Anda di halaman 1dari 19

JCH (Jurnal Cendekia Hukum)

Volume 6 Nomor 2, Maret 2021


e-ISSN: 2580-1678 dan ISSN: 2355-4657
Open Access: http://e-jurnal.stih-pm.ac.id/index.php/cendekeahukum/index

ONLINE SELLING AND BUYING FRAUD: THE LAW OF


ELECTRONIC TRANSACTION PERSPECTIVE

PENIPUAN BERBASIS JUAL BELI ONLINE: PERSPEKTIF HUKUM


TRANSAKSI ELEKTRONIK
Muhammad Kamran1, Ahmadi Miru2, Maskun3
Fakultas Magister Kenotariatan, Universitas Hasanuddin,
Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar
*
e-mail: muhammadkamran030196@gmail.com1
e-mail: ahmadimiru.sh@gmail.com2
e-mail: maskunmaskun31@gmail.com3

Abstract
The rapid development of buying and selling online today is also followed by a high number
of online based frauds. This study aims to determine the legal protection for consumers due to
online buying and selling fraud. This research is a normative legal research using a statutory
approach, a case approach, a conceptual approach, an analytical approach and a theoretical
approach. The result of this study indicates that legal protection for consumers due to online buying
and selling fraud creates responsibility for consumer losses in electronic transactions as regulated
both in the ITE Law, Civil Code, Criminal Code and Consumer Protection Law. The consumer
losses oblige the person who due to his fault published the loss has to compensate the loss. So the
recommendation of the researcher is for the online buying and selling agreement is still prone to
fraud, with this fraud, it issues legal consequences, the main cause of prone to the online buying and
selling business fraud is because there are several parties who are not responsible for all the items
sold.
Keywords: Buy-Sell; Online Shop; Fraud; Agreement; Electronic Transactions.
Abstrak
Maraknya perkembangan jual beli online saat ini, juga diikuti oleh tingginya angka
penipuan berbasis online. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi
konsumen akibat penipuan jual beli online. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan
menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan konseptual,
pendekatan analitis dan pendekatan teori. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlindungan
hukum bagi konsumen akibat penipuan jual beli online, menimbulkan tanggung jawab atas kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana diatur baik dalam UU ITE, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang Undang
Perlindungan Konsumen, atas kerugian konsumen mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Maka rekomendasi diajukan oleh peneliti:
dalam perjanjian jual beli online masih rawan terjadinya penipuan, dengan penipuan tersebut maka
menerbitkan akibat hukum, rawannya penipuan dalam bisnis jual beli online penyebab utamanya
karena ada beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab atas segala barang yang dijual.
Kata Kunci: Jual-Beli; Online Shop; Penipuan; Perjanjian; Transaksi Elektronik.


Naskah diterima: 30 Oktober 2020, direvisi: 10 Maret 2021, disetujui untuk terbit: 25 Maret 2021
Doi: 10.3376/jch.v6i2.304

270
Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

PENDAHULUAN No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan


Sejalan dengan perkembangan Transaksi Elektronik (selanjutnya
masyarakat dan teknologi, manusia disingkat UU ITE) dan PP No. 71 Tahun
semakin tinggi memanfaatkan fasilitas 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
teknologi digital, untuk berinteraksi Transaksi Elektronik. UU ITE dan PP
antara individu yang satu dengan individu No. 71 Tahun 2019 merupakan payung
yang lain (Aswari et al., 2017). Hampir hukum pertama untuk mengatur adanya
semua aktivitas perekonomian di dunia aktivitas transaksi elektronik di Indonesia,
memanfaatkan media internet dengan dan memberikan pembaruan hukum
menggunakan sarana sistem elektronik. dengan tujuan menjamin kepentingan
Salah satu segi aktivitas ekonomi, yaitu masyarakat akan jaminan kepastian
transaksi dengan memanfaatkan dunia hukum untuk bertransaksi dengan
internet yang populer dikenal dengan memanfaatkan media elektronik (Bintoro,
perdagangan melalui media internet 2011).
(e-commerce) (Bintoro, 2011). Kemajuan Perikatan atau populer disebut
dunia internet melahirkan suatu dunia kontrak memiliki fungsi begitu berarti
modern yang populer dikenal dengan pada kehidupan masyarakat sosial
dunia internet, di mana dalam dunia khususnya dalam dunia perdagangan.
internet individu yang satu dengan (Salim HS, 2017). Pada umumnya
individu yang lain bisa berinteraksi tanpa perjanjian telah lahir pada saat terjadinya
batas wilayah dan dilakukan tanpa persesuaian kehendak para pihak tentang
bertemu muka secara langsung tetapi unsur esensial atau hal yang pokok dari
dilakukan melalui transaksi elektronik perjanjian tersebut. Seperti contoh,
(Meliala, 2015). seandainya pada perjanjian jual beli sudah
Kemunculan dunia internet terjadinya kesepakatan mengenai “barang
menimbulkan begitu banyak akibat dan harga,” lahirnya perjanjian,
hukum dalam segi kehidupan manusia sebaliknya segala sesuatu yang belum
tidak terkecuali mengenai perikatan yang diperjanjikan untuk para pihak hendaknya
awal mulanya bermodel konvensional ditentukan oleh undang-undang (Miru,
(tertulis ataupun lisan) namun dengan 2018).
perkembangannya muncul model Mengenai perjanjian itu sendiri
perjanjian modern, ialah perikatan atau tentunya mempunyai syarat-syarat
kontrak elektronik (Wahyu Suwena Putri, tertentu, baik syarat menurut undang-
2018). undang yang berlaku maupun syarat yang
Di Indonesia kehadiran teknologi disepakati oleh kedua belah pihak
informasi telah diundangkan UU No. 11 (Pasmatuti, 2019). Pasal 1320 Kitab
Tahun 2008 tentang Informasi dan Undang-Undang Hukum Perdata
Transaksi Elektronik dan UU No. 19 mengatur, untuk sahnya suatu perjanjian
Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 271


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

diperlukan empat syarat, yaitu: (Prawira pembuatan perjanjian. Jika salah satu
Buana et al., 2020) syarat tidak terpenuhi perjanjian tersebut
dapat dibatalkan dan batal demi hukum
a. Sepakat mereka yang mengikatkan
(Prawira Buana et al., 2020).
dirinya, artinya bahwa para pihak
yang mengadakan perjanjian itu harus Perjanjian melalui jual beli melalui
bersepakat atau setuju mengenai sistem elektronik contoh dari situs jual
perjanjian yang akan diadakan beli online (e-commerce) di Indonesia, di
tersebut, tanpa adanya paksaan, antaranya yaitu Tokopedia, Lazada,
kekhilafan dan penipuan; Blibli.com, Bukalapak, Zalora, Shopee,
b. Kecakapan, yaitu bahwa para pihak Berrybenka, Kaskus, Traveloka (Solim et
yang mengadakan perjanjian harus al., 2019). Peninjauan telah dilaksanakan
cakap menurut hukum, serta berhak dengan situs jual-beli Bukalapak.com
dan berwenang melakukan ditemukan 1 (satu) sampai 5 (lima)
perjanjian; pengguna internet sempat sebagai korban
c. Mengenai suatu hal tertentu, hal ini penipuan online. Berdasarkan peninjauan
maksudnya adalah bahwa perjanjian itu ditemukan penipuan online melalui
tersebut harus mengenai suatu objek situs media sosial baik itu forum,
tertentu; Facebook, maupun Twitter. Sebanyak
d. Suatu sebab yang halal, yaitu isi dan 46% informan berdasarkan peninjauan ini
tujuan suatu perjanjian haruslah membenarkan pernah mendapati penipuan
berdasarkan hal-hal yang tidak melalui forum jual beli, sedangkan 24%
bertentangan dengan undang-undang, informan lewat Facebook, adapun lainnya
kesusilaan dan ketertiban. 16% tertipu lewat web dan 14% layanan
pesan pendek (Fauzi & Primasari, 2018).
Keempat syarat tersebut populer
disebut dengan “sepakat, cakap, hal Contoh kasus penipuan perjanjian
tertentu, dan sebab yang halal.” (Miru, jual beli online adalah kasus yang terjadi
2018). Selanjutnya Keempat unsur di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi
tersebut, pada doktrin ilmu hukum Selatan pada tahun 2020, di mana dalam
yang berkembang, digolongkan ke dalam: kronologis kasusnya korban F dan pelaku
(Widjaja, 2014). NBH telah melakukan kesepakatan
melalui media online untuk transaksi jual
1. Dua unsur utama yang berkaitan
beli masker sensi yang telah diunggah
subjek (pihak) yang melahirkan
pelaku melalui aplikasi media sosial
perjanjian (unsur subjektif), dan;
Facebook, kemudian pelaku dan korban
2. Dua unsur utama lainnya yang mulai saling tawar menawar melalui
berkaitan langsung mengenai objek aplikasi Messenger, korban dan pelaku
perjanjian (unsur objektif). sepakat mengenai harga Rp. 170.000/box
Syarat-syarat tersebutlah yang wajib dengan memesan barang berupa masker
dipenuhi oleh setiap pihak dalam sebanyak 15 box dengan harga

272 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

Rp. 2.550.000, kemudian korban Chatting mempunyai situs ataupun website media
lagi melalui WhatsApp dan pelaku sosial Facebook dan WhatsApp, yang
mengirim nomor rekening ke korban. memperjualbelikan berbagai macam
Akan tetapi, setelah korban mentransfer produk elektronik, seperti handphone,
uang terhadap si pelaku dengan lunas kamera digital, ipod ataupun laptop. Si
sesuai dengan harga barang, maka pelaku korban yang membuka situs ataupun
pun membuat paket berupa satu kotak website tersebut melihat foto handphone
berisi buku tulis dan handuk bayi bekas, blackberry dan tertarik untuk membeli
dengan tampilan rapi kemudian pelaku melalui online. Akan tetapi, yang terjadi
menuju ke tempat pengiriman barang di setelah si korban mentransfer uang
Kota Parepare bersama istrinya untuk kepada si pelaku secara berangsur.
mengirimkan barang tersebut ke alamat Namun yang terjadi ketika
pemesan, tidak berselang beberapa menit pembayarannya telah dilunasi, tetapi si
kemudian pelaku memblokir nomor korban tidak kunjung mendapatkan
WhatsApp dan akun Facebook korban, handphone blackberry yang sudah
dalam kasus ini korban mengalami dibayar lunas tersebut, berdasarkan alat
kerugian dan melaporkan kejadian ini ke bukti, saksi-saksi dan fakta-fakta hukum
Polres Kabupaten Barru dan dalam kasus pelaku dijerat dikenakan dugaan unsur
ini pihak kepolisian telah berhasil penipuan Pasal 45A ayat (1) Jo Pasal 28
mengungkap kasus penipuan perjanjian ayat (1) Undang-undang Nomor 19 tahun
jual beli online dengan barang bukti yang 2016 tentang Perubahan atas Undang-
diamankan satu buah handphone merek undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Oppo warna gold, kartu handphone satu, Informasi dan Transaksi Elektronik
dos dengan tampilan rapi, buku, serta dengan ancaman pidana paling lama 6
selimut bayi bekas dan uang (enam) tahun dan/atau denda paling
Rp. 450.000,- berdasarkan alat bukti, banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
saksi-saksi dan fakta-fakta hukum pelaku rupiah) dan akan dikenakan Pasal 378
dijerat dugaan terpenuhi unsur penipuan KUHPidana tentang penipuan dengan
Pasal 45A ayat (1) Undang-Undang hukuman penjara 4 (empat) tahun
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU (Oentoro, 2017).
ITE) dengan ancaman pidana paling lama Berdasarkan kasus tersebut di atas,
6 (enam) tahun dan/atau denda paling
membuktikan fakta hukum bahwa
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar transaksi perjanjian jual beli online rawan
rupiah) dan akan dikenakan Pasal 378 terjadinya penipuan, tentunya ini terjadi
KUHPidana tentang penipuan dengan karena aktivitas transaksi perjanjian jual
hukuman penjara 4 (empat) tahun. beli melalui transaksi elektronik tidak
(Ahkam, 2020). adanya aktivitas pertemuan secara
Contoh kasus di Kota Manado langsung dan kadang di antara para pihak
Provinsi Sulawesi Utara, pelaku kejahatan tidak saling mengenal, sehingga hal ini

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 273


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

rawan terjadinya penipuan, jika melihat terjadinya penipuan dalam jual beli
contoh kasus di atas maka tunduk pada online.
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Dalam jual beli online, masyarakat
Perdata yaitu syarat sahnya perjanjian. dapat melakukan perjanjian jual beli
Sehingga dengan tunduknya pada Pasal online melalui sebuah perusahaan
1320 Kitab Undang-Undang Hukum e-commerce terkemuka di Indonesia
Perdata maka seandainya salah satu pihak seperti Tokopedia, Lazada, Blibli.com,
melanggarnya, tentunya akan muncul Bukalapak, Zalora, Shopee, Berrybenka,
konsekuensi hukum adalah perjanjian Kaskus dan Traveloka, yang tentunya
dapat dimohonkan pembatalan dan batal perusahaan terkemuka perdagangan
demi hukum. Selain konsekuensi hukum online (e-commerce) atau marketplace
perdata di atas juga berdampak pada besar di Indonesia yang telah memiliki
konsekuensi hukum pidana penipuan, UU sistem yang terstruktur dengan baik untuk
ITE dan UU Perlindungan Konsumen mencegah terjadinya rawan penipuan
yang berlaku positif di Indonesia. sehingga cenderung lebih aman,
Isu hukum berdasarkan kasus tersebut dibandingkan dengan jual beli online baik
di atas, ditemukan fakta hukum bahwa Facebook, Messenger, Telegram,
dalam perjanjian jual beli online masih WhatsApp, Instagram, Twitter, Forum
rawan terjadinya penipuan, masalah yang tentunya risiko sangat besar terjadi
hukum yang sering terjadi pada penipuan rawan penipuan karena situs jual beli
perjanjian jual beli online, misalnya online bukan sebuah perusahaan
pembeli sudah membayar harganya tetapi e-commerce terkemuka di Indonesia
penjual tidak mengirim barang sampai yang tentunya tidak memiliki sistem yang
waktu yang lama bahkan tidak sampai, terstruktur dengan baik untuk mencegah
karena barang tersebut memang tidak terjadinya rawan penipuan sehingga
pernah ada sebelumnya, barang yang cenderung tidak terlalu aman.
sampai ke pembeli rusak atau tidak Sebagaimana diketahui ada beberapa
sebagaimana mestinya sehingga pembeli pengaturan hukum yang telah mengatur
tidak memakainya. Berdasarkan masalah masalah penipuan dalam perjanjian jual
hukum tersebut di atas, rawan terjadinya beli online dalam hukum positif Indonesia
penipuan karena perjanjian jual beli baik pengaturan tentang transaksi
online tidak dilakukan pertemuan elektronik yang diatur dalam UU No. 11
langsung dan para pihak kadang tidak Tahun 2008 tentang Informasi dan
saling mengenal. Sehingga para subjek Transaksi Elektronik dan UU No. 19
hukum dalam perjanjian jual beli online Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU
tanpa bertemu dan begitu pula dengan No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
objek yang diperjanjikan dalam jual beli. Transaksi Elektronik sebagai dasar utama
Sehingga hal ini menimbulkan rawan pengaturan jual beli online, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71

274 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan METODE PENELITIAN


Sistem dan Transaksi Elektronik, Kitab Tipe penelitian dipergunakan untuk
Undang-undang Hukum perdata, Kitab penelitian ini merupakan “tipe penelitian
Undang-undang Hukum Pidana, dan hukum doktrinal” ataupun “penelitian
Undang-undang Perlindungan Konsumen. hukum normatif (Nurul Qamar et al.,
Akan tetapi, dengan adanya pengaturan 2017). Penelitian normatif adalah
hukum tersebut tetapi fakta di dalam penelitian hukum kepustakaan yang di
masyarakat masih ditemukan rawan Negara-negara yang sudah lazim disebut
terjadinya penipuan jual beli online. Hal “Legal Research” atau “Legal Research
ini disebabkan penegak hukum belum Instruction” (Soekanto, 2015).
cukup mampu menerapkan dengan baik Pendekatan yang dipergunakan mengenai
pengaturan hukum untuk mengantisipasi, tipe penelitian ini terdiri dari (Irwansyah,
mengoptimalkan atau menekan terjadinya 2020). Pendekatan Perundang-undangan,
persoalan-persoalan hukum yang sering Pendekatan Kasus, Pendekatan
terjadi dalam jual beli online. Konseptual, Pendekatan Analitis,
Dengan perkembangan masyarakat Pendekatan Teori. Sedangkan analisis
dan teknologi, telah terjadi perubahan data yang digunakan dalam penelitian ini
gaya hidup dan perilaku masyarakat dunia merupakan jenis analisis kualitatif
yang awalnya perjanjian jual beli dengan data berasal dari kepustakaan,
berbentuk konvensional (tertulis dan berupa bahan-bahan hukum, seperti bahan
lisan) kini telah mengalami hukum primer, bahan hukum sekunder
perkembangan dengan munculnya dan bahan hukum tersier (Nurul Qamar et
perjanjian atau kontrak elektronik. Akan al., 2017). Mengenai analisis yuridis
tetapi, dengan munculnya perkembangan normatif pada esensinya memfokuskan
perjanjian atau kontrak elektronik, yang pada metode deduktif untuk pegangan
semula perjanjian jual beli dengan tatap utama, dan metode induktif sebagai tata
muka (konvensional) kini telah beralih kerja penunjang. (Asikin, 2004).
dengan perjanjian jual beli online, HASIL DAN PEMBAHASAN
perjanjian jual beli online dalam hal ini
Di era digital saat ini khususnya
tanpa dilakukan secara langsung tetapi
Indonesia, jual beli online sudah sangat
melalui media online tanpa dilakukan
masif perkembangannya. Berbelanja
pertemuan secara langsung, maka dengan
online sangat memudahkan orang-
beralih proses transaksi jual beli tersebut
orang untuk berbelanja dengan hanya
maka risiko terjadinya masalah-masalah
memesan ke olshop (online shop)
hukum semakin meningkat, misalnya
melalui gadget-nya dan tanpa harus
rawan terjadinya penipuan, wanprestasi,
lagi berbelanja ke swalayan-swalayan
kekhilafan atau kesesatan dalam transaksi
ataupun supermarket (Putu Surya
jual beli online.
Mahardika, 2018).

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 275


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

Kegiatan jual beli online merupakan Rawannya penipuan dalam bisnis jual
cara baru yang cukup berkembang saat beli online yang disebabkan karena ada
ini, sebab dapat memudahkan konsumen beberapa pihak yang tidak bertanggung
dalam memenuhi kebutuhan berbelanja. jawab atas segala barang yang dijual.
Transaksi online menjadi pilihan karena Maka dari itu bisnis jual beli online bisa
memiliki keunggulan antara lain lebih berjalan dengan baik apabila si penjual
praktis serta mudah dan dapat dilakukan benar-benar jujur dalam menjual barang
kapanpun selama memiliki koneksi yang akan dijualnya. Selain itu dalam
internet, namun disisi lain memiliki melakukan transaksi jual beli online,
dampak negatif yaitu timbulnya penjual dan pembeli akan membutuhkan
permasalahan hukum yang dapat pihak ketiga untuk melakukan penyerahan
menimbulkan kerugian bagi konsumen barang yang dilakukan oleh pedagang dan
(Belly Riawan, 2015). Kemungkinan penyerahan uang yang dilakukan oleh
terjadinya kasus penipuan juga begitu pembeli (Masruroh, 2019).
besar, disebabkan oleh kurangnya Tahapan pelaksanaan dalam
informasi yang seringkali diterima oleh bertransaksi jual beli secara elektronik:
konsumen. Walaupun secara keabsahan (Rika, 2016)
proses transaksi sudah dijelaskan pada
Kitab Undang-undang Hukum Perdata 1. Penawaran barang dan jasa;
(Burgerlijk Wetboek) dalam Pasal 1458 2. Pemesanan;
diatur: 3. Pembayaran;
4. Pengiriman.
“Jual beli itu dianggap telah terjadi
antara kedua belah pihak, seketika Beberapa bentuk dari penipuan
setelahnya orang-orang ini mencapai yang lazim terjadi pada situs jual beli
sepakat tentang kebendaan tersebut online adalah sebagai berikut: (Solim et
dan harganya, meskipun kebendaan al., 2019)
itu belum diserahkan, maupun
a. Ketidaksesuaian barang/produk yang
harganya belum dibayar.”
diterima dengan yang dipesan;
Menurut Ahmadi Miru b. Identitas pelaku usaha atau konsumen
mengemukakan pendapat mengenai jual fiktif;
beli: (Pati, 2018) c. Penipuan harga diskon barang/produk
“Perjanjian jual beli, khususnya jual yang ditawarkan.
beli barang bergerak merupakan
Kasus penipuan yang kerap terjadi
perjanjian yang bersifat konsensual,
akhir-akhir ini semakin membuat resah
yakni mengikat pada saat terjadinya
masyarakat. Bagaimana tidak, berbagai
kesepakatan, walaupun harganya
belum dibayar dan barangnya belum cara dilakukan dalam aksi penipuan dan
diserahkan.” salah satunya adalah penipuan jual beli
online yang kini marak terjadi di dunia
maya. Para pelaku penipuan pun

276 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

tampaknya sudah tidak takut lagi dengan Sistem dan Transaksi Elektronik diatur
hukuman atau pidana yang dapat menjerat bahwa:
mereka apabila mereka terbukti a. Kehati-hatian;
melakukan kejahatan penipuan tersebut. b. Pengamanan dan terintegrasinya
Bahkan penipuan jual beli online semakin sistem teknologi informasi;
marak terjadi dengan cara-cara yang lebih c. Pengendalian pengamanan atas
canggih sehingga terkesan tidak aktivitas transaksi elektronik;
meninggalkan bukti (Wahyu Adi Susanto, d. Efektivitas dan efisiensi biaya; dan
Heni Hendrawati, 2017). e. Perlindungan konsumen sesuai
Pengaturan mengenai penipuan dengan ketentuan peraturan
secara online sangat dibutuhkan demi perundang-undangan.
memberikan perlindungan kepada
Perlindungan konsumen merupakan
masyarakat yang ingin melaksanakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
transaksi melalui online. Masyarakat dan
kegiatan bisnis yang sehat. Dalam
konsumen yang ingin melaksanakan
kegiatan bisnis yang sehat terdapat
transaksi melalui online yang mendapati
keseimbangan perlindungan hukum antara
penipuan tentunya memunculkan
konsumen dan produsen. Tidak adanya
kerugian secara materiel dan memberikan
perlindungan yang seimbang
keuntungan kepada pihak yang
menyebabkan konsumen pada posisi yang
melaksanakan penipuan (Rahmad, 2019).
lemah. Kerugian-kerugian yang dialami
Menurut analisis penulis, dalam oleh konsumen dapat timbul sebagai
ketentuan Pasal 9 UU ITE dijelaskan akibat dari adanya hubungan hukum
bahwa pelaku usaha yang menawarkan perjanjian antara produsen dan konsumen,
produk melalui sistem elektronik harus maupun akibat dari adanya perbuatan
menyediakan informasi yang lengkap dan melanggar hukum yang dilakukan oleh
benar berkaitan dengan syarat produsen (Wijaya, 2020).
kontrak, produsen, dan produk
Menurut analisis penulis, bentuk
yang ditawarkan dengan mengutamakan
perlindungan hukum yang diberikan oleh
iktikad baik. Kemudian dalam Pasal 10
aparat penegak hukum dalam kasus
ayat (1) UU ITE mewajibkan setiap
penipuan jual beli online, yaitu dengan
pelaku usaha yang menyelenggarakan
memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
Transaksi Elektronik harus disertifikasi
korban. Adanya laporan dari korban,
oleh lembaga Sertifikasi keandalan. Tidak
maka aparat penegak hukum mengusut
hanya itu, dalam penyelenggaraan
dan menjerat pelaku tindak pidana
e-commerce, penyelenggara Agen
penipuan jual beli online sesuai dengan
Elektronik wajib memperhatikan prinsip
ketentuan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan Pasal 39 ayat (1) PP No.
yang berlaku. Pelaku dapat dijerat dengan
71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (selanjutnya disingkat dengan

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 277


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum memanfaatkan fasilitas teknologi digital


Perdata (Burgerlijk Wetboek), UU untuk berinteraksi jual beli online, dengan
Perlindungan konsumen dan UU No. 19 perkembangan tersebut memunculkan
Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU persoalan hukum yaitu rawan terjadinya
No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan penipuan, walaupun UU ITE telah
Transaksi Elektronik (selanjutnya memberikan kepastian hukum dalam jual
disingkat dengan UU ITE). beli online. Akan tetapi, dengan adanya
pengaturan hukum tersebut, fakta di
1. Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen Akibat Penipuan Jual masyarakat masih ditemukan rawan
Beli Online ditinjau dari UU ITE terjadinya penipuan dalam jual beli
online. Hal ini disebabkan penegak
Bagi para pengguna yang
hukum belum cukup mampu menerapkan
memanfaatkan situs forum atau web untuk
dengan baik pengaturan hukum tersebut
melakukan penipuan dengan cara
untuk mengantisipasi, mengoptimalkan
memberikan informasi palsu dan
atau menekan terjadinya persoalan-
melakukan serangkaian kebohongan
persoalan hukum yang sering terjadi
untuk membeli suatu produk yang
dalam jual beli online,
ditawarkan, dalam hal ini berarti telah
melakukan tindak pidana penipuan dan 2. Perlindungan Hukum Bagi
melanggar ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU Konsumen Akibat Penipuan Jual
ITE, yang mengatur sebagai berikut: Beli Online ditinjau dari Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
“Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan berita Berdasarkan Pasal 1365 Kitab
bohong dan menyesatkan yang Undang-Undang Hukum Perdata
mengakibatkan kerugian konsumen mengatur bahwa:
dalam Transaksi Elektronik.” “Tiap perbuatan melanggar hukum,
Ketentuan pidana Pasal 28 ayat (1) yang membawa kerugian kepada
UU ITE dapat dilihat dalam Pasal 45 ayat orang lain, mewajibkan orang yang
(2) diatur bahwa: karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian
“Setiap orang yang memenuhi unsur tersebut.”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana Menurut analisis penulis, berdasarkan
dengan pidana penjara paling lama 6 Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
(enam) tahun dan/atau denda paling Perdata tersebut di atas mengatur bahwa
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu setiap perbuatan yang melanggar hukum,
miliar rupiah).” yang menimbulkan kerugian kepada
Menurut analisis penulis, sejalan orang lain, mewajibkan orang yang
dengan perkembangan masyarakat dan karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
perjanjian jual beli online, manusia mengganti kerugian tersebut, dengan
semakin hari semakin tinggi munculnya kerugian yang dialami oleh

278 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

orang lain maka mewajibkan orang yang kehendak yang terakhir tidak diatur dalam
karena salahnya memunculkan kerugian Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
itu, untuk wajib bertanggung jawab namun lahir sesudah mengalami
dengan mengganti kerugian tersebut dan kemajuan hukum kontrak (Miru, 2018).
pembeli yang dirugikan dengan adanya Ketiga cacat kehendak yang diatur
unsur penipuan tersebut menerbitkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
suatu tuntutan untuk membatalkan Perdata dapat dilihat dalam Pasal 1321
perjanjian jual beli online tersebut. dan Pasal 1449 Kitab Undang-Undang
Selain dalam UU ITE dan KUHP Hukum Perdata yang masing-masing
mengatur mengenai akibat hukum menentukan sebagai berikut (Miru, 2018).
terjadinya penipuan dalam perjanjian jual
Pasal 1321 Kitab Undang-Undang
beli online diatur juga dalam hukum Hukum Perdata:
perdata, yaitu utamanya mengenai syarat
kesepakatan yang merupakan syarat “Tiada kesepakatan yang sah apabila
sepakat itu diberikan karena
pokok lahirnya perjanjian, artinya jika
kekhilafan, atau diperolehnya dengan
belum adanya kesepakatan para pihak,
paksaan atau penipuan.”
belum lahir perjanjian. Namun, meskipun
telah lahirnya kesepakatan para pihak Pasal 1449 Kitab Undang-Undang
yang melahirkan perjanjian, tetapi Hukum Perdata:
terdapat kemungkinan bahwa kesepakatan “Perikatan yang dibuat dengan
yang sudah lahir tersebut mendapati paksaan, kekhilafan atau penipuan,
kecacatan atau yang sering disebut cacat menerbitkan suatu tuntutan untuk
kesepakatan atau cacat kehendak dengan membatalkannya.”
demikian memungkinkan perjanjian Ahmadi Miru mengemukakan
tersebut dimohonkan pembatalan bagi pendapat bahwa, secara sederhana
pihak yang menganggap dirugikan oleh keempat hal yang menimbulkan
perjanjian tersebut (Miru, 2018). terjadinya cacat dalam kesepakatan
Menurut Ahmadi Miru cacat tersebut secara sederhana bisa diuraikan
kehendak atau cacat kesepakatan dapat sebagai berikut (Miru, 2018).
terjadi karena terjadinya hal-hal di “Kekhilafan terjadi jika salah satu
antaranya: (Miru, 2018) pihak keliru tentang apa yang
diperjanjikan, namun pihak lain
a. Kekhilafan atau kesesatan;
membiarkan pihak tersebut dalam
b. Paksaan;
keadaan keliru.”
c. Penipuan; dan
d. Penyalahgunaan keadaan. “Paksaan terjadi jika salah satu pihak
memberikan kesepakatannya karena
Tiga cacat kehendak yang pertama ditekan (dipaksa secara psikologis),
diatur dalam Kitab Undang-Undang jadi yang dimaksud dengan paksaan
Hukum Perdata sedangkan cacat bukan paksaan fisik karena jika yang

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 279


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

terjadi adalah paksaan fisik pada Penipuan sebagai salah satu alasan
dasarnya tidak ada kesepakatan.” pembatalan perjanjian dapat dilihat dalam
“Penipuan terjadi jika salah satu Pasal 1328 Kitab Undang-Undang Hukum
pihak secara aktif memengaruhi Perdata sebagai berikut (Miru, 2018):
pihak lain sehingga pihak yang “Penipuan merupakan suatu alasan
dipengaruhi menyerahkan sesuatu untuk pembatalan persetujuan,
atau melepaskan sesuatu.” apabila tipu muslihat dipakai oleh
“Penyalahgunaan keadaan terjadi salah satu pihak adalah sedemikian
jika pihak yang memiliki posisi rupa sehingga terang dan nyata
yang kuat (posisi tawarnya) bahwa pihak yang lain tidak telah
dari segi ekonomi maupun membuat perikatan itu jika tidak
psikologi menyalahgunakan keadaan dilakukan tipu muslihat tersebut.”
sehingga pihak lemah menyepakati “Penipuan tidak dipersangkakan,
hal-hal yang memberatkan baginya. tetapi harus dibuktikan. Hal ini berarti
Penyalahgunaan keadaan ini disebut setiap pembatalan kontrak dengan
juga cacat kehendak yang keempat alasan penipuan, harus dibuktikan
karena tidak diatur dalam Kitab telah terjadinya penipuan tersebut.”
Undang-Undang Hukum Perdata,
sedangkan tiga lainnya, yaitu Nieuwenhuis mengemukakan
penipuan, kekhilafan, dan paksaan pendapat bahwa (Nieuwenhuis, 1985):
diatur dalam Kitab Undang-Undang “Untuk berhasilnya upaya (dalil)
Hukum Perdata.” penipuan dalam Pasal 1328 Kitab
Penipuan bisa mengakibatkan Undang-Undang Hukum Perdata,
seorang yang tertipu sesat mengenai undang-undang mensyaratkan bahwa
barang yang menjadi objek perjanjian. gambaran yang keliru itu ditimbulkan
Dengan demikian, diketahui bahwa oleh rangkaian tipu muslihat
(kunstrepen). Dahulu peradilan
kesesatan dan penipuan menyebabkan
mengaitkan penggunaan bentuk
orang sesat atas objek perjanjian (Miru,
jamak ini dengan konsekuensi bahwa
2018).
satu kebohongan saja tidak akan
Berhubungan dengan hal di atas, pernah dapat membenarkan dalil
Nieuwenhuis menyatakan bahwa penipuan. Pendirian ini sekarang
(Nieuwenhuis, 1985): telah ditinggalkan (cf. HR 2-5-1969,
344: Beukingan/Van de Linde).
“Penipuan merupakan bentuk Bagaimanapun juga dari Arrest ini
kesesatan yang dikualifikasikan. dapat disimpulkan bahwa juga
Dikatakan ada penipuan bila sengaja berdiam diri (mendiamkan)
gambaran yang keliru tentang sifat- dapat dijadikan alasan untuk
sifat dan keadaan-keadaan (kesesatan) mendalilkan penipuan.”
ditimbulkan oleh tingkah laku yang
menyesatkan dari pihak lawan (atau Berdasarkan pendapat di atas Ahmadi
wakilnya).” Miru mengemukakan pendapat bahwa
(Miru, 2018):

280 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

“Kesimpulan di atas tentu harus Secara umum, ketentuan mengenai


dicermati karena dalam kesesatan tindak pidana penipuan diatur dalam
diisyaratkan bahwa pihak lawan dari KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
orang yang sesat harus mengetahui Pidana) Bab XXV Pasal 378-395. Tindak
atau seharusnya mengetahui tentang pidana penipuan sebagaimana pengertian
terjadinya kesesatan orang yang sesat
Pasal 378 KUHP adalah tindakan
tersebut sehingga berdasarkan
membujuk orang supaya memberikan
pendapat ini, batas antara penipuan
barang, membuat utang atau
dan kesesatan atau kekhilafan tidak
jelas lagi karena dalam kesesatan menghapuskan piutang dengan maksud
pihak lawan dari orang yang sesat hendak menguntungkan diri sendiri atau
harus mengetahui terjadinya orang lain dengan memakai nama atau
kesesatan berarti sama halnya dengan keadaan palsu, akal cerdik, atau karangan
orang yang dengan sengaja berdiam perkataan bohong (R. Soesilo, 1986).
diri padahal mengetahui adanya
Penipuan secara online pada
kekeliruan orang atau pihak lain
prinsipnya sama dengan penipuan
dalam kontrak tersebut.”
konvensional, yang membedakan
Menurut Ahmadi Miru dalam
hanyalah pada sarana perbuatannya yakni
bukunya hukum kontrak & perancangan
menggunakan sistem elektronik
kontrak berpendapat bahwa (Miru, 2018):
(komputer, internet, perangkat
“Perbedaan utama antara kesesatan telekomunikasi). Sehingga secara hukum,
dan penipuan terletak pada aktif penipuan secara online dapat
tidaknya pihak tersebut dalam diperlakukan sama sebagaimana delik
memengaruhi pihak lain agar pihak konvensional yang diatur dalam Kitab
lawannya mengadakan kontrak yang Undang-undang Hukum Pidana (Rizky &
merugikan pihak lawannya tersebut.
Gorda, 2019).
Apabila pihak tersebut secara aktif
memengaruhi pihak lain, yang Dalam hal pelaku usaha atau penjual
terjadi adalah penipuan sedangkan ternyata menggunakan identitas palsu atau
apabila pihak tersebut tidak aktif melakukan tipu muslihat dalam jual beli
memengaruhi pihak lain, tetapi pihak online, maka pelaku usaha dapat
itu sendiri yang berkeinginan untuk dijatuhkan pidana untuk memberikan efek
membuat kontrak, namun pihak jera pada pelaku salah satunya dalam
tersebut keliru tentang objek kontrak
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dan kekeliruan itu merugikan dirinya,
berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-
namun dibiarkan oleh pihak
undang Hukum Pidana tentang penipuan
lawannya yang terjadi adalah
kekhilafan.” dengan sanksi pidana penjara paling lama
empat tahun (Roy Eka Perkasa, Nyoman
3. Perlindungan Hukum Bagi
Serikat P, 2016).
Konsumen Akibat Penipuan Jual
Beli Online ditinjau dari Sedangkan pengertian penipuan
KUHPidana secara yuridis merupakan bagian dari

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 281


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

rumusan tindak pidana yang diatur dalam Konsumen bukanlah kata baru dalam
KUHP, tetapi dengan rumusan penipuan literatur kepustakaan, pada hakikatnya
yang diatur dalam KUHP tidak setiap individu dalam aktivitas
merupakan suatu penjelasan tetapi hanya kesehariannya adalah konsumen. Hanya
untuk menegaskan mengenai unsur-unsur dalam kedudukan sebagai konsumen
suatu tindakan sehingga pelaku tindak seseorang tidaklah menyadari akan hak
pidana penipuan boleh dipidana dan kewajiban yang melekat pada dirinya
(Rahmanto, 2019), di mana unsur-unsur sebagai konsumen yang pada saat
suatu perbuatan penipuan ditegaskan pada bersamaan sesungguhnya haruslah
Pasal 378 KUHP yang mengatur bahwa: dilindungi (Maskun, 2013).
“Barang siapa dengan maksud Di Indonesia, perlindungan
hendak menguntungkan diri sendiri konsumen diatur berdasarkan Undang-
atau orang lain dengan melawan hak, Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
baik dengan memakai nama palsu, Perlindungan Konsumen. Aturan khusus
baik dengan aksi dan tipu muslihat ini terasa membawa angin perubahan
maupun dengan karangan-karangan
yang sangat diharapkan akan menjadi
perkataan bohong, membujuk orang
argumentasi hukum ketika persoalan-
supaya memberikan suatu barang,
persoalan konsumen tampak di
membuat utang atau menghapuskan
piutang, diancam karena penipuan permukaan. UU ini sebenarnya juga
dengan hukuman penjara selama- memberikan suatu posisi tawar bagi
lamanya empat tahun.” konsumen sekaligus menciptakan aturan
main yang fair bagi semua pihak
Menurut analisis penulis, akibat
(Maskun, 2013).
hukum terjadinya penipuan perjanjian jual
beli online, dengan terjadinya penipuan Menyadari lingkup perlindungan
tersebut memunculkan kerugian kepada konsumen (UUPK) masih tertatih-tatih
pihak yang dirugikan, sehingga dalam merespon perkembangan
memunculkan tanggung jawab pidana telematika khususnya transaksi di
kepada yang karena salahnya internet, maka perlu penajaman baik
memunculkan kerugian itu, sesuai dengan dalam bentuk penyempurnaan UUPK
Pasal 378 KUHP apabila telah memenuhi yang sudah ada (revisi) maupun membuat
unsur-unsur Pasal 378 maka akan kebijakan yang relevan dengan hak-hak
diancam karena penipuan dengan konsumen (Maskun, 2013).
hukuman penjara selama-lamanya empat Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang
tahun. Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
4. Perlindungan Hukum Bagi tentang Perlindungan Konsumen
Konsumen Akibat Penipuan Jual mengatur mengenai:
Beli Online ditinjau dari UU
“Hak Konsumen dalam transaksi jual
Perlindungan Konsumen
beli online:

282 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

1. hak atas kenyamanan, “Kewajiban Konsumen dalam


keamanan, dan keselamatan transaksi jual beli online:
dalam mengkonsumsi barang a. membaca atau mengikuti petunjuk
dan/atau jasa; informasi dan prosedur
2. hak untuk memilih barang pemakaian atau pemanfaatan
dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa, demi
barang dan/atau jasa tersebut keamanan dan keselamatan;
sesuai dengan nilai tukar dan b. beriktikad baik dalam melakukan
kondisi serta jaminan yang transaksi pembelian barang
dijanjikan; dan/atau jasa;
3. hak atas informasi yang benar, c. membayar sesuai dengan nilai
jelas, dan jujur mengenai kondisi tukar yang disepakati;
dan jaminan barang dan/atau d. mengikuti upaya penyelesaian
jasa; hukum sengketa perlindungan
4. hak untuk didengar pendapat dan konsumen secara patut.”
keluhannya atas barang dan/atau
Konsumen dalam melakukan
jasa yang digunakan;
transaksi jual beli secara online harus jeli,
5. hak untuk mendapatkan
teliti, serta waspada terhadap penawaran
advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh pelaku usaha. Tidak
perlindungan konsumen secara jarang pelaku usaha menawarkan produk
patut; yang fiktif, yang dijual murah agar
6. hak untuk mendapat pembinaan konsumen tertarik. Konsumen harus
dan pendidikan konsumen; memastikan dahulu sebelum memesan
7. hak untuk diperlakukan atau barang, pastikan merchant memiliki nilai
dilayani secara benar dan jujur rating yang baik. Apabila tertarik dengan
serta tidak diskriminatif; barang yang ditawarkannya, maka
8. hak untuk mendapatkan lakukan komunikasi terlebih dahulu untuk
kompensasi, ganti rugi dan/atau
memastikan apakah barang benar-benar
penggantian, apabila barang
ada, setelah itu konsumen menanyakan
dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tentang spesifikasi barang yang akan
tidak sebagaimana mestinya; dibelinya. Jika setuju, maka konsumen
9. hak-hak yang diatur dalam segera membayar harga atas barang
ketentuan peraturan perundang- tersebut kemudian barang akan
undangan lainnya.” dikirimkan. Kegiatan aktif konsumen
Sedangkan berdasarkan Pasal 5 untuk selalu berkomunikasi atau bertanya
Undang-Undang Republik Indonesia tentang barang yang akan dibelinya
Nomor 8 Tahun 1999 tentang kepada pelaku usaha akan dapat
Perlindungan Konsumen mengatur mengurangi dampak kerugian bagi
mengenai: konsumen (Maharani, 2018).

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 283


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

SIMPULAN penyebab utamanya karena ada beberapa


Dari uraian hasil penelitian dan pihak yang tidak bertanggung jawab atas
pembahasan di atas, maka perlindungan segala barang yang dijual. Maka dari itu
hukum bagi konsumen akibat penipuan bisnis jual beli online bisa berjalan
jual beli online, menimbulkan tanggung dengan baik apabila si pelaku usaha dan
jawab atas kerugian konsumen dalam konsumen benar-benar jujur dalam
transaksi elektronik sebagaimana diatur bertransaksi jual beli online dan wajib
baik dalam UU ITE, Kitab Undang- memperhatikan, iktikad baik, prinsip
Undang Hukum Perdata, Kitab Undang- kehati-hatian; transparansi; akuntabilitas;
Undang Hukum Pidana dan UU dan kewajaran dalam melakukan transaksi
Perlindungan Konsumen, atas kerugian jual beli online tersebut. Dan diharapkan
konsumen mewajibkan orang yang karena apabila terjadi kerugian konsumen agar
salahnya menerbitkan kerugian itu, pelaku usaha lebih memprioritaskan
mengganti kerugian tersebut. Akan tetapi, konsumen jika terjadi kerugian sebagai
dengan adanya pengaturan hukum bentuk perlindungan hukum dan untuk
tersebut, fakta di masyarakat masih penyusun Undang-undang (DPR) maupun
ditemukan rawan terjadinya penipuan pelaksana penegak hukum lebih aktif
dalam jual beli online. Hal ini disebabkan untuk mengantisipasi, mengoptimalkan
penegak hukum belum cukup mampu atau menekan terjadinya penipuan jual
menerapkan dengan baik pengaturan beli online dengan melihat perkembangan
hukum tersebut untuk mengantisipasi, hukum saat ini. Dan khusus untuk
mengoptimalkan atau menekan terjadinya Pemerintah dengan melihat Problematika
persoalan-persoalan hukum yang sering yang terjadi dalam jual beli online yang
terjadi dalam jual beli online, masalah masih sangat rawan Penipuan, maka
hukum yang sering terjadi pada penipuan perlu adanya upaya aktif dari Pemerintah
perjanjian jual beli online misalnya untuk mengantisipasi problematika
pembeli sudah membayar harganya tetapi sebelum problematika ini semakin
penjual tidak mengirim barang sampai berkembang dengan keleluasaan
waktu yang lama bahkan tidak sampai, kejahatan penipuan online yang semakin
karena barang tersebut memang tidak berkembang dengan cara-cara yang lebih
pernah ada sebelumnya, barang yang canggih.
sampai ke pembeli rusak atau tidak UCAPAN TERIMA KASIH
sebagaimana mestinya sehingga pembeli Pertama-tama penulis memberikan
tidak memakainya. Maka rekomendasi ucapan terima kasih yang sebesar-
diajukan oleh peneliti: dalam perjanjian besarnya kepada semua pihak yang telah
jual beli online masih rawan terjadinya memberikan saran maupun petunjuk di
penipuan, dengan penipuan tersebut maka tengah kesibukannya dalam
menerbitkan akibat hukum, rawannya merampungkan penyusunan artikel ini,
penipuan dalam bisnis jual beli online terkhusus ucapan terima kasih kepada

284 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

Ahmadi Miru dan Maskun selaku Dewi Setyowati, Candra Pratama Putra,
pembimbing bagi penulis dalam R. D. S. (2018). Perlindungan
menyelesaikan Studi Magister Hukum Pada Tindak Pidana E-
Kenotariatan Universitas Hasanuddin Commerce. Perspektif Hukum,
(UNHAS), dan semua pihak-pihak yang 18(2), 215–246.
terlibat dalam penyusunan artikel ini. Fauzi, S. N., & Primasari, L. (2018).
Semoga kontribusi yang telah diberikan Tindak Pidana Penipuan Dalam
kepada penulis bernilai ibadah. Transaksi Di Situs Jual Beli Online
(E-Commerce). Recidive, 7(3), 250–
Kedua Bapak Eviandi Ibrahim, 261.
selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Fitriani, S. (n.d.). Pelaku Penipuan Jual-
(STIH) Putri Maharaja Payakumbuh.
Beli Online di Sidrap Diamankan
DAFTAR PUSTAKA Polisi. Fajar.Co.Id. Retrieved
Ahkam. (2020). Polres Barru Ungkap January 2, 2021, from
Kasus Penipuan Transaksi Jual Beli https://fajar.co.id/2019/01/12/pelaku
Online. Newsmetropol.Com. -penipuan-jual-beli-online-di-
https://newsmetropol.com/polres- sidrap-diamankan-polisi/
barru-ungkap-kasus-penipuan- Irwansyah. (2020). Penelitian Hukum
transaksi-jual-beli-online/ Pilihan Metode & Praktik
Asikin, A. dan Z. (2004). Pengantar Penulisan Artikel. Mirra Buana
Metode Penelitian Hukum. Media.
RajaGrafindo Persada. Lamintang, P. A. F. (1997). Dasar Dasar
Aswari, A., Pasamai, S., Qamar, N., & Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra
Abbas, I. (2017). Kepastian Hukum Aditya Bakti.
Transaksi Jual Beli Telepon Seluler Maharani, R. P. (2018). Tanggung jawab
Melalui Media Elektronik Di penyelenggara transaksi elektronik
Indonesia - Legal Security on dalam melindungi hak konsumen.
Cellphone Trading Through Supremasi Jurnal Hukum, 1(1), 73–
Electronic Media in Indonesia. 86.
Jurnal Dinamika Hukum, 17(2),
Marzuki, P. M. (2016). Penelitian Hukum.
181–187.
Prenada Media Group.
Belly Riawan, I. M. M. (2015).
Maskun. (2013). Kejahatan Siber Cyber
Perlindungan Konsumen Dalam
Crime Suatu Pengantar.
Kegiatan Transaksi Jual Beli Online
KENCANA Prenada Media Group.
Di Indonesia. Kertha Semaya, 3(1),
1–5. Masruroh, A. (2019). Perlindungan
Hukum Bagi Konsumen Dalam Jual
Bintoro, R. W. (2011). Penerapan Hukum
Beli Secara Online Menurut
Dalam Penyelesaian Sengketa
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Transaksi Elektronik Di Peradilan
1999 Tentang Perlindungan
Umum. Jurnal Dinamika Hukum,
11(2), 258–272.

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 285


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

Konsumen. HUMANIS, 11(1), 53– Kota Payakumbuh. JCH (Jurnal


60. Cendekia Hukum), 4(2), 276–287.
Meliala, A. S. (2015). Analisis Yuridis Pati, A. M. dan S. (2018). Hukum
Terhadap Legalitas Dokumen Perjanjian Penjelasan Makna
Elektronik Sebagai Alat Bukti Pasal-Pasal Perjanjian Bernama
Dalam Penyelesaian Sengketa. dalam BW. UPT Unhas Press.
Jurnal Wawasan Hukum, 32(1), 99– Prawira Buana, A., Hasbi, H., Kamal, M.,
112. & Aswari, A. (2020). Implikasi
Miru, A. (2018). Hukum Kontrak &. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli
Perancangan Kontrak. Rajawali Telepon Seluler Ilegal (Black
Pers. Market). JCH (Jurnal Cendekia
Hukum), 6(1), 124–133.
Mustarin, B. (2017). Tinjauan Hukum
Nasional Dan Hukum Islam Putra, S. (2014). Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Terhadap Konsumen Dalam
Jual Beli Online. Jurnal Restorative Transaksi Jual-Beli Melalui E-
Justice, 1(2), 132–145. Commerce. Jurnal Ilmu Hukum,
4(2), 287–309.
Nawi, S. (2018). Penelitian Hukum
Normatif Versus Penelitian Hukum Putu Surya Mahardika, D. G. Ru. (2018).
Empiris. , PT Umitoha Ukhuwah Tanggung Jawab Pemilik Toko
Grafika. Online dalam Jual-Beli Online (E-
Commerce) Ditinjau Berdasarkan
Nieuwenhuis. (1985). Pokok-pokok
Hukum Perlindungan Konsumen.
Hukum Perikatan, Terjemahan
Kertha Semaya : Journal Ilmu
Djasadin Saragih. Universitas
Hukum, 2(5), 1–16.
Airlangga.
R. Soesilo. (1986). Kitab Undang-undang
Nurul Qamar, Muhammad Syarif, Aan
Hukum Pidana. PT. Karya
Aswari, Dachran S. Busthami,
Nusantara.
Hardianto Djanggih, Kamal Hidjaz,
F. S. R. (2017). Metode Penelitian Rahmad, N. (2019). Kajian Hukum
Hukum (Legal Research Methods). terhadap Tindak Pidana Penipuan
CV. Social Politic Genius (SIGn). Secara Online. Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah (J-HES), 3(2),
Oentoro, F. (2017). Tindak Pidana
103–117.
Penipuan Jual Beli Melalui Media
Elektronik (Online) Menurut Uu Rahmanto, T. Y. (2019). Penegakan
No. 11 Tahun 2008 Jo. Uu No. 19 Hukum Terhadap Tindak Pidana
Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Penipuan Berbasis Transaksi
Transaksi Elektronik. Lex Crimen, Elektronik (Legal Enforcement
VI(7), 72–78. Against Fraudulent Acts in
Electronic-Based Transactions).
Pasmatuti, D. (2019). Pelaksanaan
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE,
Perjanjian Antara Pdam Kota
19(1), 31–52.
Payakumbuh Dengan Pamsimas

286 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 2, Maret 2021

Redaksi. (n.d.). Penipu Online Jual HP Sumenge, M. M. (2013). Penipuan


Fiktif di Medsos Kembali Diringkus Menggunakan Media Internet
di Luwu Utara, Kapolres: Sudah Berupa Jual-Beli Online. Lex
Dua Pelaku Ditangkap. Crimen, II(4), 102–112.
Koranseruya.Com. Wahyu Adi Susanto, Heni Hendrawati, B.
https://koranseruya.com/penipu- (2017). Tinjauan Kriminologi
online-jual-hp-fiktif-di-medsos- Terhadap Tindak Pidana Penipuan
kembali-diringkus-di-luwu-utara- Jual Beli Online. Varia Justicia,
kapolres-sudah-dua-pelaku- 13(1), 38–46.
ditangkap.html
Wahyu Suwena Putri, N. B. (2018).
Rika, M. (2016). Perlindungan Hukum Keabsahan Kontrak Elektronik
Bagi Para Pihak Dalam Transaksi Dalam Transaksi E-Commerce
E-Commerce Melalui Facebook. Ditinjau Dari Hukum Perikatan.
Jurnal Hukum Progresif, X(1), Jurnal Analisis Hukum, 1(2), 300–
1642–1657. 309.
Rizky, A., & Gorda, A. A. A. N. S. R. Widjaja, K. M. & G. (2014). Perikatan
(2019). Tinjauan Yuridis Hukum yang Lahir dari Perjanjian.
Pidana Indonesia Dalam Mengatur Rajawali Pers.
Perlindungan Hukum Terhadap
Transaksi Online (E-Commerce). Wijaya, E. L. F. (2020). Perlindungan
Jurnal Analisis Hukum, 2(1), 130– Hukum Konsumen Atas Kesamaan
147. Bunyi Merek Terhadap Barang
Yang Tidak Sejenis. (JCH) Jurnal
Roy Eka Perkasa, Nyoman Serikat P, B. Cendekia Hukum, 5(2), 185–197.
E. T. (2016). Perlindungan Hukum
Pidana Terhadap Konsumen Dalam Perundang-Undangan:
Transaksi Jual/Beli Online (E- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Commerce) Di Indonesia. tentang Informasi dan Transaksi
Diponegoro Law Journal, 5(4), 1– Elektronik (Lembaran Negara
13. Republik Indonesia Tahun 2008
Salim HS. (2017). Teknik Pembuatan Nomor 58 dan Tambahan Lembaran
Akta Perjanjian (TPA Dua). Negara Republik Indonesia Nomor
Rajawali Pers. 4843).

Soekanto, S. (2015). Penelitian Hukum Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016


Normatif Suatu Tinjauan Singkat. tentang Perubahan atas Undang-
Rajawali Pers. Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi
Solim, J., Rumapea, M. S., Wijaya, A., Elektronik (Lembaran Negara
Manurung, B. M., & Lionggodinata, Republik Indonesia Tahun 2016
W. (2019). Upaya Penanggulangan Nomor 251 dan Tambahan
Tindak Pidana Penipuan Situs Jual Lembaran Negara Republik
Beli Online Di Indonesia. Samudra Indonesia Nomor 5952).
Keadilan, 14(1), 96–109.

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 287


Muhammad Kamran, Ahmadi Miru dan Maskun: Penipuan Berbasis Jual Beli Online...

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik


tentang Perlindungan Konsumen Indonesia Tahun 2019 Nomor 185
(Lembaran Negara Republik dan Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 Republik Indonesia Nomor 6400).
dan Tambahan Lembaran Negara Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Republik Indonesia Nomor 3821). (Burgerlijk Wetboek) Diumumkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Dengan Maklumat, Tanggal 30
tentang Telekomunikasi (Lembaran April 184 staatsblad Tahun 1847
Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 23 (Lembaran Negara
1999 Nomor 154 dan Tambahan Republik Indonesia Tahun 1975
Lembaran Negara Republik Nomor 12).
Indonesia Nomor 3881). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun (KUHP) Staatsblad 1915 Nomor
2019 tentang Penyelenggaraan 732 tentang Wetboek Van
Sistem dan Transaksi Elektronik Strafrecht.

288 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678

Anda mungkin juga menyukai