LITIGASI
DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
NPM : 2040501094
FAKULTAS HUKUM
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Penyelesaian Sengketa
Alternatif.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu kami Bapak Marthen B Salinding, S.H., M.H. yang telah membimbing kami
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN
Mediasi..........................................................................................................................6
Pertanahan..................................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah bagi kehidupan manusia mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal
ini disebabkan hampir seluruh aspek kehidupannya terutama bagi bangsa Indonesia tidak
dapat terlepas dari keberadaan tanah yang sesungguhnya tidak hanya dapat ditinjau dari
Sebagai hak dasar, hak atas tanah sangat berarti sebagai tanda eksistensi,
kebebabasan, dan harkat dari seseorang. Di sisi lain, negara wajib memberi jaminan
kepastian hukum terhadap hak atas tanah itu walaupun hak itu tidak bersifat mutlak
Permasalahan pertanahan merupakan yang selalu muncul dan selalu aktual dari
dan semakin meluasnya akses bebagai pihak yang memperoleh tanah sebagai pihak yang
memperoleh tanah sebagai modal dasar dalam berbagai kepentingan. Sengketa tanah
terjadi karena tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting, yang dapat
rangka integritas negara dan fungsi sebagai modal dasar dalam rangka mewujudkan
proses penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar pengadilan. Proses
litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversal yang belum mampu merangkul
4
proses penyelesaian yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif,
Tidak semua masalah harus diselesaikan lewat persidangan atau pengadilan. Saat
ini telah lahir peyelesaian sengketa non litigasi, yaitu Alternative Dispute Resolution
(selanjutnya disebut dengan ADR), salah satunya dengan menggunakan mediasi di mana
keberpihakan seorang moderator tidak terjadi dalam persoalan mediasi. Hal mana telah
diatur secara implisit dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
B. Rumusan Masalah
Kantor Pertanahan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisaan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca mengetahui
bagiamana peran Kantor Pertanahan jika penyelesaian sengketa pertanahan ini dilakukan
5
BAB II : PEMBAHASAN
Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
pertanahan menurut Pasal 1 Angka 2 Perka BPN No.3 Tahun 2011 yang selanjynya
hukm, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis, sedangkan konflik
pertanahan menurut Pasal 1 Angka 3 Perka BPN No.3 Tahun 2011 adalah perselisihan
atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak lusa secara sosio-
bentuk sengketa maupun konflik pertanahan. Pengertian sengketa tanah juga dapat
dilihat dalam Peraturan Menteri Agraria/KBPN No.1 Tahun 1999 tentang Tata Cara
terjadi perbedaan atau perselisihan antara dua pihak atau lebuh terhadap sumber daya
tanah. Berdasarkan dimensi dampak, konflik memiliki dampak yang lebih luas bila
dibandingkan dengan istilah sengketa. Konflik pertanahan yang sudah dan sedang
berlangsung dan mungkin tetap akan berlangsung bila tidak dicairkan jalan keluarnya
yang obyektif, maka akan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan
tanah.
2. Ketidaksesuaian peraturan
6
3. Pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah tanah yang
tersedia
8. Adanya penyelesaian dari instansi lain, sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan
berubah menjadi sengketa bila masalah tersebut tidak dapat diselesaikan. Mediasi
sengketa secara adil. Hal ini disebabkan karena proses mediasi merupakan musyawarah
antar para pihak yang bersengketa, sehingga jika mediasi membuahkan hasil, hasilnya
adalah win-win solution, sehingga para pihak puas dengan hasil musyawarah.
Aparatur pertanahan baik pusat maupun didaerah dituntut secara aktif untuk
menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan melalui mediasi sebagai prioritas utama
Sebagai instansi vertikal yang berbeda di bawah naungan dan bertanggung jawab
langsung kepada menteri melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional,
sudah dilaksanakan kurang lebih 6 tahun belakangan ini. Bahwa gelar mediasi ini
7
Penyelesaian sengketa tanag melalui jalur mediasi di kantor pertanahan ini ditanda
tangani oleh Subseksi Sengketa, Konflik dan Perkara yang berada di pengkoordinasian
pertanahan, serta analisis dan penyiapan usulan pembatalan hak atas tanah berdasarkan
putusan pengadilan atau hasil perdamaian, serta evaluasi dan pelaporan, sebagaimana
yang telah dimaksud dalam pasal 56 (a) Peraturan Menteri Agraria dan Tara
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badam Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.
Salah satu tugas dari Subseksi Sengketa, Konflik dan Perkara yang disebutkan
pertanahan, makan dalam hal penyelesaian sengketa pertanahan dilakukan oleh subseksi
tersebut. Penyelesaian sengketa ini Subseksi Sengketa, Konflik dan Perkara ini berperan
sebagai mediator. Mediator di Kantor Pertanahan Kota adalah pejabat struktur di Kantor
Pertanahan atau mediator yang sudah bersetfikasi. Mediasi yang dilaksanakan di Kantor
bersangkutan
8
2. Keinginan yang bebas terhadap pihak yang bersengketa terhadap objek yang
disengketakan
Sebagai mediator, seksi ini mempunyai peran sebagai pihak ketiga yang tidak
memihak kepada para pihak yang bersengketa dan membantu para pihak dalam
bagi mereka.
berperan mulai sebelum dilakukannya perundingan dan pasca perundingan dengan para
pihak yang bersengketa. Peran mediator pada saat mediasi yaitu memimpin diskusi,
menyampaikan masalah dan kepentingan secara terbuka, mendorong para pihak agar
Mediator ini berperan dalam sebuah sengketa atas dasar adanya hubungan
sosial antara mediator dan para pihak yang bersengketa, misalnya apabila terjadinya
sengketa antara tekan kerja dan teman usaha. Tipe mediator hubungan sosial ini
sering ditemui dalam masyarakat, alim ulama. Orang-orang tersebut pada umumnya
memiliki wibawa atau karisma serta disegani oleh masyarakat sehingga kadangkala
9
2. Mediatir Autoriatif (Autoriatif Mediators)
memiliki potensi atau kepastian untuk mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses
bahwa pemecahan yang terbaik terhadap sebuah kasus bukanlah ditentukan oleh
dirinya selaku pihak yang berpengaruh, melainkan harus dihasilkan oleh upaya
Pertanahan
semuanya harus dengan prosedur atau proses yang sudah ditetapkan oleh Kantor
Pertanahan. Proses tersebut diharapkan semua sengketa yang masuk dibagian sengketa,
konflik dan perkara pertanahan dapat terselesaikan dengan baik dan dapat memuaskan
semua pihak yang bersengketa. Kantor Pertanahan Kota Medan menetapkan proses yang
harus dilalui oleh semua pihak yang akan menggunakan mediasi dalam penyelesaian
sengketa pertanahan.
Kasus Pertanahan. Adapun prosedur atau proses mediasi yang ada di Kantor Pertanahan
yaitu dilakukannya:
10
a. Pengaduan
secara tertulis, melalui loket pengaduan secara tertulis, melalui loket pengaduan,
kotak surat, atau website kementrian. Pengaduan tersebut harus dilampiri dengan
fotokopi identitas pengaduan, fotokopi penerima kuasa dan surat kuasa apabila
dikuasakan, serta data pendukung atau bukti-bukti yang terkait dengan pengaduan.
Pengaduan ini paling sedikit memuat identitas pengadu dan uraian singkat kasus.
tersebut. Pengaduan yang telah memenuhi syarat diterima langsung melalui loket
pengaduan maka kepada pihak pengadu akan diberikan surat tanda penerima
pengaduan.
b. Menelaah
pejabat yang bertanggung jawab dalam menangani sengketa, konflik dan perkara
berupa:
11
b) Putusan peradilan, berita acara pemeriksaan dari Kepolisian Negara RI,
d) Data lain yang terkait dan dapat mempengaruhi serta memperjelas duduk
e) Keterangan saksi
yang bertanggung jawab dalam menangani sengketa, konflik dan perkara melakukan
analisis.
luas
5) Tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang salah satu alas haknya
12
9) Kesalahan prosedur dalam proses pemberian izin
sengketa atau konflik dan data yuridis, data fisik dan data pendukung lainnya.
Setelah menerima hasil pengumpulan data dan hasil analisis Kepala Kantor
c. Pemanggilan
dilakukan dengan pengirim undangan kepada para pihak. Jika salah satu pihak
menilak untuk melakukannya mediasi atau mediasi batal karena sudah 3 kali tidak
memenuhi undangan atau telah melampaui waktu 30 hari, maka Kepala Kantor
d. Upaya mediasi
e. Negosiasi akhir
13
Para pihak melakukan megosiasi final yaitu klarifikasi ketegasan mengenai
opsi-opsi yang telah disepakati bagi penyelesaian sengketa dimaksud. Hasil dari
tahap ini adalah putusan penyelesaian sengketa yang merupakan kesepakatan para
pihak yang bersengketa. Kesepakatan tersebut pada pokoknya berisi opsi yang
f. Kesepakatan
para pihak dituangkan dalam perjanjian tertulis, dan ditandatangani oleh para pihak
dan mediator. Jika para pihak diwakili kuasa hukum harus ada pernyataan tertulis
dari para pihak yang berisi persetujuan atas kesepakatan tersebut. Kesepakatan
hukum mengikat para pihak. Akta perdamaian ini dibuat dihadapan notaris.
dibuat laporan hasil mediasi yang berlangsung. Jika pada proses mediasi yang telah
dilakukan tidaj mencapai kata sepakat, maka para pihak mempunyai dan diberikan
14
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
mediasi adalah sebagai mediator. Adapun peranan sebagi mediator pada saat mediasi
mendorong para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan pertarungan yang
2. Prosedur dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur mediasi yaitu adanya
tersebut ditangani oleh subseksi penangana sengketa, konflik dan perkara dengan
mediasi. Pada tahap memulai mediasi mediator melakukan hubungan personal antar
para pihak untuk menghambat perselisihan antar para pihak, mencairkan suasana
antar oara pihak yang bersengketa dan menetapkan agenda musyawarah. Selanjutnya
15
kesepakatan para pihak yang bersengketa. Kesepakatan para pihak. Jika para pihak
mencapai kata sepakat maka dituangkan dalam perjanjian tertulis, sedangkan yang
tidan mencapai kata sepakat makan para pihak mempunyai hak untuk mengajukan
B. Saran
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah ilmu para pembaca termasuk
saya sendiri, makalah ini memang belum sempurna, belum tersusun dengan baik. Maka
dari itu saya berharap para pembaca bisa memberikan saran agar ke depannya saya bisa
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, 2010 Penyelesaiaan Sengketa (alternatif Dispute Resolution) Bandung: Citra
Aditya Bakti
Abdurrahman, Kedudukan Hukum adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia,
Jakarta: Akademik Persindo, 1992
Darwin Ginting, 2010. Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis, Bogor:
Ghalia Indonesia
Felix MT. 2002. Sitorus, Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria,
Bandung:Yayasan Akatiga:2002
Rachmadi Usman, 2003 Pilihan Pemnyelesaiaan Sengketa Di Luar Pengadilan, Bandung:
Citra Aditya Bakti
Husein Alting, “Konflik Penguasaan Tanah di Maluku Utara: Rakyat Versus Penguasa dan
Pengusaha”, Jurnal dinamika Hukum, Vol.13, No. 2, Mei 2013
Pahlefi, Analisis Bentuk-Bentuk Sengketa Hukum atas Tanah Manurut Peraturan
PerundangUndangan di Bidang Agraria, “Majalah Hukum Forum Akademika, Vol.25,
Maret 2014
Sumardji. “dasar dan Ruang Lingkup wewenang dalam Hak Pengelolaan” Majalah Yuridika,
Vol. 21, No.3, Mei 200
17