Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, hlm.124. Sumur Bandung, Bandung, 1983, hlm.103.
aturan umum atau yang menjadi pengganti tersangkut sumpah dan ada sesuatu yang palsu di
sumpah. dalam peristiwa itu.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 Jika tindak pidana ini dinamakan tindak pidana
No. 1 - 4 dapat dijatuhkan. 14 “keterangan palsu”, orang tidak dapat langsung
Terjemahan yang dibuat oleh P.A.F. Lamintang paham bahwa di dalam peristiwa itu tersangkut
dan C.D. Samosir, yaitu, suatu sumpah. Juga tindak pidana ini tidak dapat
(1) Barangsiapa di dalam hal-hal di mana peraturan dinamakan tindak pidana “kesaksian palsu” sebab
undang-undang menghendaki suatu keterangan kesaksian palsu hanyalah salah satu peristiwa yang
diberikan diberikan di bawah sumpah atau yang tercakup di bahwa tindak pidana ini, yaitu
padanya diikatkan akibat-akibat hukum, telah berkenaan dengan pengucapan sumpah pada waktu
dengan sengaja memberi keterangan palsu di hendak memberikan kesaksian.
bawah sumpah, baik secara lisan maupun Walaupun demikian, sebagaimana yang dapat
tulisan, baik oleh orang itu sendiri ataupun oleh dibaca dari kutipan di atas, yang palsu sebenarnya
seorang kuasa yang secara khusus dikuasakan bukanlah sumpah itu melainkan keterangan yang
untuk itu, dihukum dengan hukuman penjara diberikanlah yang palsu.
selama-lamanya tujuh tahun. Dengan demikian, untuk keperluan praktis tindak
(2) Apabila keterangan palsu yang diberikan di pidana tersebut dapat dinamakan tindak pidana
bawah sumpah itu di dalam suatu perkara sumpah palsu.
pidana telah merugikan orang yang diadukan Mengenai pembedaan istilah “di atas sumpah”
atau orang yang dituduh, maka orang yang dan “di bawah sumpah” sebagaimana yang
bersalah dihukum dengan hukuman penjara digunakan oleh Sianturi, pembedaan seperti itu
selama-lamanya sembilan tahun. dapat membingungkan orang. Tim Penerjemah
(3) Dipersamakan dengan sumpah adalah janji atau Badan Pembinaan Hukum Nasional menggunakan
pembenaran, yang diminta berdasarkan terjemahan “di atas sumpah” sedangkan Lamintang
peraturan-peraturan umum atau yang diminta dan Samosir menggunakan terjemahan “di bawah
untuk menggantikan sumpah. sumpah”. Penerjemah-penerjemah ini sudah tentu
(4) Hukuman berupa pencabutan hak-hak seperti tidak bermaksud untuk membatasi pengertiannya
yang diatur di dalam pasal 35 No. 1 - 4 dapat sebagaimana pembedaan yang dilakukan oleh S.R.
dijatuhkan. 15 Sianturi.
Tindak pidana pokok dalam Pasal 242 KUHPidana Dengan mengikuti terjemahan Lamintang dan
adalah tindak pidana yang dirumuskan dalam ayat Samosir dapat digunakan istilah “keterangan palsu
(1). Dalam ayat (2) diatur mengenai penberatan di bawah sumpah” sebagai istilah umum yang
pidana, dalam ayat (3) diatur mengenai apa yang mencakup pengambilan sumpah sebelum maupun
disamakan dengan sumpah, sedangkan dalam ayat sesudah diberikan keterangan.
(4) diatur mengenai pidana tambahan. Unsur-unsur dari tindak pidana sumpah palsu
Mengenai tindak pidana yang dirumuskan dalam dalam Pasal 242 ayat (1) KUHPidana, yang diancam
Pasal 242 KUHPidana ini diberikan keterangan oleh pidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
S.R. Sianturi antara lain sebagai berikut, tahun, adalah sebagai berikut:
Nama dari kejahatan ini disebut “sumpah palsu”. 1. Dalam keadaan di mana undang-undang
Intinya ialah, seseorang memberikan suatu menentukan supaya memberi keterangan di
keterangan palsu di atas sumpah (ia bersumpah atas/di bawah sumpah atau mengadakan akibat
lebih dahulu baru dikuatkan dengan sumpah) atau hukum kepada keterangan yang demikian;
di bawah sumpah (ia memberikan keterangan lebih 2. Dengan sengaja;
dahulubaru dikuatkan dengan sumpah).16 3. Memberi keterangan palsu di atas/di bawah
Oleh Sianturi tindak pidana ini dinamakan tindak sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
pidana (kejahatan) “sumpah palsu”. Nama ini untuk pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus
memperjelas bahwa di dalam peristiwa itu ditunjuk untuk itu.
Unsur-unsur Pasal 242 ayat (1) KUHPidana
14
tersebut akan dibahas satu demi satu berikut ini.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983, 1. Dalam keadaan di mana undang-undang
hlm. 99-100. menentukan supaya memberi keterangan di atas
15 Lamintang dan Samosir, Loc.cit.
sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada
16 S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya,
keterangan yang demikian.
Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, hlm. 124.
Oleh S.R. Sianturi diberikan contoh-contoh Pengertian “dengan sengaja” dalam Pasal
dari peraturan perundang-undangan yang 242 ayat (1) KUHPidana mencakup ketiga
mewajibkan seseorang harus mengucapkan macam kesengajaan tersebut. Sebagai contoh,
sumpah sebagai berikut, jika pada seseorang terdapat sengaja dengan
a. Pasal 147 HIR untuk perkara perdata yang kesadaran tentang kemungkinan maka hal
berbunyi: “Jika tidak diminta mengundurkan tersebut telah memenuhi unsur “dengan
diri atau kalau permintaan itu ditentukan sengaja” dari tindak pidana sumpah palsu.
tidak beralasan, maka saksi itu, sebelum Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah
memberi keterangan disumpah dahulu bahwa unsur “dengan sengaja” ini ditempatkan
menurut agamanya”. di tengah-tengah rumusan pasal, yaitu sesudah
b. Pasal 1911 KUHPerdata: “Saksi wajib unsur “dalam keadaan di mana undang-undang
bersumpah atau berjanji sesuai dengan menentukan supaya memberi keterangan di
agama yang dianutnya, bahwa mereka akan atas sumpah atau mengadakan akibat hukum
menerangkan yang sebenarnya”. kepada keterangan yang demikian”. Jadi,
c. Pasal 115 (2) Undang-undang Kepailitan: unsur tersebut tidak tercakup oleh unsur
“…ataupun menuntut supaya siberpiutang “dengan sengaja”. Dengan demikian, pelaku
menguatkan dengan sumpah kebenaran tidak perlu mengetahui bahwa keterangan
piutangnya…”. yang diberikannya itu memang harus dikuatkan
d. Pasal 160 (3) dan (4) KUHAP di bidang dengan suatu sumpah atau janji.
perkara pidana yang berbunyi: “(3) sebelum Unsur yang diliputi oleh unsur “dengan
memberi keterangan, saksi wajib sengaja” ini adalah unsur yang ditempatkan
mengucapkan sumpah atau janji menurut sesudah unsur “dengan sengaja”, yaitu unsur
cara agamanya masing-masing bahwa ia “memberi keterangan palsu di atas sumpah,
akan memberi keterangan yang sebenarnya baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi
dan tidak lain daripada yang sebenarnya”; maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk
“(4) Jika pengadilan menganggap perlu, untuk itu”.
seorang saksi atau ahli wajib bersumpah 3. Memberi keterangan palsu di atas/di bawah
atau berjanji sesudah saksi atau ahli itu sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
memberi keterangan”. Periksalah juga pasal pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus
116 dan 120 KUHAP mengenai ditunjuk untuk itu.
pengangkatan sumpah atau pengucapan Dalam Pasal 242 ayat (3) KUHPidana
janji oleh saksi atau ahli pada kegiatan ditentukan bahwa disamakan dengan sumpah
penyidikan. 17 adalah “janji” atau “penguatan” yang
Penjelasan yang diberikan oleh S.R. Sianturi diharuskan menurut aturan-aturan umum atau
menunjukkan bahwa tindak pidana sumpah yang menjadi pengganti sumpah.
palsu dalam Pasal 242 ayat (1) KUHPidana Beberapa putusan pengadilan yang
tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang dikemukakan oleh Lamintang dan Samosir
hukum, di antaranya bidang hukum perdata berkenaan dengan unsur ini adalah sebagai
dan bidang hukum pidana. berikut:
2. Dengan sengaja. a. Putusan Hoge Raad 25 Juni 1928, di mana
Unsur “dengan sengaja” merupakan bagian diberikan pertimbangan bahwa, “suatu
dari unsur kesalahan atau pertanggungjawaban keterangan itu adalah palsu, jika sebahagian
pidana. Dalam doktrin (pendapat ahli hukum) dari keterangan itu adalah tidak benar,
dan yurisprudensi sekarang ini sudah umum walaupun yang sebagian ini mempunyai arti
dikenal adanya tiga macam kesengajaan, yaitu: yang tidak demikian pentingnya, …”. 18
a. sengaja sebagai maksud; b. Putusan Hoge Raad, 4 April 1938, di mana
b. sengaja dengan kesadaran tentang diberikan pertimbangan bahwa, “juga
keharusan; dan, apabila beberapa bagian dari suatu
c. sengaja dengan kesadaran tentang keterangan itu adalah tidak palsu, Hakim
kemungkinan. dapat menganggap keterangan itu sebagai
satu kesatuan dan menyatakan terrbukti,
B. Saran