Anda di halaman 1dari 6

HUKUM ISLAM

istilah dan pemahaman terkait Islam dan hukumnya

Islam adalah agama yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk norma-norma hukum
atau syariah. Berikut adalah beberapa istilah dan pemahaman terkait Islam dan hukumnya:

1. **Islam:**
-

2. **Syariah:**
-

3. **Al-Qur'an:**
-

4. **Sunnah:**
-

5. **Tauhid:**
-

6. **Fikh:**
-
7. **Fatwa:**
-.

8. **Ijtihad:**
-

9. **Hukum Hudud:**

Sumber Hukum Islam

hukum islam ada 4 yakni Al-Qur'an, Hadis, Ijma', Qiyas.

1. Al-Qur'an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Tulisannya
berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.
Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang
wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Al Quran sebagai kalam Allah SWT dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan atau kelemahan
yang dimiliki oleh manusia untuk membuatnya sebagai tandingan, walaupun manusia itu adalah
orang pintar.

Dalam surat Al Isra ayat 88, Allah berfirman:

‫ْٮًرا‬D ‫ َﻃِﻬ‬8 ‫ﺾ‬ٍ ‫ٮَْﻌ‬.ِ ‫ﻀُﻬْﻢ ﻟ‬


ُ ‫ٮ َْﻌ‬. ‫ن‬ َ ‫َأ ْٮ" ُْو‬D ‫ْٮﻞ ِٰﻫَﺬا اْل " ُڡْرٰان َِﻻ ٮ‬G ‫ٮ ِِﻤ‬. ‫'أ ْٮ" ُْوا‬D ‫ﻦ َﻋ ٰ ٓﲆ ا َْن ٮ‬
َ ‫ْٮﻠِٖﻪ َوﻟَْﻮ َﰷ‬G ‫ٮ ِِﻤ‬. ‫ن‬ ِ . ‫ﺲ َواْل‬
> ‫ﺤ‬ ِْ‫ﺖا‬
ُ ْ ‫ٮ‬8‫ﻻ‬ ْ ‫" ُڡ‬
ِ ‫ﺣ"ٮََﻤَﻌ‬.ْ‫ﻞ ل'ﯩ)ﻦ ِا‬

Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
(dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun
mereka saling membantu satu sama lain."

2. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda, perbuatan dan
persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua
sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk mentaati
Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 32:

َ ‫ ِڡر ِْي‬8 ‫ﺐ اْلٰﻜ‬


٣٢ - ‫ﻦ‬ ِ ُD ‫ن اﻟلﱣَﻪ َﻻ ٮ‬
> ‫ﺤ‬ ' ِ ‫ َڡﺎ‬8 ‫ َڡﺎ ِْن ٮ" ََﻮل'ْوا‬8 ۚ ‫ل‬ ِ َ‫ﻞ ا‬
ُ ‫ْٮُﻌوا اﻟلﱣَﻪ َواﻟ'ﺮ‬D ‫ﻃ‬
َ ‫ﺳْو‬ ْ ‫" ُڡ‬

Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah
tidak menyukai orang-orang kafir."

Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai pemberi
keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang ketentuannya tidak
ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada
kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.

3. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan sunah Rasul. Dalam
moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma
sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum Islam
Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam menetapkan hukum
atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah. Sumber hukum
Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era globalisasi dan teknologi modern.
Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf, merumuskan ijma
dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa
setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus atau
peristiwa.
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti. Ijma sharih atau lafzhi
adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui pendapat maupun perbuatan terhadap hukum
masalah tertentu. Ijma sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan
dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid
atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukum satu masalah dalam masa tertentu
kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di
antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu
setelah meneliti pendapat itu.

4. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah bentuk sistematis dan yang
telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya dalam
kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia memandang
qiyas lebih lemah dari pada ijma.

Ruang Lingkup Hukum Islam

ruang lingkup hukum Islam ada dua, yaitu : hubungan manusia dengan Tuhan (hablun minaallah)
dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablun miannas). Bentuk hubungan pertama disebut
dengan ibadah dan bentuk hubungan yang kedua disebut dengan muamalah.

Filsafat dan Tujuan Hukum Islam

– Filsafat Hukum Islam adalah kajian filosofis tentang hakikat hukum Islam, sumber asal-
muasal hukum Islam dan prinsip penerapannya serta fungsi dan manfaat hukum Islam bagi
kehidupan masyarakat yang melaksanakannya.
– Filsafat hukum Islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum Islam, ia merupakan filsafat
khusus dan obyeknya tertentu, yaitu hukum Islam, maka Filsafat HukumIslam adalah
filsafat yang menganalisis hukumIslam secara metodis dan sistematis sehinga mendapat
keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum secara ilmiah dengan filsafat
sebagai alatnya.

TUJUAN HUKUM ISLAM


MEMELIHARA AGAMA
MEMELIHARA JIWA
MEMELIHARA AKAL
MEMELIHARA KETURUNAN
MEMELIHARA HARTA

Asas-Asas Penerapan Hukum Islam

a) Asas tidak memberatkan, Dalam firman-Nya, Allah menyampaikan bahwa tidak akan
memberatkan Seseorang di luar batas kemampuannya, apalagi dalam urusan agama. Allah Hanya
menghendaki kemudahan bukan suatu kesulitan. asas ini berdasar pada Surat al-Baqarah: 185

b) Asas Tidak Memperbanyak Beban


Asas tidak memperbanyak beban (qillatu at-taklîf) adalah suatu asas yang Tidak memberikan
banyak beban kepada hamba
Nya, sehingga adanya Kewajiban Dan
larangan tidak memberatkan, dan dalam menjalankannya tidak Menimbulkan kepayahan dan
penderitaan. Asas ini berdasar pada firman Allah Surat al-Mâ’idah: 101

c) Asas al-Tadrij’ (Bertahap/Gradual)


Asas ini menunjukkan bahwa pada mulanya penerapan hukum Islam tidak dilakukan secara
sekaligus, melainkan secara bertahap. Allah memahami Bahwa jika klau perubahan terhadap
tradisi masyarakat Arab yang notabene Bertentangan dengan syariat Islam dilakukan secara
seketika, akan Memunculkan pemberontakan dan kegoncangan. Hal ini dikhawatirkan Masyarakat
Arab tidak bisa menerima perubahan aturan yang senyatanya Untuk kemashlahatan bersama.

Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam Di Indonesia

Pertumbuhan hukum Islam di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk proses Islamisasi, periode kolonial, dan era kemerdekaan. Berikut
adalah beberapa poin penting dalam sejarah pertumbuhan hukum Islam di Indonesia:

### 1. **Masuknya Islam ke Indonesia:**


- Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui para pedagang dan ulama dari Arab dan
Gujarat. Proses Islamisasi ini berlangsung secara bertahap dan diikuti dengan pembentukan
kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Nusantara.

### 2. **Sistem Hukum Adat dan Islam:**


- Meskipun Islam menjadi agama mayoritas di beberapa wilayah, sistem hukum adat setempat
masih memiliki pengaruh besar. Proses integrasi antara hukum Islam dan adat istiadat lokal
berlangsung seiring waktu.

### 3. **Penyebaran Islam di Nusantara:**


- Melalui proses dakwah dan perdagangan, Islam menyebar ke seluruh Nusantara. Kesultanan-
kesultanan Islam, seperti Kesultanan Aceh, Demak, Banten, dan Mataram, menjadi pusat-pusat
penyebaran Islam dan memiliki sistem hukum yang mencerminkan ajaran Islam.

### 4. **Era Kolonial Belanda:**


- Pada masa penjajahan Belanda, hukum Islam ditekan dan digantikan dengan sistem hukum
kolonial. Namun, pengaruh hukum Islam tetap ada dalam masyarakat dan lembaga-lembaga
Islam, meskipun tidak diakui secara resmi.

### 5. **Awal Abad ke-20:**


- Gerakan reformasi Islam di awal abad ke-20 membawa perubahan dalam pandangan terhadap
hukum Islam. Gerakan ini mengadvokasi penggunaan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari
dan mendorong pendirian lembaga-lembaga Islam yang mandiri.

### 6. **Peran Masyumi dan NU:**


- Partai Masyumi dan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam membawa
pemahaman dan penerapan hukum Islam di tingkat nasional. NU, khususnya, memainkan peran
besar dalam pendidikan dan penyebaran hukum Islam.

### 7. **Era Kemerdekaan:**


- Pada masa kemerdekaan Indonesia, hukum Islam diakui dan diakomodasi dalam sistem
hukum nasional. Pembentukan lembaga-lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
peningkatan peran hukum Islam dalam masyarakat mencerminkan penerimaan dan pertumbuhan
hukum Islam di Indonesia.

### 8. **Reformasi Hukum Islam:**


- Setelah Reformasi 1998, terjadi peningkatan dalam pembahasan dan reformasi hukum Islam
di Indonesia. Beberapa regulasi hukum Islam diadopsi untuk mengakomodasi kebutuhan
masyarakat Muslim, seperti peraturan pernikahan dan waris.

### 9. **Kehadiran Peradilan Agama:**


- Sistem peradilan agama didirikan untuk menangani perkara-perkara hukum keluarga dan
perdata yang melibatkan umat Islam. Hal ini memberikan landasan hukum Islam yang lebih
khusus.

### 10. **Globalisasi dan Dinamika Kontemporer:**


- Dalam konteks globalisasi, pengaruh dan dinamika hukum Islam terus berkembang di
Indonesia. Diskusi tentang implementasi hukum Islam di tengah dinamika sosial dan politik terus
berlanjut.

Sejarah pertumbuhan hukum Islam di Indonesia mencerminkan kompleksitas perpaduan antara


nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan perkembangan sejarah bangsa. Dinamika ini menciptakan
keragaman dalam penerapan hukum Islam di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai