Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

ETIKA PROFESI

 DI SUSUN OLEH :

Nama : Yusril ferdiansyah


NPM : 1914370156
Kelas : KJK Reguler I Cluster II IIIC
Prodi : Sistem Komputer
Nama Dosen : Leni Marlina, S.Kom., M.Kom
Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah memberikan dampak


yang sangat positif bagi peradaban umat manusia. Salah satu fenomena abad
modern yang sampai saat ini masih terus berkembang dengan pesat adalah
internet. Pada mulanya jaringan internet hanya dapat digunakan oleh
lingkungan pendidikan (perguruan tinggi) dan lembaga penelitian. Kemudian
tahun 1995, internet baru dapat digunakan untuk publik, beberapa tahun
kemudian tim Berners-Lee mengembangkan aplikasi Word Wide Web (WWW)
yang memudahkan orang untuk mengakses informasi di internet. Setelah
dibukanya internet untuk keperluan publik semakin banyak muncul aplikasi-
aplikasi bisnis di internet.1
Perkembangan jaringan internet memunculkan dampak negatif,
sebagaimana dikemukakan oleh Roy Suryo, seorang pakar tekhnologi
informasi, dalam penelitiannya yang dikutip oleh harian Kompas
menyatakan:
● “Kejahatan cyber (cyber crime) kini marak di lima kota besar di
Indonesia dan dalam taraf yang cukup memperhatikan serta yang
dilakukan oleh para hacker yang rata-rata anak muda yang keliatannya
kreatif, tetapi sesunggunya mereka mencuri nomor kartu kredit melalui
internet.

Kejahatan cyber crime dibagi menjadi 2 kategori, yakni cyber crime


dalam pengertian sempit dan dalam pengertian luas. cyber crime dalam
pengertian sempit adalah kejahatan terhadap sistem komputer, sedangkan
cyber crime dalam arti luas mencakup kejahatan terhadap sistem atau jaringan
komputer dan kejahatan yang menggunakan sarana komputer.

PEMBAHASAN

Pemuda 24 Tahun Retas 1.309 Situs

Pemuda berinisial ADC, 24, mendapat keuntungan fantastis dari meretas 1.309 situs. Hasil
penyelidikan aparat, diketahui pelaku selama beraksi dalam kurun waktu 6 tahun terakhir
berhasil mengantongi hingga miliaran rupiah.

Tersangka berinisial ADC ditangkap di Yogyakarta pada 2 Juli. Polisi sempat mendapat 3
laporan terkait peretasan situs masing-masing di Polda Yogyakarta, Polda Jawa Barat dan
Bareskrim Polri.
Dua laporan Polda DIY dan Jabar ditarik ke Bareskrim, dibentuk satu tim dan menganalisa
akun-akun yang dihack. Evaluasi, turun, berhasil menangkap laki-laki inisial ADC di Jogja
pada tanggal 2 Juli,” kata Argo di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (7/7).

Situs-situs yang diretas oleh pelaku sediri bukan akun biasanya. Dari seluruh situs yang
diretas, beberapa bahkan teridentifikasi milik lembaga negara. (jpc/fajar)

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, kepada penyidik pelaku mengaku
belajar meretas secara otodidak. “Pelaku berkerja sebagai hacker mulai dari tahun 2014
secara otodidak,” kata Argo kepada wartawan, Rabu (8/7).

"Tersangka mengakui telah melakukan hack di akun pemerintah, akun swasta, juga akun
jurnal, itu ada 1.309 akun yang di-hack," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono dalam
konferensi pers di Bareskrim Polri, Jalan Trunojoyo, Jaksel, Selasa (8/7/2020).

Adapun tebusan yang diminta pelaku kepada korbannya yakni berkisar Rp2-5 juta. Jika
diambil nominal terkecil kemudian dikalikan dengan 1.309 situs yang diretas, maka
keuntungan pelaku setidaknya mencapai Rp2,6 miliar.

“Maka jika di kalkulasikan Rp2 juta dikalikan dengan 1.309 hasilnya akan miliaran juga,”
jelas Argo.

"Jadi tersangka ini telah meretas beberapa di antaranya situs di UNAIR, situs di Pemprov
Jateng, itu ada berbagai macam dinas ya di sana, tidak hanya provinsi saja, juga ada jurnal
ilmiah, situs Badilum Mahkamah Agung juga ada," ungkap Argo.

Dalam aksinya, tersangka mengirim malware tertentu kepada pemilik situs untuk meminta
tebusan. Jika tidak ditebus, situs yang diretas tetap dikuasai tersangka.

"Setelah dikirim uang nanti dia akan mengirim descriptions key artinya kuncinya, nanti dia
(tampilan situs) akan berubah kembali," ujarnya

"Dari keterangan pelaku ini imbalannya antara Rp 2 sampai Rp 5 juta. Kalau 1.309 itu
ketemunya M juga," imbuhnya.

Polisi juga menyita barang bukti berupa perangkat komputer yang digunakan tersangka
dalam aksi peretasannya.

Tersangka dijerat Pasal 27 jo Pasal 45 atau 46, 48 dan 49 Undang-undang nomor 19 tahun
2016 tentang ITE dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar.

Kesimpulan

Cyber crime tidak bisa dipungkiri akan selalu ada karena perkembangan teknologi yang
pesat, dan diikuti oleh pola hidup masyarakat yang saat ini telah bergeser menjadi sebuah
ketergantungan dalam menggunakan teknologi di kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,
melakukan tindakan preventif terhadap kejahatan cyber crime sedini mungkin dapat
memperkecil masalah serangan cyber crime, sehingga keamanan dalam berteknologi dapat
dicapai semua kalangan dan lapisan masyarakat. Gunakanlah teknologi sebaik mungkin
jangan gunakan teknologi untuk kejahantan karena teknologi diciptakan untuk membantu
manusia bukan untuk memerangi manusia

Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini dan cara pembuatannya saya minta maaf sebesar-
besarnya. Karena saya adalah hamba Allah yang tak luput dari kesalahan, khilaf, dan lupa.

Anda mungkin juga menyukai