Anda di halaman 1dari 9

Mediasi dalam Sengketa Waris Perspektif Hukum Islam dan Hukum Administrasi

Negara

1
Fauzan Azmi Maulana, 2Muhammad Zulfikri Mustakim

1
azmif1933@gmail.com 2muhammadzulfikri395@gmail.com

UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia

Abstrak

Artikel ini membahas tentang bagaimana peranan mediator dalam penyelesaian


sengketa kewarisan perspektif hukum islam dan hukum administrasi negara. Dengan
adanya mediasi yang dilakukan oleh seorang mediator maka kemungkinan besar mampu
mendamaikan para pihak yang bersengketa menemui titik terang serta proses
penyelesaian sengketa secara damai akan lebih mudah, cepat, sederhana, dan biaya
ringan. Adapun sumber data dalam penelitian ini, yaitu: Data primer, data sekunder dan
penelusuran berbagai literatur atau referensi. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah deskrpitif Kualitatif yang bersumber dari artikel dan jurnal.

Kata kunci : Mediasi; Mediator; Data.

Abstract

This article discusses the role of mediators in resolving inheritance disputes from the
perspective of Islamic law and state administrative law. With mediation carried out by a
mediator, it is likely that the disputing parties will be able to reconcile and find a
solution and the process of resolving the dispute peacefully will be easier, faster,
simpler and less expensive. The data sources in this research are: Primary data,
secondary data and searching various literature or references. The data collection
method used is qualitative descriptive sourced from articles and journals.

Keywords : Mediation; Mediator; Data.

1
PENDAHULUAN

Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai. Salima kemudian diubah menjadi bentuk aslama yang
mengandung arti berserah diri masuk dalam kedamaian. Islam merupakan suatu
kepercayaan dan pedoman hidup yang menyeluruh bagi manusia. Islam juga dikenal
sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, khususnya dalam
mewujudkan kehidupan masyarakat Islam yang ideal sesuai dengan Syariat Islam itu
sendiri.

Sistem hukum di Indonesia yaitu serangkaian dari beberapa hukum, yang


seringkali kita jumpai ialah hukum pidana dan sistem hukum perdata. Dimensi perdata
pada hukum Islam mengandung hak manusia yang dapat dipertahankan melalui
kesepakatan damai anatara pihak yang bersengketa. Tidak sedikit sengketa yang terjadi
mengambil jalan dengan cara jalur hukum di pengadilan. Hukum dan masyarakat yakni
dua sudut pandang yang tidak dapat dipisahkan, dimana ada masyarakat disitu juga
hukum di tegakkan. Untuk mengatasi sistem pelaksanaan sengketa yang tidak efektif
dan efisien maka muncul alternatif penyelesaian sengketa dengan jalur perdamaian yang
prosesnya cepat, sederhana dan biaya yang sedikit, sehingga jalan pertama yang di
tempuh akan ditawarkan sebuah bentuk perdamaian yang dikenal dengan nama mediasi
yang dilakukan oleh seorang moderator.

METODOLOGI

Metode yang digunakan penulis dalam pembuatan artikel adalah menggunakan


Deskrpitif Kualitatif yang bersumber dari artikel dan jurnal.

HASIL PENELITIAN

Mediasi dalam perspektif hukum administrasi negara adalah suatu cara


penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan dengan melibatkan mediator
yang bertindak sebagai pihak netral untuk membantu para pihak yang bersengketa
mencapai kesepakatan. Mediasi dalam hukum administrasi negara dapat membantu

2
mengurangi beban kerja pengadilan dan mempercepat penyelesaian sengketa. Mediasi
juga dapat dilakukan di pengadilan dengan mengikuti prosedur hukum acara pengadilan

PEMBAHASAN

Mediasi merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa perundingan dengan


pendekatan mufakat yang dilakukan diluar jalur pengadilan atau disebut (non litigation).
Mediasi berguna untuk mengurangi penumpukkan beban perkara yang ada di
pengadilan dengan tetap menganut asas sederhana, cepat, dan biaya yang sedikit.
Sedangkan menurut hukum positif perdamaian yaitu sebagaimana yang dicantumkan
dalam pasal 1851 KUHP menjanjikan atau menahan suatu barang, serta mengakhiri
suatu perkara yang terjadi dan mencegah timbulnya suatu perkara di kemudian hari.

Tidak ditempuhnya suatu proses mediasi berdasarkan Peraturan Mahkamah


Agung Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang merupakan
suatu pelanggaran hukum atas ketentuan dalam Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg sehingga
dapat mengakibatkan putusan atas perkara yang sedang terjadi menjadi batal demi
hukum.

Melalui proses mediasi, para pihak yang bersengketa dapat mencapai


kesepakatan yang saling menguntungkan (win-win solution), karena tidak ada pihak
yang merasa menang atau kalah.

Al-Qur'an Islam dan hadits memberikan cara untuk menyelesaikan perselisihan


baik melalui pengadilan (litigasi), yaitu menetapkan fakta hukum (yudisial), atau di
luar pengadilan (non-litigasi), yaitu melalui perdamaian (sulh)

Melalui proses mediasi, para pihak yang berselisih dapat mencapai kesepakatan
yang saling menguntungkan (win-win solution) karena tidak ada pihak yang merasa
menang atau kalah. Al-Qur'an dan Hadits Islam memberikan cara penyelesaian
sengketa baik melalui pengadilan (litigasi), yaitu menentukan fakta hukum (yudisial),
maupun di luar pengadilan (non-litigasi), yaitu perdamaian (sulh).

3
Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang perpindahan harta warisan
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia dan pemindahannya kepada orang
yang berhak atasnya. Ini termasuk keluarga dan masyarakat yang mempunyai hak lebih,
yang disebut ahli waris. Kewarisan akan terbagi sesuai dengan petunjuk syariat Islam
jika terjadi sengketa di antara para ahli waris.

Norma-norma yang ditetapkan oleh Allah Swt pada umumnya sangat mudah
dipahami dan dijalankan oleh umat Islam yang berlatar belakang budaya dan bangsa
yang berbeda. Sehingga dalam suatu penerapan dan penyesuaiannya dari aturan
kewarisan menurut adat lama kepada ketentuan yang baru yang biasa disebut dengan
“Faraid” yang semestinya tidak mengalami kesulitan bagi manusia. Namun pada
kenyataannya bahwa sebagian umat manusia dengan lingkungan dan budaya tertentu
tetap mengalami kesulitan dalam melaksanakannya.

Surat Keterangan Waris (SKW) atau Surat Keterangan Hak Waris (SKHW)
merupakan dokumen yang menetapkan hak bagi ahli waris untuk mewarisi harta
peninggalan seseorang. Proses administrasi negara terkait waris melibatkan beberapa
persyaratan umum, seperti foto kopi KTP, KK, dan buku nikah pewaris, ahli waris, serta
saksi. Selain itu, terdapat peraturan yang mengatur pembuatan surat keterangan waris,
seperti Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Pembuatan surat keterangan waris dapat dilakukan melalui notaris, instansi pemerintah,
atau badan hukum yang berwenang

A. Proses Penyelesaian Sengketa Waris


Diambil dari contoh kasus pada Pengadilan Agama Yogyakarta, perkara tersebut
di mediasi dengan mengacu pada PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang prosedur
Mediasi di Pengadilan. Sebelum mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama
Yogyakarta, para pihak telah berusaha menyelesaikan persengketaan secara
kekeluargaan, namun belum mencapai titik terang. Sengketa terjadi antara:
a. Pihak Penggugat, ahli waris anak laki-laki,
melawan

4
b. Tergugat 1, ahli waris anak laki-laki;
c. Tergugat 2, ahli waris anak perempuan;
d. Tergugat 3, ahli waris anak perempuan;
e. Tergugat 4, ahli waris anak perempuan;
f. Turut Tergugat 1, notaris;
g. 2 orang Turut Tergugat 2, pihak yang
membeli sebagian objek sengketa;
h. Turut Tergugat 3, pihak ketiga yang
berutang;
i. Turut Tergugat 4, istri pewaris.
Pewaris dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk memiliki warisan sebidang
tanah dan bangunan yang ada di atasnya seluas 445 m2 yang terletak di wilayah
Kecamatan Kota gede, Kota Yogyakarta. Harta warisan tersebut sebagian telah
dijual dan hasilnya menjadi bagian ahli waris Tergugat 3 dan Tergugat 2 dan
tersisa 242 m2 yang terbagi dalam dua Sertifikat Hak Milik. SHM No. 3143
seluas 99 m2 menjadi bagian ahli waris Tergugat 4 dan SHM No. 3141
seluas 143 m2 beserta bangunan yang ada di atasnya dijual kepada Turut
Tergugat 2.71 Pelaksanaan mediasi dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk
dengan jenis perkara gugat waris sama dengan pelaksanaan mediasi pada
umumnya, hanya yang membedakan yaitu objek sengketa yang dimediasi. Pada
perkara tersebut yang menjadi objek sengketa adalah harta warisan berupa
sebidang tanah beserta bangunan rumah yang ada di atasnya seluas
445 m2
.
Penyelesaian perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk pada tahap pra mediasi
diawali ketika sidang pertama pada tanggal 22 Mei 2013 dengan dihadiri oleh
pihak Penggugat, Tergugat dan Turut Tergugat kecuali Turut Tergugat 1
dan 4, ditawarkan upaya mediasi oleh majelis hakim. Dalam perkara tersebut,
yang ditunjuk oleh para pihak sebagai mediator berasal dari

5
kalangan hakim yaitu Bapak Drs. H. M. Alwi Thaha, SH., MH dan dilaksanakan
di ruang mediasi yang sudah difasilitasi oleh Kantor PA Yogyakarta.
Pelaksanaan mediasi dengan menggunakan jasa mediator dari kalangan hakim
diberikan waktu 3 (tiga) minggu sejak pemilihan mediator. Setelah 7 (tujuh) hari
kerja penunjukkan mediator, para pihak harus menyerahkan fotokopi dokumen
yang berkaitan dengan duduk permasalahan agar dapat dipelajari oleh mediator,
sehingga dapat ditentukan pertemuan selanjutnya dan masuk pada tahap
pelaksanaan mediasi.

Tahap pelaksanaan mediasi perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk dilakukan


selama 7 (tujuh) minggu dan dibagi menjadi beberapa sesi hingga diputuskan
pada tanggl 10 Juli 2013. Sesi pertama berlangsung selama 16 (enam belas) hari
dari tanggal 22 Mei 2013 sampai tanggal 12 Juni 2013.72 Pada sesi pertama
para pihak belum menemukan kesepakatan dan meminta perpanjangan waktu
pada saat persidangan dengan majelis hakim. Mediasi pada sesi kedua dilakukan
selama 16 (enam belas) hari dari tanggal 12 Juni 2013 sampai tanggal 3 Juli
2013. Pada sesi kedua ini para pihak terus bernegosiasi agar dapat
menyelesaikan persengketaan mereka dan mulai menyusun kepentingan masing-
masing menjadi sebuah kesepakatan. Setelah melewati kegiatan mediasi sesi
kedua, pada persidangan yang ketiga para pihak meminta waktu kepada majelis
hakim selama 6 (enam) hari. Pada sesi ketiga ini para pihak merumuskan secara
tertulis kesepakatan perdamaian dengan dibantu mediator kemudian
ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Kesepatan tersebut dituangkan
dalam akta perdamaian dan dikuatkan dengan putusan hakim pada persidangan
tanggal 7 Juli 2013.73 Mediasi perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk dilakukan
para pihak langsung tanpa diikuti oleh kuasa hukumnya. Para pihak mengikuti
proses mediasi dengan antusiasme yang tinggi, dilihat dari keaktifan para pihak
untuk meminta perpanjangan waktu kepada majelis hakim untuk menyelesaikan
persengketaan secara damai. Selain itu, para pihak juga saling menawarkan
konsep untuk dirumuskan menjadi kesepakatan. Ketika merumuskan ke-

6
sepakatan damai dalam menyelesaiakan sengketa waris, para pihak tidak
mengacu pada aturan dalam KHI, aturan kewarisan dalam Islam ataupun
kewarisan adat.74 Sengketa kewarisan dalam perkara No.181/Pdt.
G/2013/PA.Yk murni diselesaikan berdasarkan kesepakatan para pihak.
Pelaksanaan mediasi dalam perkara No.181/Pdt. G/2013/PA.Yk dapat berjalan
dengan baik dan lancar berkat kesadaran dan iktikad baik para pihak bahwa
sengketa tersebut beresiko akan merusak hubungan keluarga dan dapat memecah
belah serta merenggangkan relasi keluarga. Sengketa juga dapat diselesaikan
karena permasalahan atas objek sengketa tidak terlalu rumit dan tergolong
sederhana karena yang menjadi objek sengketa jelas hanya berupa sebidang
tanah dan bangunan yang ada di atasnya dan berpindah kepemilikan kepada satu
pihak saja. Dari hasil penjualan sebagian harta warisan, sebagian ahli waris telah
menerima hasilnya dan hanya pihak Penggugat yang belum menerima bagian.
Kemudian separuh dari hasil penjualan kepada pihak Turut Tergugat 2 menjadi
bagian Tergugat 1, Turut Tergugat 4 dan Penggugat dengan beberapa
kesepakatan. Oleh karena itu, persengketaan dapat diselesaikan secara damai
dengan kompensasi yang telah disepakati dan telah dibuat menjadi undang-
undang bagi para pihak sesuai pasal 1338 KUHPerdata bahwa “Semua
persetujuan yang dibuat sesuai degan Undang-undang berlaku sebagai Undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Pelaksanaan mediasi yang maksimal
akan membantu penyelesaian sengketa tanpa harus melalui proses litigasi yang
berbelit-belit, sehingga dengan adanya kesepakatan yang telah disetujui oleh
masing-masing pihak maka selesailah persengketaan yang terjadi.

KESIMPULAN

Mediasi waris adalah tercapainya kesepakatan perdamaian antara para pihak


yang bersengketa, yang kemudian diukuhkan dalam bentuk akta perdamaian dan
dikuatkan dalam putusan pengadilan. Proses mediasi ini bertujuan untuk mendamaikan
semua pihak yang berselisih agar sengketa waris dapat berakhir dengan damai,
mempererat hubungan keluarga, dan menghindari perusak dalam hubungan keluarga.

7
Keberhasilan mediasi dalam sengketa waris juga dapat memberikan keuntungan bagi
ahli waris, seperti berakhirnya sengketa dengan cara damai dan memperoleh kekuatan
hukum yang mengikat bagi para ahli waris

8
Referensi

Ali, Z. (2008). Pelaksanaan hukum waris di Indonesia

Astarini, D. R. S., & SH, M. (2021). Mediasi Pengadilan. Penerbit Alumni.

NEGARA, A. (2023). Hukum administrasi negara. PENGANTAR ILMU HUKUM, 173.

PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di Pengadilan

PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur Mediasi di Pengadilan

Putusan No. 181/Pdt.G/2013/PA.YK Yogyakarta, diputus pada 10 juli 2013

Anda mungkin juga menyukai