Anda di halaman 1dari 11

Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

TINDAK PIDANA PENCEMARAN DALAM melakukan pengelompokan tindak pidana.


PASAL 310 AYAT (1) KUHP Kelompok tindak pidana yang dinamai
(KAJIAN TERHADAP PUTUSAN Penghinaan (Bld.: Beleediging) dalamBuku
PENGADILAN TINGGI MAKASSAR Kedua Bab XVI KUHP ini, mencakup sejumlah
NOMOR 441/PID/2022/PT MKS)1 jenis tindak pidana penghinaan, di mana salah
satu di antaranya yaitu tindak pidana pencemaran
Oleh : (Bld.: smaad) yang terdapat dalam Pasal 310 ayat
Dofrando Dedi Brily Maleke 2 (1) KUHP, yang menurut terjemahan oleh Tim
Adi Tirto Koesoemo 3 Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
Debby Telly Antow 4 (BPHN) menentukan bahwa, “barang siapa
sengaja menyerang kehormatan atau nama baik
ABSTRAK seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,
pengaturan normatif tindak pidana pencemaran diancam karena pencemaran dengan pidana
nama baik dalam KUHP dan untuk mengetahui penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
penerapan hukumnya tindak pidana pencemaran denda paling banyak empat ribu lima ratus
nama baik dalam putusan Pengadilan Tinggi rupiah”.5
Makassar Nomor 441/Pid/2002/PT Mks. Dengan Unsur penting dari tindak pidana
menggunakan metode penelitian normatif, dapat pencemaran/menista ini, yaitu pelaku
ditarik kesimpulan yaitu : 1. Pengaturan tindak “menuduhkan sesuatu hal” (terjemahan BPHN)
pidana pencemaran dalam Pasal 310 ayat (1) atau dengan kata lain “menuduh orang lain itu
KUHP yaitu sebagai salah satu bentuk penghinaan telah melakukan suatu perbuatan tertentu”
yang unsur-unsurnya: 1) Barang siapa; 2) dengan (terjemahan P.A.F. Lamintang dan C.S. Samosir.
sengaja; 3) menyerang kehormatan atau nama Berbeda dengan Pasal 310 ayat (1) KUHP yaitu
baik seseorang; 4) dengan menuduhkan sesuatu Pasal 315 KUHP yang diberi nama (kualifikasi)
hal; dan 5) yang maksudnya terang supaya hal itu sebagai tindak pidana penghinaan ringan, di mana
diketahui umum; di mana batas antara dalam pasal ini ditentukan bahwa, “tiap-tiap
pencemaran dengan penghinaan ringan (Pasal 315 penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat
KUHP) yaitu dalam pencemaran pelaku peneemaran atau pencemaran tertulis yang
“menuduhkan sesuatu hal”, yang menurut dilakuknn terhadap seseorang, baik di muka
yurisprudensi tuduhan harus cukup jelas umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka
dihubungkan dengan suatu perbuatan tertentu atau orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau
kesempatan tertentu; sedangkan dalam dengan surat yang dikirimkan stau diterimakan
penghinaan ringan perbuatan penghinaan itu tidak kepadanya, diancam karena penghinaan ringan
menuduhkan sesuatu hal melainkan berupa dengan pidana penjara paling lama empat bulan
makian atau umpatan. 2. Penerapan tindak pidana dua minggu atau pidana denda paling banyak
pencemaran dalam putusan Pengadilan Tinggi empat ribu lima ratus rupiah”. Jadi, ada
Makassar Nomor 441/Pid/2002/PT Mks membuat penghinaan ringan jika seseorang melakukan
kabur (tidak jelas) batas antara tindak pencemaran penghinaan yang tidak bersifat
dan tindak pidana penghinaan ringan, di mana pencemaran/menista, yaitu tidak “menuduhkan
kata-kata makian (umpatan) pelaku yang sesuatu hal” atau tidak “menuduh orang lain itu
seharusnya merupakan tindak pidana penghinaan telah melakukan suatu perbuatan tertentu”, dalam
ringan (Pasal 315 KUHP) diterima oleh hal ini pelaku hanya mengeluarkan kata-kata
pengadilan sebagai tindak pidana pencemaran kasar atau makian saja.
(Pasal 310 ayat (1) KUHP). Dalam kenyataan, sekalipun telah ada pasal-
pasal seperti Pasal 310 dan Pasal 315 KUHP,
Kata Kunci : pencemaran nama baik perbuatan mencemarkan/menista dan penghinaan
ringan masih sering terjadi. Hal ini terlihat dari
PENDAHULUAN adanya putusan-putusan pengadilan berkenaan
A. Latar Belakang dengan delik-delik penghinaan tersebut dan juga
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sering batas antara tindak pidana
(KUHP) yang berlaku di Indonesia sekarang ini pencemaran/menista dan tindak pidana
penghinaan ringan menjadi perbantahan. Hal ini
antara lain terdapat dalam putusan Pengadilan
1 Artikel Skripsi
2 Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat, NIM 1907110108y6
3 5
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang Hukum
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 125.

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Tinggi Makassar No. 441/Pid/2002/PT Mks, yang jang njata untuk menjiarkan tuduhan itu
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Makassar supaja diketahui umum, dihukum karena
Nomor 217/Pid.B/2022/PN MKS, di mana orang salahnya menista, dengan hukuman pendjara
yang mengeluarkan kata-kata bahasa Indonesia selama-lamanya sembilan bulan atau denda
dialek Makassar yang mengandung arti “engkau sebanjak-banjaknja tiga ratus rupiah”.8
sudah lama tidak disetubuhi”, “perempuan lacur” 2. Terjemahan Tim Penerjemah BPHN: “Barang
atau “lajang yang memiliki kelakuan buruk”, siapa sengaja menyerang kehormatan atau
“mauko juga coba masih kuat ini burungku”,6 oleh nama baik seseorang dengan menuduhkan
pengadilan dinyatakan bersalah dan dipidana sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya
sebagai melakukan tindak pidana Pasal 310 ayat hal itu diketahui umum, diancam karena
(1) KUHP. Hal ini menimbulkan pertanyaan pencemaran dengan pidana penjara paling
tentang batas antara Pasal 310 dan Pasal 315 lama sembilan bulan atau pidana denda paling
KUHP yang untuk itu dilalukan kajian terhadap banyak empat ribu lima ratus rupiah”.9
putusan Pengadilan Tinggi Makassar Nomor 3. Terjemahan R. Soesilo: “Barangsiapa
441/Pid/2002/PT Mks. merusak kehormatan atau nama baik
seseorang dengan jalan menuduh dia
B. Rumusan Masalah melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud
1. Bagaimana pengaturan tindak pidana yang nyata akan tersiaranya tuduhan itu,
pencemaran nama baik dalam KUHP? dihukum karena menista, dengan hukumn
2. Bagaimana penerapan hukum tindak pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan atau
pencemaran nama baik dalam putusan denda sebanyak-banyaknya Rp4.500,-“;10
Pengadilan Tinggi Makassar Nomor 4. Terjemahan P.A.F. Lamintang dan C.D.
441/Pid/2002/PT Mks? Samosir: “Barangsiapa dengan sengaja
menyerang kehormatan atau nama baik orang
C. Metode Penelitian lain, dengan menuduh orang itu telah
Penelitian ini telah menggunakan metode melakukan suatu perbuatan tertentu, dengan
yang dikenal sebagai penelitian hukum normatif. maksud yang nyata agar tuduhan tersebut
diketahui oleh orang banyak, karena salah
PEMBAHASAN telah menista dengan lisan, dihukum dengan
A. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran hukuman penjara selama-lamanya sembilan
Dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP bulan atau dengan hukuman denda setinggi-
Pasal 310 ayat (1) KUHP, yang terletak tingginya empatribu limaratus rupiah”;11
dalam Buku Kedua (Kejahatan, Misdrijven), Bab 5. S.R. Sianturi, dalam bukunya yang membahas
(Titel) XVI (Penghinaan, Beleediging), tindak-tindak pidana terrtentu dalam KUHP,
memberikan ketentuan bahwa, “Hij die opzettelijk menerjemahkan Pasal 310 ayat (1) KUHP:
iemands eer of goeden naam aanrandt, door “Barangsiapa menyerang kehormatan atau
telastlegging van een bepaald feit, met het kenlijk nama baik seseorang dengan menuduhkan
doel om daaraan ruchtbaarheid te geven, wordt, sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya
als schuldig aan smaad, gestraft met hal itu diketahui umum, diancam karena
gevangenisstraf van ten hoogste negen maanden pencemaran dengan pidana penjara
of geldboete van ten hoogste drie honderd maksimum sembilan bulan atau denda
gulden”.7 maksimum tiga ratus rupiah (x 15)”.12
Beberapa terjemahan terhadap Pasal 310 Perbedaan yang terlihat antara beberapa
ayat (3) KUHP yaitu sebagai berikut. terjemahan yang dikutipkan sebelumnya antara
1. Terjemahan Engelbrecht: “barangsiapa lain berkenaan dengan ancaman pidana denda.
dengan sengadja menjerang kehormatan atau Perbedaan tersebut dikarenakan adanya
nama baik orang dengan djalan menuduh dia perubahan terhadap besaran pidana denda dalam
melakukan sesuatu perbuatan, dengan maksud KUHP yang ditentukan dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
Nomor 10 Tahun 1960 - yang menjadi Undang-
6 Direktori Putusan Mahkamah Agung, “Putusan PT Undang dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Makassar No. 441/Pid/2002/PT
1961 tentang Penetapan Semua Undang-undang
Mks”,https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/put
usan/zaed13c9e73f54728 fe3313434393030.html, diakses
8
08/08/2022. Ibid., hlm. 1434.
7 9
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm. 125.
10 R. Soesilo, Op.cit., hlm. 225.
Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta Undang2 Dasar
Sementara Republik Indonesia, A.W. Sijthoff’s 11 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Op.cit., hlm. 130.
12 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 557.
Uitgeversmij, Leiden, 1956, hlm. 1346.

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Darurat Dan Semua Peraturan Pemerintah pidana ...”. Tetapi Pasal 310 ayat (1) merupakan
Pengganti Undang Undang Yang Sudah Ada salah satu pasal di mana dalam rumusan pasalnya
Sebelum Tanggal 1 Januari 1961 Menjadi disertakan apa yang menjadi unsur-unsur dan
Undang-undang - yang dalam Pasal 1 ayat (1) nama (kualifikasi) ari tindak pidana.
menentukan bahwa: Berdasarkan terjemahan-terjemahan tersebut
Tiap jumlah hukuman denda yang diancamkan, maka sebagai unsur-unsur tindak pidana
baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pencemaran (menista, smaad) Pasal 310 ayat (1)
sebagaimana beberapa kali telah ditambah dan KUHP ini, yaitu:
diubah dan terakhir dengan Undang-undang No. 1 1. Barang siapa;
tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 1), 2. dengan sengaja;
maupun dalam ketentuan-ketentuan pidana 3. menyerang kehormatan atau nama baik
lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 seseorang;
Agustus 1945, sebagaimana telah diubah sebelum 4. dengan menuduhkan sesuatu hal;
hari mulai berlakunya Peraturan Pemerintah 5. yang maksudnya terang supaya hal itu
Pengganti Undang-undang ini, harus dibaca dalam diketahui umum.
mata uang rupiah dan dilipatgandakan menjadi Masing-masing unsur dapat dijelaskan
lima belas kali.13 sebagai berikut.
Berkenaan dengan maksimum pidana denda 1. Barang siapa.
ini perlu pula diperhatikan adanya Peraturan Sebagai pelaku atau subjek dari tindak pidana
Mahkamah Agung Nomor: 02 Tahun 2012 penemaran (Pasal 310 ayat (1) KUHP), yaitu:
tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana barang siapa (Bld.: hij). Dengan kata barang
Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP. Pasal 3 siapa ini berarti siapa saja dapat menjadi
dari Peraturan Mahkamah Agung ini menentukan pelaku atau subjek tindak pidana. Tetapi,
bahwa: “Tiap jumlah maksimum hukuman denda sekalipun dikatakan siapa saja tetapi dalam
yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal 303 sistem KUHP ada pembatasan tertentu, yaitu
ayat 1 dan ayat 2, 303 bis ayat 1 dan ayat 2, hanya menusia yang dapat menjadi
dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu) kali”,14 subjek/pelaku tindak pidana.
selanjutnya dalam Pasal 4 ditentukan bahwa, 2. Dengan sengaja.
“dalam menangani perkara tindak pidana yang Unsur “dengan sengaja” (opzettelijk)
didakwa dengan pasal-pasal KUHP yang dapat merupakan unsur kesalahan. Sekalipun dalam
dijatuhkan pidana denda, Hakim wajib KUHP sering digunakan istilah dengan
memperhatikan pasal 3 di atas”.15 sengaja, tetapi dalam pasal-pasal KUHP, tidak
Berkenaan dengan rumusan pasal, Pasal 310 diberi definisi tentang apa yang dimaksud
ayat (1) KUHP itu sendiri dalam rumusan dengan sengaja tersebut.
pasalnya telah memberi nama (kualifikasi) tindak 3. Menyerang kehormatan atau nama baik
pidana ini sebagai: smaad. Rumusan Pasal 310 seseorang.
ayat (1) menyertakan baik unsur-unsur maupun Unsur ini merupakan unsur perbuatan, di
nama (kuaalifikasi); berbeda dengan beberapa mana pelaku/subjek tindak pidana menyerang
tindak pdiana lain, di mana ada yang hanya kehormatan (eer) atau nama baik (goeden
menyertakan nama (kualifikasi) saja tanpa unsur- naam) seseorang.
unsur, misalnya Pasal 351 ayat (1) KUHP: 4. Dengan menuduhkan sesuatu hal.
“Penganiayaan diancam dengan pidana ...”, atau Untuk adanya tindak pidana pencemaran,
ada yang hanya menyertakan unsur-unsur saja harus dituduhkan sesuatu hal atau suatu
tanpa nama (kualifikasi), misalnya Pasal 333 ayat perbuatan tertentu.
(1) KUHP: “Barang siapa dengan sengaja dan 5. Yang maksudnya terang supaya hal itu
melawan hukum merampas kemerdekaan diketahui umum.
seseorang, atau meneruskan perampasan Tuduhan itu dimaksudkan untuk diketahui
kemerdekaan yang demikian, diancam dengan umum. Oleh karenanya jika tuduhan itu
disampaikan hanya secara saling berhadapan
muka antara dua orang saja, sedangkan di
13 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor sekitar mereka berdua tidak ada orang lain
18 Tahun 1961 tentang Perubahan Jumlah Hukuman
yang dapat mendengar percakapan mereka,
Denda Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Dan
Dalam Ketentuan Ketentuan Pidana Lainnya Yang maka perbuatan itu tidak memenuhi unsur
Dikeluarkan Sebelum Tanggal 17 Agustus 1945. “yang maksudnya terang supaya hal itu
14 Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 02 Tahun 2012
diketahui umum” sehingga tidak termasuk
tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan perbuatan pencemaran (penistaan, smaad).
Jumlah Denda dalam KUHP
15 Ibid.

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Pencemaran tertulis (menista dengan tulisan, dengan pidana penjara paling lama empat bulan
smaadschrift) merupakan pencemaran yang dua minggu atau pidana denda paling banyak
dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang empat ribu lima ratus rupiah”.18
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan, di Tindakan yang dilarang dalam pasal ini, yaitu
muka umum. Perbedaan antara pencemaran melakukan penghinaan yang tidak bersifat
(Pasal 310 ayat (1) KUHP) dan pencemaran pencemaran atau pencemaran tertulis. S.R.
tertulis (Pasal 310 ayat (2) KUHP) hanyalah Sianturi menulis bahwa, “yang dimaksud dengan
berkenaan dengan sarana yang digunakan, yaitu penghinaan pada dasarnya adalah merusak
dalam pencemaran tertulis pencemaran itu kehormatan atau nama baik seseorang”.19
dilakukan melalui sarana tertulis. Putusan Hoge Penghinaan ringan merupakan salah satu dari
Raad, 25 Mei 1923, menegaskan bahwa tidak ada 9 (sembilan) macam kejahatan ringan (lichte
perbedaan antara menista dengan lisan dengan misdrijven) yang ada dalam Buku Kedua
menista dengan tulisan, kecuali bahwa tuduhan itu (Kejahatan) KUHP. Menurut J.E. Jonkers,
telah dilakukan secara lisan atau secara tertulis. kejahatan ringan berasal dari Hindia Belanda
Yang diatur di dalam Psal 310 ayat (1) KUHP sendiri. Hukum pidana negeri Belanda tidak
adalah perbuatan menista dengan cara mengenal kejahatan ringan. Diadakannya jenis
bagaimanapun, apakah secara lisan ataupun secara kejahatan ini karena pengadilan berada dalam
tertulis. Pasal 310 ayat 2 KUHP memberikan jarak-jarak yang jauh, sehingga untuk bentuk-
hukuman yang lebih berat bagi bentuk penistaan bentuk kejahatan yang lebih ringan, dipandang
tertentu yakni yang dilakukan secara tertulis, dan perlu dibuat klasifikasi tersendiri agar dapat
yang oleh ilmu pengetahuan hukum dinamakan diadili oleh hakim sedaerah.20 Jadi, ancaman
menista dengan tulisan.16 pidana untuk kejahatan ringan disesuaikan dengan
Sebagai tambahan, sekarang ini jika kewenangan hakim setempat, yaitu maksimum 3
perbuatan pencemaran tertulis (menista dengan (tiga) bulan penjara, kecuali penghinaan ringan
tulisan) dilakukan melalui media elektronik maka yang diancam dengan pidana yang lebih berat.
dapat dituntut berdasarkan Undang-Undang Menurut J.E. Jonkers, dari 9 (sembilan)
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan kejahatan ringan itu, ada 7 (tujuh) yang memang
Transaksi Elektonik (UU ITE) Pasal 27 ayat (3) diberi nama (kualifikasi) sebagai “ringan” dan 2
juncto Pasal 45 ayat (1). Pasal 27 ayat (3) UU ITE (dua) yang merupakan bentuk diperingan
menentukan bahwa, “setiap Orang dengan sengaja sekalipun tidak diberi nama (kualifikasi).
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau Sembilan macam kejahatan ringan itu yaitu:
mentransmisikan dan/atau membuat dapat 1. Penganiayaan hewan ringan.
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau 2. Penghinaan ringan.
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan 3. Penganiayaan ringan.
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”,17 4. Pencurian ringan.
sedangkan Pasal 45 ayat (1) menentuan bawha, 5. Penggelapan ringan.
“setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana 6. Penipuan ringan.
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat 7. Penadahan ringan.
(3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara 8. Penjual yang berbuat curang ringan.
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling 9. Perusakan ringan.
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Kejahatan-kejahatan ringan ini penting dalam
Penting pula dikemukakan apa yang oleh sistem hukum pidana di Indonesia, terutama
KUHP disebut sebagai penghinaan ringan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 8
(penghinaan sederhana, eenvoudige beleediging) Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, atau
dalam Pasal 315 yang menentukan bahwa, “Tiap- yangjuga disebut Kitab Undang-Undang Hukum
tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak Acara Pidana (KUHAP). KUHAP memiliki tiga
bersifat peneemaran atau pencemaran tertulis macam acara pemeriksaan, yaitu:
yang dilakuknn terhadap seseorang, baik di muka 1. Acara Pemeriksaan Biasa, yaitu acara
umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka pemeriksaan dengan tatacara standar, seperti
orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau adanya surat dakwaan, kehadiran Jaksa
dengan surat yang dikirimkan stau diterimakan Penuntut Umum dan terdakwa, para saksi
kepadanya, diancam karena penghinaan ringan
18 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm. 127.
16 19
Ibid. S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 569.
17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi 20 J.E. Jonkers, Buku Pedoman Hukum Pidana Hindia

dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Belanda terjemahan Tim Penerjemah Bina Aksara dari
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Handboek van het Nederlandsch-Indische Strafrecht, Bina
Negara Repubik Indoenesia Nomor 4843). Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 37,

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

yang di sumpah, putusan dengan 3. kehadiran Jaksa Penuntut Umum tidak


pertimbangan yang terperinci, dan disyaratkan (Pasal 205 ayat (2) KUHAP);
sebagainya. 4. hakim tunggal (Pasal 205 ayat (3) KUHAP);
2. Acara Pemeriksaan Singkat, yaitu acara 5. saksi tidak di sumpah atau mengucapkan
pemeriksaan dengan tatacara yang janji, kecuali hakim menganggap perlu (Pasal
disederhanakan dari acara pemeriksaan biasa, 208 KUHAP);
untuk memeriksa perkara yang menurut 6. tidak dibuat berita acara pemeriksaan sidang,
Jaksa Penuntut Umum bahwa pembuktian kecuali ternyata ada hal yang tidak sesuai
dan penerapan hukumnya mudah dan dengan berita acara pemeriksaan oleh
sifatnya sederhana. penyidik (Pasal 209 ayat (2) KUHAP);
3. Acara Pemeriksaan Cepat, yaitu acara 7. Putusan dicatat oleh hakim dalam daftar
pemeriksaan terhadap beberapa tindak pidana catatan perkara selanjutnya dicatat oleh
tertentu yang sudah disebutkan oleh KUHAP, panitera dalam buku register serta
dengan tatacara yang disederhanakan dari ditandatangani oleh hakim dan panitera (Pasal
acara pemeriksaan biasa dan singkat. 209 ayat (1) KUHAP);
KUHAP membedakan : 8. tidak ada upaya banding, kecuali jika
3.1. Acara pemeriksaan tindak pidana dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan
ringan untuk perkara yang diancam (Pasal 205 ayat (3) KUHAP).
dengan pidana penjara atau Perbedaan penting dengan acara pemeriksaan
kurungan paling lama 3 bulan dan biasa dan acara pemeriksaan singkat, yaitu dalam
atau denda paling banyak Rp. 7.500,- acara pemeriksaan tindak pidana ringan, menurut
dan penghinaan ringan (Bab XVI: Pasal 205 ayat (2) KUHAP, “penyidik atas kuasa
Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan, penuntut umum, dalam waktu tiga hari sejak
Bagian Keenam: Acara pemeriksaan berita acara pemeriksaan selesai dibuat,
Cepat, Paragraf 1: Acara Pemeriksaan menghadapkan terdakwa beserta barang bukti,
Tindak Pidana Ringan, Pasal 205 – saksi, ahli dan atau juru bahasa ke sidang
210). pengadilan”. Dalam penjelasan Pasal 205 ayat (2)
3.2. Acara pemeriksaan perkara KUHAP dikatakan bahwa, “yang dimaksud
pelanggaran lalu lintas jalan (Bab XVI: dengan ‘atas kuasa’ dari penuntut umum kepada
Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan, penyidik adalah demi hukum. Dalam hal penuntut
Bagian Keenam: Acara pemeriksaan umum hadir, tidak mengurangi nilai ‘atas kuasa’
Cepat, Paragraf 2: Acara Pemeriksaan tersebut”.
Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan, Berbeda halnya dengan tindak pidana
Pasal 211 – 216). pencemaran Pasal 310 ayat (1) KUHP yang harus
Kejahatan-kejahatan ringan diperiksa dengan diadili dengan acara pemeriksaan biasa atau acara
acara pemeriksaan tindak pidana ringan. Menurut pemeriksaan singkat, di mana kehadiran Jaksa
Pasal 205 ayat (1) KUHAP, “yang diperiksa Penuntut Umum merupakan suatu hal yang
menurut acara pemeriksana tindak pidana ringan disyaratkan.
ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara
atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau B. Penerapan Tindak Pidana Pencemaran
denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus Dalam Putusan Pengadilan Tinggi
rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang Makassar Nomor 441/Pid/2002/PT Mks
ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini”.21 1. Duduk perkara
Beberapa ketentuan khusus berkenaan dengan Dalam pertengkaran antara terdakwa dengan
Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan, yaitu: seorang perempuan/saksi korban, terdakwa telah
1. Tanpa surat dakwaan (Pasal 205 ayat (2) melontarkan kata-kata di depan saksi korban
KUHAP); dalam bahasa Indonesia dialek Makassar yang
2. Penyidik yang menghadapkan terdakwa menurut saksi ahli bahasa berkonotasi negatif,
beserta barang bukti, saksi, ahli atau juru yaitu kata-kata itu berarti “engkau sudah lama
bahasa ke sidang pengadilan (Pasal 205 ayat tidak disetubuhi”; kemudian perkataan yang
(2) KUHAP); mengumpat: “perempuan lacur”; juga “mauko
juga coba masih kuat ini burungku” yang berarti
Terdakwa menawarkan suatu perbuatan tidak
pantas yang berkonotasi negatif (persetubuhan)
21 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum kepada saksi korban.
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209). 2. Surat dakwaan dan tuntutan pidana

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Surat dakwaan Jaksa Penuntut Uum telah Dengan demikian berdasarkan pemaknaan
mendakwa Terdakwa dengan dakwaan sebagai dan konteks tuturan terseut dapat
berikut: diindikasikan sebagai penghinaan.
Bahwa terdakwa M. Nur pada hari Rabu tanggal - Bahwa perkataan/ucapan yang Terdakwa
26 Mei 2020 sekitar jam 07.30 Wita atau setidak- lontarkan atau tujuan kepada saksi korban dan
tidaknya pada waktu lain dalam bulan Mei tahun banyak orang yang melihat dan mendengar
2020 bertempat di Jakan Rajawali 1 Lr.10 Rumah ucapan dari Terdakwa tersebut
Susun Kec. Mariso Kota Makassar atau setidak- memngakibatkan saksi korban malu dan
tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk merasa dihina telah dicemarkan nama baiknya
dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri oleh Terdakwa.
Makassar, dengan sengaja menyerang kehormatan Perbuatan Terdakwa M. Nur sebagaimana diatur
atau nama baik seseorang dengan menuduhkan dan diancam pidana dalam Pasal 310 ayat (1)
sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu Ayat (1) KUHP;22
diketahui umum, diancam karena pencemaran Setelah proses pembuktian, Jaksa Penuntut
yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara dan Umum mengajukan tuntutan pidana (requisitoir)
perbuatan antara lain: yang berbunyi sebagai berikut:
- Berawal pada waktu dan tempat sebagaimana 1. Menyatakan Terdakwa M. NUR terbukti
tersebut di atas, saksi korban Fatmawati bersalah telah melakukan Tindak Pidana
berada diwarung dekat rumahnya dan tidak ‘dengan sengaja menyerang kehormatan atau
lama kemudian saksi korban hendak kembali nama baik seseorang dengan menuduhkan
ke rumah susun/kamarnya, namun pada saat sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya
lewat di depan rumah/kamar Terdakwa hal itu diketahui umum, diancam karena
selanjutnya menghadang saksi korban sambil Pencemaran’ sebagaimana diatur an diancam
melontarkan kalimat yang jika diartikan dalam dakwaan Tunggal Penuntut Umum
maknanya tidak baik yakni kenapako Pasal 310 ayat (1) KUHP;
nassundala, mauko lomba lari dengan isteriku 2. Menjatuhkan pidana penjara kepada
lama meko kering lalu saksi korban menjawab Terdakwa M. NUR dengan pidana penjara
dengan kata-kata kalo mau saya lomba lari selama 5 (lima) bulan dengan Perintah agar
dengan madumu (isteri keduamu) dan Terdakwa dimasukkan kedalam Rumah
Terdakwa kembali mengatakan lama meko Tahanan Negara;
kering mauko juga masih kuat ini burungku 3. Menyatakan terdakwa dibebani membayar
nassundala kalau mauko diganrang dan tidak biaya perkara sebesar Rp5.000 (lima ribu
lama kemudian saksi Samsuniar dan rupiah);
Rosnawati datang untuk melerai dan
menenangkan keduanya, namun saksi korban 3. Putusan pengadilan
tidak menerima ucapan/kata-kata dari Pengadilan Negeri Makasar tanggal 29 Juni
tersebut; 2022 Nomor 217/Pid.B/2022/PN Mks telah
- Bahwa dari ucapan/kata-kata yang dilontarkan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi
Terdakwa kepada saksi korban berdasarkan sebagai berikut:
pendapat Ahli Bahasa Ramlah Mappau, S.S. 1. Menyatakan Terdakwa M. NUR terbukti
M.Hum menyatakan bahwa Bahasa yan secara sah dan meyakinkan bersalah telah
digunakan oleh Terdakwa menggunakan melakukan Tindak Pidana penghinaan;
Bahasa Indonesia dialek Makassar dan tuturan 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa M.
yang digunakan oleh Terdakwa mengandung NUR oleh karena itu dengan pidana penjara
kata-kata yang berkoniotasi negatif, antaralain selama 3 (tiga) bulan;
lama meko kering berdasarkan konteks 3. Menetapkan terdakwa dibebani membayar
kalimatnya dapat dimaknai engkau sudah biaya perkara sebesar Rp5.000 (limaribu
lama tidak disetubuhi. Kata naksundala (anak rupiah);
sundala) adalah perkataan yang mengumpat Terhadap putusan ini baik Jaksa Penuntut
menyatakan bahwa lawan tururnya Umum maupun terdakwa telah mengajukan
perempuan lacur atau lajang yang memiliki permohonan banding, tetapi baik Jaksa Penuntut
kelakuan buruk (tentang perempuan).
Padatururan mauko juga coba masih kuat ini
burungku kalau mauko juga diganrang 22 Direktori Putusan Mahkamah Agung, “Putusan PT
menyatakan dan menawarkan suatu perbuatan Makassar No. 441/Pid/2002/PT Mks”,
yang dapat dianggap tidak pantas berkonotasi https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/z
aed13c9e73f54728fe3313434393030.html, diakses
negatif disampingkan di depan umum. 08/08/2022.

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Umum maupun terdakwa tidak mengajukan Soesilo,26 P.A.F. Lamintang & C.D. Samosir,27
memori banding/kontra memori banding. dan S.R. Sianturi28).
Pengadilan Tinggi Makassar dalam putusan 4 Istilah penghinaan (beleediging) ini
Agustus 2022 Nomor 441/Pid/2022/PT Mks, telah mencakup beberapa bentuk penghinaan yang
mempertimbangkan bahwa, “setelah Majelis diatur dalam Pasal 310 KUHP dan beberapa pasal
Hakim Pengadilan Tinggi mempelajari dengan sesudahnya, yaitu:
seksama berkas perkara dan turunan resmi a) Smaad, dalam Pasal 310 ayat (1) KUHP, yang
Putusan Pengadilan Negeri Makassar tanggal 29 diterjemahkan sebagai:
Juni2022 Nomor: 217/Pid.B/2022/PN Mks - pencemaran (Tim Penerjemah BPHN,
Pengadilan Tinggi sependapat dengan S.R. Sianturi),
pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama - menista (Engelbrecht, R. Soesilo);
dalam putusannya bahwa Terdakwa terbukti - menista dengan lisan (P.A.F. Lamintang
secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan dan C.D. Samosir);
tindak pidana Penghinaan dan pertimbangan b) Smaadschrift,29 dalam Pasal 310 ayat (2)
Majelis Hakim tingkat pertama diambil alih dan KUHP, yang diterjemahkan sebagai:
dijadikan pertimbangan Majelis Hakim - pencemaran tertulis (Tim Penerjemah
Pengadilan Tinggi sendiri dalam memutus perkara BPHN,30 S.R. Sianturi31);
ini dalam tingkat banding”. - menista dengan surat (Engelbrecht32);
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka - menista dengan tulisan (R. Soesilo,33
Pengadilan Tinggi Makassar dalam putusan 4 P.A.F. Lamintang & C.D. Samosir34)
Agustus 2022 Nomor 441/Pid/2022/PT Mks telah c) Laster,35 dalam Pasal 311 KUHP, yang
menjatuhkan putusan sebagai berikut: diterjemahkan sebagai:
Mengingat Pasal 310 Ayat (1) K.U.H.P. dan - fitnah (Tim Penerjemah BPHN,36
37 38
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Engelbrecht, S.R. Sianturi );
Hukum Acara Pidana serta Peraturan Perundang- - memfitnah (P.A.F. Lamintang & C.D.
undangan lain yang bersangkurtan; Samosir39);
MENGADILI: - mempitnah (R. Soesilo40)
- Menerima permintaan banding dari jaksa d) Eenvoudige beleediging,41 dalam Pasal 315
Penuntut Umum danTerdakwa tersebut; KUHP, yang diterjemahkan sebagai:
- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri - penghinaan ringan (Tim Penerjemah
Makassar tanggal 29 Juni 2022 Nomor: BPHN,42 S.R. Sianturi,43 R. Soesilo44);
217/Pid.B/2022/PN Mks yang dimintakan - penghinaan bersahaja (Engelbrecht,45);
banding; - penghinaan biasa (P.A.F. Lamintang &
- Membebankan biaya perkara kepada terdakwa C.D. Samosir46).
dalamd ua tingkat peradilan, sedangkan
ditingkat banding sebesar Rp5.000,00 (lima 26 R. Soesilo, Op.cit., hlm. 225.
27
ribu rupiah). P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Loc.cit.
28 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 556.
29 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
4. Pembahasan 1346.
Dalam putusan kasus ini setidaknya ada dua 30 Tim Penerjemah BPHN, Loc.cit.

hal yang menjadi perhatian, yaitu penamaan 31


S.R. Sianturi, Loc.cit.
32 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
(kualifikasi) tindak pidana dan penentuan tindak
1434.
pidana sebagai pencemaran/menista bukannya 33 R. Soesilo, Loc.cit.
tindak pidana penghinaan ringan. 34 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Loc.cit.
35
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
1) Penamaan (kualifikasi) tindak pidana 1346.
36 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm. 126.
Buku Kedua (Kejahatan) KUHP, Bab XVI 37
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
berkepala “Beleediging”,23 yang umumnya 1434.
diterjemahkan sebagai penghinaan 38
S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 563.
(Engelbrecht,24 Tim Penerjemah BPHN,25 R. 39 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Op.cit., hlm. 132.
40 R. Soesilo, Op.cit., hlm. 227.
41
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
1347.
42 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm. 127.
43 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 568.
44 R. Soesilo, Op.cit., 228.
23 45 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Loc.cit.
24 Ibid., hlm. 1434. 1435.
25 Tim Penerjemah BPHN, Loc.cit. 46 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Op.cit., hlm. 133.

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

e) Lasterlijke aanklacht,47 dalam Pasal 317 Kedua ini juga diterjemahkan sebagai
KUHP, yang diterjemahkan sebagai: “penghinaan”.60
- pengaduan fitnah (Tim Penerjemah Istilah penghinaan (beleediging) merupakan
BPHN,48 S.R. Sianturi49); istilah himpunan yang mencakup beberapa bentuk
- pengaduan secara fitnah (P.A.F. penghinaan, antara lain smaad dalam Pasal 310
Lamintang & C.D. Samosir50); ayat (1) KUHP, di mana terhadap
- mengadu dengan memfitnah (R. Soesilo51) nama(kualifikasi) ini ada beberapa terjemahan
- fitnah dengan pengaduan (Engelbrecht,52 seperti: pencemaran, menista, dan menista dengan
Wirjono Prodjodikoro53) lisan. Jadi, penghinaan (beleediging) sebenarnya
f) Lasterlijke verdachmaking,54 dalam Pasal 318 bukan nama (kualifikasi) suatu tindak pidana,
KUHP, yang diterjemahkan sebagai: melainkan istilah himpunan yang dipakai sebagai
- menimbulkan persangkaan palsu (tim kepala bab yang mencakup beberapa tindak
penerjemah BPHN55); pidana yang bersifat menghina.
- melakukan persangkaan palsu (P.A.F. Jaksa Penuntut Umum telah membuat surat
Lamintang & C.D. Samosir56); dakwaan dan mendakwakan Pasal 310 ayat (1)
- menimbulkan persangkaan fitnah (S.R. KUHP dengan mengutip Pasal 310 ayat (1)
Sianturi57) KUHP yang menyebut tentang “pencemaran”.
- memfitnah dengan perbuatan Juga dalam tuntutan pidana (requisitoir) Jaksa
(Engelbrecht58) Penuntut Umum mengutip Pasal 310 ayat (1)
- tuduhan mempitnah (R. Soesilo59). KUHP yang menyebut tindak pidana
g) Pasal 230 ayat (1) KUHP tidak menyebut “pencemaran”.
nama (kualifikasi) melainkan hanya menyebut Jadi, Jaksa Penuntut Umum bertitik tolak dari
unsur-unsur, yaitu menurut pasal ini, barang Pasal 310 ayat (1) KUHP, yang merupakan salah
siapa terhadap seseorang yang sudah mati satu bentuk penghinaan, yaitu yang disebutnya
melakukan perbuatan yang kalau orang itu sebagai tindak pidana “pencemaran”, yang
masih hidup akan merupakan pencemaran merupakan terjemahan dari istilah Belanda:
atau pencemaran tertulis, diancam dengan smaard. Penggunaan istilah “pencemaran” oleh
pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan 2 Jaksa Penuntut Umum ini sudah sesuai dengan
(dua) minggu atau pidana denda paling KUHP yang dipublikasi dalam situs Mahkamah
banyak Rp4.500,00 (empat ribu lima ratus Agung yang menerjemahkan kata smaad dalam
rupiah); jadi merupakan suatu perbuatan Pasal 310 ayat (1) KUHP sebagai:
pencemaran (menista)/pencemaran tertulis ”pencemaran”.61 Jadi, KUHP yang dipublikasi
(menista dengan tulisan) terhadap orang yang dalam situs Mahkamah Agung sendiri
sudah mati. membedakan antara istilah penghinaan sebagai
Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa kepala dari Buku Kedua (Kejahatan) Bab XVI
pembentuk KUHP dalam Buku Kedua KUHP dan istilah pencemaran sebagai tindak
(Kejahatan) Bab XVI menggunakan sebagai pidana menurut Pasal 310 ayat (1) KUHP yang
kepala dari bab ini istilah beleediging, yang merupakan salah satu bentuk dari penghinaan.
umumnya diterjemahkan sebagai: penghinaan. Tetapi, Pengadilan Negeri Makassar dalam
Dalam terjemahan KUHP yang dapat ditemukan putusan tanggal 29 Juni 2022 Nomor: 217/
dalam situs Mahkamah Agung RI, istilah Pid.B/2022/PN Mks hanya menyatakan “bersalah
beleediging sebagai kepala dari Bab XVI Buku melakukan Tindak Pidana penghinaan”. Dalam
hal ini Pengdilan Negeri Makassar telah tidak
47 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm. cermat dalam menentukan nama (kualifikasi)
1347. tindak pidana, yang menurut KUHP yang
48 Tim Penerjemah BPHN, Loc.cit.
dipublikasi oleh situs Mahkamah Agung sendiri
49 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 572.
50
seharusnya merupakan tindak pidana pencemaran,
P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Op.cit., hlm. 134.
51 R. Soesilo, Loc.cit. bukan tindak pidana penghinaan. Istilah
52
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm. penghinaan merupakan istilah himpunan yang
1435. mencakup beberapa macam/bentuk tindak pidana.
53 Wirjono Prodjodikoro, Loc.cit.
54
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm.
60
1347. Biro Hukum dan Humas Badan Urusan Administrasi
55 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm. 128. Mahkamah Agung, “Kitab Undang-Undang Hukum
56 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Loc.cit. Pidana”,
57 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 574. https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/legal-
58 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Op.cit., hlm. product/kitab-undang-undang-hukum-pidana/detail,
1435 diakses 29/10/2022.
59 R. Soesilo, Op.cit., hlm. 230. 61 Ibid.

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Pengadilan Tinggi Makassar dalam putusan penghinaan ringan yang dirumuskan dalam Pasal
tanggal 4 Agustus 2022 No. 441/Pid/2002/PT 315 KUHP.
Mks, hanya “menguatkan Putusan Pengadilan Jika kasus ini dituntut sebagai penghinaan
Negeri Makassar tanggal 29 Juni 2022 Nomor: ringan (Pasal 315 KUHP) maka prosedur yang
217/Pid.B/2022/PN Mks yang dimintakan ditempuh akan menggunakan acara pemeriksaan
banding”. Seharusnya Pengadilan Tinggi cepat, khususnya acara pemeriksaan tindak pidana
Makassar dapat memperbaiki nama (kualifikasi) ringan, di mana kehadiran Jaksa Penuntut Umum
tindak pidana yang dipandang terbukti agar dapat tidak disyaratkan, melainkan Penyidik dapat
sesuai dengan KUHP yang dipublikasi dalam situs langsung membawa berkas ke pengadilan atas
Mahkamah Agung sendiri. kuasa penuntut umum. Pidana maksimum yang
dapat dijatuhkan juga lebih ringan, yaitu “pidana
2) Penentuan tindak pidana sebagai penjara paling lama 4 (empat) bulan 2 (dua)
pencemaran/menista bukannya tindak pidana minggu atau pidana denda paling banyak
penghinaan ringan Rp4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah)”.
Surat dakwaan dibuat dengan mendakwakan Tetapi kasus ini telah menggunakan tindak
tindak pidana pencemaran (smaad) dalam Pasal pidana pencemaran (Pasal 310 ayat (1) KUHP),
310 ayat (1) KUHP, di mana perbedaan antara dengan membuat surat dakwaan sehingga
tindak pidana pencemaran dengan tindak pidana diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa.
penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP), yaitu Karena menggunakan Pasal 310 ayat (1) KUHP
dalam tindak pidana pencemaran si pelaku maka pidana maksimum yang dapat dijatuhkan
“menuduhkan sesuatu hal” (terjemahan tim menjadi lebih tinggi yaitu “pidana penjara paling
penerjemah BPHN) atau “menuduh orang itu lama 9 (sembilan) bulan atau pidana denda paling
telah melakukan suatu perbuatan tertentu” banyak Rp4.500,00 (empat ribu lima ratus
(terjemahan P.A.F. Lamaintang dan C.D. rupiah)”.
Samosir). Berbeda dengan penghinaan ringan Surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan
(Pasal 315 KUHP), di mana pelaku melakukan putusan pengadilan (baik putusan Pengadilan
penghinaan (merusak kehormatan atau nama baik) Negeri Makassar Nomor: 217/Pid.B/2022/PN
yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran Mks maupun putusan Pengadilan Tinggi
tertulis. Tidak bersifat pencemaran atau Makassar No. 441/Pid/2002/PT Mks), telah
pencemaran tertulis berarti “penghinaan yang mengaburkan batas antara tindak pidana
tidak menuduhkan sesuatu hal/tindakan”.62 pencemaran Pasal 310 ayat (1) KUHP dan tindak
R. Soesilo memberi contoh misalnya dengan pidana penghinaan ringan Pasal 315 KUHP. Hal
mengatakan “sundel”,63 yang menurut KBBI kata ini telah mempersulit terdakwa untuk membela
sundal berarti “perempuan jalang; pelacur”,64 jika diri.
pelaku tidak bermaksud menuduh bahwa oang
lain memang seorang sundel, pelacur, maka itu PENUTUP
merupakan penghinaan ringan. Tetapi jika benar A. Kesimpulan
orang lain berprofesi sebagai pelacur dan pelaku 1. Pengaturan tindak pidana pencemaran dalam
menyebutnya sebagai pelacur dengan menyebut Pasal 310 ayat (1) KUHP yaitu sebagai salah
peristiwa tertentu sebagai bukti orang itu satu bentuk penghinaan yang unsur-unsurnya:
melakukan peofesi pelacur, maka itu merupakan 1) Barang siapa; 2) dengan sengaja; 3)
pencemaran. menyerang kehormatan atau nama baik
Surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum sama seseorang; 4) dengan menuduhkan sesuatu
sekali tidak menggambarkan bahwa terdakwa hal; dan 5) yang maksudnya terang supaya hal
memang menuduh saksi korban berprofesi sebagai itu diketahui umum; di mana batas antara
pelacur, yan gmerupakan salah satu unsur penting pencemaran dengan penghinaan ringan (Pasal
Pasal 310 ayat (1) KUHP. Kalimat-kalimat yang 315 KUHP) yaitu dalam pencemaran pelaku
dikutip dalam surat dakwaan lebih menunjukkan “menuduhkan sesuatu hal”, yang menurut
bahwa itu merupakan kalimat-kalimat atau kata- yurisprudensi tuduhan harus cukup jelas
kata makian atau umpatan yang sering digunakan dihubungkan dengan suatu perbuatan tertentu
dalam pertengkaran mulut. Dilihat dari uraian atau kesempatan tertentu; sedangkan dalam
dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum kasus penghinaan ringan perbuatan penghinaan itu
ini sebenarnya lebih sesuai sebagai suatu tidak menuduhkan sesuatu hal melainkan
berupa makian atau umpatan.
2. Penerapan tindak pidana pencemaran dalam
62 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 569. putusan Pengadilan Tinggi Makassar Nomor
63 R. Soesilo, Op.cit., hlm. 228.
64 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op.cit., hlm. 1104. 441/Pid/2002/PT Mks membuat kabur (tidak

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

jelas) batas antara tindak pencemaran dan Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak Pidana
tindak pidana penghinaan ringan, di mana Tertentu di Indonesia, ed.3 cet.4, Refika
kata-kata makian (umpatan) pelaku yang Aditama, Bandung, 2012.
seharusnya merupakan tindak pidana Remmelink, Jan, Hukum Pidana. Komentar Atas
penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP) Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-
diterima oleh pengadilan sebagai tindak Undang Hukum Pidana Belanda dan
pidana pencemaran (Pasal 310 ayat (1) Padanannya dalam Kitab Undang-Undang
KUHP). Hukum Pidana Indonesia terjemahan T.P.
B. Saran Moeliono el al, Gramedia Pustaka Utama,
1. Dalam suatu surat dakwaan yang berdasarkan Jakarta, 2003.
tindak pidana pencemaran (Pasal 310 ayat (1) Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
KUHP) seharusnya sudah diuraikan secara Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
jelas apa yang dituduhkan oleh pelaku kepada 1983.
saksi korban untuk dapat memenuhi unsur Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
“dengan menuduhkan sesuatu hal”. Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16,
2. Dalam hal dakwaan pencemaran Pasal 315 Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
KUHP seharusnya dalam surat dakwaan Jaksa Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
Penuntut Umum sudah dikemukakan dan Pidana (KUHP) Serta Komentar-
diuraikan secara cermat tentang fakta-fakta komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
untuk menegaskan dan mendukung Politeia, Bogor, 1991.
terbuktinya unsur “menuduhkan sesuatu hal”. Subekti, R. dan Tjitrosudibio, Kamus Hukum,
cet.15, Pradnya Paraamitam Jakarta, 2003.
DAFTAR PUSTAKA Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian
Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik),
Algra, N.E. dan K. Van Duyvendijk, Mula Hukum Rajawali Pers, Depok, 2018.
terjemahan J.C.T. Simorangkir dari Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
Rechtsaanvang, Binacipta, Jakarta, 1983. Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2, Pustaka, Jakarta, 2002.
Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Utrecht, E., Hukum Pidana 1, cet.2, Penerbitan
Anonim, Kumpulan Kuliah Prof. Satochid Universitas, Bandung, 1960.
Kartanegara, SH, jilid II, Balai Lektur Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana.
Mahasiswa, tanpa tahun. Buku Panduan Mahasiswa, Fikahati Aneska,
Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, 2010
terjemahan Oetarid Sadino dari Inleiding tot
de studie van het Nederlandse recht, cet.29, Peraturan perundang-undangan:
Pradnya Paramita, Jakarta, 2001. Engelbrecht, W.A. dan E.M.L. Engelbrecht,
Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Kitab2 Undang2, Undang2 dan Peraturan2
Cipta, Jakarta, 2010. Serta Undang2 Dasar Sementara Republik
Jonkers, J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana Indonesia, A.W. Sijthoff’s Uitgeversmij,
Hindia Belanda terjemahan Tim Penerjemah Leiden, 1956.
Bina Aksara dari Handboek van het Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang
Nederlandsch-Indische Strafrecht, Bina Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
Aksara, Jakarta, 1987. 1983.
Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Peraturan Hukum Pidana (Berita
1977. Negara Republik Indonesia lI Nomor 9).
Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, Nomor 18 Tahun 1961 tentang Perubahan
1983. Jumlah Hukuman Denda Dalam Kitab
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Undang Undang Hukum Pidana Dan Dalam
Tertulis di Indonesia, cet.2, Rajawali Pers, Ketentuan Ketentuan Pidana Lainnya Yang
Jakarta, 2013. Dikeluarkan Sebelum Tanggal 17 Agustus
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Bina 1945.
Aksara, Jakarta, 1984. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, cet.4, Rakjawali Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Pers, Jakarta, 2013. Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Dofrando Dedi Brily Maleke


Lex Privatum Vol XII/03/November/2023

Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 3209).
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3874).
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Repubik Indoenesia Nomor 4843).
Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 02 Tahun
2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam
KUHP
Sumber Internet:
Biro Hukum dan Humas Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung, “Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana”,
https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/
legal-product/kitab-undang-undang-hukum-
pidana/detail, diakses 29/10/2022.
Direktori Putusan Mahkamah Agung, “Putusan
PT Makassar No. 441/Pid/2002/PT Mks”,
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direk
tori/putusan/zaed13c9e73f54728fe33134343
93030.html, diakses 08/08/2022.
Mahkamah Konstitusi RI, “Putusan Nomor 013-
022/PUU-IV/2006”,
https://www.mkri.id/public/content/persidang
an/putusan/putusan_sidang_Putusan013-
022ttgKUHPrev.pdf, diakses 11/08/2022.

Dofrando Dedi Brily Maleke

Anda mungkin juga menyukai