Anda di halaman 1dari 30

PEMBUKTIAN

 DR. MOH. ALI, S.H.,M.H.


DASAR HUKUM

 Pasal 162 – 177 HIR


 Pasal 282 – 388 Rbg
 Pasal 1865 – 1945 BW
Pembuktian adalah :
1. Penyajian alat-alat bukti yg sah menurut hukum kpd
hakim yg memeriksa suatu perkara guna memberikan
kepastian tentang kebenaran peristiwa yg dikemukakan
(Riduan Syahrani : 2004).
2. Penyajian alat-alat bukti yg sah menurut hukum oleh
pihak berperkara kepada hakim dlm persidangan dg
tujuan u memperkuat kebenaran dalil ttg fakta hukum
yg mjd pokok sengketa, shg hakim memperoleh
kepastian u dijadikan dasar putusannya (Bahtiar Effendi
: 1991)

Dr. Moh. Ali, S.H.,M.H. 3


APA YANG HARUS DIBUKTIKAN

 Peristiwa/kejadian/fakta dan hak yg menjadi


inti / pokok dari gugatan maupun bantahan;
 Para pihak Tidak perlu memberitahukan dan
membuktikan peraturan hukum /dasar
hukumnya, pada azasnya hakim dianggap
mengetahui hukumnya (Ius Curia Nuvit) –
hakim bertugas menerapkan hukum perdata
(materiil) terhadap perkara yang
diputuskannya.

Dr. Moh. Ali, S.H.,M.H. 4


HAL YANG TIDAK PERLU DIBUKTIKAN

 Segala sesuatu yang diajukan oleh salah satu pihak dan


pihak lain mengakuinya dengan terang;
 Pihak lain tidak menyangkal = penyangkalan atas dasar
alasan yang tidak cukup;
 Menyangkut processuil (Tergugat tidak hadir = dikabulkan,
saratnya dipanggil patut, tidak melanggar uu /kepatutan) ;
 Salah satu pihak melakukan sumpah pemutus (Decessoir);
 Segala sesuatu yang dilihat sendiri oleh hakim di depan
pengadilan (PS, adanya catatan pembukuan yang dilihat
sendiri;
 Segala sesuatu yang dianggap diketahui oleh umum
(notoire feiten);
 Segala sesuatu yang diketahui hakim karena
pengetahuannya sendiri.

5 Dr. Moh. Ali, S.H.,M.H.


BEBAN PEMBUKTIAN
Pasal 163 HIR / 1865 BW

 Barang siapa yang mendalilkan mempunyai


sesuatu hak atau mengemukakan suatu peristiwa
untuk menegaskan haknya atau untuk membantah
hak orang lain, haruslah membuktikan adanya hak
itu atau peristiwa itu”.
 Prinsip beban pembuktian :
 Hakim harus membagi beban pembuktian secara
seimbang dan adil tidak boleh berat sebelah;
 (AUDI ET ALTERAM PARTEM)
 Digantungkan dengan situasi / keadaan para pihak
dan kasus posisinya;
 Diberikan pada pihak yang paling sedikit dirugikan;
 Diberikan pada pihak yang paling mudah
membuktikannya;

Dr. Moh. Ali, S.H.,M.H. 6


TEORI PEMBUKTIAN

1. Negatief Wettelijk Bewisjleer


 Harus cukup alat bukti yang sah menurut UU;
 Keyakinan hakim
Dengan alat bukti saja tidak cukup tapi masih dibutuhkan keyakinan
hakim.
 Meskipun pembuktian cukup berdasarkan UU jika hakim tidak
mempunyai keyakinan maka terdakwa harus dibebaskan.
2. Positif Wettelijk Bewisjleer
Pembuktian semata-mata didasarkan atas alat bukti yang sah
menurut UU tidak diperlukan adanya keyakinan hakim.
3. Conviction in time
Pembuktian yang semata-mata didasarkan pada keyakinan hakim,
tidak dibutuhkan alat bukti yang lain.
4. Conviction raissonnee
 Keyakinan hakim tetapi,
 Harus ada alasan apa sebabnya hakim yakin (dasar alasan
tidak harus terikat pada alat pembuktian yang diakui UU tapi
juga alat pembuktian lain diluar UU.

Dr. Moh. Ali, S.H.,M.H. 7


Macam-Macam Alat Bukti dlm Acara Perdata
Pasal 164 HIR/284 RBg/1866 KUHPer :

1. Alat Bukti Surat /Tulisan;


2. Saksi;
3. Persangkaan;
4. Pengakuan;
5. Sumpah.

Dr. Moh. Ali, S.H.,M.H. 8


Macam-macam alat
bukti
Pasal 164 HIR
• Bukti surat (165-167 HIR);
• Bukti saksi (168-172 HIR);
• Persangkaan (173-174 HIR);
• Pengakuan (175-176 HIR);
• Sumpah (177 jo 155, 156 HIR).
Surat

Akta Otentik
Akta
Surat Akta di bawah
tangan
Bukan Akta
Surat
Akta;
• Dibuat untuk ditujukan sebagai alat bukti.
• Dibagi menjadi akta otentik dan akta
bawah tangan.
Bukan akta.
• Dibuat tidak ditujukan untuk menjadi alat
bukti di pengadilan, Ct: memo, undangan
dll.
Akta otentik
Definisi:
Pasal 1868 BW. Suatu akta otentik ialah suatu
akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum
yang berwenang untuk itu di tempat akta itu
dibuat. (165 HIR atau pasal 285 Rbg)
• Kekuatan hukum akta otentik merupakan
bukti yg sempurna bagi para pihak dan ahli
warisnya. (Pasal 165 HIR )
• Terhadap pihak ketiga akta tersebut
merupakan alat bukti bebas.
• TEGENBEWIJS
Akta otentik
• Akta otentik mempunyai kekuatan
pembuktian yg sempurna, mengikat,
formil dan materil.
• Ct : surat-surat yang dibuat oleh
notaris, pegawai catatan sipil,
panitera pengadilan.
Akta di bawah tangan:
Definisi:
Pasal 1874. Yang dianggap sebagai tulisan di
bawah tangan adalah akta yang ditandatangani di
bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah
tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat
tanpa perantaraan seorang pejabat umum.
• Apabila akta tsb sudah diakui oleh para
pihak akan memberikan kekuatan
pembuktian yang sempurna bagi akta
tersebut (ordonansi 1867/29 pasal 6,
pasal 2)
Kekuatan akta di bawah tangan

Pasal 1875 BW :
Suatu tulisan di bawah tangan yang diakui kebenarannya
oleh orang yang dihadapkan kepadanya atau secara
hukum dianggap telah dibenarkan olehnya, menimbulkan
bukti lengkap seperti suatu akta otentik bagi orang-
orang yang menandatanganinya, ahli warisnya serta
orang-orang yang mendapat hak dari mereka; ketentuan
Pasal 1871 berlaku terhadap tulisan itu
Keterangan saksi
• Yang dapat diterangkan oleh saksi adalah
apa yang saksi lihat, dengar dan alami
sendiri
• Pasal 1907 /171 HIR:
• Tiap kesaksian harus disertai keterangan tentang
bagaimana saksi mengetahui kesaksiannya.
• Pendapat maupun dugaan khusus, yang diperoleh
dengan memakai pikiran, bukanlah suatu kesaksian.
• TESTIMONIUM DE AUDITU
Saksi
• Pasal 1905 /169 HIR:
Keterangan seorang saksi saja dengan
tidak ada sesuatu alat bukti lainnya
tidak dapat dianggap sebagai bukti
yg cukup.
Unus testis, Nullus testis (satu saksi
bukan saksi).
Wajib disumpah
Pasal 1911:
Tiap saksi wajib bersumpah
menurut agamanya, atau berjanji
akan menerangkan apa yang
sebenarnya.
Saksi

• Pihak – pihak yg tidak dapat


didengar sebagai saksi (145 HIR)

• Pihak – pihak yg dapat


mengundurkan diri dalam
memberikan kesaksian (146 HIR)
Saksi
Saksi ahli
• Diatur dalam 154 HIR.
• Saksi ahli harus dibedakan dengan
saksi biasa. Keterangan yg diberikan
saksi ahli didasarkan bidang ilmu
pengetahuan yg dimilikinya atau
keahliannya.
Persangkaan
• HIR tidak menjelaskan, definisi dari
persangkaan diatur dalam pasal 1915 BW.

Persangkaan:
• Kesimpulan yg oleh UU atau oleh hakim ditarik
dari suatu peristiwa yang terang dan nyata
kearah peristiwa lain yg belum terang dan
nyata.
Persangkaaan ada dua macam:
• persangkaan hakim
Ct: dalam hal perkara gugatan perceraian atas dasar
perzinahan 
• persangkaan UU
• 1916. Persangkaan yang berdasarkan undang-undang
ialah persangkaan yang dihubungkan dengan perbuatan
tertentu atau peristiwa tertentu berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Ct: Pasal 1394 BW yg menentukan bahwa tiga
kwitansi terakhir sudah dapat membuktikan suatu
perbuatan hukum kecuali jika dapat dibuktikan
sebaliknya;
Pengakuan
• Pengakuan sebagai alat bukti adalah
pengakuan yg diberikan oleh salah
satu pihak yang berperkara yang
dilakukan di depan persidangan atau
di luar sidang pengadilan.
• Pengakuan di dalam sidang
pengadilan mempunyai kekuatan bukti
yg sempurna (pasal 174 HIR).
Pasal 1925. 
•Pengakuan yang diberikan di hadapan Hakim,
merupakan suatu bukti yang sempurna terhadap
orang yang telah memberikannya, baik sendiri
maupun dengan perantaraan seseorang yang diberi
kuasa khusus untuk itu.
Pasal 1926. 
Suatu pengakuan yang diberikan dihadapan Hakim
tidak dapat dicabut kecuali bila dibuktikan bahwa
pengakuan itu diberikan akibat suatu kekeliruan
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Pengakuan
• Pengakuan di dalam sidang
pengadilan oleh salah satu pihak yg
berperkara dapat bersifat :
– suatu pernyataan kehendak,
– suatu perbuatan dan
– suatu perbuatan penguasaan.
Pengakuan
Pengakuan dibedakan:
• Pengakuan murni;
• Pengakuan dengan suatu kualifikasi;
• Pengakuan dengan suatu klausula.
Sumpah
Sumpah sebagai alat bukti berbeda
dengan sumpah yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari.

Arti sumpah disini yaitu dimana


sebelumnya ada suatu keterangan yg
diucapkan oleh salah satu pihak, dan
keterangan tersebut kemudian
diperkuat dengan sumpah.
Sumpah
Sumpah dibedakan menjadi :
• Sumpah yg diperintahkan oleh hakim karena
jabatannya kepada salah satu pihak yg berperkara
(sumpah supletoir) tujuannya untuk melengkapi
bukti yg telah ada ditangan salah satu pihak;
• Sumpah yg dimohonkan oleh pihak lawan (sumpah
pemutus/ sumpah decissoir)
Sumpah ini terdapat dalam salah satu pihak yg
berperkara mohon kepada hakim agar kepada
pihak lawan diperintahkan untuk melakukan sumpah
meskipun tidak ada pembuktian sama sekali
Sumpah
• Bila menyangkut perjanjian timbal
balik, sumpah ini dapat
dikembalikan (156 ayat 2 HIR)

• Sumpah ini harus bersifat Litis


Decisoir yaitu benar-benar
mengenai suatu hal yg menjadi
pokok perselisihan.
Sumpah

Mengangkat sumpah dapat diwakilkan


dengan suatu akta otentik yang
menyebutkan dengan seksama ttg
sumpah yg akan diangkat (157 HIR)

Anda mungkin juga menyukai