Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN, SUMBER, SEJARAH DAN

PERKEMBANGAN HUKUM WARIS ISLAM

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1:
AYUNI NILAM CAHYANI (0711520020)
SARI NURDIANI (0711520079)

DOSEN PENGAMPU:
DR. YUSUF HIDAYAT, S.AG., M.H.
CASKIMAN, S.H., M.H.

PENGERTIAN HUKUM WARIS ISLAM


Secara etimologis, mawarith berasal dari bentuk jamak
kata mirath, yang merupakan masdar dari kata waratha,
yaitu, wirathatan, wa mirathan, yang artinya peninggalan,
berpindahnya sesuatu dari individu/kelompok kepada
individu/kelompok lain, sesuatu itu bisa berupa harta,
ilmu, kemuliaan dan sebagainya.

Muhammad Ali ash-Shabuni, mengatakan bahwa


mawarits adalah: “Pindahnya hak milik orang yang
meninggal dunia kepada para ahli warisnya yang masih
hidup, baik yang ditinggalnya itu berupa harta bergerak
dan tidak bergerak atau hak-hak menurut hukum syara"

Kesimpulan, hukum waris islam adalah suatu hukum


yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah
meninggal dunia diberikan kepada yang berhak, seperti
keluarga keturunan lurus disesuaikan dengan aturan
adat masyarakat setempat yang lebih berhak.
SUMBER HUKUM WARIS ISLAM

01 Al-Quran

02 Al Hadits

03 Ijma

04 Ijtihad
AYAT-AYAT AL-QURAN YANG MENJADI
SUMBER HUKUM WARIS ISLAM

Surat An-Nisa’: 7;
Surat An Nisa ayat 11;
Surat An Nisa ayat 12;
Surat An Nisa ayat 33;
Surat An Nisa ayat 176;
Surat al Anfal ayat 75;
The law must be enforced
Surat al Ahzab ayat 6.
fairly and firmly.
AL HADITS ATAU SUNNAH RASUL

Hadits Riwayat Bukhari dan


Muslim dari Ibnu Abbas.
“Kami telah diberi tahu oleh Ma’mar
dari Ibn Thowus, dari bapaknya, dari
Ibn ‘Abbas berkata: Rasulullah SAW
telah bersabda: “bagilah harta waris
diantara orang-orang yang berhak
menerima bagian sesuai dengan
ketentuan al-Qur’an. Jika masih ada
tinggalan (sisa) maka yang lebih Hadits Nabi dari Jabir Ibn Abdillah
berhak adalah ahli waris lakilaki”.
Kami telah diberitahukan oleh ‘Amr Ibn Abi Qois dan
Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin Abdillah
berkata: Rasulullah telah datang menjengukku sedang
saya dalam keadaan sakit di bani Salamah kemudian
saya bertanya: “Wahai Nabi Allah bagaimana saya harus
membagi harta diantara anak-anakku, maka sebelum
Nabi bertolak dariku maka turunlah ayat:
Yang artinya Allah mensyari’atkan bagimu tentang
(pembagian pusaka) untuk anak-anakmu. Yaitu bagian
seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan”.
Ijtihad adalah usaha atau ikhtiar yang sungguh –
sungguh dengan mempergunakan segenap
kemampuan yang ada di lakukan oleh orang (ahli
IJTIHAD hukum yang memenuhi syarat untuk mendapatkan
garis hukum yang belum jelas atau tidak ada
ketentuannya di dalam Al Qur’an dan sunnah Rasul.
SEJARAH
PERKEMBANGAN
HUKUM WARIS
ISLAM

Hukum Waris
Islam
SEJARAH PERKEMBANGAN
HUKUM WARIS ISLAM

Hukum Waris Islam pada Hukum Waris Pada Masa Hukum Waris Islam di
Zaman Jahiliyah Awal Islam Indonesia

HUKUM WARIS ISLAM PADA


ZAMAN JAHILIYAH
Tradisi Arab dilatari oleh pandangan patrilinial
dimana yang dominan adalah laki-laki;
Anak kecil, perempuan dan orang tua tidak berhak
mendapatkan warisan karena lemah dan tidak bisa
berperang;
Para wanita dapat diwariskan;
Antara suami isteri tidak saling mewarisi.
PADA MASA AWAL ISLAM
Perbaikan terhadap tradisi waris mewarisi Jahiliyah;
Perempuan punya kedudukan terhormat;
Penentuan ahli waris bukan berdasarkan kemampuan
berperang ataupun kekuatan fisik.
HUKUM WARIS ISLAM DI INDONESIA
Sebelum Islam datang berlaku hukum Adat

Hukum waris Islam berlaku melalui proses yang Panjang

Hukum waris Islam menjadi pilihan

Hukum Waris Islam menjadi kewenangan Peradilan Agama


KESIMPULAN
"Hukum waris islam adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang
telah meninggal dunia yang diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga keturunan lurus
disesuaikan dengan aturan adat masyarakat setempat yang lebih berhak. Adapun sumber
hukum waris islam adalah Al-Quran, Hadist dan Ijtihad. Sejarah perkembangan hukum waris
islam dimulai pada zaman Pra Islam yaitu Zaman Jahiliyah dimana pada masa ini hukum waris
bersifat patrilinial, dimana laki-laki lebih dominan, dimana anak kecil, perempuan dan orang
tua tidak berhak mendapatkan warisan karena lemah dan tidak bisa berperang. Bahkan karena
dianggap rendah perempuan pada zaman ini dapat diwariskan serta antara suami dan istri
tidak saling mewarisi. Kemudian dilanjutkan pada masa awal masuknya islam dimana ada
perbaikan atas tradisi zaman Jahiliyah yaitu pada masa ini perempuan mempunyai kehormatan
dan penentuan ahli waris bukan berdasarkan kemampuan berperang ataupun kekuatan fisik
dan. Pelaksanaan sistem kewarisan sangat berbeda antara satu masa ke masa yang lainnya,
perbedaan sistem kewarisan tersebut dikarenakan adanya perbedaan situasi dan kondisi sosial
masyarakat, adat istiadat, agama, budaya, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri sebelum
datangnya islam, Indonesia menganut sistem waris adat. Pembagian warisan berdasarkan
Hukum Waris Adat sangat beragam tergantung ketentuan suatu Adat tersebut dengan tetap
memperhatikan prinsip keadilan antara para ahli waris. Dan setelah Islam masuk hingga saat
ini hukum waris islam hanya menjadi pilihan".

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai