PEMBAHASAN
Tanah atau wilayah merupakan unsur utama suatu negara. Bagi bangsa
Indonesia yang merupakan negara yang disebut bangsa agraris atau negara
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tidak akan lepas dari
warga negara.
1
Maria S.W. Sumardjono Tanah Dalam Persfektif Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya ( Kompas
Jakarta, 2009) hlm.41
1
Tuntutan kehidupan daerah dapat terjadi sebagai satu kesatuan, menjaga
terselenggaranya kepentingan umum sangat penting. Hal ini dapat dipahami jika
ada aturan, ketetapan atau standar yang dipatuhi oleh daerah setempat. Sebagai
hak dasar, hak istimewa atas tanah sangat penting sebagai indikasi kehadiran,
untuk memastikan kepastian yang sah atas hak-hak istimewa tanah meskipun
fakta bahwa kebebasan ini tidak langsung dengan alasan bahwa mereka dibatasi
oleh semua lapisan masyarakat. Perdebatan tanah adalah isu yang sering
pelik, karena mencakup berbagai aspek kehidupan, baik itu sosial, finansial,
politik, mental, dll, sehingga dalam mengurus masalah pertanahan tidak hanya
harus fokus. pada perspektif yuridis namun di samping itu harus fokus pada
bagian kehidupan yang berbeda. orang lain agar masalah tidak menjadi
2
Budi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang – undang Pokok Agraria,
isi dan pelaksanannya ( Djambatan : Jakarta,2003 ) hlm.24.
2
perkumpulan kecil yang memiliki wilayah secara gelap dan selangit, dan ada pula
hidup sebagai kultivator. Bukan tidak konsisten, dan bukan sesuatu yang aneh,
tunggal. Bisa dikatakan pertanyaan di bidang tanah tidak pernah surut, bahkan
lain – lain.
tanah, seperti salah menilai batas tanah atau salah memberikan warisan.
Dengan cara ini, tanah harus dikelola dan yayasan negara yang secara eksplisit
terlibat dan disetujui dalam usaha tanah atau tanah yang berurusan dengan
atas tanahnya, serta membantu daerah dengan memiliki pilihan untuk menelusuri
jawaban jika mana terdapat suatu sengketa antar masyarakat mengenai haknya
dibidang pertanahan.
3
Semua masalah membutuhkan pengaturan total. Dalam hal persoalan di
dapat diambil untuk mengatasi masalah pertanahan yang telah dikuasai dalam
umum nomor 21 tahun ini. 2020 Tentang penanganan dan penyelesaian perkara
telah diarahkan bagaimana menentukan sengketa tanah baik non -gugatan dan
penuntutan.
merupakan debat lokal yang paling berbelit-belit, harus terlihat dari protes yang
4
Pelaksanaan Khusus BPN telah memberikan Pedoman Khusus Penataan
itu, selain layak untuk digunakan, tujuan utama usaha dan elemen Organisasi
Pertanahan Umum dapat mengingat tujuan debat untuk sepanjang garis ini.
Imam Usaha Agraria dan penataan ruang/ Badan Pertanahan Umum Nomor 21
Ilustrasi kasus yang terjadi pada batas tanah objek Deklarasi Kemerdekaan
Hak Milik Nomor 00971/Songka demi Sugeng yang ditunjukkan oleh adik
pertama adalah tanah yang dibeli oleh saudara Sugeng pada tahun 2016 ketika
objek daerah tersebut ditunjuk oleh Basri, salah satu penerima manfaat utama
dari pemilik tanah; bahwa tanah yang dibeli oleh Sugeng pada ayat (3) tersebut
5
selanjutnya disebut-sebut untuk memberikan wasiat melalui administrasi Akuntan
Publik Risma Irma Purnamasari, SH., M.Kn; itu saudara kandung Bakti Aryanti
Tahun 20220 kemudian merasakan keberatan atas luas objek tanah Sertifikat
tanggal 05 Desember 2016 tercatat atas nama Sugeng yang diindikasikan terjadi
perbedaan luas dan masuk pada tanah yang dibelinya; bahwa terhadap
nama Sugeng; Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian kasus diatas
bahwa setelah dilakukan kajian maka terhadap permasalahan ini perlu adanya
tindak lanjut penyelesaian karena merupakan kategori kasus yang berada dalam
Nasional Kantor Pertanahan Kota Palopo dalam hal penerbitan Sertifikat Hak
positif bagi kedua belah pihak apabila suatu kasus dapat diselesaikan melalui
jalur Mediasi. Sehingga dengan uraian tersebut yang telah diterangkan di atas,
maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengusulkannya dalam suatu skripsi
6
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
21 tahun 2020.”
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumbangan bagi ilmu
pengetahuan serta menjadi kajian studi ilmu hukum khususnya yang terkait
7
menyelesaikan tanah yang bersengketa, baik secara alternatif maupun secara
peradilan.
tanah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rujukan Kata Besar Bahasa Indonesia yang diedarkan oleh Dinas Diklat
lapisan permukaan atau lapisan bumi yang ada di atasnya. 3Pengertian tanah
menurut agronomi geografi, tanah adalah lapisan bebas permukaan dunia yang
tanah karangan, areal pertanian dan tanah manor. Sementara itu, apa yang
Tanah adalah lapisan bumi yang paling luar, yang dalam pemanfaatannya
meliputi bagian tubuh dunia di bawahnya dan bagian ruang di atasnya, dengan
sesuai Peraturan Dasar. Peraturan Agraria (UUPA) dan pedoman lain yang lebih
tinggi.5
sehingga pemanfaatannya harus dibatasi sehingga disadari dalam arti apa istilah
segi yuridis, sebagai suatu pengertian yang secara formal telah dibedakan
3
Muhammad Hatta, Hukum Tanah Nasional Dalam Perspektif Negara Kesatuan, Media Abadi,
Yogyakarta,2005,Hlm.24
4
Y.W Sunindhia, dan Ninik Widiyanti. Pembaharuan Hukum Agraria. Bina Aksara. Jakarta.,1988
Hlm.8
5
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. Djambatan.Jakarta: 2008. Hlm.262
9
Tanah adalah lapisan terluar bumi atau lapisan bumi yang berada di atas
sekali. 6Tanah dalam arti yang sah memainkan peran penting dalam keberadaan
dan kegiatan yang sah, baik mengenai orang maupun pengaruhnya terhadap
orang lain. Tanah dalam perspektif yuridis adalah lapisan terluar bumi,
kebebasan tanah adalah hak istimewa atas bagian tertentu dari permukaan
dunia, yang dibatasi, memiliki dua aspek dengan panjang dan lebar. 7Premis
atas tanah yang mereka miliki. Karena kebutuhan manusia akan tanah saat ini
semakin berkembang.
Hal ini karena jumlah penduduk yang meningkat, sedangkan wilayah daratan
Agraria (UUPA) dan yang mengandung pengertian tanah adalah lapisan terluar
bumi. Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa “berdasarkan hak menguasai negara
kepada dan dimiliki oleh orang perseorangan, baik sendiri atau bersama-sama
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2008,Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta:Rajagrafindopersada.Hal.1433.
7
Effendiperangin,1994,Hukumagrariaindonesia,Suatutelaahdarisudutpandangpraktisihukum,Jakarta
,Rajagrafindo,Hal.17
10
semua hak-hak atas tanah sebagaimana diarahkan dalam pasal 16 dengan
dalam Pasal 2, diputuskan bahwa ada berbagai macam hak-hak istimewa atas
permukaan dunia, yang disebut tanah yang diberikan kepada dan dimiliki oleh
adalah objek yang bernilai finansial dalam perspektif masyarakat Indonesia, dia
juga orang yang sering memberikan getaran dalam harmoni dan sering
menyebabkan guncangan di arena publik, kemudian, pada saat itu dia juga
pengertian tanah dengan lapisan bumi yang demikian itu diatur lebih lanjut dalam
tertuang dalam Pasal 1 ayat II angka I bahwa yang dimaksud dengan tanah
tergantung pada bagaimana setiap aktivitas individu (korpus) di darat yang sah
8
Zaman,Nurus,2016,Politik Hukum Pengadaan Tanah Antara Kepentingan Umum dan
Perlindungan Hak Asasi Manusia, Madura: Refika Aditama, Hlm.2.
9
John Salindeho,1993,Masalah Tanah Dalam Pembangunan,Cetakan Kedua,Jakarta:
SinarGrafika,Hlm.23
10
A.P Perlindungan,1990,Konversi Hak-Hak Atas Tanah,Bandung: Mandar Maju,Hlm.90
11
akan terus-menerus dikaitkan secara konsisten dan memasukkan bagian-bagian
yang sah yang diarahkan oleh pedoman di berbagai bagian regulasi seperti
"regulasi unggulan di darat untuk seluruh kepulauan Indonesia". Hak ini karena
sinergis antara peraturan bersama dan kekuatan kelompok penduduk asli atas
tanah, yang tidak sama dengan hubungan sinergis antara peraturan bersama
berbagai bagian pengaturan dan status yang sah dari kesetaraan sosial individu
atas tanah sebagai barang tahan lama, yang dikendalikan untuk diklaim. atau
digunakan dan hasilnya dinikmati oleh orang-orang, baik secara pribadi maupun
secara bersama.13
dengan tanah adalah bagian dari permukaan dunia termasuk tubuh bumi di
bawahnya serta yang terendam yang secara langsung dibatasi oleh negara atau
diklaim dengan hak-hak istimewa oleh negara. orang atau zat yang sah.
11
Herman Soesangobeng,2012,Filosofi,Asas,Ajaran,TeoriHukumPertanahan ,
danAgraria,Yogyakarta:STPNPrees,Hlm.12
12
Ibid, Hlm. 5-6
13
Ibid,Hlm.7
12
2.1.2 Pengertian Hak Atas Tanah
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang
tanah tersebut. Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan atas
1. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak-hak atas tanah yang akan tetap
macam hak atas tanah yang masuk dalam kelompok ini yaitu Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan,
adalah hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan
dengan undang-undang. Hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 jo.
Undang Pokok Agraria (UUPA), kelak masih dimungkinkan lahirnya hak atas
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu Hak atas tanah yang sifatnya
mengandung sifat-sifat pemerasan, feodal, dan yang tidak sesuai dengan jiwa
atas tanah yang bersifat sementara ini adalah Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak
14
Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia,Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jakarta, Djambatan,200)
hlm. 330.
13
Usaha Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan Hak Sewa
Tanah Pertanian.15
Hak atas tanah diatur dalam pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria yaitu
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak
membuka tanah dan hak memungut hasil hutan serta hak-hak lain yang bersifat
sementara yang diatur dalam pasal 53 yakni hak gadai, hak usaha bagi hasil,
hak menumpang, dan hak sewa tanah pertanian.Berikut ini adalah pengertian
hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA):
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuhi yang dapat
dipunyai oleh orang atas tanah, dengan sifat mengingat ketentuan Pasal 6
(berfungsi sosial). Hak milik dapat beralihdan dialihkan (Pasal 20). Dalam
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), hak milik atas tanah diatur pada Pasal
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara dalam jangka waktu yang ditentukan guna untuk
perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan. Hak guna usaha di atur pada
Pasal 28-34 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Jo. Pasal 2-18 Peraturan
15
Chulaemi Ahmad, Hukum Agraria, Perkembangan, Macam-macam Hak atas Tanah, Semarang :
FH UNDIP, l993.
16
Umar Said Sugiarto, 2013. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika.
14
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan di atas tanah yang bukan miliknya dalam jangka waktu paling lama 30
Agraria). Hak guna bangunan diatur dalam Pasal 35-40 Undang-Undang Pokok
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau milik orang lain dengan jangka
Hak sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain untuk
Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan adalah hak yang berasal
dan memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia
Agraria).
Hak-hak yang bersifat sementara adalah hak-hak atas tanah yang diatur
pada Pasal 53 Undang-Undang Pokok Agraria. Hak atas tanah yang bersifat
sementara ini adalah hak yang sangat merugikan pemilik tanah gadai dan
penggarap tanah. Berikut ini adalah macam-macam hak atas tanah yang bersifat
sementara:
15
1. Hak gadai adalah hak gadai tanah pertanian merupakan pengertian “jual
2. Jual gadai adalah penyerahan sebidang tanah oleh pemiliknya kepada pihak
lain dengan membayar uang kepada pemilik tanah dengan perjanjian bahwa
tanah akan dikembalikan pekan agar hak-hak ini dihapuskan dari hukum
terjadiantara pihak yang satu dengan pihak lainya dan atau antara pihak yang
satu dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan sesuatu yang bernilai, baik
Sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah geding atau process.
Sementara itu, penggunaan istilah sengketa itu sendiri belum ada kesatuan
pandangan dari para ahli. Ada ahli yang menggunakan istilah sengketa, dan ada
juga yang menggunakan istilah konflik. Kedua istilah itu sering kali digunakan
Sesuatu yang bernilai dimaknakan sebagai suatu yang mempunyai harga atau
nilai.
17
Umar Said Sugiarto, 2013. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika.
18
Salim, Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Di Indonesia, Mataram: Pustaka Reka
Cipta, 2012, hlm. 221.
16
2. Daen G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin menggunakan istilah konflik, yaitu melihat
satu pihak mungkin merupakan pihak yang benar, juga kemungkinan memiliki
elemen hak hukum satu pihak mungkin benar dalam satu masalah dan pihak
lain benar dalam masalahnya lainnya, atau kedua tuntutan pada dasarnya
bermanfaat untuk keduanya, atau salah satu pihak mungkin benar secara
hukum namun pihak lainya benar secara moral. Oleh karena itulah sengketa
atau konsep yang membuat kedua pihak benar jika ditinjau dari sudut yang
berbeda.20
kepada ranah politik, sosial, budaya dan terkait dengan persoalan nasionalisme
dan hak asasi manusia. Persoalan tanah juga masuk ke persoalan hukum pidana
(tindak pidana).21
19
Salim, Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Di Indonesia, hlm. 219
20
Priyatna Abdulrasyid, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Fikahati Aneska,
2002, hlm. 6.
21
Robert L. Weku, Kajian Terhadap Tanah Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana dan Hukum Perdata,
Jurnal Penyerobotan Tanah, portalgaruda.org., 1 Desember 2017.
17
Adapun jenis-jenis atau perkara sengketa pertanahan yaitu:
yang tidak atau belum dilekati hak (tanah negara), maupun yang telah
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh
warisan.
18
8. Kekeliruan penunjukan batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak
letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena
subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak
Badan Pertanahan Nasional atau biasa disingkat dan disebut dengan BPN
bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh kepala, ini sesuai dengan
Sedangkan pengertian dari Kantor pertanahan adalah suatu instansi vertikal dari
Propinsi.
1. Kepala;
2. Sekretariat Utama;
22
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Penanganan Kasus
Pertanahan, http://www.bpn.go.id., 1 Januari 2017.
19
3. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan;
Pertanahan;
Pertanahan Nasional).
Visi dari Badan Pertanahan Nasional Adalah “Menjadi lembaga yang mampu
Nasional) adalah :
20
sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara dikemudian hari;
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
Pada tahun 1948 - 1951, pemerintah membentuk pada tahun 1948 Panitia
21
Agraria Yogyakarta berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 16 Tahun
Indonesia.
pemerintah membentuk Kementrian Agraria yang berdiri sendiri dan terpisah dari
1 Tahun 1956 maka dibentuk Panitia Negara Urusan Agraria Yogyakarta yang
Pada tahun 1957 - 1958, tepat pada 1 Juni 1957 Panitia Negara Jakarta
selesai menyusun Rancangan Undang - Undang Pokok Agraria. Pada saat yang
97 Tahun 1958 dan Panitia Urusan Agraria dibubarkan. Pada 24 April 1958
Rakyat.
22
Undang Pokok Agraria tersebut, untuk pertama kali pengaturan tanah di
adat. Tahun 1960 ini menandai lahirnya Undang – Undang Pokok Agraria di
Indonesia.
Nasional. Pada tahun 1964 melalui Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun
Tahun 1965 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak Pengelolaan yang
Dapertemen Kehakiman. Pada tahun 1965 agraria dipisah dan dijadikan sebagai
lembaga yang terpisah dari naungan Menteri Pertanian dan pada saat itu Menteri
Pada tahun 1986 secara kelembagaan mengalami perubahan pada saat itu
menangani Urusan Agraria dipisah dari Departemen Dalam Negeri dan dibentuk
23
Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri Negara Agraria. Kedua
lembaga dipimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
Nasional lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat operasional. Pada tahun
1999 terbit Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun 1999 Tentang Perubahan
perubahan struktur organisasi saja tugas dan fungsi juga berubah. Pada tahun
Berfungsi Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 Tentang
24
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
bidang pertanahan;
wilayah khusus;
bidang pertanahan;
pertanahan;
pertanahan;
25
21. Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau
yang berlaku.
dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Tertera
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
tugas pertanahan;
wilayah tertentu;
26
7. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah
masyarakat;
(SIMTANAS);
2.5.1 Litigasi
melalui jalur litigasi merupakan cerminan dari doktrin trias politica dimana badan-
yang terlibat dalam sengketa harus menempuh prosedur yang telah ditetapakan
Sengketa perdata yang terjadi antara dua pihak, yaitu pihak penggugat dan
pihak tergugat yang bersengketa. Barang siapa yang merasa hak pribadinya
27
penyelesaian melalui pengadilan, menurut pasal 118 HIR/Pasal 142 RBG harus
dari itu, yaitu menjamin suatu bentuk ketertiban umum, yang tertuang dalam
Sengketa perdata yang terjadi antara dua pihak, yaitu pihak penggugat dan
pihak tergugat yang bersengketa. Barang siapa yang merasa hak pribadinya
penyelesaian melalui pengadilan, menurut pasal 118 HIR/Pasal 142 RBG harus
membutuhkan waktu relative lama. Selain itu, pemeriksaan perkara melalui jalur
23
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,Yogyakarta, Liberty, 2006, hlm. 113.
24
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, Dalam Seri Dasar Hukum.
28
indonesia. Beranjak dari realitas tersebut, para pencari keadilan mulia berfikir
2.5.2 Non-ligitasi
litigasi dapat melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli
dan arbitrase.
1.konsultasi
sengketa tersebut akan diambil oleh para pihak, meskipun adakalanya pihak
2. Negosiasi
kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang
manusia itu sendiri. Negosiasi tidak harus menghasilkan kesepakatan dan bisa
saja mengalami kebuntuhan. Hal ini bisa terjadi disebabkan masing-masing pihak
25
Nia Kurniati, Hukum Agraria Sengketa Pertanahanpenyelesaian Melalui Arbitrase Dalam Teori
Dan Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2016, hlm. 186.
29
tetap bertahanpada posisi tawarannya dan bersikap saling kompetitif. Tindakan
kekuasaan yang dimiliki para pihak. Ketiga hal ini merupakan faktor penentu
berhasil tidaknya para negosiator mencapai titik temu sebagai akhir dari proses
negosiasi.
sebagai berikut;
bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok
bersengketa.26
ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
dalam ayat (1) diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam
waktu paling lama 14 hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan
tertulis.27
3. Mediasi
26
Departemen Pendidikan Nasional Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Edisi Ketiga, Balai Pustaka, 3003.
27
Nia Kurniati,H Ukum Agraria Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalui Abitrase Dalam Teori
Dan Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2016, hlm.187-190.
30
yang menengahinya dinamakan dengan dengan mediator. Menurut Goodfaster
mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang
tidak memihak dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk
memutuskan sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini, para pihak
negosiasi yang lebih efektif, dan dengan demikian membantu para peserta untuk
4. Konsiliasi
pengertian atau definisi dari konsiliasi ini. Bahkan tidak dapat temui satu
sengketa dapat ditemukan dalam ketentuan pasal 1 angka 10 dan alinea ke-9
28
Syahril Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan Hukum Adat, Hukum
Nasional, Bandung: Kencana Prenada Media Group,2016, hlm. 190-192.
31
Alternatif Penyelesaian Sengketa, menyebutkan: Alternatifpenyelesaian sengketa
5. Penilaian Ahli
atau perselisihan pendapat maupun sengketa yang terjadi diantara para pihak
dalam perjanjian pokok, melainkan juga dapat memberi konsultasi dalam bentuk
opini atau pendapat hukum atas permintaan dari setiap pihak yang
perbedaan pendapat atau perselisihan paham maupun sengketa yang ada, atau
lahir dari suatu perjanjian, maka pendapat hukum ini pun bersifat akhir (final) bagi
para pihak yang meminta pendapatnya pada lembaga arbitrase termaksud. Hal
sifat pendapat hukum yang diberikan, yang secara hukum mengikat dan
29
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Alternative Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Pt Raja
Garindo, 2001, hlm. 96.
32
sifat pendapat hukum yang diberikan oleh lembaga arbitrase ini termasuk dalam
6. Arbitrase
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
perdata saja yang dapat diselesaikan dan diputuskan oleh lembaga arbitrase.
perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu
perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.
litigasi sengketa pribadi dalam arbitrase. sifat pribadi dari arbitrase memberikan
Dalam arbitrase, para pihak dapat memilih hakim yang mereka inginkan,
berbeda dengan sistem pengadilan yang telah menetapkan hakim yang akan
berperan. Hak ini dapat menjamin kenetralan dan keahlian yang mereaka
anggap perlu dalam sengketa mereka. Arbitrase dapat lebih cepat dan murah
dibandingkan dengan adjudikasi public karena para pihak secara efektif memilih
30
Nia Kurniati, Hukum Agrarian Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalaui Arbitrase Dalam
Teori Dan Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2016, hlm. 199-200.
33
hakim mereka. Mereka tidak perlu antri menunggu pemeriksaan perkaranya oleh
adjudikasi publik.31
31
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi
Arbitrase Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,1995, hlm. 8.
34
2.6 Kerangka Fikir
3. Penelitian B. Negosiasi
7. Penyelesaian kasus
35
BAB III
METODE PENELITIAN
secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis
32
Lexy J. Meleong, 2011, Metode Penelitian, Pt Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 186.
36
1. Data Primer. Data Primer adalah data yang didapat secara langsung melalui
Sumber pertama. Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi
lapangan yang tentunya berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan
dibahas. Penulis akan meneliti dan mengkaji sumber data yang diperoleh dari
2. Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil
cara, yaitu :
pertanyaan itu. Untuk mendapatkan data – data terkait penelitian yang peneliti
berkaitan dengan materi penelitian berupa tulisan para ahli atau pihak-pihak
yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk
37
3.5 Teknik Analisa Data
Analisa data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan
oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan proses
kerja itu Data yang diperoleh baik dari data primer maupun sekunder. Diolah dan
yang berkaitan erat dengan penelitian ini, sehingga menjadikan datanya dapat
38
BAB IV
Palopo
Sengketa tanah merupakan salah satu masalah yang tidak ada habis-
pertanahan, khususnya yang terjadi di wilayah kota Palopo dapat dikatakan tidak
pernah surut seiiring dinamika dibidang ekonomi, sosial, politik dan budaya. Oleh
karena itu diperlukan Badan Pertanahan Nasional, yang dalam hal ini mengatur
penyelesaian di Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak dapat titik temu antara
pengadilan, semua kasus sengketa tanah yang masuk di Kantor Pertanahan kota
39
Penyelesaian Kasus Pertanahan:33
1. Pengkajian kasus
a. Judul;
keberatan atau tuntutan pihak pengadua, letak, luas dan status objek
kasus;
c. Riwayat kasus;
e. Klasifikasi kasus;
2. Gelar Awal
diterapkan
d. Menentukan data yuridis, data fisik, data lapangan dan bahan yang
diperlukan;
33
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 tahun 2020
tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan
Adapun hasil Gelar Awal untuk:
40
a. Menyiapkan surat kepada instansi lain untuk menyelesaikan jika kasus
penelitian.
3. Penelitian
fotogrametris, peta citra yang menunjukkan letak, luasa dan batas tanah,
peta tata ruang, peta penatagunaan tanah dan peta lain yang terkait
proses administrasi terbitnya produk hukum atas tanah yang menjadi objek
kasus;
kasus; dan/atau
41
d. bahan keterangan merupakan data/informasi dari orang-orang yang terlibat
disertai dengan surat tugas dan surat pengantar, serta petugas penelitian
Apabila dalam hal penelitian, data fisik dan data yuridis tidak ditemukan
maka dilakukan:
isian/daftar umum;
d. meminta keterangan kepala desa/lurah atau instansi terkait atau pihak lain
yang diperlukan.
ditandatangani oleh petugas dan diketahui oleh kepala kantor wilayah atau
penyelesaian kasus;
42
b. Mengetahui kemajuan penanganan kasus yang dicapai;
5. Rapat koordinasi
a. Penyelesaian kasus;
6. Gelar akhir
43
yang akan dilakukan oleh Menteri, kepala kantor wilayah atau kepala kantor
dan/atau ahli;
gelar akhir dilakukan oleh kantor wilayah dan/atau kantor pertanahan akan
menteri;
wilayah jika gelar akhir dilakukan oleh kantor pertanahan akan tetapi
wilayah;
44
Dalam hal tindak lanjut kewenangan penyelesaian kasus ada pada kantor
wilayah atau kantor pertanahan, hasil gelar akhir yang dilaksanakan kementerian
disampaikan kepada kepala kantor wilayah atau kepala kantor pertanahan dalam
penyelesaian kasus. Dalam hasil gelar alhir yang dilaksanakan oleh kepala
kantor wilayah dan kepala kantor pertanahan dilaporkan kepada menteri, yang
7. Penyelesaian kasus
Hasil putusan dalam gelar akhir akan dibuatkan dalam bentuk risalah
pengolahan data yang ditandatangani oleh pengolah sampai dengan Dirjen VII
kewenangan penyelesaian kasus ada pada kepala kantor wilayah dan pengolah
Palopo.
2020 48 Kasus
2021 22 Kasus
Jumlah 70
masuk sejak tahun 2020 hingga 2021 berjumlah 70 kasus. Data pengaduan
45
terbanyak terjadi pada tahun 2020 sebanyak 48 kasus sedangkan data
Kasus Pertanahan terjadi setelah Perubahan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
dengan Bapak Achmad Aidil Marala, S.H selaku Kasubsi Sengketa,Konlik dan
Palopo
46
21 Tahun 2022 yang berbunyi “ Penanganan Kasus yang Selanjutnya disebut
penyelesaian kasus.”
dengan 2 (dua) cara yaitu ligitasi dan non-ligitasi. Namun penyelesaian secara
ligitasi membutuhkan jangka waktu yang lama. Maka dalam hal ini diperlukan
non-ligitasi berupa mediasi fasilitasi kepada para pihak yang bersengketa agar
A. Konsultasi
pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana
47
langkah selanjutnya yang akan diambil oleh pihak yang merasa sedang
dialami oleh suatu pihak. Dalam hal Penyelesaian Masalah Sengketa Tanah
yang terjadi di Kantor Pertanahan Kota Palopo melalui jalur konsultasi, Pihak
B. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh para pihak dengan
yang dapat diterima kedua belah pihak mengenai suatu masalah tertentu yang
tidak ada prosedur baku, akan tetapi prosedur dan mekanismenya diserahkan
tempat pertemuan kedua belah pihak, dan tidak memiliki wewenang memberikan
48
pendapat atau putusan mengenai masalah pertanahan yang dialami oleh kedua
belah pihak.
C. Konsiliasi
ditawarkan kepada para pihak yang bersengketa. Jika pihak yang bersengketa
yang pelaksanaanya sangat bergantung pada itikad baik para pihak yang
bersengketa.
melalui jalur Konsiliasi, Pihak Kantor Pertanahan kota Palopo sebagai Konsiliator
mengenai terbitnya suatu sertifikat tanah. Setalah mendengar para pihak, Kantor
Pertanahan kota Palopo lalu memberikan pendapat atau saran yang nantinya
D. Mediasi
Mediasi merupakan kosa kata atau istilah yang berasal dari kosa kata
inggris yaitu mediation. Dalam KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mediasi
sangat diharapkan untuk dapat menyelesaiakan sengketa secara adil. Hal ini
49
yang bersengketa. Aparatur pertanahan baik pusat maupun daerah dituntut
inisiatif pihak yang bersengketa. Dalam proses mediasi apabila salah satu pihak
atau para pihak di undang 3 (tiga) kali secara patut tetapi tidak hadir maka
akan dituangkan dalam akta perdamaian dan didaftarkan oleh para pihak di
pengadilan negeri ilayah hukum letak tanah yang menjadi objek kasus untuk
Tabel II. Penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur non litigasi di Kantor
Tahun Kasus
2020 41 Kasus
2021 14 Kasus
Jumlah 55
50
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Jumlah Kasus Sengketa
Tanah yang diselesaikan melalui jalur non litigasi mulai dari tahun 2020 hingga
tahun 2021 berjumlah 55 kasus. Penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur non
Penyelesaian sengketa dengan jumlah paling sedikit terjadi pada tahun 2021
Hasil Wawancara dengan Bapak Achmad Aidil Marala, S.H selaku Kasubsi
4.2.2 Ligitasi
cara untuk mencapai tujuan dan fungsi hukum. Karena putusan yang dikeluarkan
oleh pengadilan yang sah dan berwenang merupakan tolak ukur ataupun dasar
seseorang untuk mendapatkan haknya yang telah dilanggar oleh pihak lain.
sering dilakukan oleh pihak yang bersengketa. Jalur ligitasi biasanya ditempuh
51
apabila dalam mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka Badan Pertanahan
Dalam jalur ligitasi yang ditempuh oleh salah satu pihak yang bersengketa,
pihak tidak setuju oleh putusan Badan Pertanahan Nasional yang disimpulkan
atau hasil dari mediasi. Penyelesaian kasus sengketa tanah melalui peradilan.
Badan Pertanahan Nasional selalu diikut sertakan baik itu sebagai saksi maupun
(dua) peradilan yang harus dilalui agar mendapatkan hak atas tanah yang
memiliki atas tanah yang bersengketa. Namun sertifikat yang dibuat oleh Badan
membatalkan sertifikat yang telah dibuat oleh Badan Pertanahan Nasional, maka
pihak yang bersengketa juga harus melalui peradilan Tata Usaha Negara.
a. Pejabat dan pegawai pemerintah Non pegawai negeri di lingkungan Ditjen VII
52
d. Dalam hal tertentu kuasa khusus dapat juga diberikan kepada jaksa
lembaga hukum.
d. Penyiapan jawaban/gugatan;
e. Penyiapan replik/duplik;
f. Penyiapan bukti;
h. Pemeriksaan setempat;
i. Kesimpulan; dan
j. Upaya hukum.
Tahun Kasus
2020 7 Kasus
2021 8 Kasus
Jumlah 15 Kasus
Tanah yang diselesaikan melalui jalur litigasi mulai dari tahun 2020 hingga tahun
53
terbanyak terjadi pada tahun 2021 dengan jumlah 8 Kasus. Sedangkan
Penyelesaian sengketa dengan jumlah paling sedikit terjadi pada tahun 2020
Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Aidil Marala, S.H selaku Kasubsi
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang berangkat dari Rumusan masalah yang diangkat,
sengketa tanah dapat dilakukan melalui dengan 2 (dua) cara yaitu Ligitasi dan
Non Litigasi.
tanah melalui jalur Ligitasi merupakan cara yang sering dilakukan oleh pihak
55
Pertanahan Nasional akan memberikan rekomendasi untuk diselesaikan
melalui jalur ligitasi. Dalam jalur ligitasi yang ditempuh oleh salah satu pihak
5.2 Saran
berikut:
sengketa tanah yang terjadi di Kota Palopo lebih meningkatkan lagi layanan
sengketa tanah.
kedamaian.
lebih teliti dalam melihat Alas Hak sebagai dasar dalam menerbitkan Sertifikat
dapat terhindari.
56
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Harun, Badriyah. 2013. Solusi Sengketa Tanah dan Bangunan. Penerbit Pustaka
Yustisia.Yogyakarta.
Sigit Angger dan Widayanto Erdha. 2015. Awas Jangan Beli Tanah Sengketa.
Pustaka Yustisia. Yogyakarta.
57
Usman, Rachmadi, 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan. Citra
Aditya Bakti. Bandung.
Peraturan Perundang-Undangan
Artikel Internet
http://derryjie.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sengketa-lahan_26.html
http://intan-isna.blogspot.co.id/2013/06/penerapan-prinsip-prinsip-mediasi-di.html
http://www.bpn.go.id/Tentang-Kami/Sejarah
http://www.hukumtenagakerja.com/mediasi-hubungan-industrial/
58
59