Oleh:
M.Abby bayhaqqi.G
02011282126266
No.DPNA: 112
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB I
A. Latar Belakang
Manusia termasuk kedalam kategori makhluk sosial yang dalam kehidupan dan
kesehariannya selalu bersosialisasi, berinteraksi dan bercengkrama dengan manusia
lainnya. Contoh dari kehidupan manusia yang menunjukkan manusia termasuk
kategori makhluk sosial ialah kegiatan jual beli. Jual beli ini merupakan sebuah
peristiwa sosial yang termasuk kedalam peristiwa hukum yang terjadi antara 2 pihak,
pihak-pihak nya yaitu penjual sebagai orang yang menjual dan menawarkan barang
dan pembeli sebagai orang yang membeli barang dari pihak penjual. Maka dari
peristiwa antara pejual dan pembeli itu lah akhirnya menjadi peristiwa jual beli. 1
1
Mohamad Kharis Umardani, Jual Beli Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan Hukum Islam (Al-qur’an-Hadist) Secara Tidak Tunai, Journal of Islamic Law Studies,
Pesatnya perkembangan dari internet ini juga merupakan bagian dari era
globalisasi yang merupakan sebuah bukti dasar kalau era globalisasi sudah merambat
ke dalam dunia maya, yang dimana internet ini dapat menghubungkan seluruh
masyarakat di dunia melalui dunia digital dimana setiap orang yang memakai atau
menggunakan internet dapat saling terhubung satu sama lain melalui dunia digital ini
dalam aktivitas mereka sehari-hari tanpa peduli dengan jarak yang menghalanginya.
Praktik transaksi melalui e-commerce ini memang sangat efisien dan praktis,
tetapi dengan begitu juga akan ada efek negatif yang mengikuti yaitu persoalan hukum
yang menyangkut mengenai perlindungan hukum bagi hak-hak konsumen dari berbagi
kegiatan jual beli secara online, hal ini cenderung menyangkut berbagai kecurangan
2Khalifatullah Fill Ardhi, “WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
(E-COMMERCE) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA”. Jurnal Ilmiah, 2018,
hal. 1
yang biasanya menyangkut mengenai wanprestasi yang dilakukan oleh pelaku usaha 3.
Menurut Subekti terdapat 4 unsur di dalam wanprestasi, yaitu tidak melakukan prestasi
sama sekali, melakukan prestasi tetapi tidak sesuai, melakukan prestasi tetapi
terlambat, melanggar perjanjian yang telah disepakati. Akibat dari wanprestasi ini
menurut pasal 1239 KUHPerdata adalah pihak yang lalai perlu memberikan ganti rugi
berupa penggantian biaya, kerugian, dan bunga. 4
Perkembangan dari pengaturan jual beli secara online ini telah ada aturan yang
mengatur hal tersebut yang berada di dalam UU 11/2008 Tentang Infomasi dan
Transaksi Elektronik atau disingkat sebagai UU ITE, akan tetapi UU ini telah
mengalami beberapa perubahan agar isinya lebih sesuai dengan perkembangan zaman
yang mana UU ITE ini telah diubah isinya oleh Undang-Undang No.19 Tahun 2016
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 5
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam wanprestasi menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik?
2. Bagaimana sistem penyelesaian dari wanprestasi dalam jual beli secara online
menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik?
3Fadly Riwansyah, Skripsi: “WANPRESTASI DALAM JUAL BELI ONLINE MENURUT UU NO 19 TAHUN
2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK” (Semarang: UNISSULA, 2022), Hal.1-5
4Tim Hukum Online, “Pengertian Wanprestasi, akibat, dan cara menyelesaikannya”
(https://www.hukumonline.com/berita/a/unsur-dan-cara-menyelesaikan-wanprestasi-lt62174878376c7/, Diakses
pada 21 November 2023, 18.40)
5 Fadly Ridwansyah, Op. Cit., hlm 7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk dapat mengetahui berbagai macam bentuk dari wanprestasi yang dapat timbul
akibat kegiatan jual beli secara online menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016.
2. Untuk dapat mengetahui jalur penyelesaian apa saja yang dapat ditempuh oleh
korban wanprestai dalam jual beli online berdasarkan pada Undang-Undang No.19
Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
Harapan dari penulis terhadap penelitian ini ada 2 macam, yaitu manfaat dalam bentuk
teoritis dan manfaat dalam bentuk praktis.
Penulis sangat berharap bahwa tulisan dari penelitian ini kedepannya dapat bermanfaat
dalam perkembangan sistem hukum perdata khususnya dalam memahami mengenai
wanprestasi dan penulis juga berharap agar penelitian ini dapat menjadi referensi dari
para peneliti selanjutnya.
Penulis sangat berharap bahwa penelitian ini dapat membuat masyarakat lebih tahu dan
mengenal mengenai macam-macam dari wanprestasi dan dapat lebih paham tentang
apa saja yang sekiranya dapat dilakukan apabila sampai mengalami hal tersebut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Supaya pembahasan dari penelitian ini tidaklah menyimpang dari tujuan dan
pembahasan awal, maka penulis akan memberikan beberapa pembatasan dalam ruang
lingkup penelitian ini. Yang mana ruang lingkup dari penelitian ini ada pada lingkup
hukum perdata, terkhususnya dalam lingkup perbuatan wanprestasi dalam jual beli
online melalui e-commerce yang bisa saja dilakukan oleh penjual kepada pembeli, jalur
hukum macam apa yanng dapat dilakukan pembeli apabila si penjual sampai
melakukan wanprestasi.
F. Kerangka Teori
Jual beli merupakan sebuah kata yang lahir dan ada dari perpaduan buah suku
kata yaitu “jual dan beli”. Yang mana kata “jual” sendiri merujuk pada aktivitas
menjual dan kata “beli” merujuk pada aktivitas membeli. Jadi, bisa diestimasikan
bahwa perbuatan jual beli itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh dua orang,
yang mana ada yang bertindak sebagai penjual yang menjual barang dan orang yang
lainnya merupakan seorang pembeli yang tugasnya membeli barang, maka dengan
adanya kegiatan-kegiatan tersebut terjadi lah kegiatan yang namanya jual beli. Jual beli
ini merupakan kegiatan yang masuk ke ranah hukum perdata yang dijelaskan di dalam
pasal 1457 KUHPerdata yang diatur dalam buku III yaitu tentang perikatan, aktivitas
dari jual beli ini termasuk dalam lingkup ruang perjanjian, untuk lebih jelasnya
aktivitas jual beli termasuk kedalam ruang lingkup perjanjian timbal balik, yang di
mana pihak dari penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang, dan pihak dari
pembeli ialah pihak yang berkewajian untuk membayar dari harga yang telah dijanjikan
(Pasal 1457 KUHPer).6 Merujuk kepada isi dari pasal 1457 KUHPer dapat diartikan
bahwa terdapat 2 unsur pokok pada kegiatan jual beli, yaitu:
Barang yang bisa dijadikan objek jual beli harus lah sebuah benda, yang bisa
dijadikan sebagai objek harta benda atau harta kekayaan. Yang mana benda tersebut
merupakan benda-benda bergerak dan benda yang tidak bergerak, baik menurut
tumpukan, berat, dan ukurannya.
b. Harga
Dalam kegiatan jual beli harga merupakan sejumlah uang yang harus
dibayarkan oleh pembeli kepada penjual, pembayaran benda dengan uang lah yang
dikategorikan sebagai jual beli. Harga ini merupakan total jumlah uang yang harus
dibayarkan oleh pembeli kepada penjual susuai dengan kesepatan kedua belah pihak.
2. Teori Perjanjian
Mengenai perjanjian ini ada dan telah diatur di dalam pasal 1313 KUHPer yang
berbunyi “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.” pengertian perjanjian di dalam
pasal 1313 ini dianggap kurang lengkap selain juga pengertian perjanjian di dalam
pasal ini juga terlalu luas. Bisa dianggap kurang lengkap dikarenakan di dalamnya tidak
ada penyebutan kata “perbuatan hukum” di dalamnya akan tetapi malah hanya ada kata
“perbuatan” tanpa secara terperinci memberitahu jenis perbuatannya, sehingga hal ini
mengakibatnya pengertiannya menjadi benar-benar luas dikarenakan sampai
mencakup perbuatan yang bukan merupakan perubatan di dalam ranah hukum. Ada
juga terdapat kekurangan dari kalimat “dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
Adapun syarat sah dari perjanjian sendiri ada diatur didalam pasal 1320
KUHPerdata yaitu sebagai berikut:
1. Kesepatan
2. Kecakapan
Syarat yang ada di nomor satu dan dua disebut sebagai syarat subjektif, hal ini
dikarenakan syarat satu dan dua ini langsung menyangkut subjek yang membuat
perjanjian, apabila syarat subjektif ini tidak terpenui maka perjanjian dapat dibatalkan,
7
Dhira Utari Umar, Penerapan Asas Konsensualisme Dalam Perjanjian Jual Beli Menurut
Dalam kamus hukum sendiri istilah dari pertanggung jawaban ini menunjuk
pada 2 hal, yaitu:
1. Liability
Liability ini merujuk kepada suatu peristilahan hukum dalam ruang lingkup
yang luas, yang didalamnya mengandung setiap karakter dari risiko dan/atau tanggung
jawab yang memang pasti, yang dimana hal itu meliputi semua karakter hak dan
kewajiban secara aktual, seperti hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian, ancaman,
dan kejahatan. Tanggung jawab dari liability ini dapat memiliki arti sebagai tanggung
jawab untuk membayar semua ganti rugi dari akibat yang telah dilakukan.
2. Responsbility
9
Fithriatus Shalihah, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2019, hlm.
68
yang salah yang telah dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah “responsibility”
sendiri lebih merujuk kepada pertanggungjawaban politik.10
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Hal ini dilakukan guna untuk dapat menjawab berbagai permasalahan dari
hukum yang sedang diteliti. Oleh sebab itu pula jenis penelitian hukum normatif ini
10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2018, hlm. 318-319
11 Heri Junaidi, Metode Penelitian Berbasis Temukenali, Rafah Press, Palembang, 2018, hlm 43
12
Kornelius Benuf, Muhamad Azhar, Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan
Hukum Kontemporer, Volume 7 edisi 1, Jurnal Gema Keadilan, (2020), hlm 23-24
biasanya merupakan studi dokumen yang sumber nya berasal dari peraturan
perundang-undangan, perjanjian, teori hukum, keputusan pengadilan, asas dan prinsip
hukum, dan doktrin dari para ahli. 13 Sehingga dapat disimpulkan kalau jenis penelitian
normatif ini merupakan sebuah metodologi penelitian hukum yang sumber
penelitiannya berdasarkan pada peraturan per-uu-an yang berlaku dan relevan dengan
setiap permasalahan dari objek hukum yang tengah diteliti. 14
2. Pendekatan Penelitian
a. Pendekatan perundang-undangan
b. Pendekatan Konseptual
13
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm. 47-48.
14 Kornelius Benuf, Muhamad Azhar, Loc. Cit., hlm 24
15
Suhaimi, PROBLEM HUKUM DAN PENDEKATAN DALAM PENELITIAN HUKUM NORMATIF, Volume 19
No. 2, Jurnal Yustitia, (2018), hlm 207
hukum. 16 Dari berbagai macam pandangan dan doktrin inilah yang nantinya akan
menjadi penegas serta memperjelas dari ide-ide dan berbagai konsep tentang hukum
yang sekiranya diangap relevan dengan penelitian yang sedang dibahas.
c. Pendekatan analisis
Pendekatan analisis ini merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dengan cara
menganalisis makna-makna yang terkandung di dalam istilah-istilah dari setiap bahan
hukum yang digunakan dalam penelitian.penulis memilih untuk memakai pendekatan
ini untuk mejadi seperangkat ungkapan serta asumsi yang nantinya akan dipakai
sebagai dasaran untuk membangun argumentasi hukum yang nantinya akan berguna
untuk dapat menjawab setiap masalah yang ditemukan di dalam penelitian.
Penulis di dalam menulis penelitian ini akan menggunakan 3 bahan hukum yang
nantinya akan menjadi dasar dari penelitian ini, yaitu bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier
Bahan Hukum primer merupakan bahan hukum yang sifatnya itu mengikat secara
umum dan bahan hukum primer ini jugalah yang menjadi bahan hukum yang paling
utama dalam sebuah penelitian hukum. 17 Ditulisan dari penelitian ini sendiri ada
beberapa bahan hukum primer yang digunkan oleh penulis yang tercantum sebagai
berikut, yaitu:
16
Ibid., hlm 208
17
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm. 64
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Bahan hukum sekunder ada untuk menjadi sebuah bahan hukum yang nantinya akan
menjadi pemberi penjelasan terhadap setiap dari bahan hukum primer yang
digunakan di dalam penelitian sebuah penelitian, yang mana berikut merupakan hal-
hal yang termasuk kedalam bahan hukum sekunder antara lain:
3) Jurnal hukum
Bahan hukum tersier di gunakan untuk menjelaskan mengenai bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder yang sebelumnya telah digunakan. Bahan hukum tersier
ini terdiri atas: 18
18 Ibid., hlm 65
1) kamus hukum
2) kamus bahasa
3) ensiklopedia dan
4) ensiklopedia hukum
Metode analisis yang peneliti gunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
metode analisis kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan menguraikan data yang
didapat secara deskriptif dari semua bahan hukum yang sudah di dapat dan digunakan
ke dalam bentuk uraian yang nantinya akan disusun secara sistematis dan teratur. Setiap
bahan hukum yang digunakan di dalam penelitian ini nantinya akan disajikan dengan
ditempatkan di tempat yang memang sudah seharusnya di dalam tulisan ini. hal ini
dilakukan agar tulisan ini dapat dengan mudah dipahami dan penulis sendiri dapat
dengan lebih mudah memahami dari setiap isi dari setiap permasalahan yang nantinya
akan dibahas.
Penulis menggunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif dalam tulisan ini,
yang memiliki arti bahwa penulis menggunakan cara berpikiran dasar dengan cara
dengan melihat dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum yang pada akhirnya
nanti akan ditarik kesimpulan yang dari umum menjadi yang bersifat khusus yang
disesuaikan dengan pokok permasalahan dari objek penelitian.19
Jurnal
Dhira Utari Umar, Penerapan Asas Konsensualisme Dalam Perjanjian Jual Beli
Menurut Perspektif Hukum perdata, Lex Privatum, Volume 8 Nomor 1,
2020,
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/28519/27
871)
Kornelius Benuf, Muhamad Azhar, Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen
Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer, Volume 7 edisi 1, Jurnal Gema
Keadilan, (2020), hlm 23-24
Buku
Fithriatus Shalihah, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Kreasi Total Media,
Yogyakarta, 2019, hlm. 68
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2018, hlm. 318-
319
Heri Junaidi, Metode Penelitian Berbasis Temukenali, Rafah Press, Palembang, 2018,
hlm 43
Peraturan perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Artikel