Nim : 204102030062
Terminologi hak asasi manusia dalam bahasa arab huqūq al-insān,dalam kajian fiqih sebagai haq
al-‘abd Beberapa ulama mendefinisikan hak dalam perspektif yang berbeda, antaranya pendapat Syaikh
Musthafā al-Zarqa`bahwa hak adalah karakteristik (yang melekat pada seseorang), baik bersifat
kewenangan untuk berbuat maupun yang bersifat kewajiban untuk berbuat maupun yang bersifat
kewajiban untuk melaksanakan sesuatu, yang diakui eksistensinya oleh syari’at.Dalam ajaran Islam,
sumber dalil yang mendasari suatu hak adalah syari’at.1
pertama, hak Allah SWT, yaitu hak yang dimaksudkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, mengagungkan-Nya, dan menegakkan syi’ar agama-Nya. Atau dimaksudkan untuk
merealisasikan hal-hal positif bagi seluruh alam, dengan tidak memberikan pengecualian pada salah
seorang individu.
Kedua, hak manusia, yaitu hak yang dimaksudkan untuk menjaga kemaslahatan pribadi, baik
yang berlaku umum maupun yang berlaku khusus pada setiap individu. Dan
Ketiga, hak Allah SWT dan hak manusia, yaitu suatu hak yang terdapat perpaduan didalamnya
antara hak Allah SWT dan hak manusia Oleh karena itu dalam tataran praksis, disyari’atkan untuk
menunjukkan adanya hak hidup bagi manusia, yang berarti hak untuk tidak dibunuh, tidak dilukai, tidak
dianiaya, tidak dinodai nama baiknya, dan seterusnya.2
Demikian urgent konsep perlindungan hak-hak asasi manusia tersebut dalam Islam, sehingga
Islam memposisikan supaya memuliakan (baca; menegakkan dan memelihara) nilai-nilai humanistik
sebagai suatu kewajiban bagi manusia, dan Islam berusaha agar manusia terhindar dari permasalahan. 3
1
Wahbah Zuhailī, al-Fiqh al-Islām wa Adillatuh, Juz IV, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), hal. 9
2
Wahbah Zuhailī, al-Fiqh al-Islām…, hal 13-15.
3
Muhammad Abū Zahrah, Ushūl al-Fiqih…, hal. 465
Bila kita merujuk pada konsepsi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam Universal
Declaration of Human Rights dengan salah satau komponen pokoknya yang dikenal sebagai Kovenan
Internasional Tentang Hak Sipil dan Politik, maka kita dapat menemukan tujuan utama dirumuskannya
kovenan tersebut, yang diantaranya dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita manusia yang bebas
untuk menikmati kebebasan sipil dan politik, kebebasan dari ketakutan dan kebebasan dari kekurangan
Tidak asing lagi bahwa Alquran dan Hadis sangat menjamin privasi seseorang dari intervensi pihak lain
yang akan menimbulkan rasa takut terhadap dirinya.4
Dalam pembahasan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia di PBB juga sempat terjadi tarik ulur
pendapat tentang penetapan kebebasan insani dalam memilih dan mempraktekkan keyakinan agama,
termasuk hak untuk berpindah agama. Perselisihan yang timbul diantara negara-negara Islam seperti
Saudi Arabia dan Pakistan,Preseden ini muncul seiring dengan pemahaman para ahli hukum atas sabda
Rasulullah saw tentang kepemimpinan kaum wanita, Rasulullah saw pernah bersabda 5:
ََُ ْ َ ْ َ َ َ َْ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ ه ُ َ ْ َُ ْ َ َ َ َُ ْ َ َ َْ َ َ َ ََ ْ ََ َ ِ ه
اب ال َج َم ِل فأق ِات َل َم َع ُه ْم
ِ بعد ما ِكدت أن ألحق ِبأصح، أيام الجم ِل- ملسو هيلع هللا ىلص- اَّلل ِ ول ِ عن أ ِب بكرة قال لقد نفع ِن اَّلل ِبك ِلم ٍة س ِمعتها ِمن رس
َ ُ َ ه َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ه َ َ َ ََ َ َ ُ َ ه
ال « ل ْن ُيف ِلح ق ْو ٌم َول ْوا أ ْم َره ُم ْام َرأة ِ قال ل َّما بلغ رسول
أن أهل ف ِارس قد ملكوا علي ِهم ِبنت ِكْسى ق- ملسو هيلع هللا ىلص- اَّلل
Artinya : “ Dari Abū Bakrah, dia berkata: “ Allah SWT telah memberi anugerah sebuah perkataan yang
aku dengar dari Rasulullah saw, yang sangat bermanfaat bagiku pada saat terjadinya perang Jamal,
ketika aku semakin dekat dengan kelompok penunggang unta itu (Kelompok Siti Aisyah ra) di mana
kemudian aku memerangi mereka.” Kemudian Abū Bakrah berkata: “Telah sampai suatu berita pada
Rasulullah saw yang menyatakan bahwa penduduk negara Persi telah mengangkat puteri Kisra sebagai
pemimpin mereka. Rasulullah saw kemudian bersabda: “Tidak akan beruntung, suatu kaum yang
menyerahkan permasalahannya (menjadikan pemimpin) pada wanita.
Kovenan ini menunjukkan hak setiap orang untuk secara bebas mengembangkan ekonomi,
sosial dan budaya, termasuk kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi sosial dan
4
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama al Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 332
5
Al Bukhari, Shahīh al Bukhārī, Juz III, (Beirut: Dār al Fikr, tt.), hal. 91
budaya.Pada pasal 2 muncul perumusan kewajiban negara peserta tentang bagaimana negara harus
bertindak agar hak-hak yang termuat dalam pasal 6 sampai 15 Kovenan Internasional Tentang Hak-hak
Ekonomi Sosial dan Budaya dapat dimplementasikan.Pasal 4 dan 5 memberikan pembatasan yang dapat
dilakukan oleh negara bagi penikmatan (pemenuhan) hak ekonomi sosial dan budaya. Ketentuan ini
merupakan pengecualian yang dapat diambil dalam kerangka melindungi hak-hak individu atau
kelompok tertentu, Sehingga tidak terjadi penghapusan hak seseorang demi tegaknya hak individu atau
kelompok yang lain.6
Dengan sangat menarik al Quran memberikan batasan-batasan norma bagi kehidupan seseorang, agar
privasinya tetap tejamin dan terjaga, diantaranya Q.S. Annūr ayat 27 :
َ َ ُ َ ه ُ َ ه ُ ََ ه َْ َ ِّ ُ َْ َ ُ ُ ُ َ ْ َ ً ُ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ ه
وتك ْم َح َّّن ت ْستأ ِن ُسوا َوت َسل ُموا َعل أه ِل َها ۚ ذ ِلك ْم خ ْْ ٌ ري لك ْم ل َعلك ْم تذك ُرون
ِ يـأيها ٱل ِذين ءامنوا َل تدخلوا بيوتا غ ْي بي
artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu,
agar kamu (selalu) ingat." (Q.S. Annūr : 27).
Karena itulah syariat Islam merupakan agama kemasyarakatan yang membangun paradigma
sosial yang benar serta melawan paradigma individualisme yang penuh dengan otoritarianisme dan
kediktatoran, karakteristik inilah yang seharusnya menjiwai setiap produk hukum Islam sesuai dengan
tujuan awalnya.
6
Thaha Jabir Al Alwani, Source Metodology in Islamic Jurisprudence, (Virginia: International Instituten of
Islamic Thought, 1994), hal. 20-21