informasi tertentu baik
bagi para korbanya di bandingkan jenis kejahatan berupa iklan maupun surat yang (seolah-olah)
konvensional atau tradisional. Seperti misalnya, resmi, namun hanya dipergunakan untuk
pencurian melalaui modus hacking. kepentingan penipuan. Ketujuh, adalah Cyber
Fenomena kejahatan dunia maya Pornography, yakni penyebaran video pernografi
(internet) semakin meningkat dari waktu ke waktu. melalui internet. Kedelapan, Online Bambing,
Bahkan, modus kejahatannya pun semakin yakni bentuk kejahatan perjudian yang dilakukan
beragam, mulai kasus penipuan hingga pembolan secaran online. Kesembilan, adalah hoax, yakni
rekening Bank. Bentuk penipuan pun bermacam- menyeberkan informasi bohong dengan sengaja
macam, mulai dari penggunaan akun palsu di yang kemudian meresahkan masyarakat. Informasi
media sosial, produk yang seolah-olah menjanjikan ini biasanya produksi oleh seseorang, baik sengaja
hadiah bagi konsumen, hingga situs website palsu mapun tidak sengaja, di media soasial dan
yang mengiming-iming hadiah ratusan jutaan selanjutnya direproduksi oleh media.
rupiah. Adapun pembobolan rekening Bank Kejahatan melalui internet ini pada
bisanya dalam bentuk modus hacking dengan gilirannya melahirkan aspek hukum baru yang
mengacak jaringan pihak Bank, dan selanjutnya selanjutnya disebut rezim hukum cyber yang
menyerap saldo nasabah, atau juga langsung mencakup, yakni: hukum administrasi, perdata dan
membobol password orang-orang tertentu yang juga pidana. Ketiga bidang hukum cyber lazim
terkenal memiliki rekening “gendut”. dikenal dengan istilah cyber law. Dalam aspek
Berdasarkan pengamatan peneliti, hukum pidana, ruang lingkup cyber sangat luas,
setidaknya terdapat sembilan jenis kejahatan dunia meliputi hukum pidana materil, hukum pidana
maya (cyber crime): Pertama, Hacking, yakni formil dan hukum panentensir (Widodo, 2013: vi).
dengan modus membobol sistem keamanan Bank Di Indonesia, rezim hukum cyber masih terbilang
(Bank secuty system), atau dengan membobol kajian yang baru sehingga perlu di sosialisasikan
password nasabah (user). Pelaku jenis kejahatan secera terus menerus, baik kepada para penegak
ini disebut juga hacker, yakni orang yang memiliki hukum maupun kepada seluruh masyarakat.
kemampuan komputerisasi yang baik, namun Pada tahun 2002, berdasarkan data clear
digunakan untuk kepentingan negative; Kedua, commerce, Indonesia menduduki peringkat
adalah Cracking, yakni kejahatan dengan terbesar kedua di dunia setelah Ukraina untuk jenis
mengintip simpanan nasabah Bank, yang kejahatan carder. Menurut Anton Taba Staf Ahli
selanjutnya menginformasikannya kepada hacker. Kapolri, pada tahun 2009 Indonesia sudah
Pelakunya ini disebut juga cracker. Orang ini tidak menduduki peringkat pertama sebagai negara asal
saja berasal dari luar institusi, namun juga carder, dan pada tahun 2011 Indonesia menduduki
biasanya dilakukan oleh pihak internal sendiri atau peringkat ke 11 sebagai negara paling banyak
karyawan di suatu institusi keuangan. Modusnya melakukan pembajakan hak cipta. Bahkan, pada
dengan memberikan bocoran informasi nasabah tahun 2004 silam, kejahatan defacing (dafacing
yang memiliki saldo yang banyak; ketiga, crime) menyerang website lembaga negara,
defacing, yakni dengan membuat dan mengubah Komisi Pemilihan Umum. Oleh sebab itu, untuk
halaman website pihak lain. Modus ini semata- menangani persoalan jenis kejahatan ini,
mata hanya untuk mengganggu dan unjuk pemerintah membuat regulasi dalam bentuk
kemampuan pelakunya; keempat, Carding, yakni undang-undang (UU) yakni Informasi dan
modus penipuan dengan menggunakan nomor dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008
identitas orang lain yang diperoleh dengan cara dan diperbahui melalui UU No. 19 tahun 2016.
yang illegal. Seperti misalnya, menjual barang Alih-alih mengurangi angka kejahatan
melalui internet dengan harga murah, namun internet (cybercrime) di negeri ini, justru angka
setelah konsumen melakukan pembayaran ia tidak angkanya menunjukkan trend yang semakin
kunjung mengirimkan barangnya, karena barang meningkat dari tahun ke tahun. Seperti fenomena
yang dijualnya hanya fiktif belakan. Pelaku hoax misalnya, dapat menyerang siapa saja, baik
kejahatan ini disebut juga carder. itu person, perusahaan, maupun pemerintah itu
Kelima, Faud, yakni suatu jenis sendiri. Peruhahan yang juga pernah menjadi
kejahatan melalui memanipulasi informasi dengan korban hoax, salah satunya adalah PT. Sinar Sostro
tujuan memperoleh keuntungan dari pihak lain. Joseph, perusahaan Teh Botol Sostro.
Modusnya seperti situs lelang fiktif. Keenam, Sebagaimana dilansir oleh detiknews.com
adalah Spamming, yakni pengiriman berita (15/5/2009), telah beredar informasi yang tidak

122
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

benar di Internet bahwa Teh Botol Sostro menerima dingingnya lantai penjara. Dua kasus
mengandung zat yang berbaya, yakni; hydroxycil ini, baik oleh Jonru maupun oleh Ratna, dipandang
acid. Meskipun istilah ini sebenarnya adalah nama telah melanggar UU No. 19 tahun 2016 pasal 1 dan
kimia dari ‘air’, H20, namun masyarakat lebih 2 perubahan dari UU ITE No. 11 tahun 2008,
menerimanya tanpa filter. Terlebih, pengguna karena menyebarkan berita kobohongan kepada
Internet di Indonesia banyak tanpa kritis publik yang menimbulkan kebencian.
menerima informasi. Apabaila mengamati beberapa peristiwa
Fenomena kejahatan hoax dalam dua di atas, maka dapata dikatakan bahwa kemudahan
tahun terakhir di Indonesia bahkan menunjukkan untuk mengakses internet, pada sisi lain
grafik peningkatan dan paling banyak menyita dimanfaatkan oleh sekolompok orang yang tidak
perhatian publik. Pelakunya pun tidak mengenal bertanggung jawab. Internet yang sejatinya
usia, status dan kelas sosial. Apalagi saat ini menudahkan dan mengefektikan kerja-kerja
Indonesia memasuki tahun politik, pemilihan manusia, justru digunakan untuk tujuan yang salah
umum – pemilihan Calon Anggota Legislatif dan merugikan orang lain. Oleh sebab itu, untuk
(Pileg) dan Pemilihan Prisiden tahun 2019. menangani persoalan kejahatan internet
Informasi hoax dijadikan sebagai senjata atau (Cybercrime) ini, pemerintah menerbitkan UU ITE
maneuver bagi para aktor politik berikut orang- yaitu undang-undang No. 11 Tahun 2008 dan
orang yang memiliki interest (kepentingan) politik. merevisinya pada UU No. 19 Tahun 2016 Tentang
Manuver ini dipandang sebagai salah satu alat Informasi dan Transaksi Elektronik. Harapannya,
ampuh untuk menggiring opini publik. Bagaimana aturan ini dapat meredam dan mengatasi masalah
tidak, dengan kemudahan membagi informasi kejahatan internet. Namun demikian, perlu diingat
lewat media sosial, satu berita dapat dibaca oleh juga bahwa UU ITE ini bukanlah tindak pidana
jutaan orang dalam tempo yang relatif sangat khusus, akan tetapi juga memuat tentang
singkat. Terlebih lagi informasi tersebut memiliki pengaturan pemerintah mengani pengolaan
kemudahan untuk direproduksi secara terus informasi dan transaksi elektronik, dengan tujuan
menerus. Dalam konteks ini, dapat dilihat pembangunan teknologi informasi yang optimal
misalnya, pada pemilihan gubernur DKI Jakarta dan merata secara nasional (Ismoyo, 2014: 5).
tahun 2016 silam, di mana Ahok sebagai petaha Dari uraian persoalan ini, maka dalam
pada akhirnya harus menerima kekalahannya, hemat penulis memandang perlu untuk melakukan
meskipun masyarakat Jakarta pada survey peneltian terkait kemberlakuan UU ITE sebagai
kepuasan pelayanan dan pembangunan pada angka aturan hukum yang digunakan dalam menindak
70 persen. pelaku kejahatan internet (cybercrime). Tidak
Setidaknya terdapat dua contoh kasus hanya sampai di situ penelitian ini juga ingin
yang sempat menghebohkan publik, bahkan melihat seberapa jauh undang-undang ini efektik
melibatkan elit dan aktor-aktor politik di di negeri digunakan, baik dalam konteks preventif maupun
ini. Keduanya pun pada akhirnya berujung penjara. penindakan. Daripada itu, diharapkan persoalan
Pertama, adalah kasus Jonro, Jon Riah Umar ini dapat diurai secara lebih terang, sehingga
Ginting, pada bulan Agustus 2017 yang dilaporkan memunkinkan lahirnya revisi atau pun penguatan
Muannas Alaidin ke Mapolda Metro Jaya, karena atas undang-undang ini. Hanya dengan begitu,
menyebarkan berita bohong di facebook-nya. keadilan hukum dapat dirakan oleh seluruh warga
Sebagai akibatnya, majelis hakim Pengadilan masyarakat Indonesia.
Negeri Jakarta Timur, menjatuhkan 1,5 (satu
METODE PENELITIAN
setengah) tahun, kepada Jonro atas tidankannya
yang terbukti menyebarkan berita bohong dalam Metode yang digunakan dalam penelitian
tiga upload terakhirnya. Jonro pun pada akhirnya ini empiris-kualitatif. Data-data diperoleh melalui
harus merasakan dingin penjara selama sembilan sumber-sumber primer di lapangan dengan cara
bulan, dua per tiga masa tahanannya (dalam melukukan wawancara kepada para penegak
cnnindonesia.com/23/11/2018). Kedua, peristiwa hukum, dalam hal ini kepolisian serta pelaku dan
kebohongan yang disebar oleh Ratna Sarumpaet. korban kejahatan cybercrime. Adapun data
Kebohongan yang dilakukan oleh Ratna pada sekunder diperoleh melalui penelusuran di
bulan September 2018 mulanya hanya terbata lapangan berupa laporan serta literature-literatu
dalam lingkungan keluarganya bahwa lebam pada yang relevan dengan penelitian ini, baik daring
wajahnya akibat penganiayaan suatu kelopok maupun luring. Dari data tersebut selanjutnya
tertentu yag tidak dikenal. Kebohongan ini dianalisis dengan pendekatan sosiologi hukum
kemudian diceritaan kepada media, dan (sosio-legal) dan undang-undang (constitutional
selanjutnya direproduksi secara terus menerus oleh statute).
media hingga seantero negeri menjadi riuh.
Akibatnya, Ratna, seperti juga Jonro, pun harus

123
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

HASIL DAN PEMBAHASAN paling lengkap. Dengan tindakannya, manusia


menghadirkan dirinya secara memesonakan.
Manusia, Kejahatan dan Teknologi
Pada konteks ini, dapat dikatakan bahwa
Sokrates, Filsuf Yunani Klasik, beberapa
kejahatan merupakan sesuatu yang inheren pada
abad silam selah mengatakan bahwa manusia pada
menudia itu sendiri. Maksudnya, kebebasan yang
hakikatnya tidak bisa dipisahkan dengan manusia
merupakan sesuatu yang kodrati dalam diri
lainya dalam kehidupan bersama meski berangkat
manusia dapat sekaligus menjadi bencana baginya.
dari tujuan yang berbeda. Dalam kehidupan
Dengan kata lain, ia seperti belati bermata dua;
bersama terdapat standar normatif yang disepakati
pada satu sisi dapat digunakan pada kemanfaatan
bersama. Kesepakatan tersebut tidak melulu
yang positif, namun pada sisi lain dapat melukai
bersifat konvensional semata tapi juga dibenarkan
diri pemiliknya sendiri. Kebebasan yang sejatinya
oleh akal budi. Dalam pada itu, tindakan dalam
menjadi kendaraan yang mentarnya menjadi actus
kehidupan bersama “terhukumi” menjadi normal
humanus, justru menjadi bencana
dan tidak tidak normal. Disebut normal, karena
memenjarakannya dalam kerangken actus hominis.
sesuai dengan norma sosial serta akal budi dalam
Sebagai sesuatu yang melekat pada
masyarakat itu, dan demikian sebaliknya
manusia, kejahatan pun berubah seiring dengan
dikatakan tidak normal karena menyimpan dari
berkembangnya teknologi kominukasi yang
kaedah norma sosial masyarakat. Agustinus
dikembangkan oleh manusia. Kejahatan melekas
Dewantara (2017: 6) menjelaskan bahwa Disebut
pada dunia manusia itu sendiri. Perkembangan
normatif, karena etika hendak mengantar students
teknologi pada gilirannya melahirkan dunia baru
of ethics pada sikap-sikap bertanggung jawab,
yag disebut cyberspace. Dunia ini dihidupi oleh
sikap yang mengedepankan pembelaan atas nilai-
manusia berikut dengan mengikutsertakan
nilai etis, sikap yang menjunjung tinggi norma-
tindakan aktivitas kesehariannya. Dunia ini yang
norma/aturan-aturan kehidupan, sikap yang
sejatinya menjadi alat dan dunia antara atau
mempromosikan kepekaan akan prinsip-prinsip
“mediator” yang menyambungkan antar individu
kemanusiaan. Pendek kata, menurutnya, karakter
di jarak yang jauh, justru menjadi ruang destruktif.
normatifnya etika bukan hanya melarang (untuk
Ia menjadi alat dan media baru lahirnya jenis
melakukan pelanggaran), melainkan juga
kejahatan baru, yang selanjutnya disebut sebagai
mendesakkan kehendak, tekad, dan keputusan
cybercrime – kejahatan yang dilakukan dalam
tindakan yang makin memanusiawikan hidup
jaringan internet. Meskipun esensial kejahatannya
manusia.
tetap sama, namun motif dan bentuknya berbeda.
Tindakan yang tidak sesuai dengan norma
Karena berlangsung dalam jaringan internet maka
sosial dan akal budi tersebut pada gilirannya
modus dan bentuknya pun berbeda pula. Dengan
disebut sebagai kejahatan. Namun perlu dipahami
kata lain, ia menyesuaikan dengan ruang
di sini bahwa kejahatan pada aras yang subtil
berlansungnya kejahatan tersebut dilakukan.
bukan hanya sekadar karena kelemahan akal budi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
seseorang atau berimplikasinya pada kerugian
bahwa kejahatan ini memiliiki jenis dan modud
orang lain secara fisik, akan tetapi pada
yang berbeda-beda. Karena demikian
menyelewengan atas dirinya sebagai makhluk
bervariasinya sehingga kerugian yang dihasilkan
yang bebas. Dengan kata lain, kodratnya yang
pun bervariasia, yakni mulai dari yang paling kecil
bebas digunakan pada tindakan-tindakan yang
hingga yang paling besar. Dengan kata lain, mulai
melawan akal budinya sendiri. Oleh sebab itu,
dari yang paling sederhana hingga yang paling
kejahatan pertama-tama bukan karena
kompleks. Di Indonesia misalnya, kejahatan ini
tinkdakannya yang tidak bersesuaian dengan
dilakukan mulai dari pencurian kartu kredit,
norma sosial, tetapi pengingkarannya atas akal
hacking beberapa situs, menyadap transmisi data
budinya sendiri. Dewantara (2017; 11)
orang lain - misalnya melalui email, dan
menyebutnya, tindakan seperti ini karena manusia
memanipulasi data dengan cara menyiapkan
terjebak pada dirinya sebagai actushominis, yakni
perintah yang tidak dikehendaki ke dalam program
tindakan keseharian yang disebabkan oleh
computer hingga pencurian uang orang lain. Pada
kekurangan serta mungkin himpitan ekonomi,
tingkat tertentu, kejahatan Cybercrime ini dapat
bukan justru sebagai actus humanus yang
menjadi ancaman terhadap stabilitas negara di
bertindak sesuai nurani dan akal budi. Sementara
mana pemerintah sulit mengimbangi teknik
itu, menurut Maurice Blondel sebagaimana dikutip
kejahatan yang dilakukan dengan teknologi
dalam Agustinus (2017: 9) menjelaskan bahwa
komputer, khususnya jaringan internet dan
tindakan manusia adalah representasi dirinya yang
intranet (Abidin, 2015: 501).
paling umum. Selain yang paling umum, tindakan
Pada konteks inilah, maka Indonesia
manusia juga merupakan representasi dirinya yang
sebagai Negara dipandang penting untuk mengatur
lalu lintas internet demi menghindari kerugian

124
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

warga masyarakatnya. Sebagai negara hukum, Kebutuhan suatu negara untuk


pengaturan tersebut tentu saja harus mengacu pada mereformasi regulasi untuk menjawab tantangan
ideologi pancasila dan konstitusi. Thomas Hobbes zamannya adalah dijelaskan oleh Hallen Silver
(1651) dalam bukunya, Leviathan, menawarkan dalam tulisannya yang berjudul, The National
konsep state of nature dalam masyarakat yang Reform Agenda: Origins And Objectives.
kacau akibat perubahan dan kebebasan individu. Meskipun Silver dalam artikelnya ini menjelaskan
Karena bagaimana pun menurutnya, kebebasan tentang agenda reformasi di Australia, namun
individu selalu menjadi ancaman bagi kebabasan tampaknya relevan dengan konteks Indonesia yang
orang lain, sehingga praktis menghilangkan sedang mengalami gelombang perubahan menuju
kebebasan itu sendiri. Dari konteks inilah, Hobbes dunia baru, revolusi industri keempat. Menurut
menawarkan konsep kehidupan bersama, yakni Silver (2008: 63), all governments need to develop
setiap orang menyerahkan hak untuk melakukan a new National Reform Agenda with regulatory
segalanya kepada suatu pihak, primus inter pares, reform and human capital at its heart. Tujuannya,
asalkan setiap orang lain juga menyerahkan yang melihat dan merencanakan agenda nasional di era
sama kepadanya. Pihak itulah yang disebut negara. mendatang. Usaha ini selain tujuannya untuk
Melalui hukum, negara memaksa warga untuk pembangunan nasional juga menjawab tantangan
mengendalikan diri dan memberikan respek satu serta memberikan impact terhadap peningkatan
sama lain (dalam Hardiman, kompas, 1/03/2017). kompetisi negara di dunia internasional.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Membaca Persoalan Cybercrime di Indonesia
Daniel S.Lev (2002), bahwa negara hukum 1. Pasar dan Crybercrime dalam Cyberspace
merupakan sine qua non, yakni tanpa proses Mobilitas sosial dalam duniainternet dari hari
hukum yang efektf, tidak akan terwujud keadilan ke ke hari semakin massif dan dramatik.
dan perbaikan ekonomi, politk, dan pendidikan. Peningkatan ini beriringan pula dengan jumlah
Hukum adalah sarana dalam menjaga ketertiban penyelah gunaan terhadap dunia baru ini.
sekaligus menjadi ujung tombak bagi pembaruan Buktinya, angka pelanggaran hukum dalam dunia
sosial yang senantiasa bergerak dari waktu ke internet ini atau cyber crime meningkat dari waktu
waktu, tempora mutantur, nos et mutamur in Illis). ke waktu. Akibatnya, dunia baru ini menjadi
Bukan justru sebaliknya, yakni menghambat lajur ambivalen; pada satu sisi memberikan manfaat
perkembangan dengan dalih hukum untuk yang tidak sedikit, sementara pada sisi lain juga
kepentingan dirinya sendiri atau kelompoknya. memberikan dampak negatif yang sulit diprediksi.
Lebih lanjut, fungsi hukum dalam Jika ditilik lebih jauh, istilah cyberspace
hubungannya dengan kejahatan bisnis dijelaskan diperkenalkan tahun 1984 oleh William Gibson
oleh Romli Atmasasmita adalah sebagai berikut: dalam novelnya Neuromancer (sebelumnya
(1) Hukum dipandang bukan sebagai perangkat cyberspace disebut sebagai the Net, the Web, the
yang harus dipatuhi oleh masyarakat saja Cloud, the Matrix, the Metaverse, the Datasphere,
melainkan juga harus dipandang sebagai sarana the electronic frontier, the Information
yang harus dapat membatasi perilaku aparat Superhighway, dll.). Cyberspace menjadi setting
penegak hukum dan pejabat publik; (2)Hukum utama novel-novel Gibson selanjutnya, Count Zero
bukan hanya diakui sebagai a tool of social (1986), Mona Lisa Overdrive (1988), dan Virtual
engineering semata-mata tetapi juga harus diakui Light (1993). Belakangan karya fiksi yang
sebagai a tool of social control and beureucratc memakai gaya Gibson disebut cyberpunk. Tokoh
engineering; (3) Kegunaan atau kemanfaatan utama cyberpunk, selain Gibson, adalah Pat
hukum tdak lagi hanya dilihat dari kacamata Cadigan yang menulis Patterns (1989), Synners
kepentngan pemegang kekuasaan melainkan harus (1991), dan Fools (1994). Dalam Neuromancer
juga dikaji dari prospektf dan perspektf Gibson menjelaskan cyberspace sebagai
kepentngan stakeholder; (4) Fungsi hukum sebagai "pamandangan yang dihasilkan oleh komputer-
sarana pembaharuan sosial dan birokrasi dalam komputer yang ‘ditancapkan langsung’—kadang
kondisi masyarakat yang bersifat vulnerable dan juga dengan langsung memasukkan elektroda-
transitonal, tdak dapat dilaksanakan secara optimal elektroda ke dalam soket-soket yang ditanamkan di
hanya menggunakan pendekatan preventf dan otak".
represif semata-mata melainkan juga memerlukan Apa yang paling penting dari cyberspace
pendekatan restoratf, dan rehabilitatf; (5) Agar sebenarnya bukanlah kabel-kabel, telepon, atau
fungsi dan peranan hukum dapat dilaksanakan komputer jaringan. Sebab semuanya itu hanyalah
secara optmal maka hukum tdak semata-mata menunjuk pada kendaraan, hanya menunjuk jalan
dipandang sebagai wujud dari komitmen politk, raya informasi, dan bukannya tujuan yang disebut
melainkan harus dipandang sebagai sarana untuk Gibson: kecemerlangan kota cahaya di akhir jalan
merubah sikap (attude) dan perilaku (behavior) itu. Lebih dari sekedar "wiring system" ataupun
(Atmasmita, 2003: 20-21). internet, cyberspace adalah sebuah pengalaman,

125
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

adalah tentang masyarakat yang memakai Pada konteks inilah, diperlukan suatu
teknologi baru untuk melakukan sesuatu yang perangkat hukum yang dapat menyelesaikan
sebenarnya secara genetis sudah mereka persoalan tersebut. Sebagaimana fungsi dari
programkan, yaitu berkomunikasi. hukum pidana yakni memberikan perlindungan
Dunia ini disambut gegap gempita oleh terhadap kepentingan masyarakat (social defence).
masyarakat dunia, tidak hanya sekadar sebagai Tujuannya, tentu saja untuk dapat menyelesaikan
budaya sebagaimana dijelaskan di atas, tapi juga perkara kejahatan di dunia cyber yang telah
sebagai pasar baru masyarakat. Buktinya, sejak menyebabkan berlangsunya pembangunan
ditemukannya internet telah memberikan kesejahteraan masyarakat (social welfare). Upaya
kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan hukum pidana yang integral
pada setiap Negara, baik itu di Negara maju harus dimaksimalkan. Mulai dari substansi hukum,
mapupun berkembang. Ini dapat dilihat dari struktur hukum bahkan kultur hukumnya harus
peningkatan inevestasi di negera-negara maju berjalan dengan maksimal. Hanya melalui
seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan penegakan hukum pidana yang terpadu diharapkan
Singapura. Investasi ini secara otomaris fungsionalisasi hukum pidana dalam
memberikan impact pada pertumbuhan Gross penangulangan cybercrime dapat terealisasi.
Domestic Product (GDP) di negara ini, yakni: Di Indonesia, penggunaan Internet ini di
sekitar 7.8% di USA, 8.0% di UK, 8.3 di atur dalam UU sendiri yang disebut UU ITE No.
Singapura, dan 8.4 di Australia (Bhatnagar, 2005). 11 tahun 2008 dan No. 19 tahun 2016. Lahirnya
Trend pertumbuhan ini di ikuti juga oleh baru UU-ITE setelah melalui perbincangan aalot di
negera-negera berkembang seperti Indonesia. DPR dan selanjutnya diundang tepat pada tanggal
Berdasarkan data dari kementerian Keuangan 21 April tahun 2008 dapat dikatakan sebagai
dalam periode fiscal tahun 2009-sampai 2010 sebuah respon positif (Maskun,2010: 26). Istilah
transaksi melalui media Internet melampaui empat hukum telematika ini secara secara internasional
Negara maju yang disebutkan di atas, yakni disebut juga cyber law. Langkah ini merupakan
meningkat sekitar 18.24% atau setara dengan USD perwujudan dari niat baik dan komitmen pemeritah
219 Juta. Bagaimana tidak, pengguna mobile untuk melahirkan suatu produk khusus dibidang
phone di Negeri ini mencapai lebih dari seperdua informasi dan transaksi elektronik. Selain itu, ini
populasi warganya, yakni sekitar 180 juta orang juga merupakan jawaban atas keprihatinan yang
dari 260 juta jiwa. Oleh sebab itu, Indonesia timbul dalam praktik penegakan hukum dibidang
menjadi pengguna social mendia terbesar di dunia telematika. Dengan kata lain, ini merupakan
dengan estimasi; pengguna facebook terbesar bentuk pertanggungjawaban moral pemerintah
ketiga dunia, dan menjadi pengguna terbesar terhadap masyarakat untuk melindugi
kelima untk twitter (Setiadi, dkk., 2012: 107). warganegaranya. Namun demikian, alilih
Jika melihat perkembangan pengguna menyelesaikan dan mengurangi, justru angka
mobile phone sebagai sistem telekomunikasi di pelanggaran semakin meningkat seperti dijelaskan
Indonesia sejak di adopsi pada tahun 1999, di atas. Bahkan dapat dikatakan bahwa, aturan ini
industry ini diakui meningkat secara cepat. Bahkan selalu tertinggal selangkah dari perkembangan
untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menjadi modus kejatan di dunia internet itu sendiri.
pengguna internet terbesar. Terlebih lagi, hal ini di 2. Implementasi Penyelesaian Kasus
dorong oleh pemerintah sebagaimana diterangkan Cybercrime di Makassar
dalam World Summit Information Society pada Meskipun UU ITE lahir untuk tujuan dapat
tahun 2003untuk mendorong warganya mengakses mengatur dan menyelesaikan persoalan kejahatan
Internet. dalam cyberspace, bukan berarti persoalan ini
Sayangnya, keberadaan internet tidak selesai. Sebeaimana disebutkan sebelumnya bahwa
hanya memberikan kontribusi positif pada sektor perkembangan teknologi maju demikian cepat dan
ekonomi sebagaimana dijelaskan di atas, tapi juga pesat, menjadikan modus kejahatan dalam ruang
kontrubisi negative dengan meningkatnya angka ini pula semakin canggih. Akibatnya, penegak
kejahatan pada dunia baru ini, yang selanjutnya hukum dalam menangani persoalan ini tidak
disebut sebagai cybercrime. Kejahatan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
saja terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Hal ini diakui pula oleh para penegak
Bahkan, modus kejahatannya beriringan dengan hukum seperti yang ditemukan oleh peneliti di
peningkatan kualitas teknologi informasi ini. Lebih lapangan. Namun demikian menurut kepolisian,
jauh, modus-modus yang beraneka ragam dan sebagai salah satu institusi penegak hukum, AKP.
semakin cangkih ini beriringan dengan jumlahnya Ahmad Canggi, Kepala Unit Tindak Pidana
yang cera kuantitas meningkat dari hari ke hari Tertentu Polrestabes Makassar, menjelaskan
pula. bahwa setidaknya ada dua intrumen yang dijadikan
sebagai dasar penyidikan untuk menemukan bukti-

126
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

bukti yang kuat dan sah, yakni: tempus dan locus pejabat dan pengusaha), dan selanjutnya meminta
delicti. Kedua instrument ini ditelitisik dalam sejumlah uang, baik dengan alasan pinjaman
komputer sebagai sarana memperoleh bukti, serta maupun lainnya.
melakuka uji forensik komputer sebagai cara lain. Hal yang sama pun terjadi, lewat media sosial
Adapun untuk tempus delicti, kepolisian pertama- facebook dengan cara menghecker profil
tama akan menelusuri jejek-jeka pelaku (kapan dan tersangka.adapun modusnya berupa dua hal di atas.
di mana mengakses, membuat dan melakukan) Selain, modus ini hal lainnya yang terjadi di
tindakannya. Kedua, yakni kapan tempus data facebook adalah berupa komenter-komentar yang
tersebut diterima dalam sistem internet. Sedangkan menyudutkan orang lain, menghina bahkan
yang ketiga, yakni kapan waktu kejahatan itu mencemarkan nama baik. Hal lainnya sempat
dioperasikan dalam sistem jaringan internet. Untuk menyita perhatian aparat hukum adalah
bagian terakhir ini, relatif lebih muda dari dua penyebaran kebencian dan hoax. Modus ini justru
lainnya karena data dan dokumen tersebut secara terjadi dipenghujung tahun 2017 menjelang pesta
otomatis tersimpan dalam jaringan. Jejek-jejaknya demokrasi, Pilpres dan Pilek. Namun karena
sangat mudah diperoleh. pelakunya, “samar” atau anomin sehingga polisi
Setelah alat-alat dan bukti-bukti yang perlukan sulit untuk mencari pelakunya.
di rasa cukup, maka selanjutnya berkas dan bukti Selain itu, yang rentang terjadi lewat media
tersebut diteruskan kepada kejaksaan dan akan sosial lainya, baik faceebook, line, whatsapp, dll.,
akan ditindak lanjuti oleh jaksa penuntut umum. adalah foto-foto tak sennoh (bugil). Ini dibagiakan
Daripada itu, kejaksaan selanjutnya akan baik dengan cara sengaja dengan mengheck
menyerahkan pengadilan untuk disidangkan, account orang lain maupun dengan sengaja karena
berikut menerbitkan surat dakwaan kepada motif dendam atau hanya sekadar iseng. Kesulitan
terdakwa dalam kasus tersebet. Namun demikian, yang dilakukan oleh kepolisian sebagaiamana
kepolisian sebelum menyerahkan ke kejaksaan diakui oleh Ahmad Canggi adalah pelaku yang
terlebih dahulu melakukan mediasi kepada kedua menggunakan profil dan account yang anonim di
bela pihak, baik korban maupun pelaku. Jika media sosial. Akibatnya, masih banyak yang tidak
langkah mediasi ini berhasil melalui proses damai dapat di singkapnya. Dari 26 kasus yang masuk,
maka berkas kasus tersebut di tidak dilimpahkan masing-masing memiliki modes yang berbeda-
lagi ke kejaksaan. Dengan kata lain, kasus tesebut beda, meskipun antara satu sama lainnya masih
berakhir dikantor polisi. Namun sebaliknya, jika terdapat kesamaan, seperti yang dijelaskan di atas.
gagal maka kasus ini akan berlanjut hingga Yang mengcengangkan kejadian ini, tidak
pengadilan. memangdang status sosial, latar belakang
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di pendidikan, serta profesi. Semua orang seperti data
Polrestabes Makassar bahwa kasus cybercrime yang tertera di atas memungkin melakukan
antara tahun 2015 hingga 2017 setidaknya terdapat cybercrime. Lebih jauh misalnya, hal ini pun
26 kasus. Daftar laporan yang dimiliki oleh menimpa dua aktivis kelas nasional, Eggy Sudjana
polrestabe Makassar ini, meskipun menujukkan dan Ratna Sarumpaet terkait kasus hoaks yang
ada pertumbuhan jumlah angka crybercrime setiap secara background pendidikan tidak teragukan
tahun, namun tidak demikian signifikan. Angka ini lagi.
masih sangat juah dari kata rentang. Karena antara Kendati pihak penegak hukum dalam hal ini
tahun 2015 ke 2016 hanya bertambah lima (dari kepolisian dapat menjadikan UU ITE tahun 2008
lima menjadi 10), sedangkan pada tahun dan 2016 sebagai acuan penindakan untuk pelaku
selanjutnya, 2017, hanya bertambah satu (dari 10 tindak pidana tertentu (cybercrime), namun tampak
menjadi 11). Adapun mudus-mudur cybercrime jelas dari kasus yang ditangani dalam interval
tersebut, cenderung beragam. Mulai dari kasus 2015-2017 masih sangat minim dari yang
penipuan melalui telpon seluler, dengan menelpon seharusnya jika kita melihat fenomena dalam
korban yang ‘seolah-oleh’ memenangkan undian cyberspace. Makassar dengan kepadatan yang
di suatu perusahaan, permintaan pulsa, hingga hampir mencapai dua juta jiwa hanya memperoleh
berupa pengakuan dari suatu instansi rumah sakit laporan secara rata-rata 8 kasus pertahun. Ini
dengan mengatasnakan dokter atau pihak apotik tampak kontras dengan kasus pidana biasa
bahwa salah satu dari keluarga korban mengalami (“bukan-tertentu”) yang hampir mencapai seribu
kecelakaan sehingga diperlukan fresh money. pertahun. Oleh sebab itu, undang-undang ini
Korban pun tanpa piker, diakibatkan karena menarik untuk ditelaah lebih jauh.
kepanikan langsung mentrasferkan sejumla uang Telah Kritis Atas Penyelesaian Kasus Cyber
ke pada pelaku (penelpon). Modus ini juga terjadi Crime
pada whatsapp dengan nama dan foro profil orang- Apabila ditelaah lebih jauh terkait
orang tertentu dengan mengatasnamakan nama penyelesaian kasus cybercrime di atas, tampat jelas
orang-orang yang cukup popular (biasanya: masih banyak ditemukan kekurang di sana sini.

127
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

Meskipun acuan UU ITE mengacu pada syaratan sumber daya untuk menindak dan menyelesaikan
dan asas-asas pertanggungjawaban pidana yang perkara cybercrime. Terlebih, aparat relative pasif
dikemukakan di atas, namun acuan ini masih dalam menerima laporan-laopran pelanggaran di
merupakan sesuatu yang umum dan konvensional Masyarakat. Meskipun kepolisian berkilah bahwa
dalam doktrin/teori maupun dalam peraturan ada banyak kasus yang di selesaikan dengan cara
perundang-undangan (hukum positif). mendiasi, tapi tampak terang acuan yang
Permasalahannya adalah dapatkah doktrin/teori digunakan masih dalam standar hukum positif
dan asas-asas hukum positif yang konvensial konvensional, yakni; “tempus” dan “locus delicti”.
tersebut diterapkan dalam masalah Sementara itu, jika lihat secara lebih seksama,
pertanggungjawaban pidana cybercrime yang modus cybercrime dalam cyberspace, dapat
demikian sanggih? Dari kasus Makassar di atas, direkayasa; waktu dapat rubah atau disetting dan
maka jawabannya sebagaimana diterangkang tempat dapat diganti sesuai keinginan hacker-nya.
sebelumnya bahwa UU ITE, baik tahun 2008 Oleh sebab itu, kasus-kasus yang ditangani oleh
mapun 2016, tampak masih jauh dari yang pihak kepolisian di atas masih terbilang standar
diharapkan. Mengapa demikiaan, ini dikarenakan dan konvensional. Sementara kejahatan seperti
mudus-modus kejahatan di ruang ini demikian spontaneus information yang terstruktus secara
canggih seiring dengan perkembangan teknologi internasional, menganggu server pemerintah, data
yang selalu baru dan berganri secara cepat. diddling, Trojan horse, dan lain-lain.
Merujuk pada pendapat Barda (2005) bahwa ini Dengan masih terbatasnya perundang-
disebabkan oleh setidaknya tiga hal adalah sebagai undangan yang ada, dalam konteks hukum pidana
berikut:1) Cyber crime berada di lingkungan ini mengindikasikan asas legalitas konvensional
elektronik dan dunia maya yang sulit saat ini menghadapi tantangan serius dari
diidentifikasikan secara pasti, sedangkan asas perkembangan cybercrime. Oleh sebab itu,
legalitas konvensional bertolak dari perbuatan riil diperlukan suatu gagasan hukum baru dan asas
dan kepastian hukum; 2) Cybercrime berkaitan erat baru yang dapat menjadi acuan dalam pidana
dengan perkembangan teknologi canggih yang tertentu yang semakin hari semakin meningkat
sangat cepat berubah sedangkan asas legalitas berikut modus-modusnya yang mengikutinya.
konvensional bertolak dari sumber hukum formal Tentu ini bukan hanya persoalam niat baik good
(UU) yang statis; 3) Cybercrime melampui batas- will dari para legislator untuk membuat UU baru,
batas negara, sedangkan perundang-undangan lebih dari itu ini persoalan yang fundamental
suatu negara pada dasarnya/umummnya hanya karena terkait asas yang menjadi dasar dan rujukan
berlaku di wilayah teritorialnya sendiri. hukum pidana
Oleh sebab itu, meskipun pemerintah
KESIMPULAN
telah mengatur dan mengundangkan persoalan ini,
tetap saja tak cukup sebagai perangkat untuk Perkembangan teknologi informasi
menyelesaikan persoalan yang demikian merupakan kenyataan yang tak terhindakan saat
kompleks. Bahkan dengan kenyataan tentang ini. Lebih jauh, perkembangan tertesebut telah
aturan dan struktur organisasi pemerintah yang menciptakaan dunia dan ruang baru yang disebut
berhubungan dengan Teknologi Komunikasi dan dengan cyberspace, atau yang lebih popular kenal
Informasi seperti dijelaskan oleh Setiadi, dkk, “dunia maya”. Dunia atau ruang imajiner baru
(2012: 110). Ini dapat dilihat dari lahirnya UU ITE dari kehidupan manusia. Buktinya, ruang ini
ini pada tahun pada 2008 dan kemudian direvisi berhasil memobilisir manusia masuk ke dalamnya,
ulang melalui UU ITE tahun 2016. Dari perubahan baik sadar maupun tidak. Dunia baru ini telah
ini, sudah mengidikasikan dua hal, yakni; pertama, berhasil menyodot lautan kesadaran untuk bisa
ketidakcukupan UU ITE tahun 2008 ini menjadi berselancar di dalamnya. Namun demikian,
acuan penyelesaian tindak pidana tertentu sebagai teknologi diciptakan manusia, ia tentu
(cybercrime) sehingga diperlukan revisi (perbaikan tidak pernah bisa dilepaskan dari ultimum goal
dan penambaha) pada UU ITE tahun 2016; kedua, yang tak lain adalah untuk mempermudah aktifitas
adalah lambatnya perubahan serta keterbatasan UU manusia.
ini untuk mengatur dan mengakomodir Tidak sedikit orang memperoleh manfaat
kompleksitas kejahatan yang terjadi di dunia darinya, baik dalam skala yang kecil, personal,
internet. Dengan kata lain, bahwa pengaturan dan mapun lebih jauh pada skala besar. Negara.
pengundangan ini mengikuti jenis-jenis perubahan Bagaimana tidak, sebagai dunia baru, cyberspace
yang terjadi di ruang cyberspace. tidak hanya merobohkan dinding-dinding pemisah
Selain dua hal tersebut, persoalan yang serta merapatkan jarak geo-spacial antar individu
lain yang tidak adapat diabaikan berangkat dari penggunanya, tapi juga menjadi arena baru
kasus Makassar di atas adalah UU ini tidak diikuti pertukaran dan pasar yang secara ekonomi telah
oleh perangkat yang canggih serta keterbetasan berkontribusi positif bagi mereka yang ada di

128
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

dalamnya. Kendati dengan manfaat ekonimis yang __________, 2002. Perbandingan Hukum Pidana,
besar tersebut, pada sisi lain juga memberikan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
sumbangan negatif yang tidek terbilang jumlahnya, Barda, Nawawi, 2005. Tindak Pidana Mayantara
yakni dengan lahirnya jenis kejahatan baru yang Perkembangan Kajian Cyber Crime Di
disebut cybercrime. Modusnya pun sangat Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
beragam tergantung pada jenis dalam arena yang Persada.
digunakannya. Dengan kata lain, arena ditentukan Bhatnagar, S., 2005. "ICT Investments in
oleh alat yang digukannya. Alat ini selanjutnya Developing Countries: An Impact
mendeterminasi jenis dan modus kejahatan ini Assessment Study, Information
dilakukan. Technology in Developing Countries,”
Berangkat dari kenyataan ini, pemerintah Newsletter of the IFIP Working Group
Indonesia menyadari bahwa untuk menyelesaikan 9.4., Vol. 15, No. 2, (Hal. 1-8).
persoalan cybercrime dibutuhkan suatu perangkat Dewantara, Agustinus W., 2017. Filsafat Moral:
hukum baru yang selanjutnya melahirkan UU ITE Pergumulan Etis Keseharian Hidup
no. 11 tahun 2008 dan UU ITE no. 19 tahun 2016. Manusia, Yogyakarta, Kanisius.
Sayangnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan Enggarani, Nuria Siswi, 2012. Penanggulangan
di Makassar, tampak terang bahwa UU tidak cukup Kejahatan Di Indonesia, Jurnal Ilmu
memadai untuk mengatur persoalan cybercrime Hukum, Vol. 15 No. 2. (Hal. 149-169).
dalam cyberspace yang demikian kompleks. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Meskipun dalam beberapa kasus UU ini berhasil Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai
dijadikan sebagai acuan menyelesaikan perkara ini, Pustaka.
namun pada hal-hal dan kasus tentu saja. Hal ini Ismoyo, Denni Wahyuning, 2014. Kendala
disebabkan oleh perkembangan teknologi Penyidik Dalam Mengungkap Tindak
informasi yang demikian cepat dan semakin Pidana Penipuan Online Melalui Media
canggih, sementara dipihak hukum pidana masih Elektronik Internet (Studi di Polres
mengacu pada asas-asas hukum positif Malang Kota), (Skripsi), Fakultas
konvensional. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah Hukum Universitas Brawijaya Malang.
perangkat hukum baru berikut fondasi asasnya Maskun, 2010, Kejahatan Siber Suatu Pengantar,
yang sesuai dengan arena kejahatan itu dilakukan. Jakarta: Kencana.
Hanya dengan begitu penyelesaian persoalan dapat Setiadi, Farisya, dkk., 2012.“An Overview of the
teratasi. Development Indonesia National Cyber
Security”, dalam International Journal
DAFTAR PUSTAKA
of Information Technology & Computer
Abidin, Zaenal, 2015. “Kejahatan Dalam Science (IJITCS), Volume 6 : Issue on
Teknologi Informasi Dan Komunikasi”, November /December, (Hal. 106-116).
dalam Jurnal Ilmiah Media Processor,
Vol. 10, No.2. (Hal. 509-516). Soekanto, Soerjono, 1982. Pengantar Penelitian
Amirulloh, M., 2011. Eu Convention On Ciber Hukum, Jakarta: UII Press.
Crime: Dikaitkan Denagan Upaya Widodo, 2009. Sistem Pemidanaan Dalam
Regulasi Tindak Pidana Teknologi Cybercrime, Alternatif Ancaman Pidana
Informasi, Jakarta; Badan Pembinaan Kerja Sosial dan Pidana Bagi Pelaku
Hukum Nasional. Cybercrime, Yogyakarta: Laksbang
Arief, Barda Nawawi, 2005. Bunga Rampai Mediatama.
Kebijakan Hukum Pidana, (cetakan __________, 2013. Hukum Pidana Dibidang
ketiga), Bandung: Citra Aditya Bakti. Teknologi dan Informasi, Cybercrime
Law, Telaah Teoritik dan Bedah Kasus,
Yogyakarta; Aswaja Pressindo.

129

Anda mungkin juga menyukai