PENDAHULUAN
antara anggota masyarakat ini selanjutnya meluas tidak hanya terbatas antara
anggota masyarakat dalam satu negara saja tetapi meluas melawati batas
dan sebagainya”.1 Teknologi dan internet merupakan dua hal yang tidak
jaringan internet atau kegiatan jual beli barang atau jasa melalui jalur
komunikasi elektronik.2
1
Idik Saeful Bahri, Cyber Crime Dalam Sorotan Hukum Pidana, (Jakarta, Bahasa
Rakyat, 2020), Hlm.9.
2
Fabiana Fadul Meijon, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penipuan Jual Beli
Online Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Polrestabes Surabaya, Syntax Transformation, Volume
2, Nomor 5, (2019), Hlm. 639.
1
2
lain yang hampir tanpa batasan wilayah bahkan negara. Abad 21 yang dimulai
pada orang-orang untuk kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih
perusahaan melalui internet serta penipuan lewat media elektronik. Maka dari
3
medium pertukaran barang atau jasa baik antara 2 (dua) buah institusi mapun
efisiensi, ruang tanpa batas serta opsi, personalisasi informasi, dan sumber
3
Ika Pomounda, Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Melalui Media Elektronik
(Suatu Pendekatan Viktimologi, Imu Hukum Legal Opinion, Volume 3, (2015), Hlm. 2.
4
Amir Hatman, Net Ready-Strategis For Success In The E-Economy, (New York,
Mcgraw-Hill, 2000), Hlm.10.
5
Harmayani, Dkk., E-Commerce: Suatu Pengantar Bisnis Digital, ( Medan, Yayasan
Kita Menulis, 2020), Hlm.3.
4
negatif.
Indonesia, pertama pada aspek transaksi secara daring atau online yang
Eksisnya perkara tersebut, dapat dengan mudah ditinjau dari tugas hukum
terhadap korban secara langsung, namun kondisi dan situasi korban yang
6
Pomounda, Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Melalui Media Elektronik
(Suatu Pendekatan Viktimologi… , Op.Cit., Hlm. 2.
7
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime) Urgensi
Pengaturan Dan Celah Hukumnya, (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), Hlm.20.
8
Aulia Putri Fadhila, Tinjauan Kriminologi Dalam Tindakan Penipuan E-Commerce
Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Pada Masa Pandemi Covid-19, Jurnal Siara Hukum,
Volume 3 (2021), Hlm. 274.
5
primer yang berperan penting dalam penyelesaian suatu tindak pidana dan
salah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tapi tidak terbatas pada
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya”.
9
Brigita Shinta Bethari, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Tindak Pidana Penipuan Arisan
Online, Supremasi : Jurnal Hukum, Volume 4, Nomor 1, (2021), Hlm. 77.
10
Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime), (Jakarta, Kencana, 2013), Hlm. 2.
6
Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Informasi dan Transaksi
cetaknya adalah alat bukti yang konkrit dan merupakan perluasan dari alat
bukti yang konkrit sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia”.
19 Tahun 2016, maka pasal yang dikenakan adalah Pasal 28 ayat (1), yang
(1) “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
transaksi elektronik. Ancaman pidana dari pasal tersebut adalah penjara
selama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000., -
miliar (Pasal 45 ayat (2) UU ITE”.11
untuk berbincang antara individu yang satu dengan individu yang lain.12
sering terjadi di internet pada sistem e-commerce ini ialah kasus penipuan.
11
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Sebagaimana Yang Telah Diubah Menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016.
12
Muhammad Kamran Dan Maskun Maskun, Penipuan Dalam Jual Beli Online:
Perspektif Hukum Telematika, Balobe Law Journal, Volume 1, Nomor 1, (2021), Hlm. 41.
7
jual-beli daring, penipuan identitas penjual atau pembeli dan lain sebagainya.
Hal tersebut tidak bisa dihindari karena para pelaku tersebut selalu berupaya
sering terjadi, terutama saat ini zaman semakin maju, peralatan elektronik
sekarang, orang-orang dari banyak kalangan baik daerah ataupun kota bisa
memanfaatkan internet untuk sejumlah hal mulai dari orang-orang tua, muda,
pribadi mereka.14
13
Romindo, Dkk., E-Commerce: Implementasi, Strategi & Inovasinya, (Medan, Yayasan
Kita Menulis, 2019), Hlm. 2.
14
Nufransa Wira Sakti, Buku Pintar Pajak E-Commerce, (Jakarta Utara, Visimedia,
2014), Hlm. 29.
8
mengecek apakah uang tersebut udah masuk atau belum. Namun, pada saat
mengaktifkan Shopee Paylater dan Shopee Pinjam korban. Pada saat itu,
korban sempat ada kendala dan pelaku itu membantu mengarahkan korban.
Kemudian, orang itu mengirimkan gambar barcode dan yang lainnya. Saat itu
kalau yang seperti ini adalah penipuan. Korban langsung menghubungi pihak
Shopee melalui chat Shopee with live agent. Korban langsung jelaskan
kejadian ini dari awal sampai akhir. Korban langsung bilang ke pihak Shopee
timnya terlebih dahulu. Korban menyetujuinya dan pada saat itu juga pihak
Shopee. Korban juga sempat menelepon pihak Shopee dan mereka menjawab
memulihkan akun korban terlebih dahulu dan korban menyetujui hal itu".
9
Menurut kesaksian korban, setalah hari itu, tepatnya pada hari besoknya ia
Shopee. Pada saat itu juga korban langsung menghubungi pihak Shopee
aplikasi jual beli online tersebut tidak bisa menonaktifkan SPaylater dan
menjawab jika ia tidak bisa melunasi tagihan itu yang senilai Rp4.000.000,-
Karena sudah jelas tagihan itu bukan punya korban. Korban tetap berusaha
merespons 1 kali, yaitu “masalah ini akan saya teruskan ke tim terkait kami”.
Sesudah itu dengan sendirinya chat korban itu berakhir dan sampai
sekarang pun pihak Shopee tidak mengirimkan e-mail ke korban. Sampai saat
10
ini korban masih menunggu respon dari pihak Shopee yang katanya akan
angka yang luar biasa, hingga para pelaku bertambah banyak di antara
transaksi daring lepas kontrol sosialnya sebab mempunyai motif dan peluang
secara internal dan eksternal dari para pelaku tersebut. Pada lingkungan
15
Isti, ”Korban Penipuan Mengatasnamakan Shopee”,
Https://Mediakonsumen.Com/2022/07/21/Surat-Pembaca/Korban-Penipuan-Mengatasnamakan
Shopee, Akses 18 November 2022.
16
Virna Dewi, Perlindungan Bagi Konsumen Yang Mengalmi Kerugian Berupa Penipuan
Melalui Transaksi Jual Beli Online Shop, Justici, Volume 13, Nomor 1, (2021), Hlm 5.
11
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyiarkan berita bohong
Elektronik”.
hukum di Indonesia.
serentak. Dalam artian, dalam kondisi tertentu perkembangan hukum bisa jadi
dan kulturnya.18
17
Hendy Sumadi, Kendala Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Transaksi
Elektronik Di Indonesia, Jurnal Wawasan Hukum, Volume 33, Nomor 2 (2015), Hlm. 199.
18
Melisa Monica Sumenge, Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa Jual Beli
Online, Lex Crimen, Volume 2, Nomor 4, (2013), Hlm. 106.
12
Pandang Viktimologi”.
pandang viktimologi?
serta menambah referensi dan literatur yang bisa digunakan untuk melakukan
akademisi, Khalayak ramai serta para pembaca karya ilmiah ini. Penelitian
yang mengatur terkait tindak pidana penipuan melalui media online serta