Anda di halaman 1dari 9

SUATU TINJAUAN TERHADAP KETERANGAN PALSU sebenarnya dan tidak lain daripada yang

YANG DISAMPAIKAN DI DEPAN SIDANG sebenarnya.”5


PENGADILAN SERTA KEWENANGAN HAKIM Dalam Pasal ini disebutkan tentang kewajiban
DALAM PROSES PERKARA1 mengucapkan sumpah atau janji menurut cara
Oleh: Ricky Rivaldy Tumewu 2 agamanya masing-masing. Di sini diberikan
Vecky Yani Gosal 3 alternatif antara sumpah atau janji. Hal ini
Vonny A. Wongkar 4 berkenaan dengan adanya agama yang tidak
membenarkan umatnya untuk mengucapkan
ABSTRAK sumpah dalam arti menyertakan nama Tuhan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk sebagai penjamin kebenaran kata-katanya,
mengetahui bagaimana pengaturan tindak pidana melainkan hanya membolehkan umatnya untuk
sumpah palsu dalam Pasal 242 KUHPidana dan mengucapkan janji. Janji menurut cara agama,
bagaimana wewenang hakim dalam menghadapi tetap dengan menyertakan nama Tuhan, tetapi
kesaksian palsu, yang dengan metode penelitian yang dikatakan hanyalah berbentuk permohonan
hukum normatif disimpulkan: 1. Cakupan tindak agar Tuhan menolong agar saksi itu memberikan
pidana sumpah palsu dalam Pasal 242 ayat (1) keterangan yang benar, yaitu ditutup dengan kata-
KUHPidana adalah perbuatan dengan unsur-unsur: kata: semoga Tuhan menolong saya.
a. Dalam keadaan di mana undang-undang Janji menurut cara agama ini disamakan dengan
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 242 ayat (3)
sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada KUHPidana, di mana dikatakan bahwa, “Disamakan
keterangan yang demikian. b. Dengan sengaja, yang dengan sumpah adalah janji atau penguatan yang
mencakup tiga macam kesengajaan, yaitu: sengaja diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang
sebagai maksud, sengaja dengan kesadaran tentang menjadi pengganti sumpah”.6
keharusan, dan sengaja dengan kesadaran tentang Jika orang yang memberikan keterangan dengan
kemungkinan. c. Memberi keterangan palsu di atas mengucapkan sumpah atau janji menurut cara
sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara agamanya, tapi ternyata keterangannya tidak benar,
pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk maka yang bersangkutan diancam dengan pidana.
untuk itu 2. Hakim memiliki wewenang Hal ini ditentukan dalam Pasal 242 ayat (1) dan ayat
memerintahkan penahanan saksi yang diduga (2) KUHPidana sebagai berikut,
memberikan keterangan palsu, tetapi dengan (1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-
memperhatikan syarat-syarat. undang menentukan supaya memberi
Kata Kunci: Pembuktian; Keterangan Saksi. keterangan di atas sumpah atau mengadakan
akibat hukum kepada keterangan yang
PENDAHULUAN demikian, dengan sengaja memberi
A. Latar Belakang Penulisan keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan
Sumpah adalah menyertakan nama Tuhan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh
sebagai penjamin kebenaran pernyataan seseorang. kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu,
Oleh karenanya, di negara-negara yang diancam dengan pidana penjara paling lama
penduduknya memiliki kepercayaan terhadap tujuh tahun.
Tuhan dan agama, sumpah digunakan dalam (2) Jika keterangan palsu di atas sumpah
berbagai peristiwa, terutama untuk memulai suatu diberikan dalam perkara pidana dan
jabatan (sumpah jabatan) dan untuk menjadi saksi merugikan terdakwa atau tersangka, yang
di pengadilan. bersalah diancam dengan pidana penjara
Kewajiban saksi di pengadilan untuk paling lama sembilan tahun.7
mengucapkan sumpah ditentukan dalam Pasal 160 Tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 242
ayat (3) KUHAP, yaitu, “Sebelum memberi ayat (1) KUHPidana ini diletakkan dalam Buku I Bab
keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau IX, yang judul babnya diterjemahkan oleh Tim
janji menurut cara agamanya masing-masing,
bahwa ia akan memberikan keterangan yang 5 Abdul Hakim G. Nusantara, et al, KUHAP dan Peraturan-
peraturan Pelaksana, Djambatan, Jakarta, 1986, hlm.56.
1 Artikel Skripsi 6 Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kitab
2Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM 18071101589 Undang-undang Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983,
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum hal. 100.
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 7Ibid., hlm. 99-100.
Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional (2) Apabila saksi tetap pada keterangannya itu,
sebagai “Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu”,8 hakim ketua sidang karena jabatannya atau atas
sedangkan oleh P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir permintaan penuntut umum atau terdakwa
diterjemahkan sebagai “Keterangan palsu di bawah dapat memberi perintah supaya saksi itu
sumpah dan keterangan palsu”.9 Mengenai tindak ditahan untuk selanjutnya dituntut perkara
pidana yang dirumuskan dalam Pasal 242 dengan dakwaan sumpah palsu. 11
KUHPidana, oleh S.R. Sianturi dikatakan bahwa,
“Nama dari kejahatan ini disebut sumpah palsu”.10 B. Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan istilah 1. Bagaimanaca pengaturan tindak pidana sumpah
kesaksian palsu. Hal ini karena tatacara sumpah palsu dalam Pasal 242 KUHPidana?
sudah dilaksanakan dengan benar, di mana yang 2. Bagaimana wewenang hakim dalam Menghadapi
tidak benar atau palsu adalah keterangannya. Kesaksian Palsu?
Digunakannya istilah kesaksian palsu dan
bukannya keterangan palsu, sebab perhatian dalam C. Metode Penelitian
skripsi ini adalah sumpah atau janji yang dilakukan Metode yang digunakan metode penelitian
ketika seseorang memberikan kesaksian di kepustakaan (library researct method)
pengadilan. Jadi, langsung digunakan istilah
kesaksian palsu untuk membatasi pokok perhatian PEMBAHASAN
pada keterangan yang diberikan seseorang pada A. Tindak Pidana Sumpah Palsu Dalam Pasal 242
waktu menjadi saksi di pengadilan. Kesaksian palsu KUHPidana
ini merupakan salah satu peristiwa yang tercakup di Buku II Bab IX KUHPidana yang berjudul
bawah Pasal 242 KUHPidana, sebab dalam pasal ini “Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu”12 atau
tercakup juga peristiwa di mana seseorang “Keterangan palsu di bawah sumpah dan
mengangkat sumpah tetapi bukan dalam rangka keterangan palsu”,13semula terdiri dari dua pasal,
memberikan kesaksian. yaitu Pasal 242 dan Pasal 243. Tetapi dengan
Berkenaan dengan sumpah, dalam Staatsblad 1931 No. 240, Pasal 243 KUHPidana
kenyataannya, sekalipun telah menyertakan nama ditiadakan. Dengan demikian yang masih berlaku
Tuhan, baik sebagai penjamin kebenaran tinggal Pasal 242 KUHPidana saja. Pasal ini menjadi
keterangan yang diberikan maupun sebagai yang satu-satunya pasal dalam Buku I Bab IX tersebut.
dimintakan pertolongan agar orang yang Pasal 242 KUHPidana ini diterjemahkan oleh Tim
bersangkutan memberikan keterangan yang Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
sebenarnya, tetapi masih saja ada orang yang sebagai berikut,
berani memberikan keterangan yang tidak benar. (1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-
Pemberian keterangan palsu atau tidak benar ini undang menentukan supaya memberi
terjadi baik di luar pengadilan maupun di depan keterangan di atas sumpah atau mengadakan
sidang pengadilan. akibat hukum kepada keterangan yang
Khususnya berkenaan dengan kesaksian palsu, demikian, dengan sengaja memberi keterangan
yaitu keterangan palsu yang diberikan di sidang palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau
pengadilan setelah mengucapkan sumpah atau janji, tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya
terdapat pengaturannya dalam KUHAP, yaitu pada yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan
Pasal 174 di mana ditentukan antara lain bahwa, pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(1) Apabila keterangan saksi di sidang disangka (2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan
palsu, hakim ketua sidang memperingatkan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa
dengan sungguh-sungguh kepadanya supaya atau tersangka, yang bersalah diancam dengan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
mengemukakan ancaman pidana yang dapat (3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau
dikenakan kepadanya apabila ia tetap penguatan yang diharuskan menurut aturan-
memberikan keterangan palsu.
11 Abdul Hakim G. Nusantara, et al, Op.cit, hlm.59
8Ibid.,hlm.99. 12 Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kitab
9 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Undang-undang Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983,
Sumur Bandung, Bandung, 1983, hlm.103. hlm.99.
10 S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, 13 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana Indonesia,

Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, hlm.124. Sumur Bandung, Bandung, 1983, hlm.103.
aturan umum atau yang menjadi pengganti tersangkut sumpah dan ada sesuatu yang palsu di
sumpah. dalam peristiwa itu.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 Jika tindak pidana ini dinamakan tindak pidana
No. 1 - 4 dapat dijatuhkan. 14 “keterangan palsu”, orang tidak dapat langsung
Terjemahan yang dibuat oleh P.A.F. Lamintang paham bahwa di dalam peristiwa itu tersangkut
dan C.D. Samosir, yaitu, suatu sumpah. Juga tindak pidana ini tidak dapat
(1) Barangsiapa di dalam hal-hal di mana peraturan dinamakan tindak pidana “kesaksian palsu” sebab
undang-undang menghendaki suatu keterangan kesaksian palsu hanyalah salah satu peristiwa yang
diberikan diberikan di bawah sumpah atau yang tercakup di bahwa tindak pidana ini, yaitu
padanya diikatkan akibat-akibat hukum, telah berkenaan dengan pengucapan sumpah pada waktu
dengan sengaja memberi keterangan palsu di hendak memberikan kesaksian.
bawah sumpah, baik secara lisan maupun Walaupun demikian, sebagaimana yang dapat
tulisan, baik oleh orang itu sendiri ataupun oleh dibaca dari kutipan di atas, yang palsu sebenarnya
seorang kuasa yang secara khusus dikuasakan bukanlah sumpah itu melainkan keterangan yang
untuk itu, dihukum dengan hukuman penjara diberikanlah yang palsu.
selama-lamanya tujuh tahun. Dengan demikian, untuk keperluan praktis tindak
(2) Apabila keterangan palsu yang diberikan di pidana tersebut dapat dinamakan tindak pidana
bawah sumpah itu di dalam suatu perkara sumpah palsu.
pidana telah merugikan orang yang diadukan Mengenai pembedaan istilah “di atas sumpah”
atau orang yang dituduh, maka orang yang dan “di bawah sumpah” sebagaimana yang
bersalah dihukum dengan hukuman penjara digunakan oleh Sianturi, pembedaan seperti itu
selama-lamanya sembilan tahun. dapat membingungkan orang. Tim Penerjemah
(3) Dipersamakan dengan sumpah adalah janji atau Badan Pembinaan Hukum Nasional menggunakan
pembenaran, yang diminta berdasarkan terjemahan “di atas sumpah” sedangkan Lamintang
peraturan-peraturan umum atau yang diminta dan Samosir menggunakan terjemahan “di bawah
untuk menggantikan sumpah. sumpah”. Penerjemah-penerjemah ini sudah tentu
(4) Hukuman berupa pencabutan hak-hak seperti tidak bermaksud untuk membatasi pengertiannya
yang diatur di dalam pasal 35 No. 1 - 4 dapat sebagaimana pembedaan yang dilakukan oleh S.R.
dijatuhkan. 15 Sianturi.
Tindak pidana pokok dalam Pasal 242 KUHPidana Dengan mengikuti terjemahan Lamintang dan
adalah tindak pidana yang dirumuskan dalam ayat Samosir dapat digunakan istilah “keterangan palsu
(1). Dalam ayat (2) diatur mengenai penberatan di bawah sumpah” sebagai istilah umum yang
pidana, dalam ayat (3) diatur mengenai apa yang mencakup pengambilan sumpah sebelum maupun
disamakan dengan sumpah, sedangkan dalam ayat sesudah diberikan keterangan.
(4) diatur mengenai pidana tambahan. Unsur-unsur dari tindak pidana sumpah palsu
Mengenai tindak pidana yang dirumuskan dalam dalam Pasal 242 ayat (1) KUHPidana, yang diancam
Pasal 242 KUHPidana ini diberikan keterangan oleh pidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
S.R. Sianturi antara lain sebagai berikut, tahun, adalah sebagai berikut:
Nama dari kejahatan ini disebut “sumpah palsu”. 1. Dalam keadaan di mana undang-undang
Intinya ialah, seseorang memberikan suatu menentukan supaya memberi keterangan di
keterangan palsu di atas sumpah (ia bersumpah atas/di bawah sumpah atau mengadakan akibat
lebih dahulu baru dikuatkan dengan sumpah) atau hukum kepada keterangan yang demikian;
di bawah sumpah (ia memberikan keterangan lebih 2. Dengan sengaja;
dahulubaru dikuatkan dengan sumpah).16 3. Memberi keterangan palsu di atas/di bawah
Oleh Sianturi tindak pidana ini dinamakan tindak sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
pidana (kejahatan) “sumpah palsu”. Nama ini untuk pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus
memperjelas bahwa di dalam peristiwa itu ditunjuk untuk itu.
Unsur-unsur Pasal 242 ayat (1) KUHPidana
14
tersebut akan dibahas satu demi satu berikut ini.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983, 1. Dalam keadaan di mana undang-undang
hlm. 99-100. menentukan supaya memberi keterangan di atas
15 Lamintang dan Samosir, Loc.cit.
sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada
16 S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya,
keterangan yang demikian.
Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, hlm. 124.
Oleh S.R. Sianturi diberikan contoh-contoh Pengertian “dengan sengaja” dalam Pasal
dari peraturan perundang-undangan yang 242 ayat (1) KUHPidana mencakup ketiga
mewajibkan seseorang harus mengucapkan macam kesengajaan tersebut. Sebagai contoh,
sumpah sebagai berikut, jika pada seseorang terdapat sengaja dengan
a. Pasal 147 HIR untuk perkara perdata yang kesadaran tentang kemungkinan maka hal
berbunyi: “Jika tidak diminta mengundurkan tersebut telah memenuhi unsur “dengan
diri atau kalau permintaan itu ditentukan sengaja” dari tindak pidana sumpah palsu.
tidak beralasan, maka saksi itu, sebelum Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah
memberi keterangan disumpah dahulu bahwa unsur “dengan sengaja” ini ditempatkan
menurut agamanya”. di tengah-tengah rumusan pasal, yaitu sesudah
b. Pasal 1911 KUHPerdata: “Saksi wajib unsur “dalam keadaan di mana undang-undang
bersumpah atau berjanji sesuai dengan menentukan supaya memberi keterangan di
agama yang dianutnya, bahwa mereka akan atas sumpah atau mengadakan akibat hukum
menerangkan yang sebenarnya”. kepada keterangan yang demikian”. Jadi,
c. Pasal 115 (2) Undang-undang Kepailitan: unsur tersebut tidak tercakup oleh unsur
“…ataupun menuntut supaya siberpiutang “dengan sengaja”. Dengan demikian, pelaku
menguatkan dengan sumpah kebenaran tidak perlu mengetahui bahwa keterangan
piutangnya…”. yang diberikannya itu memang harus dikuatkan
d. Pasal 160 (3) dan (4) KUHAP di bidang dengan suatu sumpah atau janji.
perkara pidana yang berbunyi: “(3) sebelum Unsur yang diliputi oleh unsur “dengan
memberi keterangan, saksi wajib sengaja” ini adalah unsur yang ditempatkan
mengucapkan sumpah atau janji menurut sesudah unsur “dengan sengaja”, yaitu unsur
cara agamanya masing-masing bahwa ia “memberi keterangan palsu di atas sumpah,
akan memberi keterangan yang sebenarnya baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi
dan tidak lain daripada yang sebenarnya”; maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk
“(4) Jika pengadilan menganggap perlu, untuk itu”.
seorang saksi atau ahli wajib bersumpah 3. Memberi keterangan palsu di atas/di bawah
atau berjanji sesudah saksi atau ahli itu sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
memberi keterangan”. Periksalah juga pasal pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus
116 dan 120 KUHAP mengenai ditunjuk untuk itu.
pengangkatan sumpah atau pengucapan Dalam Pasal 242 ayat (3) KUHPidana
janji oleh saksi atau ahli pada kegiatan ditentukan bahwa disamakan dengan sumpah
penyidikan. 17 adalah “janji” atau “penguatan” yang
Penjelasan yang diberikan oleh S.R. Sianturi diharuskan menurut aturan-aturan umum atau
menunjukkan bahwa tindak pidana sumpah yang menjadi pengganti sumpah.
palsu dalam Pasal 242 ayat (1) KUHPidana Beberapa putusan pengadilan yang
tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang dikemukakan oleh Lamintang dan Samosir
hukum, di antaranya bidang hukum perdata berkenaan dengan unsur ini adalah sebagai
dan bidang hukum pidana. berikut:
2. Dengan sengaja. a. Putusan Hoge Raad 25 Juni 1928, di mana
Unsur “dengan sengaja” merupakan bagian diberikan pertimbangan bahwa, “suatu
dari unsur kesalahan atau pertanggungjawaban keterangan itu adalah palsu, jika sebahagian
pidana. Dalam doktrin (pendapat ahli hukum) dari keterangan itu adalah tidak benar,
dan yurisprudensi sekarang ini sudah umum walaupun yang sebagian ini mempunyai arti
dikenal adanya tiga macam kesengajaan, yaitu: yang tidak demikian pentingnya, …”. 18
a. sengaja sebagai maksud; b. Putusan Hoge Raad, 4 April 1938, di mana
b. sengaja dengan kesadaran tentang diberikan pertimbangan bahwa, “juga
keharusan; dan, apabila beberapa bagian dari suatu
c. sengaja dengan kesadaran tentang keterangan itu adalah tidak palsu, Hakim
kemungkinan. dapat menganggap keterangan itu sebagai
satu kesatuan dan menyatakan terrbukti,

17Ibid, hlm. 126-127. 18 Lamintang dan Samosir, Op.cit., hlm. 104.


bahwa keterangan itu adalah palsu tanpa sungguh kepadanya supaya memberikan
pembebasan untuk sebagian”. 19 keterangan yang sebenarnya dan mengemukakan
Dua putusan yang dikutipkan di atas ancaman pidana yang dapat dikenakan kepadanya
menunjukkan bahwa jika sebagian atau apabila ia tetap memberikan keterangan palsu.”22
beberapa bagian dari keterangan yang Apabila setelah peringatan-peringatan
diberikan itu tidak benar (palsu), sekalipun sebagaimana dimaksud dalam kedua pasal tersebut
sebenarnya bagian yang tidak benar (palsu) diberikan oleh hakim, tetapi saksi tetap
itu tidak begitu penting, perbuatan itu mempertahankan keterangannya sampai
sudah termasuk ke dalam pengertian pemeriksaan saksi itu selesai, barulah terjadi suatu
sumpah palsu. tindak pidana sumpah palsu.
c. Putusan Hoge Raad, 17 Juni 1889, di mana
diberikan pertimbangan bahwa, suatu B. Wewenang Hakim Dalam Menghadapi
keterangan saksi itu dianggap belum ada, Kesaksian Palsu
sebelum pemeriksaan saksi di sidang Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam
pengadilan itu selesai, juga apabila Bab II sub A skripsi ini, kesaksian palsu di sidang
kesaksian itu adalah palsu. Apabila seorang pengadilan hanya mungkin terjadi dalam hal suatu
saksi mencabut kembali keterangannya perkara diperiksa dengan menggunakan:
sebelum pemeriksaannya itu selesai, maka a. Acara pemeriksaan biasa;
bagian yang dicabut kembali itu bukanlah b. Acara pemeriksaan singkat;
merupakan bagian dari keterangannya, c. Acara pemeriksaan tindak pidana ringan, tetapi
walaupun seandainya benar bahwa hanya apabila Hakim memerintahkan saksi yang
pencabutan kembali itu adalah sebagai bersangkutan untuk disumpah, karena saksi
akibat dari adanya peringatan bahwa ia dalam acara pemeriksaan ini umumnya tidak
dapat dikenakan penahanan karena disumpah.
memberikan keterangan di bawah sumpah Dasar penahanan pada ketentuan hukum yang
secara palsu.20 berlaku sebagai dasar obyektif,maka tindakan
Berdasarkan pertimbangan tersebut, nanti ada penahan terhadap tersangka/terdawa juga
tindak pidana sumpah palsu apabila pemeriksaan didasarkan pada kepentingan perluasan keperluan
terhadap saksi yang bersangkutan telah selesai. untuk kepentingan penyidikan.23
Selama saksi itu masih diperiksa, saksi tersebut Dalam hal seseorang telah disumpah atau
masih dapat menarik kembali keterangannya. Jika mengucapkan janji sebagai saksi tetapi kesaksian
saksi itu menarik kembali keterangannya sebelum atau keterangan yang diberikannya sebagai saksi
pemeriksaan terhadap dirinya sebagai saksi belum disangka palsu, maka hakim berwenang memberi
selesai, maka belum terjadi tindak pidana sumpah perintah supaya saksi itu ditahan untuk selanjutnya
palsu yang dapat dipidana berdasarkan Pasal 242 dituntut perkara dengan dakwaan sumpah palsu.
KUHPidana. Wewenang hakim ini didasarkan pada ketentuan
Pasal-pasal dalam KUHAP yang berkenaan Pasal 174 ayat (2) KUHAP.
dengan tindak pidana sumpah palsu adalah Pasal Rumusan selengkapnya dari Pasal 174 KUHAP
163 dan 174. adalah sebagai berikut,
Dalam Pasal 163 KUHAP ditentukan bahwa, “Jika (1) Apabila keterangan saksi di sidang disangka
keterangan saksi di sidang berbeda dengan palsu, hakim ketua sidang memperingatkan
keterangannya yang terdapat dalam berita acara, dengan sungguh-sungguh kepadanya supaya
hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal memberikan keterangan yang sebenarnya dan
itu serta minta keterangan mengenai perbedaan mengemukakan ancaman pidana yang dapat
yang ada dan dicatat dalam berita acâra dikenakan kepadanya apabila ia tetap
pemeriksaan sidang.” 21 Selanjutnya ditentukan memberikan keterangan palsu.
dalam Pasal 174 ayat (1) KUHAP bahwa, “Apabila (2) Apabila saksi tetap pada keterangannya itu,
keterangan saksi di sidang disangka palsu, hakim hakim ketua sidang karena jabatannya atau
ketua sidang memperingatkan dengan sungguh- atas permintaan penuntut umum atau
terdakwa dapat memberi perintah supaya
19Ibid.
20Ibid.,
hlm. 103. 22Ibid.,
hlm. 59.
21Abdul Hakim G. Nusantara, et al, KUHAP dan Peraturan- 23H.M.A. Kuffal, Penerapan KUHAP dalam Praktek Hukum,
peraturan Pelaksana, Djambatan, Jakarta, 1986, hlm.57. Universitas Muhamadiyah, Malang, 2003, hlm. 74
saksi itu ditahan untuk selanjutnya dituntut mengemukakan ancaman pidana yang dapat
perkara dengan dakwaan sumpah palsu. dikenakan kepadanya apabila ia tetap
(3) Dalam hal yang demikian oleh panitera segera memberikan keterangan palsu.
dibuat berita acara pemeriksaan sidang yang Di atas telah dikemukakan ketentuan Pasal 163
memuat keterangan saksi dengan KUHAP bahwa jika keterangan saksi di sidang
menyebutkan alasan persangkaan, bahwa berbeda dengan keterangannya yang terdapat
keterangan saksi itu adalah palsu dan berita dalam berita acara, hakim ketua sidang
acara tersebut ditandatangani oleh hakim mengingatkan saksi tentang hal itu.
ketua sidang serta panitera dan segera Juga di atas telah dikutipkan Pasal 174 ayat (1)
diserahkan kepada penuntut umum untuk KUHAP bahwa jika keterangan saksi disangka palsu,
diselesaikan menurut ketentuan undang- maka Hakim harus:
undang ini. a. memperingatkan dengan sungguh-sungguh
(4) Jika perlu hakim ketua sidang menangguhkan kepada saksi itu supaya memberikan keterangan
sidang dalam perkara semula sampai yang sebenarnya; dan,
pemeriksaan perkara pidana terhadap saksi itu b. mengemukakan ancaman pidana yang dapat
selesai. 24 dikenakan kepadanya apabila ia tetap
Berdasarkan bahasan mengenai tindak pidana memberikan keterangan palsu.
sumpah palsu (Pasal 242 KUHPidana) dalam sub bab KUHAP hanya mengatakan “mengemukakan
sebelumnya serta rumusan Pasal 163 dan 174 ancaman pidana yang dapat dikenakan kepadanya”.
KUHAP, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Dalam hal ini Hakim seharusnya dengan jelas
sebelum Hakim melaksanakan wewenangnya menunjuk pada Pasal 242 KUHPidana, yaitu
tersebut, yaitu: membacakan kepada saksi Pasal 242 KUHPidana
1. Keterangan saksi disangka palsu. dan memberi penegasan tentang ancaman pidana
Bagaimana sehingga Hakim dapat sampai pada penjara selama-lamanya 7 (tujuh) tahun, atau dalam
sangkaan bahwa keterangan yang diberikan oleh hal keterangan palsu itu diberikan dalam perkara
seorang saksi merupakan keterangan palsu? Salah pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
satu dasar untuk sampai pada sangkaan sedemikian dapat dikenakan Pasal 242 ayat (2) KUHPidana
telah dikemukakan dalam Pasal 163 KUHAP. Dalam dengan ancaman pidana penjara paling lama 9
Pasal 163 KUHAP ditentukan bahwa jika keterangan (sembilan) tahun.
saksi di sidang berbeda dengan keterangannya yang Rumusan pasal dan ancaman-ancaman pidana
terdapat dalam berita acara, hakim ketua sidang ini harus dengan tegas dan jelas dibacakan dan
mengingatkan saksi tentang hal itu serta minta diterangkan oleh Hakim kepada saksi agar saksi
keterangan mengenai perbedaan yang ada dan benar-benar mengetahui akan konsekuensi dari
dicatat dalam berita acara pemeriksaan sidang. keterangannya itu. Hal ini perlu dilakukan karena
Dari rumusan pasal ini dapat diketahui bahwa tidak semua saksi adalah orang yang berpendidikan,
salah satu dasar untuk sampai pada sangkaan dan apabila saksi berpendidikan juga belum tentu
kesaksian palsu adalah jika keterangan saksi di langsung memahami apa yang dimaksudkan dalam
sidang berbeda dengan keterangannya yang rumusan-rumusan undang-undang.
terdapat dalam berita acara. 3. Saksi yang bersangkutan telah selesai diperiksa.
Kemungkinan dasar lainnya, yang tidak Sebagaimana telah dibahas dalam sub bab
disinggung dalam KUHAP, yaitu apabila keterangan sebelumnya, menurut yurisprudensi, nanti terjadi
saksi itu berbeda dengan keterangan dari saksi atau tindak pidana sumpah palsu apabila pemeriksaan
saksi-saksi lain. Apabila beberapa saksi lain terhadap saksi telah selesai. Dapat menjadi
memberikan keterangan yang sama di antara pertanyaan, kapan pemeriksaan terhadap seorang
mereka, sedangkan keterangan mereka itu berbeda saksi telah selesai?
dengan keterangan seorang saksi, dapat muncul Dalam Pasal 167 KUHAP ditentukan bahwa
sangkaan bahwa keterangan saksi yang satu ini setelah saksi memberi keterangan, ia tetap hadir di
merupakan keterangan palsu. sidang kecuali hakim ketua sidang memberi izin
2. Hakim telah memperingatkan dengan sungguh- untuk meninggalkannya. Prosedur ini adalah
sungguh kepadanya supaya memberikan setelah saksi selesai menjalani pemeriksaan, yaitu
keterangan yang sebenarnya dan setelah Hakim ketua sidang menyatakan kepada
saksi bahwa pemeriksaan terhadap saksi telah
24Ibid.
selesai dan saksi dipersilahkan untuk meninggalkan untuk ditahan dan didakwa atas kesaksian palsu.
tempat duduknya sebagai saksi. Bagaimanapun juga, seorang Hakim hanya akan
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 164 KUHAP, mengambil putusan sedemikian jika Hakim itu
selesainya pemeriksaan terhadap seorang saksi sudah cukup yakin bahwa saksi memberikan
adalah: keterangan tidak benar (palsu). Sekalipun adanya
a. setelah saksi memberikan keterangan atau keyakinan Hakim hanya disyaratkan untuk
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hakim, menjatuhkan putusan menghukum, tetapi perintah
dan, Hakim untuk menahan dan mendakwa saksi
b. kemudian telah diberikan kesempatan kepada cenderung menunjukkan bahwa Hakim sudah cukup
terdakwa untuk memberikan pendapatnya yakin atas kesalahan saksi.
terhadap keterangan saksi; dan selanjutnya, Berbagai pertimbangan dapat membuat Hakim
c. kepada penuntut umum dan penasihat hukum tidak memerintahkan penahanan terhadap saksi
telah diberikan kesempatan untuk mengajukan untuk didakwa. Sekalipun keterangan saksi di
pertanyaan kepada saksi. sidang pengadilan berbeda dengan keterangan
4. Hakim karena jabatannya atau atas permintaan dalam berita acara penyidikan, ada kemungkinan
penuntut umum atau terdakwa, sudah cukup bahwa keterangan yang diberikan di depan sidang
yakin bahwa saksi memberikan keterangan pengadilan merupakan keterangan yang benar
palsu. sedangkan keterangan dalam berita acara
Dalam Pasal 174 ayat (2) KUHAP ditentukan merupakan keterangan palsu. Dalam hal ini sudah
bahwa apabila saksi tetap pada keterangannya itu, tentu tidak ada sumpah palsu, sebab keterangan
hakim ketua sidang karena jabatannya atau atas yang diberikan dengan sumpah di depan pengadilan
permintaan penuntut umum atau terdakwa dapat itu justru merupakan keterangan yang benar.
memberi perintah supaya saksi itu ditahan untuk Juga apabila keterangan seorang saksi itu
selanjutnya dituntut perkara dengan dakwaan berbeda dengan keterangan dari saksi atau
sumpah palsu. beberapa saksi lain, selalu masih ada kemungkinan
Berdasarkan ketentuan ini maka bahwa keterangan satu orang saksi ini justru
dilaksanakannya wewenang hakim itu adalah merupakan keterangan yang benar sedangkan saksi-
berdasarkan pada: (1) pertimbangan hakim sendiri saksi lain telah bersepakat untuk memberikan
karena jabatannya, atau (2) atas permintaan dari keterangan yang tidak benar.
penuntut umum, atau (3) atas permintaan Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam
terdakwa. Pasal 174 KUHAP, prosedur penanganan sumpah
Tetapi sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal palsu di depan pengadilan adalah sebagai berikut:
174 ayat (2) KUHAP, Hakim “dapat” memberikan 1. Hakim ketua sidang karena jabatannya atau atas
perintah penahanan. Ini menunjukkan bahwa permintaan penuntut umum atau terdakwa
Hakim tidak wajib untuk memerintahkan dapat memberi perintah supaya saksi itu ditahan
penahanan saksi sekalipun ada sangkaan untuk selanjutnya dituntut perkara dengan
memberikan keterangan palsu. Dilaksanakan atau dakwaan sumpah palsu.
tidaknya wewenang Hakim ini diserahkan pada Berdasarkan ketentuan Pasal 174 ayat (2)
pertimbangan Hakim ketua sidang yang KUHAP, diterbitkannya perintah tersebut adalah:
bersangkutan. a. berdasarkan pertimbangan dari Hakim ketua
Dasar penahanan meliputi dasar hukum,keadaan sidang karena jabatannya; atau,
serta syarat-syarat yang memberi kemungkinan b. atas permintaan penuntut umum; atau,
melakukan tindakan penhanan, antara sau sengan c. atas permintaan terdakwa.
yang lain dasar tersebut saling menopang kepada Perintah Hakim itu adalah perintah supaya:
unsure yang lain, sehingga kalau alah satu unsure a. saksi itu ditahan; dan
tidak ada tindakan penahanan kurang memenuhi b. untuk selanjutnya dituntut perkara dengan
asas legalitas meskipun dikualifikasi sebagai dakwaan sumpah palsu.
tindakan yang tidak sah (illegal).25 2. Oleh panitera segera dibuat berita acara
Menurut penulis, tidaklah mudah bagi Hakim pemeriksaan sidang yang memuat keterangan
untuk sampai pada putusan bahwa saksi perlu saksi dengan menyebutkan alasan persangkaan,
bahwa keterangan saksi itu adalah palsu dan
25Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan berita acara tersebut ditandatangani oleh hakim
KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua, Sinar Grafika, ketua sidang serta panitera.
Jakarta, 2012, hlm, 165
Pembuatan berita acara seperti ini ditentukan perintahnya yang bersangkutan di keluarkan
dalam Pasal 174 ayat (3) KUHAP. Jadi, berita acara dari ruang sidang.
tidak lagi dibuat oleh Penyidik Kepolisian Negara (3) Dalam hal pelanggaran tata tertib sebagaimana
Republik Indonesia sebagaimana penyidikan tindak dimaksud dalam ayat (2) bersifat suatu tindak
pidana pada umumnya. Untuk kasus kesaksian pidana, tidak mengurangi kemungkinan
palsu di depan pengadilan, berita acara langsung dilakukan penuntutan terhadap pelakunya. 26
dibuat oleh Panitera kemudian ditandatangani oleh Dengan demikian, Polisi perlu melakukan
hakim ketua sidang dan panitera. pemanggilan terhadap saksi itu untuk diperiksa
3. Berita acara itu segera diserahkan kepada sebagai tersangka tindak pidana yang dirumuskan
penuntut umum untuk diselesaikan menurut dalam Pasal 242 KUHPidana atau melakukan
ketentuan undang-undang ini. penangkapan pada saat tersangka yang
Hal ini juga telah ditentukan dalam Pasal 174 bersangkutan telah ke luar dari ruang sidang
ayat (3) KUHAP. Oleh karena berita acara telah pengadilan.
dibuat oleh Panitera, maka prosedur selanjutnya
adalah tinggal tahap penuntutan. Karenanya, berita PENUTUP
acara yang dibuat oleh Panitera itu langsung A. Kesimpulan
diserahkan kepada penuntut umum. 1. Cakupan tindak pidana sumpah palsu dalam
Dengan demikian, prosedur untuk penanganan Pasal 242 ayat (1) KUHPidana adalah perbuatan
kesaksian palsu di depan pengadilan untuk didakwa dengan unsur-unsur:
sebagai sumpah palsu, merupakan prosedur khusus a. Dalam keadaan di mana undang-undang
yang menyimpang dari prosedur penyidikan tindak menentukan supaya memberi keterangan di
pidana pada umumnya. atas sumpah atau mengadakan akibat hukum
Dalam hal Hakim di sidang pengadilan kepada keterangan yang demikian.
memerintahkan untuk menahan saksi yang diduga b. Dengan sengaja, yang mencakup tiga macam
memberikan keterangan palsu, maka berita acara kesengajaan, yaitu: sengaja sebagai maksud,
dibuat oleh hakim, sehingga tahap berikutnya sengaja dengan kesadaran tentang
adalah penuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum. keharusan, dan sengaja dengan kesadaran
Dalam hal ini, Polisi sebagai Penyidik tidak lagi tentang kemungkinan.
memiliki peran. c. Memberi keterangan palsu di atas sumpah,
Tetapi apabila Hakim tidak memberikan perintah baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi
seperti itu, maka Polisi memiliki kewenangan untuk maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk
melakukan penyidikan atas dugaan melakukan untuk itu, di mana telah merupakan
tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 242 yurisprudensi tetap bahwa:
KUHPidana. Ini karena apabila Hakim tidak i. jika sebagian atau beberapa bagian dari
memberikan perintah seperti itu, bukanlah berarti keterangan yang diberikan itu tidak benar,
bahwa saksi tidak melakukan tindak pidana dalam sekalipun bagian yang tidak benar itu tidak
Pasal 242 KUHPidana. begitu penting, perbuatan itu tetap
Polisi sebagai Penyidik pada dasarnya memiliki merupakan sumpah palsu; dan,
kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap ii. Tindak pidana sumpah palsu terjadi
semua dugaan tindak pidana, termasuk juga tindak hanyalah apabila pemeriksaan terhadap
pidana dalam hal seorang saksi di depan pengadilan saksi itu telah selesai.
memberikan keterangan palsu atau tidak benar. 2. Hakim memiliki wewenang memerintahkan
Walaupun demikian, bagaimanapun juga Polisi penahanan saksi yang diduga memberikan
memiliki kewajiban untuk menghormati tata tertib keterangan palsu, tetapi dengan memperhatikan
dalam hal suatu persidangan sedang berlangsung. syarat-syarat:
Hal ini telah diatur secara tegas dalam KUHAP, yaitu a. Keterangan saksi disangka palsu berdasarkan
pada Pasal 218 KUHAP di mana ditentukan bahwa, alasan yang kuat, antara lain jika keterangan
(1) Dalam ruang sidang siapapun wajib saksi di sidang berbeda dengan
menunjukkan sikap hormat kepada pengadilan. keterangannya yang terdapat dalam berita
(2) Siapa pun yang di sidang pengadilan bersikap acara (Pasal 163 KUHAP);
tidak sesuai dengan martabat pengadilan dan
tidak mentaati tata tertib setelah mendapat
peringatan dari hakim ketua sidang, atas 26 Nusantara et al, Op.cit., hlm. 73.
b. Hakim telah memperingatkan dengan 1. Agar supaya dalam pengaturan rumusan Pasal
sungguh-sungguh kepada saksi itu supaya 242 ayat (1) KUHPidana perlu ditambahkan
memberikan keterangan yang sebenarnya unsur “baik di depan sidang pengadilan maupun
dan mengemukakan ancaman pidana yang di luar sidang pengadilan” untuk mempertegas
dapat dikenakan kepadanya apabila ia tetap cakupan tempat di mana pelaku melakukan
memberikan keterangan palsu, yaitu Hakim perbuatan.
harus: 2. Pasal 174 ayat (1) KUHAP perlu dipertegas
i. memperingatkan dengan sungguh- dengan mewajibkan Hakim membacakan pasal
sungguh kepada saksi itu supaya dalam KUHPidana yang dapat dijadikan dasar
memberikan keterangan yang sebenarnya; penuntutan (Pasal 242 KUHPidana) dan ancaman
dan, pidana maksimum yang ditentukan dalam pasal
ii. mengemukakan ancaman pidana yang tersebut.
dapat dikenakan kepadanya apabila ia Pasal 174 KUHAP perlu ditambahkan ayat yang
tetap memberikan keterangan palsu, menegaskan tentang kedudukan pasal tersebut
dalam hal ini ancaman pidana dalam Pasal sebagai ketentuan khusus terhadap ketentuan
242 KUHPidana. tentang penyidikan pada umumnya.
c. Saksi yang bersangkutan telah selesai Pasal 174 KUHAP perlu juga ditambahkan ayat
diperiksa, yaitu karena menurut bahwa dalam hal Hakim tidak memberikan
yurisprudensi, tindak pidana sumpah palsu perintah penahanan, tidak menutup
nanti terjadi apabila pemeriksaan terhadap kemungkinan bagi Polisi untuk melakukan
saksi telah selesai. penyidikan terhadap dugaan tindak pidana Pasal
d. Hakim karena jabatannya atau atas 242 KUHPidana.
permintaan penuntut umum atau terdakwa,
sudah cukup yakin bahwa saksi memberikan DAFTAR PUSTAKA
keterangan palsu. Harahap, M. Yahya, Pembahasan, Permasalahan
Prosedur penanganan kesaksian palsu di sidang dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan
pengadilan adalah sebagai berikut: Penuntutan, Edisi Kedua, Sinar Grafika,
a. Hakim ketua sidang karena jabatannya atau Jakarta, 2012,
atas permintaan penuntut umum atau Kuffal, H.M.A., Penerapan KUHAP dalam Praktek
terdakwa dapat memberi perintah supaya Hukum, Universitas Muhamadiyah, Malang,
saksi itu ditahan untuk selanjutnya dituntut 2003, hlm. 74
perkara dengan dakwaan sumpah palsu. Lamintang, P.A.F, dan C.D. Samosir,SH, Hukum
b. Panitera segera membuat berita acara Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
pemeriksaan sidang yang memuat keterangan 1983.
saksi dengan menyebutkan alasan Nusantara, Abdul Hakim G, et al, KUHAP dan
persangkaan, bahwa keterangan saksi itu Peraturan-peraturan Pelaksana, Djambatan,
adalah palsu dan berita acara tersebut Jakarta, 1986.
ditandatangani oleh hakim ketua sidang serta Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
panitera. Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
c. Berita acara itu segera diserahkan kepada 1983.
penuntut umum untuk diselesaikan menurut Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
ketentuan undang-undang ini. Nasional, Kitab Undang-undang Hukum
Apabila Hakim telah memberikan perintah Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983
penahanan untuk dituntut terhadap saksi yang
diduga memberikan kesaksian palsu, Polisi tidak
lagi memiliki peran dalam perkara itu. Tetapi
apabila Hakim tidak memberikan perinta seperti
itu, Polisi tetap memiliki kewenangan melakukan
penyidikan atas dugaan tindak pidana Pasal 242
KUHPidana.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai