Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal.

Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Teknis Mediasi Penyelesaian Sengeketa Tanah Para Pihak Di Kantor


Pertanahan Kota Palangkaraya
M. Lukman Nul Hakim1, Amelia Sagita2, Auzaki Setiawan3, Meira Rika Setiawati⁴, Ramadhani Alfin⁵
1,2,3,4,5
Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya
*e-mail: m.lukmannh32@gmail.com¹, auzakysetiawan@gmail.com², sagitaliaamellia12@gmail.com³,
meirarika2001@gmail.com⁴, ramdhanialfin@iain-palangkaraya.ac.id⁵

Received: Revised: Accepted: Available online:


01.01.2022 01.01.2022 01.01.2022 01.01.2022

Abstract: The handling of land dispute resolution that occurs in Indonesia has been regulated in the Minister
of Agrarian Spatial Planning/Head of the National Land Agency Number 11 of 2016 concerning Settlement of
land cases. Then updated again in the Minister of Agrarian Spatial Planning/Head of the National Land
Agency Number 20 of 2021 concerning Land Dispute Settlement. Based on this, it can be seen how important
regulation is to resolve land disputes that occur in the community. The large number of land disputes that
occur are expected to be resolved amicably through mediation. The research method used is Juridical
Empirical, namely studying law as a pattern of behavior shown in the application of legal regulations.
Mediation conducted at BPN Palangkaraya City has a success rate of 40% and 60% unsuccessful. Because of
this, the community can be more aware of how important it is to resolve a land dispute through mediation.
Keywords: Mediation, Regulated Minister, Land Disputes, BPN.

Abstrak: Penanganan penyelesaian sengketa pertanahan yang terjadi di Indonesia telah diatur pada
Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelesaian kasus pertanahan. Kemudia diperbarui lagi pada Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan. Berdasarkan
hal tersebut dapat diketahui seberapa pentingnya regulasi untuk menyelesaikan sengeketa pertanahan yang
terjadi di masyarakat. Banyaknya sengeketa pertanahan yang terjadi diharapkan dapat diselesaikan secara
musyawarah melalui mediasi. Metode penelitian yang digunakan adalah Yuridis Empiris yaitu menelaah
hukum sebagai pola perilaku yang ditunjukkan pada penerapan peraturan hukum. Mediasi yang dilakukan di
BPN Kota Palangkaraya memiliki tingkat keberhasilan sebanyak 40% dan tidak berhasil sebanyak 60%. Sebab
demikian, masyarakat dapat lebih menyadari betapa pentingnya menyelesaikan suatu sengketa tanah
melalui mediasi.
Kata kunci: Mediasi, Peraturan Menteri, Sengketa Tanah, BPN

1. PENDAHULUAN
Sengketa tanah tidak dapat dihindari di zaman sekarang, ini disebabkan karena berbagai
kebutuhan tanah yang sangat tinggi dizaman sekarang sementara jumlah bidang tanah terbatas. Hal
ini tersebut menuntut perbaikan dalam bidang penataan dan penggunaan tanah untuk kesejahteraan
masyarakat dan terutama kepastian hukumnya. Untuk itu berbagai usaha yang dilakukan pemerintah
yaitu mengupayakan penyelesaian sengketa tanah dengan cepat untuk menghindari penumpukan
sengketa tanah, yang dapat merugikan masyarakat, seperti tanah tidak dapat digunakan karena
tanah tersebut dalam sengketa. Pada dasarnya pilihan penyelesaian sengketa dapat dilakukan
dengan 2 (dua) proses. Proses penyelesaian sengketa melalui litigasi di dalam pengadilan, kemudian
berkembang proses penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar pengadilan.
Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversial yang belum mampu
merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam
penyelesaiannya.1 Sebaliknya, melalui proses di luar pengadilan menghasilkan kesepakatan
kesepakatan yang bersifat “win-win solution”, dihindari dari kelambatan proses penyelesaian yang
diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan komprehensif dalam
kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik. Penggunaan pranata penyelesaian sengketa di luar
pengadilan tersebut kemudian diterapkan di Negara Indonesia yang dibuatkan melalui Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, telah
menyediakan beberapa pranata Pilihan Penyelesaian Sengketa (PPS) secara damai yang dapat

1
Umam Khotibul, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), 12

E-ISSN: 2774-6240 1
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

ditempuh para pihak untuk menyelesaikan sengketa atau beda pendapat perdata mereka, apakah
pendayagunaan pranata konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. 2
Pilihan Penyelesaian Sengketa (PPS) di luar pengadilan hanya dapat ditempuh bila para pihak
menyepakati penyelesaiannya melalui pranata Pilihan Penyelesaian Sengketa (PPS). Kemudian Pilihan
Penyelesaian Sengketa (PPS) dalam penyelesian sengketa di luar pengadilan ini berkembang pada
kasus-kasus perkara lain seperti kasus-kasus perkara pidana tertentu dan sengketa tenaga kerja
ataupun pada sengketa lingkungan dan sengketa tanah. Masalah tanah adalah masalah yang
menyangkut hak rakyat yang paling dasar. Tanah di samping mempunyai nilai ekonomis juga
berfungsi sosial, oleh karena itulah kepentingan pribadi atas tanah tersebut dikorbankan guna
kepentingan umum. Ini dilakukan dengan pelepasan hak atas tanah dengan mendapat ganti rugi yang
tidak berupa uang semata akan tetapi juga berbentuk tanah atau fasilitas lain.
Terhadap hak-hak dan sifat tanah telah diatur pada Pasal 16 dan 53 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau biasa disebut Undang-Undang
Pokok Agraria yang disingkat (UUPA). Permasalahan tanah yang muncul akhir-akhir ini, semakin
kompleks. Pemicunya, tak sebatas aspek ekonomi saja, melainkan sosial dan budaya bahkan juga
agama. Beberapa permasalahan tanah, bisa diselesaikan dengan baik oleh kantor Pertanahan Kota
Palangkaraya melalui ”mediasi”. Mediasi adalah salah satu bagian dari alternatif penyelesaian
sengketa (APS), disamping negosiasi, arbitrase, dan pengadilan.
Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya hampir setiap bulan menyelenggarakan penyelesaian
sengketa melalui lembaga mediasi, dan sengketa yang biasa diselesaikan dengan cara mediasi ini
adalah seperti sengketa hak waris, sengketa pembatasan tanah, sengketa hak atas tanah,kepemilikan
dan penguasaan atas tanah. Dalam penyelesaian sengketa tersebut kantor pertanahan Kota
Palangkaraya sangat berhati-hati dalam proses mediasi tersebut. Hampir 60% sengketa hak waris,
pembatasan tanah, kepemilikan dan penguasaan atas tanah dapat diselesaikan melalui lembaga
mediasi di Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya. 3 Setelah proses mediasi tersebut pihak BPN Kota
Palangkaraya akan menata dengan rapi semua berkas administrasi yang ada selama proses mediasi
berlangsung.
Adanya permasalahan tanah yang menempuh jalur mediasi di BPN Kota Palangkaraya setiap
bulannya, membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam terhadap teknis mediasi yang
dilakukan selama penyelesaian sengketa tanah tersebut berlangsung. Hal ini bertujuan untuk
memberitahukan terkait mediasi yang dilaksanakan terhadap suatu permasalahan tanah akan
berbeda dengan mediasi pada umumnya atau tidak.

2. METODE
Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode Kualitatif. Metode Kualitatif
adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta pendekatannya diarahkan pada latar dan individu
secara holistik.4 Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah yuridis empiris, yaitu suatu
pendekatan yang dengan dimaksudkan kata lain yang merupakan jenis penelitian hukum sosiologis
dan dapat disebutkan dengan penelitian secara lapangan, yang mengkaji ketentun hukum yang
berlaku serta yang telah terjadi didalam kehidupan masyarakat. 5 Secara singkatnya, yaitu menelaah
hukum sebagai pola perilaku yang ditunjukkan pada penerapan peraturan hukum.

2
Ibid., 14
3
Sony Gusti Anasta, Koordinator Seksi Penanganan dan Pengendalian Sengeketa, Konflik dan Perkara Pertanahan Kota
Palangkaraya, Wawancara, Palangkaraya 14 Desember 2022, Pukul 13:45 WIB
4
Abdussamad Zuhric, Metode Penelitian Kualitatif, (Makasar: Syakir Media Pres, 2021), 30.
5
Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Grafindo Persada, 2012), 25

E-ISSN: 2774-6240 2
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Adapun sumber data terdiri dari data primer yaitu wawancara dan data sekunder yaitu
sumber hukum primer, sekunder dan tersier. Metode pengumpulan dengan menggali dokumen-
dokumen, peraturan perundang-undangan, serta melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait,
kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara etimologi kata mediasi juga berasal dari bahasa Inggris mediation, yang artinya
penyelesaian sengketa dengan menengahi. 6 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediasi adalah
proses mengikutsertakan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasehat.
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat unsur penting dalam mediasi, yaitu proses penyelesaian
perselisihan, keterlibatan pihak luar selain pihak yang bersengketa, dan pihak luar tersebut bertindak
sebagai penasehat serta tidak berhak dalam mengambil keputusan. Sedangkan secara terminologi,
mediasi adalah suatu proses dimana para pihak dengan bantuan seseorang atàu beberapa orang,
secara sistematis berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang disengketakan untuk mencari
alternatif dan mencapai penyelesaian yang diinginkan. 7
Dengan demikian, mediasi merupakan proses mencari titik temu suatu perselisihan dalam
penyelesaian sengketa yang sifatnya win-win solution diantara para pihak yang berselisih. 8 Adapun
dalam persfektif kasus pertanahan, mediasi merupakan penyelesaian kasus melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan yang dilakukan para pihak serta difasilitasi oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Wilayah atau Kota
Badan Pertanahan Nasional sesuai kewenangannya. 9 Sehingga dalam menyelesaikan suatu kasus
atau sengketa yang terjadi atas suatu tanah, kantor pertanahan memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan mediasi sebagai salah satu upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan,
termasuk pada Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya.
Pada prakteknya, apabila terjadi sengketa mengenai bidang-bidang tanah yang berbatasan,
panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau kepala Kantor Pertanahan atau
petugas pengukuran yang ditunjuk dalam pendaftaran tanah sporadik, berusaha menyelesaikannya
secara damai melalui musyawarah antara pemegang hak dan pemegang hak yang berbatasan. 10
Apabila berhasil, maka penetapan batas yang dihasilkan akan dituangkan dalam Risalah Penyelesaian
Sengketa Batas. Secara spesifik, dapat dijelaskan bahwa salah satu tugas dari unsur Kementerian
ATR/BPN yaitu panitia ajudikasi memiliki wewenang untuk membantu menyelesaikan
ketidaksepakatan atau sengketa antara para pihak yang bersangkutan mengenai data yang
diumumkan.11 Penanganan sengketa bermula dari adanya pengaduan masyarakat ataupun inisiatif
dari Kementerian Agraria dan tata ruang Badan Pertanahan Nasional dari pengamatan yang
dilakukan. Setelah menerima pengaduan dengan muatan gugatan sengketa tersebut dilakukan
analisis untuk mengetahui apakah pengaduan tersebut merupakan kewenangan Kementerian atau
bukan.
Sengketa yang merupakan kewenangan Kementerian memiliki beberapa kriteria, yaitu
kesalahan prosedur dalam proses pengukuran, pemetaan dan perhitungan luas; kesalahan prosedur

6
Nita Triana, Alternative Dispute Resolution: Penyelesaian Sengketa alternatif dengan Model Mediasi, Arbitrase, Negosiasi,
dan Konsiliasi, (Yogyakarta: Kaizen Sarana Edukasi, 2019), 17
7
Yoyok Ucok Suyono, Dadang Firdiyanto, Mediasi Penal: Alternatif Penyelesaian Perkara dalam Hukum Pidana, (Yogyakarta:
LaksBang Justicia, 2020), 57-58
8
Usep Saepulloh, Mediasi Untuk Bisnis E-commerce, (Semarang: UNISSULA PRESS,2021) 9
9
Pasal 1 ayat 11 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2020 Tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan
10
Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Pemerintah
11
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

E-ISSN: 2774-6240 3
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

dalam proses pendaftaran penegasan dan pengakuan hak atas tanah bekas milik adat; kesalahan
prosedur dalam proses penetapan atau pendaftaran hak; kesalahan prosedur dalam proses
penetapan tanah terlantar; tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang salah satu alas
haknya jelas terdapat kesalahan; kesalahan prosedur dalam proses pemeliharaan data pendaftaran
tanah; kesalahan prosedur dalam proses penerbitan sertifikat pengganti; kesalahan dalam
memberikan informasi data pertanahan; kesalahan prosedur dalam proses pemberian izin;
penyalahgunaan pemanfaatan ruang; atau kesalahan lain dalam penerapan peraturan perundang-
undangan.12
Apabila termasuk di dalam kriteria tersebut, maka akan dilakukan tahapan penyelesaian yang
terdiri dari tahapan pengkajian, gelar awal, penelitian, ekspose, rapat koordinasi, gelar akhir dan
pengambilan keputusan penyelesaian. 13 Pada Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya, pelaksanaan
mediasi pasti bermula dari adanya pengaduan masyarakat terhadap suatu permasalahan pertanahan
yang dialami. Sehingga yang bersangkutan akan mengajukan surat pengaduan berbentuk gugatan
atau sanggahan. Pengaduan tersebut baik disampaikan secara langsung kepada loket pelayanan
pengaduan atau disampaikan melalui sarana elektronik seperti email dan media sosial. 14 Setelah
berkas pengaduan dinyatakan lengkap dan telah diregister oleh loket penerimaan pengaduan,
selanjutnya terhadap sengketa tersebut akan dilakukan pengumpulan data.
Pelaksanaan mediasi dalam rangka penyelesaian sengketa dimulai dengan rangkaian
kegiatan pra mediasi, pelaksanaan mediasi, dan pasca mediasi. Hal ini dilakukan untuk menentukan
tahapan persiapan dan pelaporan setelah pelaksanaan dilakukan dan sebagai rangkaian kegiatan
yang dapat diketahui oleh para pihak sebelum mediasi. Dalam pra mediasi terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui.15
Tahapan pertama adalah Pembentukan tim penyelesaian sengketa pertanahan, dalam tahap
ini terdapat kriteria dan syarat yang harus dipenuhi, yaitu Tim Pengolah; Pejabat Pertanahan;
Mediator dari Instansi Pertanahan; Para Pihak atau pihak lain yang terkait; dan Para ahli atau pakar
yang terkait dengan sengketa dan konflik. Umumnya, pada Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya
mediator yang ditunjuk adalah kepala sub bagian penanganan dan pengendalian sengketa tanah atau
Kepala kantor pertanahan sendiri. Adapun tugas tim penyelesaian sengketa adalah melakukan
pengumpulan data dan pengkajian data, melakukan paparan internal, melakukan pemeriksaan
lapangan, dan penyusunan penyampaian laporan penanganan sengketa dan konflik.
Tahapan kedua adalah pengumpulan dan pengkajian data, pengumpulan data yang
dimaksud adalah pencarian data-data yang berkaitan dengan sengketa seperti data fisik dan data
yuridis. Adapun yang mencakup data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang
tanah, dan sebagainya. Sedangkan data yuridis mencakup mengenai status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang
membebaninya.16 Tujuan dilakukan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pokok masalah
penyebab terjadi sengketa, potensi dampak yang bisa muncul, pilihan alternatif penyelesaian
sengketa yang bisa ditempuh, serta merumuskan kebijakan strategis penyelesaian kasus pertanahan
tersebut.17 Dalam melakukan pengkajian ini setidaknya tim penyelesaian atau seksi Penanganan dan

12
Pasal 11 ayat 3 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Penanganan dan Penyelesaian Sengketa
13
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 Tentang
Penyelesaian Sengketa Pertanahan
14
Sarinah, Petugas Loket Pelayanan, Wawancara, Palangkaraya, 23 Desember 2022, Pukul 09:41 WIB
15
Imandia Sulistifani, Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar (Studi
Kasus di BPN Kabupaten Karanganyar), (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018), 5-6.
16
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
17
Mulyono, Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Indonesia melalui Rebitalisasi Fungsi Badan Peradilan, Jurnal
Hukum, 2010, Vol.-, No.-.

E-ISSN: 2774-6240 4
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

pengendalian sengketa harus menemukan subjek dan objek yang dipermasalahkan dengan sedetail
mungkin.
Tahapan ketiga adalah paparan kasus, tahapan ini dilakukan oleh pejabat struktural dan tim
penyelesaian sengketa dalam rangka penanganan dan penyelesaian sengketa sebagai bentuk
koordinasi penyelesaian, menghimpun masukan untuk dapat dijadikan strategi penyelesaian, serta
sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja secara internal. Hal ini bertujuan untuk menyampaikan
hasil analisis dan temuan awal selama proses pencarian data. Sehingga dapat diketahui secara utuh
terkait pokok masalah dan strategi penyelesaian sengketa tersebut melalui alternatif penyelesaian
sengketa.18
Tahapan keempat adalah pemeriksaan lapangan objek sengketa, pemeriksaan lapangan ini
dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat terkait subjek dan objek tanah seperti
melakukan kesesuaian data yang dikumpulkan, melakukan pencarian keterangan saksi-saksi yang
terkait, serta untuk mengetahui batas bidang tanah serta melakukan pencocokan gambar ukur dan
pemetaan.
Tahapan kelima adalah penunjukan mediator penanganan sengketa, dalam hal ini mediator
merupakan tugas Ibu Maria Isabella sebagai kepala seksi penanganan masalah dan pengendalian
Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya. Dalam prosesnya, mediator yang ditunjuk selalu antara kepala
seksi ataupun kepala sub seksi penanganan sengketa konflik dan perkara, dikarenakan keterbatasan
sumber daya manusia. Penunjukan mediator ini juga sekaligus disertai dengan penyerahan dokumen
pengkajian hasil paparan yang telah dilaksanakan sebelumnya, beserta dengan dokumen pendukung
lainnya. Dengan tujuan agar terjadi transfer data dan informasi dari tim kepada mediator, agar nanti
mediator dapat menyusun langkah mediasi, memahami pokok persoalan lebih lanjut, menentukan
tanggal pelaksanaan mediasi, serta meminta kepada tim penyelesaian sengketa untuk mengundang
para pihak agar melaksanakan mediasi.
Tahapan keenam adalah pemanggilan para pihak, para pihak yang bersengketa wajib untuk
dipanggil dalam bentuk undangan yang berisi undangan untuk menghadiri pelaksanaan mediasi.
Pemanggilan para pihak ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu para pihak dipanggil masing-
masing dengan waktu yang berbeda dan para pihak dipanggil secara bersamaan untuk langsung
disepakati agenda mediasi. Adapun pada pelaksanaannya di Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya
lebih banyak menggunakan cara yang kedua. Apabila terdapat kondisi di mana pihak yang telah
diundang dengan patut dan layak, tidak hadir pada mediasi yang sudah ditentukan, maka
pelaksanaannya akan ditunda agar semua pihak dapat berhadir. Kemudian, jika ternyata setelah
diundang tiga kali secara patut dan layak pihak yang bersengketa tidak hadir dalam mediasi maka
mediasi dinyatakan batal dan para pihak dipersilahkan untuk menyelesaikan sengketa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Umumnya surat undangan terkait jadwal dan waktu
mediasi akan dikirimkan melalui kantor pos kepada alamat masing-masing pihak atau melalui media
online.
Setelah enam tahapan pra mediasi sudah dilakukan, selanjutnya akan ditentukan waktu
pelaksanaan mediasi di Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya dengan menggunakan prinsip mediasi,
yaitu kerahasiaan para pihak. Pelaksanaan mediasi dilakukan pencatatan dan pengadministrasian
umum ke dalam notulensi mediasi. Terkait pencatatan hasil mediasi, baik berupa mediasi dinyatakan
berhasil ataupun gagal, harus dituangkan dalam berita acara mediasi. Hal ini dilakukan sebagai bukti
tertulis yang akan menjelaskan terkait sengketa atau perbedaan pendapat yang tidak dapat
diselesaikan.
Mediasi yang dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya, secara umum hampir
sama dengan mediasi pada perkara lainnya. Apabila para pihak telah datang ke Kantor Pertanahan

18
Pasal 21 ayat 3 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Tahun 20 Tahun 2021
Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan

E-ISSN: 2774-6240 5
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Kota Palangkaraya sebagaimana jadwal dan waktu yang telah ditentukan, maka pelaksanaan mediasi
akan segera dimulai. Mediator yang telah ditunjuk akan melakukan mediasi bersama para pihak di
ruangan khusus mediasi yang tertutup, seperti Ruang Mediasi atau Rapat di Kantor Pertanahan Kota
Palangkaraya. Hal ini dimaksudkan, untuk menjaga kerahasiaan jalannya mediasi serta memberikan
suasana yang nyaman bagi para pihak untuk melakukan musyawarah.
Tahapan pelaksanaan mediasi sengketa Pertanahan yang dilakukan di Kantor Pertanahan
Kota Palangkaraya dimulai dengan seorang mediator yang melakukan pembukaan sebagai tanda
dimulainya mediasi dihadapan para pihak. Berdasarkan mediasi yang telah dilaksanakan di kantor
pertahanan kota Palangkaraya, terdapat beberapa peserta yang wajib berhadir yaitu Mediator dari
Kantor Pertanahan, Kepala Seksi Survei dan Pemetaan, Notulensi, dan Para Pihak. Selanjutnya
mediator akan menanyakan identitas para pihak terlebih dahulu Apakah sebagai pihak yang langsung
bersengketa atau merupakan kuasa dari para pihak. 19
Mediator mediator Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya akan memperkenalkan diri dan
menjelaskan secara umum tentang mediasi, tujuan mediasi, lama dan proses jalannya mediasi, serta
kerahasiaan dari proses mediasi tersebut. 20 Setelah para pihak dinyatakan memahami, mediator
selanjutnya akan memberikan pertanyaan kepada para pihak yaitu Apakah bersedia untuk
melaksanakan mediasi. Apabila dinyatakan setuju maka mediasi akan dilanjutkan. Namun apabila
para pihak atau terdapat salah satu pihak yang tidak sepakat untuk melakukan mediasi, maka
mediator terlebih dahulu mendalami maksud dari pihak tersebut dan jika memang tidak ditemui
kesepakatan maka akan dinyatakan para pihak tidak bersedia melakukan mediasi.
Dalam proses perundingan atau musyawarah, mediator harus mengarahkan para pihak
untuk bisa menyampaikan kepentingannya masing-masing terlebih dulu. Setelah disampaikan terkait
kepentingan masing-masing maka akan dilakukan jawaban atas kepentingan tersebut oleh pihak
yang lain. Berdasarkan mediasi yang telah dijalankan di Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya,
apabila terjadi terkait sengketa mengenai batas tanah maka kepala seksi survei dan pemetaan akan
menjelaskan terlebih dulu melalui tampilan layar mengenai wilayah tanah tersebut secara detail.
Terdapat tiga garis warna yang memetakan wilayah tanah tersebut, yaitu tanah yang memiliki garis
merah merupakan tanah yang disengketakan, tanah yang bergaris kuning merupakan tanah tanpa
kepemilikan, dan tanah yang berwarna biru merupakan tanah yang dimiliki oleh pihak lain. 21
Setelah dijelaskan secara detail mengenai wilayah tanah tersebut, mediator akan
mempersilahkan kepada para pihak untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing. Dalam hal ini
setelah para pihak menyampaikan pendapatnya masing-masing, dari pihak BPN akan menyampaikan
terkait alur perjalanan tanah dan sertifikatnya. Apabila terjadi perdebatan dalam proses mediasi
mengenai riwayat tanah tersebut, pihak BPN bisa mengeluarkan dokumen berupa warkah terkait
tanah tersebut. Akan tetapi terdapat ketentuan mutlak, dimana hanya yang bersangkutan sajalah
yang bisa mengijinkan agar warkah tersebut ditunjukkan kepada pihak lain. Sifat dari warkah ini
sendiri merupakan suatu dokumen negara yang dijamin kerahasiaannya oleh instansi pemerintahan.
Sehingga tidak dapat dibuka dan ditunjukkan kepada pihak lain tanpa seizin yang bersangkutan.
Warkah hanya dapat dibuka karena dua hal, yaitu pertama adalah izin dari yang
bersangkutan dan kedua sebagai bukti di persidangan dengan terlebih dulu dikeluarkannya surat
pemeriksaan bukti dari pengadilan. Adapun yang di luar dari dua kriteria tersebut dapat terlebih dulu
mengirimkan surat permohonan kepada Kementerian Agraria agar dapat dikabulkan untuk

19
Menghadiri Kegiatan Mediasi BPN Kota Palangkaraya, Observasi, Palangkaraya 2 Desember 2023 Pukul 10:00 WIB
20
Maria Isabella, Kepala Seksi Penanganan dan Pengendalian Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan Kota Palangkaraya,
Wawancara, 9 Desember 2022, Pukul 09:10 WIB.
21
Menghadiri Mediasi Sengketa Batas Tanah, Observasi, Palangkaraya 13 Desember 2022, Pukul 14:50 WIB

E-ISSN: 2774-6240 6
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

ditunjukkan warkah tersebut.22 Akan tetapi, untuk perkara ini sangat sulit untuk dikabulkan tanpa
alasan yang jelas dan pasti, serta memerlukan waktu yang lama agar bisa dikabulkan.
Mediasi yang berlangsung terhadap sengketa tanah tersebut dapat menghadirkan pihak lain
dengan tujuan mencari kejelasan terhadap tanah yang disengketakan, seperti ketua RT/RW atau
bahkan Kelurahan. Apabila pada mediasi pertama para pihak masih menemui jalan buntu ( deadlock),
maka mediasi akan ditunda dan dilanjutkan minggu depan. Mediasi ini dapat dilakukan sebanyak tiga
kali, tetapi pada beberapa kasus pertanahan ada yang dilakukan sebanyak empat kali dengan adanya
kemungkinan untuk dapat berdamai. Mediasi yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kota
Palangkaraya memiliki persentase 60% tidak berhasil dan 40% berhasil. Faktor yang menyebabkan
mediasi ini tidak berhasil dapat terjadi apabila para pihak sama-sama tidak menerima kepentingan
pihak lain. Sedangkan faktor yang menyebabkan mediasi ini dapat berhasil salah satunya adalah para
pihak yang membeli tanah yang disengketakan dengan nominal harga yang sudah ditawar terlebih
dulu sehingga menimbulkan win-win solution.
Apabila dalam proses mediasi tersebut menghasilkan kesepakatan maka para pihak harus
mendaftarkan kesepakatan tersebut pada Pengadilan Negeri untuk mendapatkan penetapan
pengadilan. Perjanjian atau akta perdamaian akan didaftarkan kepada kepaniteraan pengadilan
negeri setempat agar perjanjian tersebut bersifat mengikat dan berkekuatan hukum tetap. 23

4. KESIMPULAN
Mediasi merupakan cara penyelesaian kasus atau sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak. Dalam sengketa pertanahan,
mediasi akan dilakukan dan difasilitasi oleh Kementerian Agraria dan tata ruang Badan Pertanahan
Nasional kantor wilayah atau Kantor Pertanahan sesuai kewenangannya. Hal ini diatur pada
Peraturan Menteri Agraria dan tata ruang Kepala Badan pertahanan Nasional Nomor 11 tahun 2016
tentang penyelesaian kasus pertanahan. Adapun mediator yang ditunjuk dalam sengketa tanah
tersebut merupakan pejabat pertahanan itu sendiri yaitu kepala sub seksi Penanganan dan
pengendalian sengketa atau Kepala Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya. Sengketa Pertanahan
yang terjadi terlebih dulu akan dilaporkan oleh pemohon ke loket pengaduan yang kemudian akan
dilengkapi berkasnya dan diproses. Setelah Setelah dinyatakan cukup dan sesuai dengan
kewenangan Kementerian Agraria maka penyelesaian sengketa tersebut akan dilanjutkan melalui
alternatif penyelesaian sengketa.
Pada pramediasi terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dulu, yaitu pertama
pembentukan tim penyelesaian sengketa, kedua pengumpulan dan pengkajian data, ketiga paparan
kasus pertanahan, keempat pemeriksaan lapangan objek sengketa, kelima penunjukan mediator, dan
dan keenam pemanggilan para. Selanjutnya mediasi akan dilaksanakan sesuai dengan waktu dan
jadwal yang telah ditentukan, dalam mediasi ini pihak yang berhadir adalah mediator dari Kantor
Pertanahan, kepala seksi survei dan pemetaan, notulensi dari Kantor Pertanahan, dan para pihak
yang bersangkutan atau kuasanya.
Mediasi yang terjadi di kantor Pertanahan Kota Palangkaraya memiliki presentasi berhasil
sebanyak 40% dan tidak berhasil sebanyak 60%. Mediasi tersebut akan dituangkan dalam berita
acara mediasi sebagai bukti tertulis guna menjelaskan permasalahan dan perbedaan pendapat
terkait sengketa tersebut. Adapun mediasi yang berhasil akan dituangkan dalam sebuah kesepakatan
berupa perjanjian atau akta perdamaian yang harus daftarkan ke pengadilan negeri setempat dengan
tujuan perjanjian tersebut bersifat mengikat dan berkekuatan hukum tetap.

22
Ali Qomaruddin, Koordinator Seksi Penanganan dan Pengendalian Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan Kota
Palangkaraya, Wawancara, Palangkaraya 7 Desember 2022, Pukul 16:30 WIB
23
Pasal 41 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan

E-ISSN: 2774-6240 7
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 2 - Maret 2022, Hal. Xx-xx
DOI: 10.25008/altifani.v2i2.xx
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Mulyono, (2010), Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Indonesia melalui Rebitalisasi Fungsi Badan Peradilan,
Jurnal Hukum, Vol.-, No.-.

Buku:
Abdussamad Zuhric, (2021), Metode Penelitian Kualitatif, Makasar: Syakir Media Pres, 30.
Amirudin, (2012), Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Grafindo Persada, 25
Imandia Sulistifani, (2018), Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar
(Studi Kasus di BPN Kabupaten Karanganyar), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 5-6.
Nita Triana, Alternative Dispute Resolution: Penyelesaian Sengketa alternatif dengan Model Mediasi, Arbitrase,
Negosiasi, dan Konsiliasi, (Yogyakarta: Kaizen Sarana Edukasi, 2019), 17
Usep Saepulloh, (2021), Mediasi Untuk Bisnis E-commerce, Semarang: UNISSULA PRESS, 9
Yoyok Ucok Suyono, Dadang Firdiyanto, (2020), Mediasi Penal: Alternatif Penyelesaian Perkara dalam Hukum Pidana,
Yogyakarta: LaksBang Justicia, 57-58

Peraturan Perundang-undangan:
Pasal 41 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan.
Pasal 21 ayat 3 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Tahun 20 Tahun 2021
Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan.
Pasal 11 ayat 3 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Penanganan dan Penyelesaian Sengketa.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 Tentang
Penyelesaian Sengketa Pertanahan.
Pasal 1 ayat 11 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2020 Tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan
Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

E-ISSN: 2774-6240 8

Anda mungkin juga menyukai