Anda di halaman 1dari 18

i

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA WARIS


MELALUI PERDAMAIAN
( STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SELONG)

JURNAL ILMIAH

Oleh:

NENI YULIA YAHYA


D1A1016219

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2020
ii

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA WARIS


MELALUI PERDAMAIAN
( STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SELONG)
JURNAL ILMIAH

Oleh:

NENI YULIA YAHYA


D1A016219

Menyetujui,

Pembimbing Pertama,

H.Israfil,SH.,M.Hum
NIP:195703021986031003
iii

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Waris Melalui


Perdamaian
( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Selong)
Neni Yulia Yahya
D1A016219
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyelesaian sengketa
waris melalui perdamaian pada pengadilan agama selong. Metode penelitian
dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Hasil penelitian
didapatkan bahwa Pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Selong secara
umum telah berjalan sesuai prosedur yang berlaku yaitu Peratauran Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Pada
prakteknya, terdapat dua faktor penting yang menjadi penghalang dalam
melaksanakan perdamaian yakni faktor internal dan faktor ekternal. Sehingga
diperlukan adanya sosialisasi guna mengingatkan kepada masyarakat serta
Kepada para pihak yang bersengketa untuk bisa terlibat aktif dalam proses
mediasi.
Kata kunci: sengketa, perdamaian dan waris
Resolution Of Inheritance Disputes Through Reconciliation
(A Juridical Review Of A Case At Selong Religious Court)

ABSTRACT
This study is a normative-empirical legal study that aims to figure out the
implementation of resolution of inheritance disputes through reconciliation at
Selong Religious Court. Finding of this study shows that the practice of the
resolution of the inheritance disputes through reconciliation at Selong Religious
Court is implemented according to Regulation of Supreme Court No 1 of 2016 of
Arbitration Procedure at Court. In addition, finding indicates that there are
internal and external factors that inhibit the resolution completion. Addressing
this issue, it is expected that the socialization is held to remind the society and the
disputing parties to actively take part in arbitration process.

Keywords: disputes, reconciliation, and inheritancy.


i

I. PENDAHULUAN

Dalam problematika pembagian warisan tentunya tidak selalu bisa

diselesaikan oleh ahli waris secara kekeluargaan maupun berdasarkan ketentuan

hukum yang berlaku. Terkadang ahli waris bersengketa melalui pengadilan karena

tidak terima atas pembagian warisan yang diterimanya. Hakim dapat berperan

secara aktif pada saat ini sebagaimana dikehendaki oleh HIR. Untuk keperluan

perdamaian itu sidang lalu diundur untuk memberi kesempatan mengadakan

perdamaian.

Pada hari sidang berikutnya apabila mereka berhasil mengadakan

perdamaian, disampaikanlah kepada hakim di persidangan hasil perdamaiannya

yang lazimnya berupa surat perjanjian di bawah tangan yang ditulis di atas kertas

bermaterai. Sayangnya usaha perdamaian tidak selalu berhasil pada tahap mediasi,

hal ini dikarenakan adanya rasa tidak adil yang dialami oleh pihak yang

berperkara, sehingga mereka memilih untuk tidak berhenti pada tahap mediasi dan

meneruskan perkara mereka pada tahap litigasi. Perkara tersebut dengan terpaksa

dilanjutkan dengan proses litigasi dan pemilihan hakim baru yang ditunjuk oleh

Ketua Pengadilan. Proses litigasi yang dilakukan oleh pihak yang berperkara tidak

selamanya diakhiri dengan kemenangan atau kekalahan.

Ada beberapa perkara yang pada tahapan mediasi gagal untuk mencapai

perdamaian, namun pada tahapan litigasi para pihak yang berperkara mencapai

perdamaian. Salah satau contoh sengketa tersebut terjadi pada sengketa harta

waris, dimana pada awal tahapan mediasi perkara tersebut gagal untuk mencapai
ii

perdamaian namun pada akhirnya sengketa tersebut mampu berkhir dengan

dicapainya perdamaian pada tahap litigasi. Termasuk yang terjadi pada

pengadilan agama selong.

Salah satau contoh kasus Pengadilan Agama Selong terkait penyelesaian

sengketa waris melalui perdamaian pada Gugatan Nomor 179/Pdt.G/2018/PA.Sel

dengan kasus mengenai sengketa waris tanah yang kesepakatannya akan

dihibahkan beberapa kepada anak penggugat maupun tergugat dan pada Gugatan

Nomor 0786/Pdt.G/2018 yang melibatkan banyak pihak penggugat, tergugat dan

turut tergugat yang mempersengketakan mengenai waris mal .

Terdapat perbedaan antara kasus perdamaian pertama dan kedua, pada

kasus pertama hanya mempersengketan tanah yang melibatkan suami istri yang

memiliki satau orang anak sehingga pembagiannya jelas dan tidak memerlukan

waktu yang lama dalam penyeleseainnya. Sedangkan pada kasus perdamaian

kedua yang melibatkan banyak pihak karena pihak pewaris yang memiliki 3

( tiga) orang istri yang tiap-tiap istri tersebut juga memiliki anak sehingga proses

pada penyeleseain sengeketa memiliki waktu yang relatif lama.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dapat disusun rumusan

masalah penelitian yakni Bagaimana proses penyelesaian sengketa waris melalui

jalur perdamaian pada Pengadilan Agama Selong? Dan Apa saja hambatan-

hambatan yang dihadapi oleh mediator dalam proses penyelesaian sengketa waris

melalui jalur perdamaian pada Pengadilan Agama Selong?.


iii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa

waris melalui jalur perdamaian Dan Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi

oleh mediator dalam proses penyelesaian sengketa waris melalui jalur perdamaian

pada Pengadilan Agama Selong.

Untuk menjawab rumusan permasalah tersebut diatas digunakan jenis

penelitian normatif empiris, Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum

yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 1 Sedangkan

empiris adalah penelitian yang mengkaji penerapan peratauran perundang-

undangan berdasarkan konsep dan teori hukum untuk melihat secara langsung

kenyataan di lapangan,2 dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan peratauran perundang-undangan, pendekatan konseptual dan

pendekatan sosiologis. Sedangkan sumber jenis data yang digunakan adalah data

kepustakaan, teknik pengumpulan data dan bahan hukum adalah kepustakaan dan

wawancara. Adapun analisis data dan bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

1
Mukati Fajar, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010 hlm. 34
2
Amirrudin dan Zainal Asikin, Penghantar Metode Penelitian Hukum, Cet. 1, Ed. 8,
PT.Raja Grafindo persada, jakarta, 2014, hlm.133.
iv

II. PEMBAHASAN

Proses Penyelesaian Sengketa Waris Melalui Jalur Perdamaian Pada

Pengadilan Agama Selong

Salah satu kewenangan peradilan agama adalah menangani sengketa

waris. Dalam KHI Pasal 183 disebutkan bahwa:

“Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam


pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya.
Dalam kewarisan Islam, perdamaian tersebut diperbolehkan sepanjang
dilakukan dengan dasar saling merelakan di antara mereka.”

Berdasarkan Pasal 183 KHI yang telah dipaparkan, diketahui bahwa

terdapat beberapa syarat terjadinya perdamaian diantara ahli waris yakni:

1. Dapat atau tidak bersepakat melakukan perdamaian;

2. Masing-masing menyadari bagiannya;

3. Persetujuan kedua belah pihak untuk saling merelarakan.

Dalam mewujudkan tujuan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya

ringan, Mahkamah Agung sebagai penyelenggara peradilan tertinggi di

Indonesia mulai menggagas beberapa metode untuk mempersingkat proses

penyelesaian sengketa di peradilan, namun dapat memberikan hasil yang lebih

optimal. Salah satau gagasan yang cukup progresif antara lain dengan

mengoptimalkan lembaga mediasi pada perkara-perkara perdata. Hal mana

dimaksudkan agar para pihak yang berperkara tidak harus menempuh seluruh

tahapan proses persidangan yang panjang dan memakan waktu lama, namun
v

cukup hanya sampai pada tahap pra pemeriksaan saja, jika para pihak berhasil

mencapai kesepakatan perdamaian melalui mediasi di awal persidangan.3

Dalam hal proses perdamaian, tahap pelaksanaan mediasi sengketa

kewarisan di Pengadilan Agama Selong Kelas 1B terbagi menjadi 3 yaitu

tahap pra mediasi, tahap pelaksanaan mediasi, dan tahap implementasi hasil

mediasi yang penulis uraikan sebagai berikut; 4

a. Tahap Pra Mediasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dodi Yudistira,

sebagai hakim sekaligus mediator di Pengadilan Agama Selong Kelas

1B, menyatakan bahwa setelah para pihak dipanggil pada sidang pertama,

majelis hakim berkewajiban mendamaikan kedua belah pihak yang

berperkara.5

Apabila para pihak tidak bisa didamaikan oleh majelis hakim

sebelum masuk pada pokok perkara sengketa kewarisan maka para pihak

yang bersengketa wajib mengikuti proses mediasi sebagaimana telah

ditentukan dalam peraturan mahkamah agung. Sebagaimana yang

dituturkan oleh Hakim Pengadilan Agama Selong Bapak Dodi Yudistira,

Pertama mediasi diawali dengan pemberian penjelasan kepada para pihak

tentang prosedur mediasi. Pada tahap ini para pihak dapat memilih

mediator dari luar, maka para pihak harus menanggung biaya, tapi jika

mediator internal maka tidak menambah biaya.


3
Darmoko Yuti Witanto, “Beberapa Permasalahan dalam PERMA No. 1 Tahun 2008
tentang Mediasi di Pengadilan”, Varia Peradilan, no. 294 (Mei 2010), hlm. 70.
4
Hasil Wawancara Dengan dodi yudisira , Hakim Pengadilan Agama Selong, Wawancara
Dilakukan Di Pengadilan Agama Selong, Pada Tanggal 10 April 2020 Pukul 15:00 WITA.
5
Ibid.
vi

Atas pemberian penjelasan tersebut maka para pihak

menandatangani surat pernyataan bahwa telah diberikan penjelasan yang

cukup mengenai mediasi. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 Ayat (6)

Perma No. 1 tahun 2008 bahwa:6

“Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam perma ini kepada


para pihak yang bersengketa”.

b. Tahap Pelaksanaan Mediasi

Setelah para pihak melewati proses pra mediasi, kemudian para

pihak mendatangi ruang mediasi dalam catatan mediator tidak boleh

mengadakan mediasi di luar pengadilan, dengan membawa surat

penetapan penunjukan mediator oleh Majelis Hakim beserta resume

perkara untuk diserahkan kepada mediator yang bersangkutan dan

tergugat/termohon.

Setelah mediator mempelajari isi gugatan secara mendalam dan

mempersiapkan solusi untuk mendamaikan para pihak, maka diadakanlah

mediasi sesuai jadwal yang telah disepakati, mediator melakukan

pendekatan secara psikologis dan rohani kepada para pihak. Dan apabila

diperlukan mediator dapat melakukan pertemuan sendiri dengan salah

satau pihak (kaukus) untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap.

Seandainya tergugat tidak datang maka mediasi tidak dapat

dilaksanakan kecuali diwakilkan dengan surat kuasa khusus berdasarkan

alasan yang sah. Apabila mediator merasa para pihak tidak dapat

didamaikan lagi karena tergugat tidak mau menghadiri proses mediasi


6
Indonesia, Peratauran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2008
Tentang Mediator, Pasal 7 ayat (3)
vii

atau para pihak menunjukan itikad yang tidak baik, maka mediator

berwenang menyatakan proses mediasi gagal tanpa harus menunggu

berakhirnya jangka waktu yang diberikan.

Di Pengadilan Agama Selong Kelas IB sendiri hanya terdapat dua

ruang khusus mediasi dan jadwal pelaksanaan mediasi adalah pada hari

senin, selasa, rabu, dan kamis setiap jam 09:30-12:00 WITA. Menurut

ketentuan Perma No. 1 Tahun 2008 mengenai jangka waktu mediasi

diberikan selama 40 hari, tapi pelaksanaanya disini hanya selama 15 hari,

dan apabila kesepakatan tidak tercapai maka hakim dapat

memperpanjangnya lagi.

Hal ini tergantung dari laporan mediator tentang hasil mediasi

kepada hakim, apakah mediasi telah dinyatakan berhasil atau gagal

ataupun mau diperpanjang lagi. Begitu juga yang diungkapkan oleh Dodi

yudistira selaku mediator bahwa dalam jangka waktunya selama 40 hari

dengan waktu tambahan 14 hari dalam perma No. 1 tahun 2008.

Sedangkan dalam perma No. 1 tahun 2016 waktu pelaksanaan mediasi

selama 30 hari dengan waktu tambahan 30 hari. Pelaksanaan proses

mediasi cukup baik dan dapat dipahami oleh para pihak. 7

Para pihak menyampaikan permasalahan mereka dan mediator

berupaya untuk menengahi kedua belah pihak supaya permasalahan

mereka dapat diselesaikan dengan damai dan keputusan akhir

memenangkan kedua belah pihak sebagaimana perkara Gugatan Nomor


7
Hasil Wawancara Dengan dodi yudisira , Hakim Pengadilan Agama Selong, Wawancara
Dilakukan Di Pengadilan Agama Selong, Pada Tanggal 10 April 2020 Pukul 15:00 WITA.
viii

179/Pdt.G/2018/PA.Sel Gugatan Nomor 0786/Pdt.G/2018 yang peneliti

teliti. Karena ada juga sengketa waris yang tidak dapat diselesaikan

dengan baik-baik, dan malah hubungan keluarga atau kerabat yang rusak

karena sengketa waris ini tidak dapat diperbaiki lagi.

c. Tahap implementasi Hasil Mediasi

1) Laporan mediasi gagal

Bila para pihak tidak menemukan kata sepakat dan damai dalam

proses mediasi, maka mediator akan menyatakan proses mediasi gagal

yang selanjutnya dilaporkan kepada Hakim Pemeriksa Perkara.

Sehingga perkara waris ini dilanjutkan pada tahap pemeriksaan pokok

perkara oleh Majelis Hakim pada hari sidang selanjutnya.

2) Laporan proses mediasi berhasil

Proses mediasi berhasil apabila tercapainya perdamaian atau kata

sepakat di antara para pihak. Apabila proses mediasi berhasil, maka

mediator akan menyampaikan laporan tersebut kepada Majelis Hakim

Pemeriksa Perkara. Setelah itu, para pihak akan menandatangani akta

perdamaian dan majelis hakim akan memberikan putusan perdamaian

karena para pihak telah berdamai.

Faktor Penghambat Dalam Melakukan Penyelesaian Sengketa Waris

Melalui Jalur Perdamaian Pada Pengadilan Agama Selong

Hambatan yang dihadapi dalam melakukan penyelesaian sengketa

melalui jalur mediasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat

selama proses mediasi. Berdasarkan wawancara dengan Dodi yudistira, hakim


ix

pada Pengadilan Agama Selong mengatakan bahwa kendala yang dihadapi

dalam penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi dapat dibagi menjadi dua

yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menurut Dodi

yudistira, S.Ag., MH., hakim pada pengadilan agama selong merupakan faktor

yang berasal dari Pengadilan Agama Selong, sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar Pengadilan Agama Selong 8

Adapun faktor-faktor internal terkait dengan hambatan yang dialami

dalam melakukan penyelesaian sengketa melalui jalur perdamaian pada

Pengadilan Agama Selong sebagai berikut:

1) Kekurangan Mediator

Jumlah mediator yang bersertifikat pada pengadilan agama selong

berjumlah 8 orang sedangkan para pihak yang bersengketa kadang dalam

sebulan berjumlah 15 perkara sehingga diperlukan penambahan jumlah

mediator berserifikat pada pengadilan agama selong.

2) Kurangnya Jumlah Tempat Ruang Mediasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ruang sidang untuk

proses mediasi hanya berjumlah 2 ( dua ) saja yakni pada blok B1 dan

blok B2. Hal ini tentunya tidak sebanding dengan jumlah perkara yang

sering dihadapi oleh pengadilan agama selong.

Adapun faktor-faktor eksternal terkait dengan hambatan yang dialami

dalam melakukan penyelesaian sengketa melalui jalur perdamaian pada

Pengadilan Agama Selong sebagai berikut:

8
Hasil Wawancara Dengan dodi yudisira , Hakim Pengadilan Agama Selong, Wawancara
Dilakukan Di Pengadilan Agama Selong, Pada Tanggal 10 April 2020 Pukul 15:00 WITA.
x

1) Ketidakhadiran Para Pihak

Kehadiran para pihak dalam proses mediasi sangatlah

menentukan, karena tidak mungkin proses mediasi dapat dilaksanakan

jika salah satau pihak tidak hadir pada pertemuan yang telah dijadwalkan.

2) Melewati Batas Waktu

Alasan kedua yang dapat menimbulkan mediasi tidak berhasil

atau tidak dapat dilaksanakan adalah karena batas waktu yang ditentukan

oleh ketentuan PERMA terlewati. Menurut Pasal 24 Ayat (2) disebutkan

bahwa Proses mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak penetapan perintah melakukan mediasi. Sedangkan Pasal

24 Ayat (3) menyebutkan bahwa Atas dasar kesepakatan para pihak,

jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak berakhir jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

Ayat (2).

3) Proses Mediasi Dengan Itikad Tidak Baik

Proses mediasi harus dilakukan dengan itikad baik, artinya para

pihak tidak boleh menyelundupkan maksud yang buruk di balik proses

mediasi yang sedang berjalan. Proses mediasi harus ditujukan hanya

untuk menyelesaikan sengketa secara damai dan tidak boleh ada intrik

atau maksud-maksud lain dibalik kehendak untuk menyelesaikan

sengketa.

4) Adanya Kurang Pihak


xi

Proses perdamaian pada prinsipnya merupakan proses penyelesaian

sengketa yang memiliki sifat mengakhiri perkara, sehingga dalam proses

perdamaian harus melibatkan keseluruhan pihak yang terkait dengan

sengketa yang diperdamaikan agar setelah hasil kesepakatan itu

dikuatkan menjadi akta perdamaian tidak akan timbul sengketa baru di

kemudian hari karena terdapat pihak-pihak yang tidak dilibatkan dalam

proses perdamaian tersebut.

5) Syarat Kesepakatan Damai Tidak Terpenuhi

Seorang mediator memiliki kewenangan untuk meneliti materi

kesepakatan damai yang dibuat oleh para pihak sebelum kesepakatan itu

diajukan kehadapan Hakim Pemeriksa Perkaranya untuk dikuatkan

menjadi akta perdamaian. Jika dalam isi kesepakatan damai tersebut

terdapat hal-hal yang bertentangan dengan hukum atau sifatnya tidak

mungkin dilaksanakan melalui prosedur hukum atau adanya itikad buruk

dari salah satau pihak dalam menyepakati kesepakatan damai tersebut,

maka mediator tetap berhak untuk menyatakan bahwa mediasinya telah

gagal.

6) Keinginan Para Pihak Tidak Ingin Berdamai

Faktor penghambat proses mediasi di pengadilan biasanya para

pihak setiap datang ke pengadilan membawa ego sektoral masing-

masing. Yang dimaksud ego sektoral yaitu para pihak merasa dia punya

hak. Sehingga dengan ego sektoral yang begitu tinggi menutupi rasa

ingin berdamainya
xii

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan

hakim mediator pada Pengadilan Agama Selong terdapat dua hambatan yang

sangat berpengaruh terkait dengan berhasil atau tidaknya jalan proses

perdamaian yang ada di pengadilan agama selong yakni hambatan internal dan

hambatan eksternal. Terdapat dua hambatan yang merupakan faktor internal

yang berasal dari faktor pengadilan agama selong itu sendiri, faktor internal

yang menjadi penghambat dalam melaksanakan penyelesaian sengketa waris

yakni kekurangan mediator dan kekurangan ruang sidang mediasi.

Selain faktor internal terdapat pula faktor eksternal. Faktor eksternal

merupakan faktor yang berasal dari luar pengadilan agama selong seperti

faktor yang berasal dari para para pihak yang tengah bersengketa, obyek

sengketa maupun faktor-faktor lainnya. Salah satau faktor yang merupakan

faktor yang menyebabkan kesulitan saat berdamai oleh para pihak di

pengadilan Agama Selong dilatar belakangi oleh faktor gengsi belaka. Kadang

persoalan harga diri para pihak menjadi benteng yang kokoh untuk enggan

memulai suatau perdamaian, karena didasari oleh ego para pihak masing-

masing serta tidak adanya itikad baik dari para pihak untuk menyelesaikan

perkara tersebut melalui tahap mediasi.

III. PENUTUP

Kesimpulan
xiii

Pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Selong secara umum telah

berjalan sesuai prosedur yang berlaku yaitu Peratauran Mahkamah Agung

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Adapun

proses mediasi terbagi menjadi 3 yaitu tahap pra mediasi, tahap pelaksanaan

mediasi, dan tahap implementasi hasil mediasi. Tahap pra mediasi merupakan

tahapan persiapan bagi para pihak yang bersengketa untuk memilih mediator

yang akan digunakan dan menetapkan jadwal mediasi, tahap pelaksanaan

mediasi merupakan tahap para pihak melakukan sidang mediasi yang

mempertemukan kedua belah pihak dan seorang mediator sebagai penengah

untuk mencari jalan keluar yang diinginkan para pihak untuk menyelesaikan

sengketanya. Setelah dilakukan mediasi kemudian dilakukan tahap

implementasi hasil mediasi, pada tahap ini terdapat dua kemungkinan yang

terjadi yakni hasil mediasi gagal untuk mencapai perdamaian dan hasil

mediasi berhasil yang melahirkan perdamaian bagi kedua belah. Jika hasil

mediasi menghasilkan perdamaian maka pengadilan agama selong akan

mengeluarkan akta perdamaian yang menerangkan bahwa para pihak telah

sepakat untuk mengakhiri perselihan mereka dan membuat kesepakatan-

kesepakatan yang harus di laksanakan oleh kedua belah pihak. Namun, jika

hasil mediasi gagal untuk mencapai perdamaian maka sengketa tersebut

kemudian berlanjut pada proses persidangan.

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan

perdamaian pada kasus sengketa waris di pengadilan agama selong yang

dibagi menjadi dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
xiv

internal meliputi kekurangan mediator dan kekurangan tempat untuk

melakukan mediasi. Kemudian faktor eksternal salah satunya diakibatkan

oleh lemahnya partisipasi para pihak terhadap proses perdamaian yang

ditawarkan, kekurangan para pihak, para pihak yang tidak memiliki itikad

untuk berdamai, syarat kesepakatan tidak terpenuhi, proses mediasi dengan

itikad tidak baik, melewati batas waktu dan ketidakhadiran para pihak. Faktor

internal dan faktor eksternal tentunya menjadi pengaruh yang sangat penting

yang menjadi penentu dalam jalannya proses perdamaian yang akan

dilakukan oleh para pihak karena perdamaian hanya dapat dilakukan atas

dasar kesepakatan kedua belah pihak.

Saran

Diperlukan adanya sosialisasi atau penyuluhan hukum yang diataur

dalam Peratauran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 guna mengingatkan

kepada masyarakat mengenai arti penting penyelesaian sengketa secara damai

melalui mediasi terutama bagi masyarakat yang berada di wilayah hukum

pengadilan agama selong.

Kepada para pihak yang bersengketa untuk bisa terlibat aktif dalam

proses mediasi. Disarankan kepada hakim dan mediator untuk lebih

dioptimalkan agar terwujudnya upaya mediasi yang menghasilkan kesepakatan

perdamaian para pihak.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
xv

Amirrudin Dan Zainal Asikin, 2014, Penghantar Metode Penelitian


Hukum, Cet. 1, Ed. 8, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Darmoko Yuti Witanto, “Beberapa Permasalahan Dalam PERMA No. 1
Tahun 2008 Tentang Mediasi Di Pengadilan”, Varia Peradilan, No.
294 (Mei 2010), Hlm. 70.
Mukati Fajar, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum
Normatif Dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

WAWANCARA

Hasil Wawancara Dengan dodi yudistira , Hakim Pengadilan Agama


Selong, Wawancara Dilakukan Di Pengadilan Agama Selong, Pada
Tanggal 10 April 2020 Pukul 15:00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai