Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

WANPRESTASI DALAM SISTEM JUAL BELI ONLINE MENURUT UU NO


19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh:
M.Abby bayhaqqi.G
02011282126266
No.DPNA: 112

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB I

A. Latar Belakang

Manusia termasuk kedalam kategori makhluk sosial yang dalam kehidupan dan
kesehariannya selalu bersosialisasi, berinteraksi dan bercengkrama dengan manusia
lainnya. Contoh dari kehidupan manusia yang menunjukkan manusia termasuk
kategori makhluk sosial ialah kegiatan jual beli. Jual beli ini merupakan sebuah
peristiwa sosial yang termasuk kedalam peristiwa hukum yang terjadi antara 2 pihak,
pihak-pihak nya yaitu penjual sebagai orang yang menjual dan menawarkan barang
dan pembeli sebagai orang yang membeli barang dari pihak penjual. Maka dari
peristiwa antara pejual dan pembeli itu lah akhirnya menjadi peristiwa jual beli. 1

Zaman semakin dan pastinya selalu berkembang diikuti pula dengan


teknologinya, terlebih lagi setelah masa covid 19 melanda, dunia benar-benar banyak
berubah yang mana salah satu hal yang paling terdampak dari hal ini adalah kegiatan
jual beli yang mana di zaman sekarang di zaman yang sudah senakin maju ini mulai
marak nya jual beli online melalui media e-commerce. E-commerce ini ialah kegiatan-
kegiatan perdagangan elektronik yang berupa berbagai kegiatan manusia yang dalam
setiap gerakannya berkaitan dengan transaksi jual beli barang serta juga pemasaran
dari semua barang ataupun jasa dalam bentuk apapun yaitu dengan memanfaatkan
sistem elektronik seperti halnya internet ataupun jaringan komputer. Dulu yang
namanya perdagangan atau kegiatan jual beli hanyalah sebuah kegiatan yang dapat

1
Mohamad Kharis Umardani, Jual Beli Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan Hukum Islam (Al-qur’an-Hadist) Secara Tidak Tunai, Journal of Islamic Law Studies,

Volume 4 Nomor 1, 2021, (https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1054&context=jils), hlm.


17.
dilakukan secara langsung, dimana penjual dan pembeli saling bertemu dan
bertransaksi secara tatap muka satu dan lainnya. 2

Tapi di zaman sekarang dengan semakin berkembang dan canggih nya


teknologi yang ada bahkan kegiatan perdagangan sekalipun bisa dilakukan tanpa perlu
ada yang namanya pertemuan langsung dengan cara tatap muka antara penjual dan juga
pembeli, yang bahkan di zaman sekarang yang semakin canggih ini juga kegiatan jual
beli ini bisa dilakukan tanpa perlu lagi yangnamnya memperhatikan yang namanya
batasan letak geogragrafis dari negara satu dan negara yang lain. Hal ini memang
sangat dan pastinya menimbulkan berbagai macam efek positif tapi jika kita lihat dari
sisi yang lain hal ini juga menimbulkan efek negatif, yang salah satu dari efek negatif
dari membuka sistem berdagangan secara seluas-luasnya seperti ini ialah sulitnya
pemerintah dalam mengatur, mengawasi dan melindungi hak dari setiap warga
negaranya dalam bertransaksi secara online ini.

Pesatnya perkembangan dari internet ini juga merupakan bagian dari era
globalisasi yang merupakan sebuah bukti dasar kalau era globalisasi sudah merambat
ke dalam dunia maya, yang dimana internet ini dapat menghubungkan seluruh
masyarakat di dunia melalui dunia digital dimana setiap orang yang memakai atau
menggunakan internet dapat saling terhubung satu sama lain melalui dunia digital ini
dalam aktivitas mereka sehari-hari tanpa peduli dengan jarak yang menghalanginya.

Praktik transaksi melalui e-commerce ini memang sangat efisien dan praktis,
tetapi dengan begitu juga akan ada efek negatif yang mengikuti yaitu persoalan hukum
yang menyangkut mengenai perlindungan hukum bagi hak-hak konsumen dari berbagi
kegiatan jual beli secara online, hal ini cenderung menyangkut berbagai kecurangan

2Khalifatullah Fill Ardhi, “WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
(E-COMMERCE) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA”. Jurnal Ilmiah, 2018,
hal. 1
yang biasanya menyangkut mengenai wanprestasi yang dilakukan oleh pelaku usaha 3.
Menurut Subekti terdapat 4 unsur di dalam wanprestasi, yaitu tidak melakukan prestasi
sama sekali, melakukan prestasi tetapi tidak sesuai, melakukan prestasi tetapi
terlambat, melanggar perjanjian yang telah disepakati. Akibat dari wanprestasi ini
menurut pasal 1239 KUHPerdata adalah pihak yang lalai perlu memberikan ganti rugi
berupa penggantian biaya, kerugian, dan bunga. 4

Perkembangan dari pengaturan jual beli secara online ini telah ada aturan yang
mengatur hal tersebut yang berada di dalam UU 11/2008 Tentang Infomasi dan
Transaksi Elektronik atau disingkat sebagai UU ITE, akan tetapi UU ini telah
mengalami beberapa perubahan agar isinya lebih sesuai dengan perkembangan zaman
yang mana UU ITE ini telah diubah isinya oleh Undang-Undang No.19 Tahun 2016
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 5

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja macam wanprestasi menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik?

2. Bagaimana sistem penyelesaian dari wanprestasi dalam jual beli secara online
menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik?

3Fadly Riwansyah, Skripsi: “WANPRESTASI DALAM JUAL BELI ONLINE MENURUT UU NO 19 TAHUN
2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK” (Semarang: UNISSULA, 2022), Hal.1-5
4Tim Hukum Online, “Pengertian Wanprestasi, akibat, dan cara menyelesaikannya”
(https://www.hukumonline.com/berita/a/unsur-dan-cara-menyelesaikan-wanprestasi-lt62174878376c7/, Diakses
pada 21 November 2023, 18.40)
5 Fadly Ridwansyah, Op. Cit., hlm 7
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terfokus pada 2 hal penting, yaitu:

1. Untuk dapat mengetahui berbagai macam bentuk dari wanprestasi yang dapat timbul
akibat kegiatan jual beli secara online menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016.

2. Untuk dapat mengetahui jalur penyelesaian apa saja yang dapat ditempuh oleh
korban wanprestai dalam jual beli online berdasarkan pada Undang-Undang No.19
Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Harapan dari penulis terhadap penelitian ini ada 2 macam, yaitu manfaat dalam bentuk
teoritis dan manfaat dalam bentuk praktis.

1. Manfaat secara teoritis

Penulis sangat berharap bahwa tulisan dari penelitian ini kedepannya dapat bermanfaat
dalam perkembangan sistem hukum perdata khususnya dalam memahami mengenai
wanprestasi dan penulis juga berharap agar penelitian ini dapat menjadi referensi dari
para peneliti selanjutnya.

2. Manfaat secara praktis

Penulis sangat berharap bahwa penelitian ini dapat membuat masyarakat lebih tahu dan
mengenal mengenai macam-macam dari wanprestasi dan dapat lebih paham tentang
apa saja yang sekiranya dapat dilakukan apabila sampai mengalami hal tersebut.
E. Ruang Lingkup Penelitian

Supaya pembahasan dari penelitian ini tidaklah menyimpang dari tujuan dan
pembahasan awal, maka penulis akan memberikan beberapa pembatasan dalam ruang
lingkup penelitian ini. Yang mana ruang lingkup dari penelitian ini ada pada lingkup
hukum perdata, terkhususnya dalam lingkup perbuatan wanprestasi dalam jual beli
online melalui e-commerce yang bisa saja dilakukan oleh penjual kepada pembeli, jalur
hukum macam apa yanng dapat dilakukan pembeli apabila si penjual sampai
melakukan wanprestasi.

F. Kerangka Teori

1. Teori jual beli

Jual beli merupakan sebuah kata yang lahir dan ada dari perpaduan buah suku
kata yaitu “jual dan beli”. Yang mana kata “jual” sendiri merujuk pada aktivitas
menjual dan kata “beli” merujuk pada aktivitas membeli. Jadi, bisa diestimasikan
bahwa perbuatan jual beli itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh dua orang,
yang mana ada yang bertindak sebagai penjual yang menjual barang dan orang yang
lainnya merupakan seorang pembeli yang tugasnya membeli barang, maka dengan
adanya kegiatan-kegiatan tersebut terjadi lah kegiatan yang namanya jual beli. Jual beli
ini merupakan kegiatan yang masuk ke ranah hukum perdata yang dijelaskan di dalam
pasal 1457 KUHPerdata yang diatur dalam buku III yaitu tentang perikatan, aktivitas
dari jual beli ini termasuk dalam lingkup ruang perjanjian, untuk lebih jelasnya
aktivitas jual beli termasuk kedalam ruang lingkup perjanjian timbal balik, yang di
mana pihak dari penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang, dan pihak dari
pembeli ialah pihak yang berkewajian untuk membayar dari harga yang telah dijanjikan
(Pasal 1457 KUHPer).6 Merujuk kepada isi dari pasal 1457 KUHPer dapat diartikan
bahwa terdapat 2 unsur pokok pada kegiatan jual beli, yaitu:

a. Barang yang dijual

Barang yang bisa dijadikan objek jual beli harus lah sebuah benda, yang bisa
dijadikan sebagai objek harta benda atau harta kekayaan. Yang mana benda tersebut
merupakan benda-benda bergerak dan benda yang tidak bergerak, baik menurut
tumpukan, berat, dan ukurannya.

b. Harga

Dalam kegiatan jual beli harga merupakan sejumlah uang yang harus
dibayarkan oleh pembeli kepada penjual, pembayaran benda dengan uang lah yang
dikategorikan sebagai jual beli. Harga ini merupakan total jumlah uang yang harus
dibayarkan oleh pembeli kepada penjual susuai dengan kesepatan kedua belah pihak.

2. Teori Perjanjian

Mengenai perjanjian ini ada dan telah diatur di dalam pasal 1313 KUHPer yang
berbunyi “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.” pengertian perjanjian di dalam
pasal 1313 ini dianggap kurang lengkap selain juga pengertian perjanjian di dalam
pasal ini juga terlalu luas. Bisa dianggap kurang lengkap dikarenakan di dalamnya tidak
ada penyebutan kata “perbuatan hukum” di dalamnya akan tetapi malah hanya ada kata
“perbuatan” tanpa secara terperinci memberitahu jenis perbuatannya, sehingga hal ini
mengakibatnya pengertiannya menjadi benar-benar luas dikarenakan sampai
mencakup perbuatan yang bukan merupakan perubatan di dalam ranah hukum. Ada
juga terdapat kekurangan dari kalimat “dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

6 Mohamad Kharis Umardani, Op. Cit., hlm 17-20


dirinya terhadap satu orang atau lebih”, kata ini hanya dianggap bahwa satu orang
mengikatkan diri pada pihak lain, yang mana seharusnya dalam perjanjian kedua belah
pihak saling mengikatkan dirinya.

M. Yahya Harahap berpendapat bahwa “perjanjian merupakan sebuah


hubungan hukum yang didalamnya ada menyangkut mengenai hukum kekayaan antara
dua orang atau lebih yang keduanya memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi
prestasinya masing-masing.” Dari hal-hal yang telah dibahas tadi dapat disimpulkan
kalau perjanjian adalah kegiatan yang termasuk kedalam perbuatan hukum yang
didalamnya melibatkan satu orang bahkan lebih yang mengikatkan dirinya kepada satu
orang atau lebih yang kemudian keduanya saling mengikatkan dirinya dengan tujuan
untuk keduanya saling memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.”7

Adapun syarat sah dari perjanjian sendiri ada diatur didalam pasal 1320
KUHPerdata yaitu sebagai berikut:

1. Kesepatan

2. Kecakapan

3. Suatu hal tertentu.

4. Klausa yang halal.

Syarat yang ada di nomor satu dan dua disebut sebagai syarat subjektif, hal ini
dikarenakan syarat satu dan dua ini langsung menyangkut subjek yang membuat
perjanjian, apabila syarat subjektif ini tidak terpenui maka perjanjian dapat dibatalkan,

7
Dhira Utari Umar, Penerapan Asas Konsensualisme Dalam Perjanjian Jual Beli Menurut

Perspektif Hukum perdata, Lex Privatum, Volume 8 Nomor 1, 2020,

(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/28519/27871), hlm. 39.


sedangkan syarat tiga dan empat merupakan syarat objektif, hal ini dikarenakan syarat
tiga dan empat ini menyangkut mengenai objek (perbuatan hukum) dari perjanjian,
yang apabila syarat tiga dan empat ini dilanggar maka pejanjian akan batal demi hukum
(dianggap tidak pernah ada).8

3. Teori tanggung jawab

Hans kelsen menyebutkan di dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum


“seseorang harus bertanggung jawab penuh secara hukum atas segala perbuatan
tertentu atau bahwa dia diharuskan untuk bertanggung jawab secara hukum, hal ini
memiliki arti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
bertentangan.” Lebih lanjut Hans kelsen membagi tanggung jawab menjadi 4, yaitu

1. Pertanggungjawaban individu, yang berarti bahwa seorang individu haruslah


bertanggung jawab penuh terhadap seluruh pelanggaran yang dirinya lakukan sendiri;

2. Pertanggungjawaban kolektif, yang berarti kalau seorang individu haruslah


bertanggung jawab atas setiap pelanggaran yang bukan dia perbuat tetapi perbuatan
orang lain yang orang lain itu memiliki hubungan atau situasi khusus dengannya

3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan, yang berarti kalau seorang individu


haruslah bertanggung jawab penuh atas setiap pelanggaran yang dirinya lakukan
dengan sengaja dan diketahui dengan tujuan untuk menimbulkan kerugian;

4. Pertanggungjawaban mutlak, yang berarti kalau seorang individu haruslah


bertanggung jawab penuh atas seluruh pelanggaran yang telah dirinya lakukan walau

8Tim publikasi hukum online, “4 syarat sah di mata hukum”, (https://www.hukumonline.com/berita/a/syarat-sah-


perjanjian-di-mata-hukum-lt6273669575348/, Diakses pada tanggal 26 November 2023)
hal itu dia lakukan karena tidak sengaja dan tidak diprediksi dan diantisipasi
sebelumnya.9

Dalam kamus hukum sendiri istilah dari pertanggung jawaban ini menunjuk
pada 2 hal, yaitu:

1. Liability

Liability ini merujuk kepada suatu peristilahan hukum dalam ruang lingkup
yang luas, yang didalamnya mengandung setiap karakter dari risiko dan/atau tanggung
jawab yang memang pasti, yang dimana hal itu meliputi semua karakter hak dan
kewajiban secara aktual, seperti hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian, ancaman,
dan kejahatan. Tanggung jawab dari liability ini dapat memiliki arti sebagai tanggung
jawab untuk membayar semua ganti rugi dari akibat yang telah dilakukan.

2. Responsbility

Responsibility memiliki arti bahwa seluruh hal dapat dipertanggungjawabkan


atas hal-hal yang menyangkut akan kewajiban, yang di dalamnya ada juga termasuk
hal-hal seperti putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan. Responsibility juga
dapat diartikan kalau kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang harus
dilaksanakan, dan memperbaiki atau memberi ganti rugi atas semua kerusakan yang
telah ditimbulkan sebelumnya akibat dari perbuatannya atau orang lain serta dapat di
ancam dengan sanksi oleh penegak hukum di depan pengadilan.

Secara singkat dapat dikatakan kalau “liability” merujuk pada


pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggunggan yang diakibatkan dari setiap hal-hal

9
Fithriatus Shalihah, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2019, hlm.
68
yang salah yang telah dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah “responsibility”
sendiri lebih merujuk kepada pertanggungjawaban politik.10

G. Metode Penelitian

Di dalam sebuah studi, metodologi merupakan ilmu yang menerangkan segala


macam metode yang digunakan seorang peneliti dalam menulis sebuah tulisan ilmiah.
Yang mana di dalamnya menjelaskan mengenai proses serta segala macam hal apa saja
yang dijadikan bahan penelitian oleh penulis dalam tulisannya sehingga sebuah
penelitian itu dapat dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran isi dari penelitian tersebut. Berikut merupakan
metode penelitian yang digunakan dalam menulis tulisan ini. 11

1. Jenis Penelitian

Dalam membuat tulisan ini penulis menggunakan jenis penelitian normartif


atau yuridis normatif. Jenis penelitian normatif atau yuridis normatif ini merupakan
sebuah jenis penelitian yang pada dasarnya mengkaji berbagai macam aspek (guna
untuk menyelesaikan macam-macam masalah) internal dari hukum positif. Oleh sebab
itu masalahnya perlu di cari di dalam setiap bagian dari hukum positif itu sendiri.
Penelitian hukum normatif ini sendiri biasanya digunakan dengan cara meneliti serta
mempelajari hukum sebagai bagian dari suatu norma, aturan, asas hukum, prinsip
hukum, doktrin hukum, teori hukum dan kepustakaan lainnya. 12

Hal ini dilakukan guna untuk dapat menjawab berbagai permasalahan dari
hukum yang sedang diteliti. Oleh sebab itu pula jenis penelitian hukum normatif ini

10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2018, hlm. 318-319
11 Heri Junaidi, Metode Penelitian Berbasis Temukenali, Rafah Press, Palembang, 2018, hlm 43
12
Kornelius Benuf, Muhamad Azhar, Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan
Hukum Kontemporer, Volume 7 edisi 1, Jurnal Gema Keadilan, (2020), hlm 23-24
biasanya merupakan studi dokumen yang sumber nya berasal dari peraturan
perundang-undangan, perjanjian, teori hukum, keputusan pengadilan, asas dan prinsip
hukum, dan doktrin dari para ahli. 13 Sehingga dapat disimpulkan kalau jenis penelitian
normatif ini merupakan sebuah metodologi penelitian hukum yang sumber
penelitiannya berdasarkan pada peraturan per-uu-an yang berlaku dan relevan dengan
setiap permasalahan dari objek hukum yang tengah diteliti. 14

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan perundang-undangan

Pendekatan perundang-undangan ini merupakan sebuah pendekatan penelitian


yang berfokus pada menganalisis berbagai macam peraturan perundang-undangan
yang sekiranya berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas di dalam
penulisan dari penelitian yang sedang diteliti. 15 Dalam penelitian ini sendiri penulis
menggunakan pendekatan dengan menganalisis KUHPer, UU 7/2014 Tentang
Perdagangan, UU 8/1999 Tentang perlindungan konsumen, UU 19/2016 Tentang Atas
UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Pendekatan Konseptual

Pendekatan konseptual ini merupakan sebuah pendekatan yang lebih mengarah


kepada pendekatan kepada berbagai macam pandangan dan doktrin-doktrin dari para
ahli yang telah berkembang dari dulu sampai sekarang dalam perkembangan ilmu

13
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm. 47-48.
14 Kornelius Benuf, Muhamad Azhar, Loc. Cit., hlm 24
15
Suhaimi, PROBLEM HUKUM DAN PENDEKATAN DALAM PENELITIAN HUKUM NORMATIF, Volume 19
No. 2, Jurnal Yustitia, (2018), hlm 207
hukum. 16 Dari berbagai macam pandangan dan doktrin inilah yang nantinya akan
menjadi penegas serta memperjelas dari ide-ide dan berbagai konsep tentang hukum
yang sekiranya diangap relevan dengan penelitian yang sedang dibahas.

c. Pendekatan analisis

Pendekatan analisis ini merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dengan cara
menganalisis makna-makna yang terkandung di dalam istilah-istilah dari setiap bahan
hukum yang digunakan dalam penelitian.penulis memilih untuk memakai pendekatan
ini untuk mejadi seperangkat ungkapan serta asumsi yang nantinya akan dipakai
sebagai dasaran untuk membangun argumentasi hukum yang nantinya akan berguna
untuk dapat menjawab setiap masalah yang ditemukan di dalam penelitian.

3. Bahan Hukum dan Sumber Hukum

Penulis di dalam menulis penelitian ini akan menggunakan 3 bahan hukum yang
nantinya akan menjadi dasar dari penelitian ini, yaitu bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier

a. Bahan hukum primer

Bahan Hukum primer merupakan bahan hukum yang sifatnya itu mengikat secara
umum dan bahan hukum primer ini jugalah yang menjadi bahan hukum yang paling
utama dalam sebuah penelitian hukum. 17 Ditulisan dari penelitian ini sendiri ada
beberapa bahan hukum primer yang digunkan oleh penulis yang tercantum sebagai
berikut, yaitu:

16
Ibid., hlm 208
17
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm. 64
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder ada untuk menjadi sebuah bahan hukum yang nantinya akan
menjadi pemberi penjelasan terhadap setiap dari bahan hukum primer yang
digunakan di dalam penelitian sebuah penelitian, yang mana berikut merupakan hal-
hal yang termasuk kedalam bahan hukum sekunder antara lain:

1) Buku ilmu hukum

2) Pendapat para pakar hukum

3) Jurnal hukum

4) Laporan hukum dan

5) Media cetak dan elektronik

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier di gunakan untuk menjelaskan mengenai bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder yang sebelumnya telah digunakan. Bahan hukum tersier
ini terdiri atas: 18

18 Ibid., hlm 65
1) kamus hukum

2) kamus bahasa

3) ensiklopedia dan

4) ensiklopedia hukum

4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Metode pengumpula data penelitian yang digunakan penulis dalam


mengumpulkan data penelitian yang sekiranya menjadi pedoman dalam penulisan dari
penelitian ini adalah dengan cara studi pustaka dan juga dengan menggunakan bahan-
bahan yang di dapat dari media elektronik yang dimana yaitu internet. Penelitian
dengan metode studi pustaka sendiri merupakan serangkain kegiatan yang
berhubungan dengan metode pengumpulan data pustaka guna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan terkait dengan objek penelitian yang sedang diteliti,
hal ini dapat dilakukan dengan membaca, mencatat, dan juga mengolah seluruh bahan
yang nantinya akan digunakan untuk melengkapi penelitian. Adapun cara-cara yang
peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisis, memahami,
serta mengutip isi dari setiap peraturan perundang-undangan, berbagai buku dan
berbagai literatur lainnya yang sekiranya memang ada kaitannya dengan wanprestasi
dalam jual beli online.

5. Analisis Bahan Hukum

Metode analisis yang peneliti gunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
metode analisis kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan menguraikan data yang
didapat secara deskriptif dari semua bahan hukum yang sudah di dapat dan digunakan
ke dalam bentuk uraian yang nantinya akan disusun secara sistematis dan teratur. Setiap
bahan hukum yang digunakan di dalam penelitian ini nantinya akan disajikan dengan
ditempatkan di tempat yang memang sudah seharusnya di dalam tulisan ini. hal ini
dilakukan agar tulisan ini dapat dengan mudah dipahami dan penulis sendiri dapat
dengan lebih mudah memahami dari setiap isi dari setiap permasalahan yang nantinya
akan dibahas.

6. Metode Penarikan Kesimpulan

Penulis menggunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif dalam tulisan ini,
yang memiliki arti bahwa penulis menggunakan cara berpikiran dasar dengan cara
dengan melihat dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum yang pada akhirnya
nanti akan ditarik kesimpulan yang dari umum menjadi yang bersifat khusus yang
disesuaikan dengan pokok permasalahan dari objek penelitian.19

19 Ibid., hlm 67-69


Daftar Pustaka

Jurnal

Mohamad Kharis Umardani, Jual Beli Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata dan Hukum Islam (Al-qur’an-Hadist) Secara Tidak Tunai, Journal
of Islamic Law Studies, Volume 4 Nomor 1, 2021,
(https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1054&context=jils
)

Khalifatullah Fill Ardhi, “WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI


MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM PERDATA”. Jurnal Ilmiah, 2018, hal. 1

Fadly Riwansyah, Skripsi: “WANPRESTASI DALAM JUAL BELI ONLINE


MENURUT UU NO 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN
ELEKTRONIK” (Semarang: UNISSULA, 2022), Hal.1-5

Dhira Utari Umar, Penerapan Asas Konsensualisme Dalam Perjanjian Jual Beli
Menurut Perspektif Hukum perdata, Lex Privatum, Volume 8 Nomor 1,
2020,
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/28519/27
871)
Kornelius Benuf, Muhamad Azhar, Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen
Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer, Volume 7 edisi 1, Jurnal Gema
Keadilan, (2020), hlm 23-24

Suhaimi, PROBLEM HUKUM DAN PENDEKATAN DALAM PENELITIAN HUKUM


NORMATIF, Volume 19 No. 2, Jurnal Yustitia, (2018), hlm 207

David Tan, METODE PENELITIAN HUKUM: MENGUPAS DAN MENGULAS


METODOLOGI DALAM MENYELENGGARAKAN PENELITIAN HUKUM, Vol
8 No.8, Jurnal Ilmu Pengetahun Sosial, (2021), hlm 2468

Buku
Fithriatus Shalihah, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Kreasi Total Media,
Yogyakarta, 2019, hlm. 68

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2018, hlm. 318-
319

Heri Junaidi, Metode Penelitian Berbasis Temukenali, Rafah Press, Palembang, 2018,
hlm 43

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020,


hlm. 47-48.

Peraturan perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5512.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indoneisa Nomor 5952.

Artikel

Tim Hukum Online, “Pengertian Wanprestasi, akibat, dan cara menyelesaikannya”


(https://www.hukumonline.com/berita/a/unsur-dan-cara-menyelesaikan-
wanprestasi-lt62174878376c7/, Diakses pada 21 November 2023, 18.40)

Tim publikasi hukum online, “4 syarat sah di mata hukum”,


(https://www.hukumonline.com/berita/a/syarat-sah-perjanjian-di-mata-
hukum-lt6273669575348/, Diakses pada tanggal 26 November 2023)

Anda mungkin juga menyukai