Anda di halaman 1dari 18

PEMBUKTIAN DI PENGADILAN

AGAMA
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA
PENGERTIAN PEMBUKTIAN
 Pembuktian menurut istilah bahasa Arab berasal dari kata “Al-
bayinah” yang artinya “suatu yg menjelaskan.” ibn al-Qayyim al-
Jauziyah dalam kitabnya At-Turq al Hukmiyah mengertikan “bayyinah”
sebagai segala sesuatu atau apa saja yang dapat mengungkapkan
dan menjelaskan kebenaran sesuatu.
 Menurut Prof. Dr. Supomo pembuktian mempunyai arti luas dan arti
terbatas. Dalam arti luas, pembuktian berarti memperkuat
keyakinan kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang
syah.Dalam arti terbatas pembuktian itu hanya diperlukan apabila
yang dikemukakan oleh penggugat itu di bantah oleh tergugat.
ASAS PEMBUKTIAN
 Barangsiapa mempunyai suatu hak atau guna membantah hak orang lain, atau
menunjuk pada suatu peristiwa, ia diwajibkan membuktikan adanya hak
tersebut, atau adanya peristiwa tersebut. (Pasal 1865 BW, Pasal 163 HIR, Pasal
283 RRBW).
NILAI PEMBUKTIAN
 Bukti mempunyai nilai kebenaran yang mengikat
 Bukti yang mempunyai nilai bebas
 Pembuktian yang secara khusus diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 terutama menyangkut tentang sengketa
perkawinan
 Pembuktian dalam permohonan cerai talak (Pasal 70);Pembuktian
dalam gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak
mendapat pidana penjara (Pasal 74);
 Pembuktian dalam gugatan perceraian didasarkan atas alasan
tergugat mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami (Pasal 75)
 Pembuktian dalam gugatan didasarkan atas alasan Syiqaq (Pasal 76)
 Pembuktian dalam gugatan perceraian didasarkan atas alasan zina
(Pasal 87).
MACAM-MACAM ALAT BUKTI
 Surat-surat lain selain akta
 Pembuktian dengan saksi-saksi
 Persangkaan
 Pengakuan suatu pihak
 Pengakuan suatu pihak ditinjau dari segi isi:
 Pengakuan murni

 Pengakuan dengan kualifikasi

 Pengakuan dengan klausul


PEMBUKTIAN DALAM ISLAM
1. Ikrar (pengakuan)
2. Syahadah (saksi)
3. Yamin (Sumpah)
4. Ridah (murtad)
5. Maktubah (bukti tertulis)
6. Tabayyun (pemeriksaan koneksitas)
IKRAR / PENGAKUAN
 Ikrar atau Pengakuan adalah pernyataan membenarkan mengenai suatu peristiwa
Dasar Hukum
 QS An Nisa ayat 135: “wahai orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-

benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabatmu”
 HR Bukhari Muslim dari Abi Hurairah tentang seorang laki-laki muslim menghadap

Rasulullah saw yang mengakui telah melakukan zina


 Pasal 174-176 HIR

 Pasal 311-313 RBg

 Pasal 1923-1928 KUHPer


Ucapan Pengakuan
 Di depan sidang
 Pengakuan di depan sidang menjadi alat bukti yang sempurna dan mengikat
 Di luar sidang
 Pengakuan di luar sidang tidak mengikat hakim, dan hakim bebas untuk menilai
SAKSI
 Musyahadah adalah menyaksikan suatu peristiwa
 Saksi harus benar-benar melihat, mendengar, mengetahui, atau mengalami
sendiri atas apa yang disaksikannya (ratio sciendi, ‘ain al yaqin), bukan
berdasarkan berita (testimonium di auditu) lalu disimpulkan sendiri (ratio
concludendi)
Fungsi Saksi
 Saksi berfungsi sebagai syarat hukum (hukum material)
 Rukun nikah 2 saksi harus terpenuhi
 Saksi berfungsi sebagai alat pembuktian (hukum formal)
 2 saksi dalam akad nikah menjadi alat bukti telah terjadi pernikahan
 Segala saksi yang memenuhi syarat hukum, otomatis memenuhi syarat
pembuktian, tetapi tidak sebaliknya
 Unus testis nullus testis = satu saksi sama dengan bukan kesaksian
 Larangan menjadi saksi (dengan tujuan agar terjamin obyektivitas tidak memihak):
 Larangan mutlak
 Keluarga sedarah dan semenda menurut garis keturunan lurus kecuali dalam perkara status keperdataan atau
perjanjian kerja, pencabutan kekuasaan orang tua atau wali
 Suami atau isteri
 Larangan relatif (boleh didengar tetapi bukan sebagai saksi)
 Anak di bawah 15 tahun
 Hak ingkar untuk menjadi saksi atau dibebaskan dari saksi
 Saudara laki-laki atau perempuan dan ipar laki-laki dan perempuan
 Keluarga sedarah menurut garis keturunan lurus dari suami atau isteri
 Orang karena martabat, jabatan atau hubungan kedinasan yang sah yang diwajibkan menyimpan rahasia
SUMPAH
 Apabila Penggugat tidak dapat membuktikan gugatannya dan Tergugat menolak
gugatan tersebut, maka Tergugat melakukan sumpah
 Al bayyinatu ‘alal mudda ‘ii wal yamiinu ‘alaa man ankara: “bukti itu dibebani
kepada penggugat dan sumpah itu dibebani kepada pihak yang menolak
(pengakuan)”
RIDDAH
 Telah keluar dari agama Islam atau murtad
 Digunakan untuk pembuktian pada perkara perceraian agar perkawinannya
putus
MAKTUBAH / ALAT BUKTI TERTULIS
 Transaksi yang tidak tunai diperintahkan untuk ditulis
 Alat bukti tertulis tidak boleh mengorbankan hukum materiil Islam  contoh: wasiat
 Macam alat bukti tertulis:
 Akta otentik  dibuat oleh pejabat yang berwenang  mempunyai kekuatan bukti yang
sempurna
 Akta bukan otentik  tidak dibuat oleh pejabat yang berwenang  kekuatan pembuktian
menjadi penilaian bebas oleh hakim
 Surat lainnya  kekuatan pembuktian menjadi penilaian bebas oleh hakim
 Salinan atau fotokopi surat  dilegalisir mempunyai kekuatan sama dengan kekuatan
aslinya
AL QARINAH / PERSANGKAAN / PETUNJUK
 Dasar Hukum
 Kisah Nabi Yusuf as dan Zulaikha
 Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as tentang perebutan seorang anak oleh dua orang
perempuan
 Rasulullah memberikan barang hilang kepada orang yang dapat menyebutkan ciri-ciri
barang tersebut
PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA DALAM ISLAM

 Pengakuan
 Saksi
 Qasamah

Anda mungkin juga menyukai