Anda di halaman 1dari 5

PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DI DESA ASTOMULYO

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Hukum)

Dosen Pengampu: Dr. Iskandar, S.H., M.H

Disusun oleh:

Arliana Zahwa 20810018

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

T.A 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan,
atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan memanfaatkan
tanah untuk sumber kehidupan dengan menanam tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan
makanan. Mengingat begitu pentingnya tanah karena dapat menghasilkan sumber daya
alam yang sangat bermanfaat bagi orang banyak maka perlu diatur oleh pemerintah.
Tanah merupakan modal dasar pembangunan, dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya menggantungkan kehidupannya pada manfaat tanah dan memiliki hubungan
yang bersifat abadi dengan negara dan rakyat. Oleh karena itu hukum keagrariaan di
Indonesia secara umum telah diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicion) selalu mempunyai keinginan
untuk melakukan interaksi dengan manusia dan benda yang ada di sekitarnya dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan interaksi tersebut tidak
dapat dihindari adanya perbedaan-perbedaan dalam hal kepentingan yang akan
melahirkan sengketa, perselisihan, pertentangan atau konflik.
Sejak zaman dahulu tanah telah menjadi sumber sengketa bagi manusia.
Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan terhadap
hak atas tanah yang dapat memicu terjadinya sengketa tanah yang berkepanjangan,
bahkan pemilik tanah rela berkorban apa saja untuk mempertahankan tanah yang
dimilikinya.
Sengketa merupakan kelanjutan dari sebuah masalah, sebuah masalah akan berubah
menjadi sengketa bila masalah tersebut tidak dapat diselesaikan. Sepanjang para pihak
dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik maka sengketa tidak akan terjadi. Tetapi
bila masalah tidak terselesaikan dengan baik dalam bentuk kesepakatan mengenai solusi
pemecahan masalahnya, maka akan timbul sengketa. Untuk menyelesaikan sengketa
pada dasarnya bisa dilakukan melalui berbagai macam cara.
Perselisihan atau perkara atau sengketa dimungkinkan terjadi dalam setiap
hubungan antar manusia, bahkan berkembang juga terhadap subjek hukum yang berupa
badan hukum, sehingga makin lama materi dan subjek hukumnya semakin berkembang.
Sengketa ialah situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain, yang
kemudia oihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak lain. Jika situasi
menunjukkan perbedaan pendapat maka terjadilah sengketa. Dalam konteks hukum
kontrak, sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara para pihak karena adanya
pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dituangkan dalam suatu kontrak, baik
sebagian maupun keseluruhan. Dengan kata lain telah terjadi wanprestasi oleh pihak-
pihak atau salah satu pihak.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, sengketa adalah segala sesuatu yang
menyebabkan perbedaan pendapat, pertikaian atau pembantahan. Sengketa merupakan
kelanjutan dari konflik, sedangkan konflik itu sendiri adalah suatu perselisihan antara
dua pihak, tetapi perselisihan itu hanya menjadi konflik jika diperlihatkan dan
diberitahukan kepada pihak lain. Kata conflic dan dispute mengandung Pengertian
tentang adanya perbedaan kepentingan diantara kedua pihak atau lebih, tetapi keduanya
dapat dibedakan. Kata conflict diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi konflik,
sedangkan dispute diterjemahkan dengan kata sengketa. Sengketa dan konflik pada
hakekatnya merupakan bentuk aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan
antara dua pihak atau lebih.1
Upaya penyelesaian hukum mengenai perselisihan atau sengketa tanah diatur dalam
Perpres No. 20/2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pasal 3 angka 3 dan 4
tersebut menyatakan bahwa Kepala BPN mempunyai tugas melakukan kebijakan di
bidang penetapan hak tanah, pendataan tanah, dan pemberdayaan masyarakat serta di
bidang pengaturan, penataan, dan pengendalian kebijakan pertanahan. Mengingat

1
Samun Ismaya, S.H., M.Hum., Penyelesaian Kasus Pertanahan (Jakarta: Suluh Media, 2019), hlm 1-2.
negara Indonesia adalah negara hukum, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat sebagian warga negara harus mengikuti hukum yang berlaku.
Pada dasarnya pilihan penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan 2 (dua)
proses. Penyelesaian proses melalui litigasi di dalam pengadilan, dan proses
penyelesaian sengketa melalui kerja sama (koopratif) diluar pengadilan. Proses litigasi
biasanya menghasilkan kesepakan yang bersifat advirsial yang belum mampu
merangkul kepentingan bersama, cenderung menambah masalah baru, lamban dalam
penyelesainnya. Sebaliknya, melalui proses diluar pengadilan menghasilkan
kesepakatan yang bersifat win-win solution, menyelesaikan koprehensif dalam
kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik.
Sengketa tanah dalam masyarakat seringkali terjadi dalam hal ini semakin tahun
semakin meningkat dan terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan. Persoalan tanah selama ini sangat relevan untuk dikaji
bersama-sama dan dipertimbangkan secara mendalam dan seksama dalam kaitannya
dengan kebijakan dibidang pertanahan selama ini. Hal ini disebabkan oleh karena
ditingkat implementasi kebijakan yang diperlihatkan selama ini telah mengabaikan
aspek struktural penguasaan tanah yang pada akhirnya menimbulkan berbagai macam
sengketa.2
Timbulnya sengketa hukum bermula dari pengaduan suatu pihak baik orang
maupun badan, yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik
terhadap status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya. Permasalahan tersebut
menjadi dasar pemicu terjadinya banyak konflik atau sengketa mengenai status dan
keberadaan hak tanah mayarakat. Berbagai macam permasalahan menyangkut tanah
sering menimbulkan masalah. Tidak sedikit bermunculan sengketa mengambil alihkan
tanah yang sudah dijual dengan dalih tidak puas dengan harga yang sudah ditentukan
untuk kepentingan pribadi.

2
Keputusan Kepala badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 34, Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah, Pertanahan, hlm 2.
Demikian pula sengketa tanah yang terjadi di desa Astomulyo, hampir setiap hari
masalah sengketa tanah menjadi topik dan bahasan utama di masyarakat yang tinggal di
desa tersebut. Permasalahan sengketa tanah tersebut terjadi karena pihak penjual
menuntut kembali pihak pembeli atas dasar tidak puas dengan harga yang telah
ditentukan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah untuk


memudahkan dalam pembahasan selanjutnya. Adapun rumusan masalah ialah sebagai
berikut:

1. Apa penyebab terjadinya sengketa tanah di desa Astomulyo?


2. Bagaimana penyelesaian sengketa tanah di desa Astomulyo?
C. Ruang Lingkup

Berdasarkan penelitian di atas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang


penyelesaian sengketa tanah yang berlokasi di desa Astomulyo Kecamatan Punggur
Kabupaten Lampung Tengah.

D. Maksud dan Tujuan

Dalam melakukan penulisan ini tentunya penulis memiliki keinginan mengapa melakukan
penelitian penulisan sengketa tanah ini. Maka oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses penyelesaian sangketa tanah di desa Astomulyo


2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya sengketa tanah di desa Astomulyo

Anda mungkin juga menyukai