Robi Awaludin
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
E-mail: robiawaludin@radenintan.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti konstruksi mediasi non litigasi dalam
penyelesaian sengketa keluarga perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia,
serta relevansi mediasi non litigasi dalam penyelesaian sengketa keluarga terhadap
pembaharuan hukum keluarga di Indonesia. Metode yang digunakan menganalisa data
dengan metode komparatif antara hukum Islam dan hukum positif (perundang-
undangan) di Indonesia, sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
(library research). Hasil penelitian ini bahwa mediasi non litigasi sengketa keluarga
sangat sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana disebut dalam ayat Al-Qur’an dan
Hadits Rasulallah Saw dengan dasar persaudaraan dan kemaslahatan. Pelaksanaan
mediasi di luar pengadilan sangat kuat dan mengakar dalam tatanan hukum kehidupan
masyarakat Indonesia terbukti dengan berbagai peraturan yang mendukung
pelaksanaannya, namun belum terfokus pada penguatannya dalam menyelesaikan
perkara perselisihan keluarga, untuk itu diperlukan pembaharuan hukum keluarga
dengan mengakomodasikan pelaksanaan mediasi non litigasi.
Indonesia, terletak dalam Pasal 18B dalam akta bawah tangan (Usman 2013,
ayat (2) UUD Tahun 1945 “Negara 269).
mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat Keberhasilan mediasi tidak terlepas
dari peran mediator sebagai penengah.
beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai Seorang mediator akan membantu para
dengan perkembangan masyarakat dan pihak membingkai persoalan yang ada
agar menjadi masalah yang perlu
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang- dihadapi secara bersama, guna
undang” (UUD 1945 Hasil Amandemen menghasilkan kesepakatan dan mediator
membantu para pihak untuk
& Proses Amandeman UUD 1945
Secara Lengkap 2012, 43). merumuskan berbagai pilihan
penyelesaian sengketanya dan dapat
Mediasi di luar pengadilan diatur diterima serta memuaskan kedua belah
dalam UU nomor 30 Tahun 1999 pihak. Peran utama yang dijalankan
tentang Arbitrase dan Alternatif mediator yaitu mempertemukan
Penyelesaian Sengketa. Pasal 6 ayat (1) kepentingan-kepentingan yang berbeda
UU tersebut menyebutkan bahwa agar mencapai titik temu yang dapat
“Sengketa atau beda pendapat perdata dijadikan sebagai pangkal tolak
dapat diselesaikan oleh para pihak penyelesaian masalahnya. Mereka dapat
melalui alternatif penyelesaian sengketa mengajarkan para pihak bagaimana
yang didasarkan pada i’tikad baik terlibat dalam negosiasi pemecahan
dengan mengesampingkan penyelesaian masalah secara efektif, menilai
secara litigasi di Pengadilan Negeri”. alternatif-alternatif, dan menemukan
Perkara yang masih dimungkinkan pemecahan yang kreatif terhadap
untuk dilakukan mediasi di luar konflik mereka (Usman 2013, 103-104).
pengadilan diantaranya adalah perkara
perdata tertentu seperti perselisihan Syarat formal putusan atau
kesepakatan perdamaian selain diatur
suami istri dalam perkawinan,
perselisihan atas harta waris, dalam Pasal 130 dan 131 HIR, juga
perselisihan karena saling merasa dapat ditemukan dalam Pasal 1581-
1864 Kitab Undang-Undang Hukum
berhak atas harta wakaf, serta wasiat
dan perkara perselisihan keluarga Perdata (KUHPerdata), yang kemudian
lainnya. dilengkapi dengan Perma Nomor 1
Tahun 2016, yaitu sebagai berikut
Penyelesaian sengketa alternatif (Usman 2013, 266-271):
berdasarkan UU ini dilakukan melalui
berbagai metode diantaranya arbitrase, 1. Persetujuan untuk mengakhiri
persengketaan. Pasal 1851
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi
atau penilaian ahli dan kesemuanya KUHPerdata secara jelas
dapat dilakukan di luar pengadilan. mensyaratkan bahwa persetujuan
perdamaian dimaksudkan untuk
Putusan atau kesepakatan perdamaian
yang telah disepakati dapat dituangkan mengakhiri suatu perkara yang
yang dibuat secara sah berlaku sebagai menyiratkan adanya kebebasan setiap
undang-undang bagi mereka yang orang untuk memilih aturan hukum
membuatnya. Persetujuan ini yang tepat bagi dirinya dalam
mempunyai kekuatan mengikat bagi melakukan hubungan hukum terhadap
para pihak (Fuad n.d.). orang lain. Dengan berlakunya
kebijakan ini, sepintas mencerminkan
adanya kebebasan bagi setiap orang
Macam-macam Mediasi Non Litigasi untuk mengekspresikan diri dalam
Menurut Peraturan Perundang- memilih hukum barat atau hukum adat
undangan di Indonesia bagi dirinya dalam melakukan tindakan
atau hubungan hukum (Bisri 2007, 51).
Mediasi di luar pengadilan
merupakan sebuah metode yang tepat UUD 1945 telah mengakui dan
untuk diterapkan terhadap perkara- memberikan penghormatan terhadap
perkara (hukum) keperdataan, yaitu masyarakat hukum adat dengan segala
sistem aturan yang mengatur tentang kelembagaannya. Dalam ketentuan
berbagai hubungan manusia konteks Pasal 18 UUD 1945 (sebelum
kedudukannya sebagai individu amandemen) disebutkan bahwa
terhadap individu lain. Paul Scholten “Pembagian daerah Indonesia atas
memberikan definisi hukum daerah besar dan kecil, dengan bentuk
keperdataan sebagai sistem aturan yang susunan pemerintahannya ditetapkan
mengatur hak dan kewajiban dari dengan undang-undang, dengan
perorangan yang satu terhadap yang memandang dan mengingati dasar
lain dalam pergaulan masyarakat dan permusyawaratan dalam sistem
dalam hubungan keluarga, serta pemerintahan negara, dan hak-hak asal
bagaimana cara menegakkan, dan usul dalam daerah-daerah yang bersifat
mempertahankannya apabila terjadi istimewa”. Setelah amandemen, negara
sengketa di pengadilan. Istilah lain dari tetap mengakui dan menghormati
hukum keperdataan yaitu hukum sipil kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
atau hukum privat (Bisri 2007, 49). adat, sebagaimana tertulis dalam Pasal
Hukum Perdata sebagai bagian dari 18B ayat (2) “Negara mengakui dan
hukum keperdataan, yakni aturan yang menghormati kesatuan-kesatuan
mengatur tentang hak dan kewajiban masyarakat hukum adat beserta hak-hak
orang dan badan hukum sebagai tradisionalnya sepanjang masih hidup
perluasan dari konsep subjek hukum dan sesuai dengan perkembangan
yang satu terhadap yang lain baik dalam masyarakat dan prinsip Negara
hubungan keluarga maupun dalam Kesatuan Republik Indonesia, yang
hubungan masyarakat (Bisri 2007, 50). diatur dalam undang-undang”.
Hadits Nabi Saw yang berupa harta benda atau sesuatu (yang
mengutamakan konsep mediasi (islah) lain), maka hendaklah ia meminta
dalam setiap perselisihan yang terjadi halalnya dari pada sekarang, sebelum
(tiba masanya) tidak ada dinar dan
diantaranya adalah membersihkan hati
tidak adanya dirham (yaitu hari kiamat
dari perasaan iri hati dan dendam serta dimana semua harta kekayaan dunia
berusaha berbicara benar (tidak sudah tidak ada gunanya). (Sebab)
berdusta), sebagaimana diriwayatkan jikalau ia mempunyai amal saleh, maka
oleh Ibnu Majah, Rasulallah Saw diambillah amal saleh itu daripadanya
bersabda yang artinya: “Setiap orang sesuai dengan penganiayaannya. Dan
yang hatinya bersih dari iri hati dan jika ia tidak mempunyai kebajikan,
maka diambillah semua kesalahan
dendam, lagi benar bicaranya.” Beliau
(kejelekan) temannya (yang dianiaya)
ditanya lagi: “Berbicara yang benar itu kemudian dibebankan kepadanya”.
kami tahu, tetapi apa arti hati yang
bersih dari iri hati dan dendam?” Dalam hubungan antar muslim,
Rasulallah bersabda: “Itulah hati yang terdapat hadits mengenai larangan
taqwa, tidak ada dosa, kejahatan, saling merugikan sebagaimana riwayat
tipuan dan tidak ada iri hati” (Ghazali Abu Sa’id, Sa’ad bin Malik bin Sinan
1993, 177). Al Khudry radhiyallahu anhu, bahwa
Rasulallah Saw bersabda : “Janganlah
Akhlak yang baik dan saling kamu saling memudharatkan” (Nawawi
berkasih sayang antar sesama, dan 1992, 50). Ketentuan ini apabila
melarang memutuskan silaturahmi dipedomani oleh mediator (hakam),
menjadi dasar pelaksanaan mediasi maka dalam melakukan mediasi akan
sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari berusaha memberikan nasihat-nasihat
dan Muslim yang artinya (Ghazali 1993, baik yang adil sehingga tidak
180-181): merugikan salah satu pihak yang
bertikai dan mereka akan dengan
“Janganlah kamu putus-memutuskan
hubungan, belakang membelakangi, senang hati menerima saran tersebut
benci-membenci, hasut menghasut. dan akhirnya saling berdamai.
Hendaklah kamu menjadi hamba Allah
yang bersaudara satu sama lain (yang Untuk memperbaiki hubungan
muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) antar sesama mereka yang berselisih,
muslim mendiamkan saudaranya lebih maka dilarang saling dengki serta
dari tiga hari”. aniaya karena timbul kesadaran tinggi
bahwa setiap muslim adalah bersaudara,
Islam sangat melarang umatnya
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
untuk melakukan perbuatan aniaya
Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulallah
terhadap sesamanya, sebagaimana
Saw bersabda (Nawawi 1992, 53-54):
Rasulallah Saw bersabda yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan “Janganlah kamu saling dengki
Turmudzi yang artinya: mendengki, tipu menipu, benci
membenci, jauh menjauhi dan jangan
“Barang siapa padanya ada pula seseorang diantara kamu menjual
penganiayaan terhadap saudaranya
sesuatu yang sedang dijual oleh orang adalah masalah yang ditemukan pada
lain, dan hendaklah kamu semua kasus baru yang tidak ditunjuk oleh
menjadi hamba-hamba Allah yang nash tertentu tetapi ia mengandung
bersaudara. Seorang muslim adalah
kemaslahatan yang sejalan (al-munasib)
saudara bagi muslim lainnya, ia tidak
boleh menganiaya, menerlantarkannya, dengan tindakan syara. Kesejalanan
mendustakannya dan menghinanya. dengan tindakan (tasharrufat) syara
Takwa itu ada di sini (Lalu beliau dalam hal ini tidak harus didukung
mengisyaratkan dengan tangannya ke dengan dalil tertentu yang berdiri
arah dadanya tiga kali). Cukuplah sendiri dan menunjuk pada maslahah
seseorang itu dianggap jahat bila ia tersebut tetapi dapat merupakan
menghina saudaranya sesama muslim.
kumpulan dalil yang memberikan
Setiap muslim itu haram darahnya,
hartanya dan kehormatannya atas faedah yang pasti (qat’i). Apabila dalil
muslim lainnya”. yang pasti ini memiliki makna kulli,
maka dalil kulli yang bersifat pasti
Dalam hadits lain terdapat tersebut kekuatannya sama dengan satu
penjelasan mengenai diperbolehkannya dalil tertentu. Asy-Syatibi dalam kitab
melakukan perdamaian atas segala al-Itisham memberikan sepuluh contoh
permasalahan yang terjadi antar kaum kasus yang penentuan hukumnya
muslimin asalkan sesuai dengan dirumuskan dengan menggunakan
syari’at, sebagaimana diriwayatkan oleh maslahah mursalah sebagai teknik
Abu Dawud yang artinya Dari Abu penetapan hukumnya.
Hurairah ia berkata, Rasulallah Saw
bersabda : “Perdamaian antar kaum Asas keadilan politik hukum Islam
muslim dibolehkan, kecuali perdamaian bertujuan menghapus setiap tindakan
yang menghalalkan perkara yang yang mencabut hak-hak orang lain
haram, dan perkara yang untuk mengakses keadilan dimanapun.
mengharamkan perkara yang halal” Doktrin politik hukum Islam
(Nashiruddin 2007, 634). Apabila menegaskan bahwa keadilan merupakan
pihak-pihak yang saling berselisih jangkar stabilitas hukum. Kemaslahatan
mempedomani hadits ini, dan hakam disebut juga sebagai muara keadilan,
(mediator) senantiasa mempraktekkan seperti dikemukakan oleh Al-Ghazali
dan menerapkannya dalam proses bahwa hukum disyariatkan untuk
mediasi, maka perdamaian yang mewujudkan dan memelihara maslahat
diinginkan akan dengan mudah serta mencegah kerugian (mafsadat).
disepakati. Konsep ini menghasilkan kaidah utama
yang sangat populer, dimana ada
Pemikiran Asy Syatibi tentang maslahat di sana terdapat hukum.
maslahah mursalah dituangkan dalam Diskursus utama maqasid al-syari’ah
dua kitabnya yang populer yaitu al- adalah teori maslahat dengan tesis
Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam dan al universalnya, setiap penetapan hukum
Itisham Asy Syatibi dalam al- harus bermuara kepada maslahat. Setiap
Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam aturan hukum harus berorientasi
mendefinisikan maslahah mursalah
mewujudkan maslahat manusia, baik di Kaidah ini diambil juga dari Hadits
dunia maupun di akhirat (Suntana 2014, Rasulallah Saw yang artinya :“Apa
11-12). yang dipandang baik kaum muslimin
maka baik juga di sisi Allah”.Atas
Penyelesaian sengketa secara dasar ini, maka adat yang baik (Al-urf
musyawarah mufakat telah sangat al-shahih), yakni yang tidak
melekat dengan adat kebiasaan bertentangan dengan syariat Islam
masyarakat Indonesia dan telah dapat dijadikan sebagai aturan hukum”
dilakukan secara turun temurun. Untuk (Ibrahim 2019).
menjaga kelestarian dan memberikan
penghargaan bagi ketentuan masyarakat Tradisi atau adat sangat berperan
adat, maka hendaknya dijadikan dalam pembentukan dan pengembangan
pertimbangan dalam pembaharuan hukum Islam. Adanya berbagai aliran
hukum Islam. Terdapat kaidah Fiqh hukum dalam sejarah, sesungguhnya
yang sangat sesuai dengan hal ini yaitu juga karena andil adat istiadat
kaidah yang dikemukakan oleh as- masyarakat setempat (Ibrahim 2019, 91-
Suyuti, yang artinya: “Adat kebiasaan 92).
itu dapat ditetapkan sebagai hukum”.
Kaidah ini diambil dari Al-Qur’an dan Mediasi non litigasi sangat sesuai
Hadits Rasulallah Saw, yang artinya dengan nilai-nilai ajaran Islam
sebagaimana tertulis jelas dalam ayat-
sebagai berikut (Ibrahim 2019, 90-91) :
ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw,
Artinya :"Hai orang-orang yang adat kebiasaan masyarakat yang sejalan
beriman, tidak halal bagi kamu dengan syari’at bisa dijadikan hukum
mempusakai wanita dengan jalan paksa sesuai dengan kaidah Fiqh“Adat
dan janganlah kamu menyusahkan
kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai
mereka Karena hendak mengambil
kembalian sebagian dari apa yang hukum”, serta nilai kemaslahatan yang
Telah kamu berikan kepadanya, memudahkan kehidupan umat manusia,
terkecuali bila mereka melakukan yaitu upaya mediasi yang difasilitasi
pekerjaan keji yang nyata dan oleh mediator hingga berujung dengan
bergaullah dengan mereka secara perdamaian, dapat menjaga hubungan
patut. Kemudian bila kamu tidak baik diantara anggota keluarga
menyukai mereka, (maka bersabarlah)
sekaligus mencegah mafsadat atau
Karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan keburukan yang akan terjadi berupa
padanya kebaikan yang banyak. (QS.An perpecahan dan permusuhan dalam
Nisa :19). keluarga.
Kemudian :
yang akan mencari makna lebih dalam Proses mediasi di luar pengadilan
dari teks-teks undang-undang dan seperti ini sekaligus menjadi kritikan
kemudian membuat putusan. terhadap proses litigasi melalui lembaga
peradilan, meskipun telah dilakukan
Pilihan penyelesaian sengketa upaya-upaya berupa integrasi mediasi
dengan cara mediasi pada hakikatnya dalam proses beracara di persidangan.
merupakan perwujudan dari bekerjanya Pada kenyataannya hal tersebut belum
hukum progresif, dimana keterlibatan menyelesaikan permasalahan berupa
manusia sangat dominan untuk memilih penumpukan perkara perdata yang akan
cara berhukum yang kreatif dan tepat disidangkan di pengadilan, upaya damai
bagi mereka sesuai dengan budaya yang diharapkan para pihak hadir dalam
musyawarah mufakat yang telah upaya ini, terkadang sulit untuk
mengakar dalam kehidupan sosial diupayakan karena kedua belah pihak
masyarakat Indonesia. yang bersengketa sudah berada dalam
Mediasi non litigasi merupakan posisi berlawanan dan berharap
perwujudan dari upaya penyelesaian mendapatkan putusan yang
perselisihan sebagaimana telah menjadi memenangkan gugatan mereka. Putusan
tujuan dari berbagai UU yang ada. hakim yang bersifat menang atau kalah
Pemikiran Hukum Progresif yang (win lose), sehingga yang banyak terjadi
merupakan bentuk kemajuan dalam setelahnya adalah akan timbul
memahami fleksibilitas hukum, kekecewaan dan rasa permusuhan yang
menyajikan salah satu bentuk hukum mendalam bagi mereka yang berada
ideal di tengah masyarakat, yaitu hukum dalam posisi dikalahkan.
yang mensejahterakan dan Pembaharuan hukum keluarga
membahagiakan rakyatnya demi diperlukan dalam hal penguatan
mewujudkan keadilan dan kemudahan mengenai konsep penyelesaian
bagi kehidupan manusia. Terwujudnya sengketa keluarga secara non litigasi.
peradilan sederhana, cepat, dan biaya
Jika dipandang dalam pendekatan
ringan, bisa dengan mudah dilakukan sosiologis, misal teori dari Cochrane
mengingat bahwa kesepakatan damai bahwa yang mengontrol hubungan-
telah disepakati oleh kedua belah pihak hubungan sosial adalah masyarakat
dalam kesempatan sebelumnya, sendiri. Artinya bahwa pada dasarnya
sedangkan pengadilan hanya masyarakat itu sendiri aktif
menguatkan kesepakatan damai yang menemukan, memilih, dan menentukan
telah terjadi melalui putusan hakim. hukum sendiri. Pandangan ini menjadi
penting ketika ada perselisihan
keluarga, tanah, lingkungan, sumber
Relevansi Mediasi Non Litigasi daya alam sejenis diselesaikan lewat
Dalam Penyelesaian Sengketa pendekatan sosiologi-induktif. Teori
Keluarga Terhadap Pembaharuan senada diungkapkan oeh Sally Falk
Hukum Keluarga Di Indonesia Moore yaitu teori bidang sosial semi-
Pasal 115 : “Perceraian hanya dapat perdamaian ketika perkara telah sampai
dilakukan di depan sidang Pengadilan pada proses persidangan, hal ini penting
Agama setelah Pengadilan Agama diatur sebagai langkah pembaharuan
tersebut berusaha dan tidak berhasil hukum keluarga, sesuai dengan maksud
mendamaikan kedua belah pihak”. dari konsideran Kompilasi Hukum
Islam, bahwa Kompilasi ini dapat
Pasal 143: “(1) Dalam pemeriksaan digunakan sebagai pedoman dalam
gugatan perceraian Hakim berusaha penyelesaian masalah-masalah di
mendamaikan kedua belah pihak. (2) bidang yang diatur didalamnya yaitu
Selama perkara belum diputuskan usaha hukum perkawinan, kewarisan, dan
mendamaikan dapat dilakukan pada perwakafan oleh instansi pemerintah
setiap sidang pemeriksaan”. dan masyarakat yang memerlukannya.
Pasal 145: “Apabila tidak dicapai Pengertian sebagai pedoman harus
perdamaian, pemeriksaan gugatan bermakna sebagai tuntutan atau
perceraian dilakukan dalam sidang petunjuk yang harus dipakai baik oleh
tertutup”. pengadilan agama maupun warga
masyarakat dalam menyelesaikan
Pasal 183: “Para ahli waris dapat sengketa mereka dalam bidang hukum
bersepakat melakukan perdamaian didalamnya (Penyusun 2011, 36-37).
dalam pembagian harta warisan, setelah
masing-masing menyadari bagiannya”. Pembaharuan hukum keluarga yang
memuat ketentuan pelaksanaan mediasi
Ketentuan lain yang belum jelas non litigasi sangat sesuai dengan nilai-
maksudnya yaitu Pasal 229 KHI yang nilai ajaran Islam, adat kebiasaan
berbunyi: “Hakim dalam menyelesaikan masyarakat yang sejalan dengan syari’at
perkara-perkara yang diajukan bisa dijadikan hukum sesuai dengan
kepadanya, wajib memperhatikan salah satu kaidah Fiqh: “Adat kebiasaan
dengan sungguh-sungguh nilai-nilai itu dapat ditetapkan sebagai hukum”,
hukum yang hidup dalam masyarakat, nilai kemaslahatan tercermin dalam
sehingga putusannya sesuai dengan rasa bentuk memberi kemudahan dalam
keadilan”. Apakah maksud kata-kata kehidupan umat manusia serta
“nilai-nilai hukum yang hidup” yang mencegah mafsadat atau keburukan
“wajib” diperhatikan oleh hakim dalam yang akan terjadi berupa permusuhan
keputusannya sesuai dengan rasa dalam keluarga.
keadilan, sehingga butuh perhatian
khusus dan berkaitan erat dengan Pemikiran hukum progresif yang
kedudukan Kompilasi Hukum Islam itu merupakan bentuk kemajuan dalam
sendiri (Abdurrahman 2007, 64-65). memahami fleksibilitas suatu hukum,
memiliki tujuan untuk mewujudkan
Belum diaturnya penguatan upaya keadilan dan kemudahan bagi manusia,
damai di luar pengadilan berakibat pada konsep ini bekerja sebagai upaya
penumpukan perkara di pengadilan mewujudkan pembaharuan hukum
agama, kompilasi hanya mengupayakan keluarga, dengan dasar pemikiran