Anda di halaman 1dari 30

PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ISLAM, Tim Dosen Hukum Islam 2023

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA


DAN QONUN
PENGERTIAN (1)

Al-Bayyinah : Suatu yang menjelaskan atau apa saja yang dapat mengungkapkan dan
menjelaskan kebenaran sesuatu. (Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah)
Pembuktian (itsbat) dalam istilah fikih disebut sebagai menunjukkan dalil-dalil di
hadapan pengadilan dengan cara yang tertentu dan pada hal tertentu yang telah
ditentukan oleh syariah
Ibu Qayyim dalam sebuah peradilan setidaknya ada tiga elemen yang dapat digunakan
untuk menghadirkan sebuah kebenaran, yaitu kesaksian, sumpah dan pengakuan
Terminologis : Memberi keterangan dengan dalil hingga meyakinkan.
PENGERTIAN (2)
Prof. Supomo: pembuktian mempunyai dua arti:
1. Arti luas : memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang
sah.
2. Arti terbatas : hanya diperlukan apabila yang dikemukakan oleh penggugat
dibantah oleh tergugat.
Tingkatan keyakinan hakim :
1. Yaqiin : meyakinkan hakim = benar-benar yakin, terbukti 100%
2. Zhaan : Sangkaan yang kuat (terbukti 75 % - 99%)
3. Syubhaat : ragu-ragu (terbukti 50%)
4. Waham : Sangsi (terbukti < 50% = lemah)
PENGERTIAN (3)
Dalam arti terbatas pembuktian memerlukan dalil
Prof. Subekti:
Membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil/dalil-dalil yang dikemukakan dalam
suatu persengketaan.
Hukum Islam:
Dalil adalah diperlukan untuk mendudukkan kebenaran pada kebenaran materiil.
Dalil mengandung dua pengertian :
1. Dalil hukum (kaedah fikih)
Bukti itu dibebankan kepada penggugat dan sumpah dibebankan kepada yang menolak gugatan.
Perdamaian adalah boleh dalam suatu perkara, kecuali dalam hal mendamaikan yang halal dan yang
haram (Nasehat Khalifah Umar Bin Khatab mengenai peradilan).
2. Bayinah / Syahadah: Kesaksian / pembuktian oleh seseorang yang melihat suatu kejadian dengan mata
kepala sendiri.
ASAS PEMBUKTIAN

Pasal 1865 BW, Pasal 163 HIR, Pasal 283 RBG:


“Barang siapa mempunyai sesuatu hak atau guna membantah hak orang lain atau
menunjuk pada suatu peristiwa, ia diwajibkan membuktikan adanya hak itu atau adanya
peristiwa tersebut”.
HR. Bukhari Muslim dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah bersabda: “ Jika gugatan
seseorang dikabulkan begitu saja, niscaya akan banyaklah org yg menggugat hak atau
hartanya terhadap org lain tetapi (ada cara pembuktiannya) kpd yg menuntut hak
(termasuk yg membantah hak org lain dan menunjuk suatu peristiwa tertentu)
dibebankan utk membuktikan dan (bagi mereka yg tdk mempunyai bukti lain) dapat
mengingkari dgn sumpahnya”.
NILAI PEMBUKTIAN

1. Mempunyai nilai kebenaran yang mengikat bagi hakim sebagai acuan menemukan nilai kebenaran
materil didasarkan pada alat bukti yg diajukan oleh pihak berpekara. 174 HIR.
2. Mempunyai nilai bebas: Hakim tidak diharuskan menganggap bukti tersebut sebagai suatu yg
mengikat dirinya dlm menemukan kebenaran materil. 170, 175 HIR. Misal?
ALAT-ALAT BUKTI MENURUT
HUKUM ISLAM
1. Ikrar / pengakuan
2. Syahadah / saksi
3. Yamiin / sumpah
4. Riddah / murtad
5. Tabbayun / limpahan pemeriksaan
6. Maktubah / bukti tertulis
1. IKRAR / PENGAKUAN
Q.S. 3:81
HR Al Baihaqy ttg dua org berperkara mgn kepemilikan unta. Nabi memutus pemilik unta adalah yg
memegang unta di tangannya.
Suatu pernyataan dari penggugat/tergugat/pihak-pihak lainnya mengenai ada tidaknya sesuatu, atau :
pernyataan seseorang atas dirinya sendiri yg bersifat sepihak dan tidak memerlukan persetujuan pihak
lain.
Syarat-syarat pelaku ikrar :
 Baligh, Akil, Rasyid (cakap), Tidak dipaksa.
 Jelas, terperinci, pasti, benar, dan sadar (tambahan Abdul Qadir Audah)

Jenis ikrar :
- Lisan
- Isyarat, kecuali zina
- Tertulis
2. SYAHADAH / SAKSI
Orang yang memberikan keterangan di muka sidang dengan memenuhi syarat-syarat
tertentu tentang suatu peristiwa/keadaan, yang ia lihat, dengar dan alami sendiri
sebagai bukti terjadinya peristiwa/keadaan tertentu.
Dasar Hukum:
 Saksi hrs adil Q.S.at Thalaq (65);2
 Jml saksi hrs 2 Q.S.2;283
 Bila tdk ada 2 saksi, utk mslh harta dpt 1 saksi ditambah sumpah (H.R.Muslim, Abu
Daud, An Nasa’i)
2. SYAHADAH / SAKSI
Syarat saksi menurut Sayid Sabiq :
1. Islam (dlm hal tertentu ada pengecualian)
2. Berbicara (tdk bisu)
3. Adil
4. Hafal dan cermat
5. Baligh
6. Bersih dari tuduhan
7. Berakal
Orang yang ditolak sebagai saksi :
1. Yang bermusuhan dengan pihak yang berperkara
2. Mahram
3. Yang berkepentingan atas perkara itu
4. Sakit jiwa
5. Fasik (Q.S.4:54) : orang yang suka menyembunyikan yang benar dan menampakkan yang salah
6. Safih (Q.S.4 :5) : yang lemah akal dan dibawah pengampuan
ALAT BUKTI LAINNYA
3. Yamin / Sumpah
Suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan/diucapkan pada waktu memberi janji/keterangan dengan mengingat sifat
Maha Kuasa Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan/janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
4. Riddah/Murtad
Pernyataan seseorang bahwa ia telah keluar dari agama Islam (murtad). Hanya dipakai untuk pembuktian pada perkara
gugatan cerai.
5. Maktubah/Bukti-bukti Tertulis,
Q.S. 2:282 dan Q.S. 96:1. Membaca bukti-bukti tertulis
6. Tabbayyun/Limpahan Pemeriksaan
Upaya perolehan kejelasan yg dilakukan oleh pemeriksaan majelis pengadilan yang lain daripada pengadilan yang
sedang memeriksa.
ALAT BUKTI DI PENGADILAN
AGAMA

UU No. 7/1989 Pasal 54 1. Pembuktian dengan


surat
HIR 164 2. Keterangan saksi
Rbg 284 3. Persangkaan hakim
4. Pengakuan, dan
5. Sumpah
ALAT BUKTI

164 153 154 167 178


HIR HIR HIR HIR HIR
• Alat bukti surat • Pemeriksaan • Saksi ahli • Pembukuan • Pengetahuan
• Alat bukti saksi di tempat hakim
• Alat bukti
persangkaan
• Alat bukti
pengakuan
• Alat bukti
sumpah
1. SURAT (ALAT BUKTI TERTULIS)

Alat Bukti Tertulis terbagi 2:


a. Surat yang berbentuk akta : surat yang ditandatangani, terbagi 2:
a. Akta Otentik : Yang dibuat oleh atau di muka pejabat umum yang berwenang untuk membuat
surat tersebut, dengan maksud utk membuat surat tsb menjadi bukti.
b. Akta di bawah tangan: Akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan
dari seorang pejabat
b. Surat-surat lainnya yang bukan akta
Dasar Hukum:
Psl. 138, 165, 167 HIR, Ps. 164, 285 RBG, Ps. 1867 – 1894 BW
2. KETERANGAN SAKSI

Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada Hakim di persidangan ttg peristiwa yg disengketakan dgn
jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh org yg bkn salah satu pihak dlm perkara yg dipanggil di
persidangan.
Golongan yang dianggap tidak mampu menjadi saksi:
a. Secara mutlak : keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan yang lurus dari pihak dan
suami dan istri dari satu pihak, meskipun sudah bercerai.
b. Secara Nisbi: anak-anak yang belum mencapai umur 15 tahun dan orang gila, meskipun kadang-kadang
ingatannya terang dan sehat.
Hakim harus memperhatikan kesesuaian antara saksi dgn saksi lainnya, dgn perkara yg disengketakan, sifat saksi,
hubungan saksi dgn yg disaksikan.
Dasar hukum:
Ps. 139-152, 168-172 HIR. Ps. 165-179, 306-509 RBG. Ps. 1895-1902-1912 BW
3. PERSANGKAAN HAKIM (1)
Hukum Acara Perdata Islam disebut Qarinah: Isyarat, Indikasi, atau tanda2 yg dapat
memberikan kesimpulan kpd hakim. (Q.S. Yusuf:26).
Abu Hanifah, Syafi’I, Ahmad: Qarinah tanpa saksi atau iqrar, maka hakim tdk dpt
memutuskan perkara.
Ulama Hanafiah: Qarinah sbg alat bukti tergantung pd pertimbangan hakim.
Ibnul Qoyyim: Alat bukti Qarinah = saksi.
3. PERSANGKAAN HAKIM (2)
Terdiri atas:
a. persangkaan berdasarkan kenyataan yg didasarkan atas kesimpulan yg ditarik
oleh hakim (feitelijke atau rechterlijke vermoedens, prae sumptiones facti) dan
b. persangkaan berdasarkan hukum yang didasarkan ketentuan khusus UU yg
dihubungkan dengan perbuatan atau peristiwa tertentu.
Dasar hukum: Ps. 164 HIR, Ps. 284 RBG, Ps. 1866 BW.
Persangkaan dapat dibenarkan bila persangkaan timbul dari adanya kesaksian, surat-
surat, pengakuan dari salah satu pihak (Psl 311 HIR)
4. PENGAKUAN / IQRAR (1)
Pengakuan dapat ditinjau dari dua segi:
1. Segi Acara Pelaksanaannya: pengakuan yg dikemukakan thd satu pihak
a. Dilakukan di muka hakim  alat bukti yg cukup
b. Dilakukan di luar persidangan diserahkan kpd kebijaksanaan hakim
2. Segi Isi, Ada 3 macam :
a. Pengakuan Murni: pengakuan yg bersifat sederhana dan sesuai sepenuhnya dengan
tuntutan lawan.
b. Pengakuan dengan kualifikasi: pengakuan yg disertai dg sangkalan terhadap
sebagian dari tuntutan
c. Pengakuan dengan Klausula : pengakuan yang disertai dengan keterangan
tambahan yang bersifat membebaskan.
4. PENGAKUAN/ IQRAR (2)
Dasar Hukum:
- Q.S.3;81
- HR. al Baihaqi ttg 2 laki-laki yg berperkara mgn seekor unta
betina, masing2 mengakui memilikinya. Nabi memutus pemilik
unta adalah unta yg ada ditangannya. yurisprudensi
- Ps. 174-176 HIR, Ps. 311-313 RBG, Ps. 1923-1928 BW.
Bentuk iqrar: Lisan, isyarat, tulisan.
5. SUMPAH (2)
Suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau
keterangan dgn mengingat Tuhan dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan yang tidak
benar akan dihukum oleh Nya.
Ada tiga macam sumpah :
a. Sumpah Pelengkap (Suppletoir): Sumpah yang diperintahkan oleh hakim krn jabatannya
kepada salah satu pihak yang berperkara untuk melengkapi pembuktian peristiwa atau hak
yang menjadi sengketa sebagai dasar putusannya
b. Sumpah Pemutus (Decisioir): Sumpah yang dibebankan atas permintaan salah satu pihak
kepada lawannya.
c. Sumpah Penaksiran (Aestimatoir): Sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena
jabatannya kepada Penggugat untuk menentukan uang ganti rugi.
5. SUMPAH (2)
Dasar Hukum:
HR. al Baihaqi: Bukti menjadi kewajiban penggugat, dan sumpah menjadi
kewajiban tergugat atau org yg mengingkarinya. Siapa yang bersumpah maka
bersumpahlah demi Allah, jika tdk dmkn, maka tinggalkanlah.
Ps. 155-158, 177 HIR. Ps. 182-185, 314 RBG. Ps. 1929-1945 BW
KEYAKINAN HAKIM DALAM PEMBUKTIAN PERKARA

Sistem pembuktian dalam Hukum Acara Perdata adalah sistem positif: Dalam memutus perkara
hakim boleh memutuskan dengan hanya semata disandarkan pada alat pembuktian yang diakui
UU.
Yang dicari hanya kebenaran formil (resmi) yaitu apa yang benar menurut apa yang diajukan
pihak yang berperkara, bukan kebenaran materil seperti Hukum Acara Pidana.
Karena ruang lingkup acara perdata sepenuhnya ditentukan oleh pihak yang berperkara.
Dalam hukum Islam juga demikian. Lihat kasus Ali bin Abi Thalib kehilangan baju besi yang
dimiliki seorang Yahudi. Membawa 2 saksi, tapi satu saksi ditolak karena anaknya. Hakim
Syuraih tidak memenangkan Ali (seorang Khalifah) walaupun menurut hal yang sebenarnya dan
menurut keyakinan hakim.
PEMBUKTIAN YANG DIATUR SECARA
KHUSUS DALAM UU NO. 7/1989 (1)
Pasal 70:
Dalam permohonan cerai talak
Setelah Pengadilan mengabulkan permohonan tersebut
Pengadilan menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak
Suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak, yang
dihadiri oleh istri atau kuasanya.
Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau patut, tetapi tidak datang atau tidak mengirim wakilnya, maka
suami atau wakilnya dapat mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya istri atau wakilnya.
Jika suami dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak, tidak datang
atau tidak mengirim wakilnya meskipun telah mendapat panggilan secara sah atau patut maka gugurlah kekuatan
penetapan tersebut, dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan yang sama.
PEMBUKTIAN YANG DIATUR SECARA
KHUSUS DALAM UU NO. 7/1989 (2)

Pasal 74:
Alasan salah satu pihak mendapat pidana penjara untuk memperoleh putusan perceraian, sebagai
bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang berwenang yang memutuskan
perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
PEMBUKTIAN YANG DIATUR SECARA
KHUSUS DALAM UU NO. 7/1989 (3)

Pasal 75:
Dalam gugatan perceraian yg didasarkan atas alasan tergugat mendapat
cacat badan/penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban
sebagai suami  Hakim dapat memerintahkan tergugat untuk
memeriksakan diri kepada dokter.
PEMBUKTIAN YANG DIATUR SECARA
KHUSUS DALAM UU NO. 7/1989 (4)

Pasal 76:
Dalam gugatan perceraian yg didasarkan atas alasan syiqaq:
a. Harus didengar keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang
yang dekat dengan suami istri.
b. Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat persengketaan antara
suami istri dapat mengangkat seorang atau lebih dari keluarga masing-masing pihak
ataupun orang lain untuk menjadi hakam.
PEMBUKTIAN YANG DIATUR SECARA
KHUSUS DALAM UU NO. 7/1989 (5)
Pasal 87, 88 UU 7/1989 ttg Peradilan Agama jo. Pasal 127 KHI
Apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah satu pihak melakukan
zina:
pemohon atau penggugat tidak dapat melengkapi bukti-bukti
termohon atau tergugat menyanggah alasan tersebut,
dan Hakim berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama
sekali serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik dari pemohon
atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat, maka Hakim karena jabatannya dapat
menyuruh pemohon atau penggugat untuk bersumpah (sumpah li’an).
Pihak termohon atau tergugat diberi kesempatan pula untuk meneguhkan sanggahannya
dengan cara yang sama.
PEMBUKTIAN DALAM
PIDANA ISLAM
1. Iqrar, pengakuan terdakwa
2. Bayyinah, sesuatu yang dapat menjelaskan delik
3. Yamin, sumpah dari terdakwa
4. Nukul mudda’a ‘alaih, keengganan terdakwa mengucapkan sumpah
5. Qasamah, sumpah dari wali korban untuk menetapkan untuk membuktikan
bahwa telah terjadi pembunuhan oleh terdakwa atau sumpah yang
dilakukan terdakwa untuk membebaskan diri dari dakwaan.
6. ‘ilmu al-qadhi, pengetahuan hakim atau keyakinan hakim.
7. Qarin al-ahwal, indikasi keadaan yang menunjukkan peristiwa pidana.
ALAT BUKTI QONUN 7/2013
HUKUM ACARA JINAYAT
Pasal 181:
a.Keterangan Saksi
b.Keterangan Ahli
c.Barang Bukti
d.Surat
e.Bukti Elektronik
f.Pengakuan Terdakwa
g.Keterangan Terdakwa
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai