Anda di halaman 1dari 13

Konsep Hukum Dan HAM

Dalam Islam
Kelompok 2 :
- Aini Pratama Risanda
- Dewi Ariyani
- Mutmainnah
- Revi Ayu Nandia
- Wulan Lailatus Sa’adah
Pengertian HAM dalam Islam

Dalam bahasa Arab, HAM dikenal dengan (Haqq al- Insânî al-Asâsî
atau juga disebut Haqq al-Insânî ad-Darûrî), yang terdiri terdiri atas tiga
kata, yaitu:
- Kata hak (haqq) artinya: milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan
untuk berbuat sesuatu.
- Asasi (asâsî) artinya: bersifat dasar atau pokok.
- Manusia (al-insân) artinya: makhluk yang berakal budi, dan berfungsi
sebagai subJek hukum.
Secara terminologis, HAM dalam persepsi Islam, Muhammad
Khalfullah Ahmad telah memberikan pengertian bahwa HAM
merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai suatu amanah dan anugerah Allah SWT yang
harus dijaga, dihormati, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat
atau negara.
Rumusan Hak Asasi Manusia dalam hukum islam
Hukum Islam telah merumuskan pengaturan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia seperti
yang tertuang dalam dalam al-Qur’an dan as-sunnah, antara lain:
1. Hak hidup
Hukum Islam memberikan perlindungan dan jaminan atas hak hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari
ketentuan syariat yang melindungi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa manusia melalui larangan
untuk membunuh dan menetapkan hukuman bagi pelaku pembunuhan, sebagaimana dalam QS. al-
Māidah/ ayat 32 :
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah Dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (Q.S Al—Maidah ayat
32)
2. Hak persamaan dan keadilan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya satu kriteria
(ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang lain, yakni
ketakwaannya sebagaimana dalam Q.S Al-Hujurat Ayat 13:

‫َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َج َعْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَعاَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم‬ ‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن‬
‫َخ ِبْيٌر‬ ‫ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬
Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Q.S Al-Hujurat ayat 13)
3. Hak kebebasan berpendapat
Islam memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal danmpikiran mereka perintah ini
secara khusus ditunjukkan kepada manusia yang beriman agar berani menyatakan kebenaran dengan
cara benar sesuai dengan batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-norma. Ajaran Islam sangat
menghargai akal pikiran. Oleh karena itu, setiap manusia sesuai dengan martabat dan fitrahnya sebagai
makhluk yang berpikir mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya dengan bebas, asal tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagaimana dalam QS.
Ali Imrān ayat 104 :
‫ٰٓل‬
‫َو ۡل َتُك ۡن ِّم ۡن ُك ۡم ُاَّم ٌة َّيۡد ُعۡو َن ِاَلى اۡل َخ ۡي ِر َو َيۡا ُم ُر ۡو َن ِباۡل َم ۡع ُر ۡو ِف َو َيۡن َهۡو َن َع ِن اۡل ُم ۡن َك ِرؕ‌ َو ُاو ِٕٮَك ُهُم‬
‫اۡل ُم ۡف ِلُح ۡو َن‬
Artinya : Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda :
“Katakanlah yang benar sekalipun itu pahit (berat).” HR. Ibn Hibban.
4. Hak bekerja dan mendapatkan upah
Bekerja dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai hak tetapi juga merupakan
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin.
Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang
daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari).

Dan Islam juga menjamin hak pekerja, sebagaimana dalam hadist Rasulullah saw
bersabda: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).
5. Hak atas jaminan sosial
Dalam Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas hidup bagi seluruh
Masyarakat, antara lain kehidupan fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh
mereka yang mempunyai harta. Sebagaimana dalam QS. Az-Zāriyāt ayat 19 Allah SWT
berfirman :

‫َو ِفْٓي َاْم َو اِلِهْم َح ٌّق ِّللَّس ۤا ِٕىِل َو اْلَم ْح ُر ْو ِم‬


Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian.
Prinsip - prinsip Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

Prinsip-prinsip utama HAM dalam Islam seperti yang termuat dalam hukum Islam sebagai berikut:
1. Prinsip perlindungan terhadap agama
Beragama merupakan kebutuhan asasi manusia yang harus dipenuhi. Agama Islam memberikan
jaminan perlindungan kepada semua pemeluk agama untuk menjalankan agama sesuai dengan
keyakinannya dan tidak memaksakan pemeluk agama lain untuk meninggalkan agamanya untuk
memeluk agama Islam. Hal ini jelas tergambar dalam QS. Qaf ayat 45:

‫ࣖ َنْح ُن َاْع َلُم ِبَم ا َيُقْو ُلْو َن َو َم ٓا َاْنَت َع َلْيِهْم ِبَج َّباٍۗر َفَذِّك ْر ِباْلُقْر ٰا ِن َم ْن َّيَخ اُف َو ِع ْيِد‬
Artinya: Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan engkau (Muhammad)
bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka berilah peringatan dengan Al-Qur'an kepada
siapa pun yang takut kepada ancaman-Ku.
2. Prinsip perlindungan terhadap jiwa
Menurut hukum Islam, jiwa itu harus dilindungi. Untuk itu Islam melarang keras pembunuhan
sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan
oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatan dan kelangsungan hidupnya. Sebagaimana
dalam Q.S Al-isra Allah SWT berfirman :

“Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah


(membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa
dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada
walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan.”
(Q.S. Al-Isra ayat 33)
3. Prinsip perlindungan terhadap akal
Hukum Islam secara tegas melarang manusia melakukan berbagai upaya yang dapat merusak
akal diantaranya meminum minuman yang memabukkan karena dapat berakibat merusak fungsi
akal manusia. Karenanya, Islam memberikan sanksi hukum bagi orang yang meminum minuman
yang memabukkan sebagaimana dalam QS. Al-Maidah ayat 90:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan” {Q.S Al-Maidah ayat 90}.
4. Prinsip perlindungan terhadap keturunan

Dalam hukum Islam, memelihara keturunan merupakan hal yang sangat urgen.
Karenanya, Islam memberikan jaminan pemeliharaan keturunan bagi manusia dengan
ketentuan yang sah menurut ajaran Islam melalui perkawinan sebagai sarana untuk
mendapatkan keturunan dan melarang melakukan perbuatan zina sebagaimana disebutkan
dalam QS. Al-Isra ayat 32:
‫َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز ٰن ٓى ِاَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًةۗ َو َس ۤا َء َس ِبْياًل‬
Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk.
Syukron...

Anda mungkin juga menyukai