oleh
Penyelesaian sengketa perdata secara garis besar dapat dibagi dengan dua
tertentu akan memiliki konsekuensi, baik bagi para pihak yang bersengketa
maupun masyarakat dalam arti luas. Karena ada konsekuensi dari pilihan
tepat para pihak perlu memperhatikan bentuk persoalan dan apa yang diharapkan
para pihak dalam penyelesaian sengketa serta biaya-biaya yang dapat atau
ditaati.
1
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,2000, Hukum Arbitrase, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, hlm 3
Banyaknya perkara perdata yang diajukan oleh para pihak untuk diperiksa
dan diadili oleh hakim menimbulkan terjadinya penumpukan perkara yang pada
yang curam, sehingga sulit diraih oleh masyarakat pencari keadilan, (ii)
berperkara, dan (iii) para pihak yang berperkara akan mengalami kerugian
melalui pengadilan karena proses pemeriksaan yang berbelit dan formalistik itu
negara3.
efektif dan efisien4, oleh sebab itu penyelesaian sengketa dengan cara litigasi bisa
sengketa paling konvensional dan menuai banyak kritik dan kelemahan seperti 5:
1. Waktu
Proses persidangan yang berlarut-larut atau terlalu lama dan kesulitan
mendapatkan putusan yang benar-benar final dan mengikat karena adanya
2
Paustinus Siburian. 2004. Arbitrase Online : Alternatif Penyelesaian Sengketa
Elektronik. Jakarta : Djambatan. hlm 5
3
Jepang yang dianggap sebagai negara maju, proses penyelesaian perkara di peradilan
memakan waktu yang sangat lama. Rata-rata memakan waktu antara 10 – 15 tahun. Di Korea
Selatan, Hongkong dan Singapura proses penyelesaian perkara melalui badan peradilan dianggap
lama dan biayanya tinggi. Begitu pula yang terjadi di Amerika Serikat, disamping waktu yang
lama, Amerika berpendapat bahwa penyelesaian perkara perdata melalui sistem peradilan perdata
terkesan (1) tidak adil (unfair)karena lebih mementingkan lembaga besar dan orang kaya, dan (2)
secara tidak wajar menghalangi rakyat biasa (ordinary citizen) ; Lihat M.Yahya Harahap. Citra
Penegakan Hukum. Varia Peradilan Tahun X Nomor 117 Juni 1995. hlm 143-161
4
M.Yahya Harahap. Pengadilan Tak Efektif Selesaikan Perkara. Kompas 16 Juli 1999
5
Prosiding Mahkamah Agung RI. 2005. Mediasi dan Court Annexed Mediation. Jakarta :
Mahkamah Agung RI dan Pusat Pengkajian Hukum. hm xx
upaya hukum yang dapat diajukan oleh para pihak dengan jangka waktu
penyelesaian yang tdak bia dikontrol oleh para pihak
2. Biaya Mahal
Biaya pengadilan dianggap mahal, hal ini karena prosedur dalam sistem
peradilan yang bertingkat-tingkat
3. Adversary
Proses beracara di pengadilan memaksa para pihak untuk saling
menyerang
4. Prosedur yang ketat
Prosedur beracara di pengadilan bersifat rigid, tidak ada keleluasaan para
pihak untuk mencari inovasi alternatif penyelesaian sengketa
5. Win-Lose Situation
Sistem peradilan didasarkan pada benar atau salah
6. Hubungan Putus
Dengan adanya sistem win-lose maka mengakibatkan hubungan baik para
pihak menjadi terputus
7. Memicu konflik baru
Putusan hakim di pengadilan memungkinkan munculnya konflik baru
tidak saja terjadi di Indonesia namun juga terjadi diberbagai negara di dunia.
tersebut, Frank Sander dari Harvard Univercity pada tahun 1976 telah
6
Naskah Akademik MARI. Tahun 2005 Tentang Pembaharuan Sisten Peradilan, hlm xix
membantu memecahkan permasalahan penumpukan perkara di pengadilan.
suatu proses negosiasi yang dibantu oleh pihak ketiga 8. Hal itu disebabkan para
pihak ketiga yang bersikap netral untuk membantu mereka mencapai suatu
pihak ketiga (hakim) dalam proses peradilan yang menerapkan hukum terhadap
fakta-fakta yang ada untuk mencapai suatu hasil, dalam mediasi pihak ketiga akan
fakta-fakta untuk mencapai hasil akhir. Nilai-nilai itu dapat meliputi hukum, rasa
kebutuhan akan tanah, baik untuk tempat tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang
menunjang kehidupan manusia. Hal ini tentu dapat memicu terjadinya masalah
berkaitan dengan tanah. Masalah tanah yang muncul di kalangan masyarakat terus
7
Naskah Akademik MARI. Op.cit. hlm xix
8
Prosiding Mahkamah Agung RI. Op.cit. hlm 33
9
Kasus Pertanahan adalah Sengketa, Konflik, atau Perkara pertanahan untuk mendapatkan
penanganan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
kebijakan pertanahan. Sengketa Tanah adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan,
badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas. Konflik Tanah adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau
lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas. Sedangkan Perkara Tanah
adalah perselisihan pertanahan yang penanganan dan penyelesaiannya melalui lembaga peradilan.
Lihat Pasal 1 angka 1, 2, 3 dan 4 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.
mengalami peningkatan dan makin kompleks. Terjadi ketidakseimbangan antara
kasus pertanahan ditujukan agar dapat memberikan kepastian hukum dan keadilan
pemberitaan pada surat kabar terkait sengketa atau konflik. Penyelesaian sengketa
dan konflik menurut Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
sengketa dan konflik yang merupakan kewenangan kementerian dan yang bukan
kewenangan kementerian.
menurut Pasal 12 ayat (5) juncto Pasal 37 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
mediasi, dan mengingat terdapat beberapa model mediasi maka diperlukan suatu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
hamparan tanah yang maha luas yang tersebar di lima pulau besar dan ribuan
pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai satu wilayah yang terletak di
yang maju mengingat kesuburan tanah yang dimilikinya. Faktanya, sebagian besar
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet
bumi serta merupakan kunci keberhasilan makhluk hidup. Tanah sangat vital
perannya bagi semua kehidupan makhluk hidup dengan menyediakan unsur hara
dan air.
Pengertian dari tanah itu sendiri secara etimologis menurut Kamus Besar
anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi makhluknya. Tanah memiliki fungsi vital
dan utama bagi manusia, semua orang memerlukan tanah karena fungsi tanah
yang memang sangat vital bagi manusia baik untuk tempat tinggal maupun tanah
untuk melakukan kegiatan lain seperti sumber mata pencaharian berupa pertanian
dan perkebunan. Masalah tanah terutama berkaitan dengan hak menguasai tanah
10
Suhariningsih. 2008. Tanah Terlantar Asas dan Pembaharuan Konsep Menuju
Penertiban. Malang: Prestasi Pustaka, hlm 61.
11
Abdul Madjid. Dasar-Dasar Ilmu Tanah..
www.dasar2ilmutanah.blogspot.com/search/label/DefinisiTanah, diakses pada tanggal 20
September 2015.
perlu adanya pengaturan agar penguasaan tanah tersebut tidak mengalami
Penguasaan tanah dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak,
yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewenangan kepada
pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik
tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dihaki, tidak
diserahkan kepada pihak lain. Dalam hal ini sangat diperlukan adanya pengaturan
perseorangan, badan hukum atau lembaga yang tidak berdampak luas secara
perkara pertanahan yang disampaikan atau diadukan dan ditangani oleh Badan
1. Penguasaan tanah tanpa hak, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang tidak
atau belum dilekati hak (tanah Negara), maupun yang telah dilekati hak
oleh pihak tertentu.
2. Sengketa batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai
letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah
ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun
yang masih dalam proses penetapan batas.
3. Sengketa waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang berasal dari
warisan.
4. Jual berkali-kali, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang
diperoleh dari jual beli kepada lebih dari 1 orang.
5. Sertipikat ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki
sertipikat hak atas tanah lebih dari 1.
6. Sertipikat pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai suatu bidangtanah tertentu yang telah diterbitkan
sertipikat hak atas tanah pengganti.
7. Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya Akta
Jual Beli palsu.
8. Kekeliruan penunjukan batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang
teiah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
berdasarkan penunjukan batas yang salah.
9. Tumpang tindih, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai
letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena
terdapatnya tumpang tindih batas kepemilikan tanahnya.
10. Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai putusan badan peradilan yang berkaitan dengan
subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak
atas tanah tertentu.
Kasus pertanahan yang terdapat dalam basis data BPN RI merupakan kasus-
kasus lama maupun kasus-kasus baru yang timbul sebagai implikasi kasus-kasus
12
http://www.bpn.go.id/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan. diakses tanggal 29
oktober 2016.
lama. Setelah dilakukan identifikasi terhadap kasus-kasus tersebut, diperoleh
informasi bahwa tipologi kasus kasus tersebut tidak dapat dilakukan generalisasi
Surat Keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas
tanah, pencatatan dalam buku tanah atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat
pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain disetujui oleh pihak yang
13
Ibid.
C. Penyampaian informasi, digolongkan menjadi :
2. Pengkajian Kasus
3. Penanganan Kasus
lapangan/koordinasi/investigasi.
4. Penyelesaian Kasus
2. Mediasi
pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan
bantuan pihak ketiga netral (mediator) guna mencari bentuk penyelesaian yang
14
Goodfaster, Gary. 1995. Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa. Jakarta : Ghalia
Indonesia, hlm 7
substantive dan procedural kepada para pihak yang bersengketa, akan tetapi
Mediasi adalah sebuah intervensi terhadap proses negosiasi atau atas suatu
konflik yang dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak memihak. Sebagai pihak
ketiga yang netral, mediator merancang dan memimpin diskusi serta bertindak
sengketa. Oleh karena itu, mediasi sering dinilai sebagai perluasan dari proses
negosiasi. Hal itu disebabkan pihak yang tidak mampu menyelesaikan sendiri
waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu
“Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa
atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasihat
Dalam ketentuan tersebut tampak kaitan erat antara mediasi dan negosiasi.
Mediasi merupakan suatu proses dimana mediator yang telah disepakati oleh
negosiasi, yang membantu para pihak tersebut mencapai solusi yang saling
Ciri pokok mediasi secara singkat adalah mediasi dapat dianggap sebagai
decision making). Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan dalam mediasi
15
Proyek Ellips. 1995. Mediasi. Jakarta : Kantor Menteri Negara Koordianator Bidang
Ekonomi, hlm 25.
16
Ibid.
3. kualifikasi, keahlian dan kecakapan mediator
6. Tanggung jawab mediator terhadap para pihak terkait, pihak luar serta
7. Kerahasiaan proses
Kadangkala para pihak yang bekerja sama harus saling berhadapan dalam
sengketa atau konflik, tetapi segan atau tidak mampu merundingkan suatu
penyelesaian yang disepakati bersama. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai
situasi. Para pihak dapat memiliki pandangan yang berbeda yang disebabkan
Para pihak mungkin tidak memiliki cukup informasi yang diperlukan dan
memiliki informasi yang bertentangan atau menafsirkan atau menilai data secara
berbeda. Para pihak bahkan tidak dapat sepakat dengan atau tidak mengetahui
dirundingkan, tetapi para pihak tidak mampu berunding dengan sukses tanpa
bantuan pihak luar. Mediasi tidak selalu tepat untuk diterapkan terhadap semua
dalam sengketa tertentu. Mediasi akan berfungsi dengan baik bilama sesuai
mendalam
mediasi, namun hal ini memberikan beberapa determinasi apakah para pihak
Misalnya jika para pihak memiliki kekuatan tawar menawar yang sangat
tidak sebanding, maka pihak yang kedudukannya lemah akan lebih baik
b. Model Mediasi
Mediasi memiliki 4 (empat) model, yaitu :17
tingkatan kesepakatan
dan tidak selalu berarti memiliki tingkat kecakapan yang tinggi dalam
pihak terkait
17
Lokakarya Terbatas Teknik Mediasi. 2002. Teknik Mediasi. Jakarta : Pusat Pengkajian
Hukum, hlm 32.
c. mediator tidak menyarankan jalan keluar atau mengarahkan hasilnya
tersebut, tapi akan membantu para pihak untuk menilai kembali dasar
d. mediator biasanya seorang ahli dalam proses dan teknik mediasi dan
disengketakan.
3. Therapeutik Model
itu hingga para pihak yang bertikai dapat menyepakati inti dari
permasalahannya.
4. Evaluative Model
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
maupun konsep baru untuk menjawab isu hukum dengan mengkaji dan
2. Tipe Penelitian
umum.
3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum dilakukan adalah untuk mencari pemecahan atas isu
hukum yang dihadapi, dan hasil yang dicapai adalah untuk memberikan
Pokok Agraria
Kasus Pertanahan.
Buku – buku, hasil karya ilmiah berupa jurnal hukum, makalah, orasi ilmiah
c. Bahan hukum tertier adalah Kamus Hukum, dan Kamus Bahasa Inggris.
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm 24.
pertanahan melalui mediasi. Kedua, melakukan klasifikasi peraturan
hukum. Hal yang sama juga dilakukan terhadap bahan pustaka, yaitu
berupa buku, jurnal, makalah, dan artikel yang berkaitan dengan topik yang
dibahas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tanah sebagai sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa kepada Bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah sewajarnya jika kita
kesejahteraan dan kemakmuran tidak dapat dipisahkan dari tanah. Hal ini
Tanah selain bernilai sosial, tanah juga memiliki nilai ekonomis, politik dan
kultural, sehingga hubungan kehidupan manusia dengan tanah memang tidak bisa
terpisahkan dengan tanah, sedangkan luas tanah yang tersedia makin berkurang.
Hal ini menyebabkan persoalan tanah menjadi masalah krusial, sehingga sering
a. Penguasaan tanah tanpa hak, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status pengusaan di atas tanah tertentu yang tidak atau
belum dilekati hak (tanah Negara) maupun yang telah dilekati hak oleh pihak
tertentu
b. Sengketa batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak,
batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh
19
Badan Pertanahan Nasional, Program Prioritas Penanganan Kasus Pertanahan.
http://www.bpn.go.id. Tanggal akses 23 0ktober 2016.
Badan Pertanahan Nasional RI maupun yang masih dalam proses penetapan
batas
c. Sengketa waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang berasal dari warisan
d. Jual berkali-kali, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang diperoleh dari jual
beli kepada lebih dari satu orang
e. Sertifikat ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki sertifikat hak atas tanah
lebih dari satu
f. Sertifikat pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai suatu bidang tertentu yang telah diterbitkan sertifikat
hak atas tanah pengganti
g. Alat jual beli palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya akta jual
beli palsu
h. Kekeliruan penunjukan batas, yaitu perbedaan persepsi, nilai kepentingan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah
ditetapkan oleh BPN berdasarkan penunjukan batas yang salah
i. Tumpang tindih, yaitu perbedaan persepsi, nilai kepentingan mengenai letak,
batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena
terdapatnya tumpang tindih batas kepemilikan tanahnya
j. Putusan pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai kepentingan mengenai
putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subjek atau objek hak atas
tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.
sengketa tidak akan terjadi. Namun bila terjadi sebaliknya, para pihak tidak dapat
mencapai kesepakatanmengenai solusi pemecahan masalahnya, maka akan timbul
sengketa.20
dan jumlah tanah yang tersedia, keempat, data yang kurang akurat dan kurang
lengkap, kelima, data tanah yang keliru, keenam, keterbatasan sumber dayan
yang keliru, dan kedelapan, adanya penyelesaian dari instansi lain, sehingga
badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas. Tipologi sengketa
Wiryani dan Mokh. Najih22 terdapat enam corak sengketa tanah yang terjadi di
sengketa tanah karena penetapan fungsi tanah dan kandungan hasil bumi, serta
20
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2003), hlm 2
21
Mudjiono, Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan Di Indonesia melalui Revitalisasi
Fugsi Badan Peradilan, Jurnal Hukum, Vol.14 No.3 Juli 2007, Yogyakarta : FH UII, hlm 464
22
Fifik Wiryani dan Mokh. Najih, The Yuric of Regulate People’s Land Taking for
Construction on the Public Utility, Jurnal Legality, Malang Univ. Muhammadiyah.
unggul dan masukan-masukan non organik seperti pestisida, pupuk urea dan
dan penerbitan hak guna usaha maupun pembangunan perkebunan inti rakyat dan
keenam, sengketa akibat pencabutan hak rakyat atas tanah karena pembangunan
taman nasional atau hutan lindung atau hal lain yang mengatasnamakan
kelestarian lingkungan.
prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak atas tanah yang berstatus
hak atau atas tanah yang belum ada haknya,bantahan terhadap suatu alas hak/bukti
sengketa tanah bersifat administrasi, kedua, sengketa tanah bersifat perdata, dan
dari adanya pengaduan suatu pihak (orang atau badan) yang berisi keberatan-
keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas
usaha Negara ke Pengadilan Tata Usaha Negara berupa tuntutan agar KTUN
yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau disertai
dalam hal perbuatan melanggar hukum dengan tuntutan ganti rugi maka
melibatkan antara individu atau lebih satu individu dengan individu lain.
perdata pada umumnya, dimana masing-masing individu saling menuntut hak dan
tidak bisa lepas dari peran pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional.
pertanahan yang disebabkan oleh suatu perbuatan pidana atau tindak pidana.
perdata dan pidana ini dapat dilakukan melalui Pengadilan Negeri atau Pengadilan
kekurangan, diantaranya sangat birokratis, memakan waktu dan biaya yang cukup
1 angka 10, adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselsesaikan oleh para pihak melalui
dalam Pasal 6 ayat (3) yang menyatakan bahwa atas kesepakatan tertulis para
pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau
lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator. Undang – undang ini tidak
25
Sunarno, Praktek ADR (Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan) dalam Menyelesaikan
Sengketa Tanah, Jurnal Media Hukum, Vol. 13, No. 1 2006. Yogyakarta : FH UMY.
Dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi yang merupakan bagian dari
Nomor 30 Tahun 1999 bahwa sengketa atau beda pendapat perdata dapat
untuk memilih siapa yang akan bertindak sebagai mediator. Prinsip ini
terdapat dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, yang
dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan
tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan
Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga sebagai
mediator. Hasil akhir dari mediasi adalah kesepakatan para pihak, oleh karena
itu dapat melaksanakan hasil mediasi tersebut tergantung dari itikad baik dari
Nomor 30 Tahun 1999 bahwa “sengketa atau beda pendapat perdata dapat
guna mencari penyelesaian yang dapat disepakati para pihak. Pada prinsipnya
mediasi adalah berisi negosiasi yang melibatkan pihak penengah yang netral dan
tidak memihak serta dapat menolong para pihak untuk melakukan tawar menawar
secara seimbang. Tanpa negosiasi tidak ada mediasi, mediasi merupakan bentuk
perkaranya dibawa ke pengadilan. Cara ini dapat di tempuh para pihak dan dapat
Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa
sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui
bentuk penyelesaian sengketa dengan cara pertemuan langsung kedua belah pihak
netral. Posisi mediator dalam proses mediasi hanyalah sebagai fasilitator yang
membantu berupa memberikan fasilitas kepada kedua belah pihak untuk
dilakukan oleh para pihak yang bernegosiasi dilandasi dengan itikad baik untuk
menyelesaikan masalah.
1. Para pihak yang bersengketa memiliki sejarah pernah bekerja sama dan
berhasil dalam menyelesaikan masalah mengenai beberapa hal
3. Jumlah pihak yang terlibat dalam sengketa tidak meluas sampai pada
pihak-pihak yang berada di luar masalah
6. Para pihak telah mempunyai atau akan mempunyai hubungan lebih lanjut
di masa yang akan datang
26
Moore, Christoper. W, Disputes System Design, Pasipica Review 6(2) 1994 : 43-55
8. Para pihak bersedia menerima bantuan pihak ketiga
10. Para pihak tidak memiliki persoalan psikologis yang benar-benar dapat
mengganggu hubungan para pihak
11. Terdapat sumberdaya untuk tercapainya sebuah kompromi
12. Para pihak mempunyai kemauan untuk saling menghargai
Cara menyelesaikan sengketa di Indonesia yang saat ini sedang digalakkan
adalah melalui mediasi, hal ini sesuai dengan arah kebijakan dan strategi
pelaksanaan Reformasi Sistem Hukum Perdata yang mudah dan cepat khususnya
perkara perdata. Hal ini juga akan memberikan kontribusi positif terhadap
sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, akan tetapi dilihat sebagai suatu peluang
27
Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional dan Internasional,
Cetakan 1, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2007), hlm 177.
1. Faktor Ekonomis
ADR memiliki potensi sebagai sarana penyelesaian yang lebih ekonomis,
baik dari sudut pandang biaya maupun waktu
2. Faktor Ruang Lingkup yang Dibahas
ADR memiliki kemampuan untuk membahas agenda permasalahan secara
lebih luas, komprehensif dan fleksibel. Hal ini dapat terjadi karena aturan
main dikembangkan dan ditentukan oleh para pihak yang bersengketa sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhannya. ADR memiliki potensi untuk
menyelesaikan konflik yang sangat rumit (polycentris) yang disebabkan
oleh substansi kasus yang sarat dengan persoalan ilmiah
3. Faktor Pembinaan Hubungan Baik
ADR yang mengandalkan cara-cara penyelesaian kooperatif sangat cocok
bagi mereka yang menekankan pentingnya pembinaan hubungan baik antar
manusia yang berlangsung maupun yang akan datang
fairness dan efisiensi.28 Hal senada juga dilakukan di Jepang, mediasi sangat
keberhasilan chotei di Jepang mencapai 75% - 85%. Perkara yang spesipik dan
28
Lisa A. Lomax, Alternative Dispute Resolution in Bankruptcy :“Rule 9019 and Bankruptcy
Mediation Program”. Proceedings : Rangkaian Lokakarya Terbatas Hukum Kepailitan dan
Wawasan Hukum Bisnis Lainnya: tentang Penyempurnaan Undang-Undang Kepailitan, (Jakarta :
PPH, 2003), hlm 36.
29
Chotei adalah mediasi. Di Jepang, mekanisme Chotei disamping diawali dengan adanya
gugatan yang selanjutnya dilimpahkan ke chotei, diperbolehkan pula chotei langsung tanpa
didahului oleh gugatan terlebih dahulu. Chotei dilakukan di di Pengadilan Sumir. Lihat Yoshiro
Kusano, Peran Sistem Wakai (Perdamaian) dan Chotei (Mediasi) Di Jepang, Makalah dalam
Seminar Internasional kerjasama Japan Indonesia Lawyers Association dan Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin 11 September 2015, hlm 8-9.
belum diajukan ke pengadilan di selesaikan melalui chotei.30 Chotei seperti di
suatu hal yang dapat membawa dampak menguntungkan bagi kedua belah pihak.
diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun 2016 adalah dapat
kepada Kepala Kantor Pertanahan secara tertulis melalui loket pengaduan, kotak
memuat identitas pengadu dan uraian singkat kasus, apabila pengaduan telah
pejabat yang manangani bidang sengketa, konflik dan perkara pada kantor
30
Kelompok Kerja Mediasi MA RI 2009, Laporan Studi Banding Improvement on Court
Annexed Mediation Mahkamah Agung RI-JICA 31 Oktober-14 Nopember 2009, Jakarta. hlm 6
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan kasus tersebut
perhitungan luas
tanah
5. Tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang salah satu alas
suatu konflik yang dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak memihak. Sebagai
pihak ketiga yang netral, mediator merancang dan memimpin diskusi serta
untuk menetapkan atau membuat keputusan atas masalah yang menjadi pokok
sengketa.
Oleh karena itu, mediasi sering dinilai sebagai perluasan dari proses
negosiasi (mediasi sebagai kulit luar dari sebuah proses negosiasi) . Hal itu
sebuah negosiasi menggunakan jasa pihak ketiga yang bersikap netral untuk
dan dilaksanakan jika proses negosiasi telah gagal. Sebagaimana diatur dalam
pertemuan langsung (negosiasi) oleh para pihak dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis”
Selanjutnya dalam ayat (3) secara jelas disebutkan, “Dalam hal sengketa atau beda
pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka
atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan
melalui bantuan seorang atau lebih penasihat ahli maupun seorang mediator”.
Dalam ketentuan tersebut tampak kaitan erat antara mediasi dan negosiasi.
Mediasi merupakan suatu proses dimana mediator yang telah disepakati oleh
negosiasi, yang membantu para pihak tersebut mencapai solusi yang saling
dari positional claim menjadi underlying interest, disampaikan secara lebih umum
seluruh pihak.
lebih banyak.
d. Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefinisian
permasalahan.
Menurut Eric Brahm and Julian Quellet,31 model ideal dalam penyelesaian
persoalan yang diajukan oleh para pihak. Intinya mediasi memberikan penekanan
pada kemanfaatan bagi para pihak dalam menyelesaikan sengketa yang dihadapi.
dalam mediasi yang dapat menjadi cara yang efektif untuk menyelesaikan
sengketa melalui :
31
Brahm, Eric and Julian Quellet, Designing New Disputes Resolutions System, The Beyond
Intractability Project : The Conflict Information Consortium University of Colorado. 2003 : 36
32
William Ury, Jeanne Breet and Stephen Goldbreg, Getting Disputes Resolved : Designing
System to Cut the Costs of Conflict, London: Jossey-Bass Publishers, 1988 : 19
Moving from a Distressed to an Effective
Disputes Resolution System
Power Power
Rights Rights
Interests Interests
Distressed System Effective System
para pihak yang saling bersengketa dapat diakomodasikan dengan maksimal. Hal
ini akan berpengaruh pada tingkat kepuasan para pihak dalam upaya pencapaian
win-win solutions yang diputus secara sukarela oleh kedua belah pihak.
Ciri utama dari tipe interest based dapat dilihat dari sikap/perilaku
negosiator, yaitu :
MASALAH
Tujuan Saya
Menang / Menang
B A
Pemecahan Masalah Bersama
Tujuan Anda
subtansi merupakan kepuasan khusus dari para pihak yang bersengketa, misalnya
emosi para pihak yang terkendali, saling menghargai, penuh keterbukaan serta
mendatang.33
33
Wien Sakti Myharto, Penyelesaian Sengketa Tanah, www.hukumpedia.com. Diakses
tanggal 23 September 2016.
Dalam menyelesaikan sengketa pertanahan yang dilakukan oleh kantor
1. Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah, yaitu pembatalan terhadap hak atas
tanah, tanda bukti hak dan daftar umum lainnya yang berkaitan dengan hak
tersebut
2.
34
Pasal 19 Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun 2016