PIHAK
KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
01 I MADE SURYA PUTRA WINATA (1459)
Martiman
Pengakuan Secara Tegas dan Secara Diam-Diam
Prodjohamidjojo
Pengakuan di Dalam Persidangan dan di Luar
Persidangan
Pengakuan Secara Murni dan Bersyarat
Sudikno
Pengakuan murni dan bulat Mertokusumo
Pengakuan berkualifikasi
Pengakuan berklausula
KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN PARA PIHAK
DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA
metode penafsiran
interdisipliner
Interpretasi Interdisipliner merupakan metode penafsiran
yang dilakukan oleh hakim apabila ia menghadapi kasus yang
melibatkan berbagai macam disiplin ilmu hukum. Dalam hal ini
karena hukum acara peradilan TUN tidak menjelaskan
mengenai alat bukti Pengakuan maka dapat menggunakan
penafsiran kepada kaidah hukum lain yakni hukum acara
perdata yang juga mengatur Pengakuan sebagai alat bukti.
Kekuatan bukti
Pengakuan / bekentenis
Terkait suatu pengakuan lisan yang diberikan di luar persidangan tidak dapat dipakai, selain dalam
hal-hal dimana diizinkan pembuktian dengan saksi-saksi, hal ini tercantum di dalam Pasal 1927 KUH
Perdata sedangkan tentang kekuatan pembuktiannya diserahkan kepada pertimbangan hakim.
Artinya nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada pengakuan lisan itu tidak mempunyai nilai
kekuatan mengikat tetapi hanya merupakan bukti bebas. Pengakuan yang diberikan di luar
persidangan dengan cara tertulis dapat bernilai sebagai alat bukti tertulis, apabila pengakuan
ditandatangani pihak yang membuat pengakuan. Oleh karena itu, apabila pengakuan tertulis di luar
persidangan dapat diajukan dalam persidangan dan sangat beralasan memberi daya pembuktian
bebas kepadanya.
PENERAPAN PENGGUNAAN ALAT BUKTI
PENGAKUAN PARA PIHAK DALAM PTUN
PUTUSAN PTUN BANDUNG NOMOR 39/G/2023/PTUN.BDG
Dijelaskan pada putusan ini bahwa Pengakuan para pihak ini tidak
penggugat membuat pengakuan dilampirkan seperti alat bukti yang
pada positanya di halaman 6 (enam) lainnya melainkan bersifat “spontan”
angka 3 (tiga) yang menyatakan sehingga para majelis hakim yang
orang tua Penggugat telah 2 (dua) dapat menggunakan logikanya untuk
kali meninggalkan tanah yang menilai apakah suatu pernyataan baik
diatasnya terbit Sertipikat Hak Milik lisan maupun tertulis tersebut
objek perkara yakni pada tahun 1958 merupakan pengakuan atau tidak.
dan tahun 1961, yang kemudian
penguasaan atas tanah tersebut
dilanjutkan oleh orang lain.
PUTUSAN PTUN BANDUNG NOMOR
39/G/2023/PTUN.BDG
PERBEDAAN PENERAPAN TERHADAP
PENGADILAN LAINNYA
Hanya pengakuan di Pengakuan merupakan bukti yang Hanya alat-alat bukti yang
muka sempurna sehingga mengikat bagi sah menurut UU yang dapat
hakim saja baik lisan yang pihak menyatakannya dan ia pun dipergunakan untuk
maupun tertulis saja bersifat dwingen bewijs atau bukti yang pembuktian.(berhubungan
yang dapat diterima memaksa sehingga pihak lawan tidak dengan suatu
sebagai dapat mengajukan pembuktian tindak pidana menimbulkan
alat bukti yang sah. sebaliknya keyakinan bagi hakim)
Dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara (UU PERATUN) tidak memberikan rincian
mengenai klasifikasi pengakuan para pihak. Oleh karena itu, dalam kasus-kasus yang melibatkan
pengakuan, pengadilan dapat menggunakan metode penafsiran interdisipliner dengan merujuk
kepada Hukum Acara Perdata yang juga mengatur pengakuan sebagai alat bukti. Meskipun UU
PERATUN hanya menjelaskan bahwa pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan
alasan yang kuat dan dapat diterima oleh hakim, metode penafsiran ini memungkinkan penggunaan
kaidah hukum lain untuk memberikan kejelasan dalam penilaian pengakuan dalam konteks peradilan
tata usaha negara.
TERIMA
KASIH