Anda di halaman 1dari 54

DAFTAR ISI

BAB I : Penegakkan Hak Asasi Manusia dalam Kajian Islam ……………….. 1


BAB II : Free Seks dan Kejahatan Seksual: Pandangan Hukum Islam ………… 7
BAB III : Teknik Sipil dan Kimia dalam Perspektif Islam……...……………….. 11
BAB IV : Islam, Sains dan Teknologi ……………………………………………. 15
BAB V : Peran Ilmu Pengetahuan dan Wawasan Keilmuan dalam Islam………. 19
BAB VI : Kemajuan dan Kemunduran Islam dalam Ilmu Pengetahuan…………. 22
BAB VII : Rekayasa Genetika: Inseminasi dan Bayi Tabung …………………….. 25
BAB VIII : Transplantasi Organ Tubuh Menurut Islam dan Ilmu Pengetahuan ….. 28
BAB IX : Kedudukan Transeksual Dalam Islam dan Sosial ……………………... 31
BAB X : Euthanasia Dalam Pandangan Islam dan Hukum di Indonesia ……….. 35
BAB XI : Pembiakan Kloning Manusia Dalam Perspektif Hukum Islam ………. 38
BAB XII : Bekerja dalam Perspektif Islam ……………………………………….. 42

1
BAB I
PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KAJIAN ISLAM

A. Definisi
Selaku hamba Allah, manusia mempunyai hak dan sekaligus kewajiban. Hak adalah
sesuatu yang kita terima (peroleh) dan kewajiban adalah sesuatu yang harus kita
laksanakan. Biasanya manusia lebih banyak menuntut hak dan kurang peduli terhadap
kewajiban.
Dalam Ensiklopedi hukum Islam hak secara etimologi berarti milik, ketetapan dan
kepastian (QS. Yasiin: 7). Sedang secara terminologi hak adalah sesuatu kekhususan yang
terlindungi (Ibnu Nujaim: ahli fiqh Mazhab Hanafi).
Adapun rukun hak ada dua, yaitu : (1) pemilik hak dan (2) obyek hak, baik yang
bersifat materi maupun utang. Dalam pandangan Islam, yang menjadi pemilik hak adalah
Allah SWT, baik yang menyangkut keagamaan, hak pribadi atau hak-hak secara hokum,
seperti yayasan atau persrikatan.
Hak asasi manusia (HAM) ialah hak–hak dasar manusia yang dianugerahkan oleh
Allah SWT.yang ada sejak sebelum lahir. Dalam istilah modern hak adalah wewenang
yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai
tertentu, seperti hak hidup dan lain-lain. Sebagaimana Allah berfirman :
            
       
“Bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka
seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara
kehidupan manusia semuanya.”(QS. al-Maidah : 32).

B. Klasifikasi
Dari definisi di atas, bahwa hak asasi manusia itu pemberian Allah Swt jauh sebelum
manusia dilahirkan. Dengan demikian hak asasi manusia di bagi menjadi dua bagian :

2
1. Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia; yaitu menurut kelahirannya, seperti: hak
hidup, hak kebebasan pribadi dan hak bekerja.
2. Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat sebagai anggota
keluarga dan sebagai individu masyarakat; seperti: hak memiliki, hak berumah-
tangga, hak mendapat keamanan, hak mendapat keadilan dan hak persamaan dalam
hak.

C. Rumusan HAM dalam Islam


1. Hak alamiah :
a. Hak hidup; Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang
pembunuhan dan mengqishas pembunuh, sebagaimana Allah berfirman :
       
“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (QS. al-Baqarah : 179).
Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila
seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan
baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab
mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari).
b. Hak kebebasan beragama dan kebebasan pribadi; Kebebasan pribadi adalah hak
paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama
dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman
Sebagaimana Allah berfirman :
             
 
"Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi
seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang
beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99).
c. Hak bekerja; Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw

3
bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada
makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan
Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja
itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

2. Hak hidup :
a. Hak kepemilikan; Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya,
sebagaimana Allah berfirman :

       


       


"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara
kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada
hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. al-Baqarah : 188).
b. Hak berkeluarga; Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan
ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang
yang bujangan di bawah perwaliannya, sebagaimana Allah berfirman :
        
         

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang


yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui”. (QS. an-Nuur : 32).

4
c. Hak keamanan; Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata
pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Sebagaimana Allah
berfirman :
         
 
"Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar
dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).
d. Hak keadilan; Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari’ah dan
diberi putusan hukum sesuai dengan syari’ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak
setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima.
Sebagaimana Allah berfirman :
             
 
"Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang
yang dianiaya." (QS. an-Nisaa’: 148).
e. Hak saling membela dan mendukung; Kesempurnaan iman diantaranya
ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan
saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan
rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan
saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima:
menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi
undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).

D. Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah


Piagam Madinah (Bahasa Arab:  shahifatul madinah atau The Constitution of
Medina) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang
disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara
dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yatshrib (kemudian
bernama Madinah) pada tahun 622 Masehi.

5
Piagam Madinah terdiri dari 47 pasal yang terdiri dari hal Mukadimah, dilanjutkan
oleh hal-hal seputar Pembentukan umat, Persatuan seagama, Persatuan segenap warga
negara, Golongan minoritas,Tugas Warga Negara, Perlindungan Negara, Pimpinan
Negara, Politik Perdamaian dan penutup.
Prinsip-prinsip  hak asasi manusia dalam Piagam Madinah adalah: Pertama, interaksi
secara baik dengan sesama, baik pemeluk islam maupun non muslim. Kedua, saling
membantu dalam menghadapi musuh bersama.Ketiga,membela mereka yang
teraniaya. Keempat, saling menasehati. Dan kelima, menghormati kebebasan beragama.
Piagam madinah merupakan landasan bagi kehidupan masyarakat yang plural di Madinah.
Berikut adalah substansi dari Piagam Madinah:
1. Monotheisme, yaitu mengakui adanya satu tuhan. Prinsip ini terkandung dalam
Mukadimah, pasal 22,23 dan 42.
2. Persatuan dan kesatuan (pasal 1,15,17,25 dan 37). Dalam pasal-pasal ini ditegaskan
bahwa seluruh penduduk Madinah adalah satu umat. Hanya satu perlindungan, bila
orang Yahudi telah mengakui Piagam ini, berarti berhak atas perlindungan keamanan
dan kehormatan. Selain itu kaum Yahudi dan Muslim bersama sama memikul biaya
perang.
3. Persamaan dan keadilan (pasal 1,12,15,16,19,22,23,24,37 dan 40). Pasal-pasal ini
mengandung prinsip bahwa seluruh warga Madinah berstatus sama di muka hukum
dan harus menegakan hokum beserta keadilan tanpa pandang bulu.
4. Kebebasan beragama (pasal 25). Kaum Yahudi bebas menjalankan agama mereka
sebagaimana juga umat Islam bebas menjalankan  syariat Islam.
5. Bela negara (pasal 24,37,38 dan 44). Setiap penduduk Madinah yang mengakui
Piagam Madinah mempunyai kewajiban yang sama untuk menjunjung tinggi dan
membela Madinah dari serangan musuh baik dari luar maupun dari dalam.
6. Pengakuan dan pelestarian adat kebiasaan (pasal 2-10).Dalam pasal-pasal ini
disebutkan secara berulang bahwa seluruh adat kebiasaan yang baik di kalangan
Yahudi harus diakui dan dilestarikan (Eggi Sudjana,2003:89). Selain enam prinsip
tersebut Ahmad Sukaradja menambahkan dua prinsip,yakni :

6
7. Supremasi syari’at (pasal 23 dan pasal 42). Dalam pasal pasal tersebut, penyelesaian
perselisihan ditetapkan menurut ketentuan Allah dan keputusan Nabi Muhammad
SAW.
8. Politik damai dan proteksi internal (pasal 17,36,37,39,40,41 dan pasal 47) dan sikap
perdamaian secara eksternal di tegaskan pada pasal 45 (Ahmad Sukardja, 2012 : 114).

BAB II
FREE SEKS DAN KEJAHATAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM
ISLAM DAN SOSIAL

I. Free Seks
A. Definisi

7
Secara bahasa (etimologi) terdiri dari dua kata : “free” (bebas) dan “seks” (bergaul),
artinya pergaulan bebas. Sedangkan secara istilah (terminologi) free seks adalah pergaulan
atau hubungan seseorang dengan orang lain, baik sejenis atau lawan jenis, terlepas dari
ikatan norma agama dan sosial.

B. Jenis-Jenis Free Seks


1. Hubungan atau bergaul laki-laki dengan perempuan tanpa ikatan agama dan sosial
2. Hubungan badan tanpa ikatan pernikahan yang sah
3. Homoseksual dan lesbian.

C. Akibat Free Seks


1. Medis : terjangkit berbagai penyakit kelamin (AIDS, HIV, raja singa, spilis dan
lain-lain)
2. Sosial : laki-laki dan perempuan tidak mau menikah atau berkeluarga
3. Agama atau akibat perzinahan :
a. Terputusnya jalur keturunan antara anak dan orang tua
b. Terputus perwalian dalam pernikahan
c. Terputus pewarisan antara anak dan orang tua
d. Hilangnya harga diri dan kehormatan sebagai manusia dihadapan Allah dan
manusia (QS. al-A’raf : 179)
e. Mendapat murka dan siksa di akhirat
f. Dan berdosa besar.

D. Pencegahan
1. Sosial : hindari tempat hiburan, pelacuran, dan membatasi pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan muhrim
2. Psikologis : hindari bacaan dan gambar pornografi dan pornoaksi, melakukan
aktifitas diri
3. Agama dan pendidikan :
a. Menanmkan rasa malu pada anak sejak dini pada orang lain

8
b. Menanamkan jiwa kelaki-lakian bagi anak laki-laki dan perempuan
c. Memisahkan tempat tidur bagi anak sejak usia tujuh tahun
d. Mendidik anak menjaga kebersihan kelamin
e. Mengenalkan anak pada muhrim dan bukan muhrim
f. Mendidik anak untuk tidak menyendiri dengan lawan jenis
g. Mengenalkan tanda bagi kepada anak.

II. Kejahatan Seksual


A. Definisi
Kejahatan seksual adalah aktivitas seks dan segala bentuk perlakuan, baik antara
lawan jenis maupun sejenis kelamin dengan perlakuan kasar pada lawan seksualnya yang
tidak manusiawi atau sewajarnya.

B. Jenis-Jenis Kejahatan dan kelainan Seksual


1. Pedophilia : yaitu laki-laki yang merasakan puas hubungan seks dengan anak-
anak, yang merupakan gangguan jiwa
2. Sadism : yaitu seorang mendapatkan kepuasan seks setelah menyiksa
pasangannya
3. Masochisme : yaitu seseorang mendapatkan kepuasan seks menyiksa dirinya
4. Exhibitionisme : yaitu seorang laki-laki atau perempuan mendapatkan kepuasan
seks apabila menunjukkan atau tubuhnya terutama alat kelaminnya kepada orang
lain yang tidak dikenali
5. Zhopilia : yaitu seseorang mendapatkan kepuasan seks dengan binatang.

C. Free Seks dalam Pandangan Islam


1. Bergaul terlepas dari ikatan agama dan sosial (pacaran bebas) hukumnya haram,
sebagaimana Allah berfirman :
       
         
         

9
       
         
         
          
          
   

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An-Nuur: 31).

2. Hubungan badan atau alat kelamin tanpa ikatan pernikahan yang sah hukumnya
haram termasuk perbuatan zina, sebagaimana Allah berfirman :
        
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. al-Israa’: 32).

3. Hubungan seks sejenis (homoseksual atau lesbian) hukumnya haram termasuk


perbuatan liwath, sebagaimana Allah berfirman :

10
          
         
    

“Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malah kamu Ini adalah kaum yang melampaui
batas”. (QS. al-A’raaf : 80-81).

BAB III
TEKNIK SIPIL (CIVIL ENGINEERING) DAN TEKNIK KIMIA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM

A. Definisi
Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang
bagaimana merancang, membangun, merenovasi, memelihara dan mengelola seluruh
proses pembangunan public maupun swasta, tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi
juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia.

11
Teknik Kimia adalah salah satu ilmu teknik yang mempelajari tentang struktur, sifat,
wujud, perubahan, susunan zat dan energy yang menyertai perubahan-perubahan tersebut.
Istilah kata kimia dari bahasa arab ‘Kimiya” dan bahasa Yunani khemenia yang berarti
perubahan perubahan suatu zat atau benda. Salah satu pendapat ahli Irfan Anshori
mendefinisikan kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur
materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang
menyertai perubahan materi tersebut.

B. Ruang Lingkup Teknik Sipil dan Teknik kimia


Teknik sipil:
1. Struktural, cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang
digunakan untuk pembangunan. Yang mempelajari sifat-sifat material itu
sehingga pada akhirnya dapat dipilih material mana yang cocok untuk jenis
bangunan tersebut.
2. Geoteknik, cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dan
batuan dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya.
3. Manajemen Konstruksi, cabang yang mempelajari masalah dalam proyek
konstruksi yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan,
pengembalian modal, biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan
perizinan bangunan hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga
diharapkan bangunan tersebut selesai tepat waktu.
4. Hidrologi, cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan
permasalahannya.
5. Teknik Lingkungan: cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan dan
isu lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan prasarana
air besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi suara dan
udara hingga teknik penyehatan.
6. Transportasi, cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam
perencanaan dan pelaksanaannya.

12
7. Informatika teknik sipil, cabang baru yang mempelajari penerapan Komputer
untuk perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan atau
Penelitian.

Tenik Kimia
1. Bio Teknologi : cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup ( bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol, antibiotik, asam organik), dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia.
2. Nano Teknologi : manipulasi materi pada skala atomik dan skala molekular.
Nanoteknologi mengacu pada tujuan teknologi memanipulasi atom atau
molecular untuk membuat produk berskala makro.( menggunakan partikel dengan
ukuran nanometer yaitu satu per satu miliar meter. Contoh digunakan pada
pembungkus yang cerdas yang dapat memonitor keadaan makanan ketika ia
disimpan atau didistribusikan (mengetahui makanan terkontaminasi atau mulai
basi).
3. Pemrosesan Mineral : pengolahan mineral secara fisik, tujuan dari pengolahan
mineral adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang
bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan.

C. Fungsi dan Kaitan Teknik dengan Agama Islam


1. Obyek dan tujuan : teknik sipil bagaimana membuat sebuah kontruksi bangunan
rumah atau lainnya yang kuat, sehingga membuat rasa aman dan nyaman kepada
pemilik maupun penghuninya. Ilmu agama Islam mempelajari bagaimana
membuat suatu bangunan hati dan jiwa yang kuat, sehingga membuat rasa aman
dan nyaman kepada pemilik maupun orang yang berada didekat jiwa tersebut.
2. Kerusakan dan penyakit, teknik ada beberapa hal yang menyebabkan kerusakan
struktur bangunan, seperti keropos, kayu lapuk,besi berkarat dan sebagainya. Ilmu

13
agama Islam terdapat beberapa hal yang menyebabkan sebuah struktur pribadi,
seperti sombong, dengki dan sebagainya.
3. Dari tujuan, teknik sipil membangun rumah dan sebagainya yang kuat, sedangkan
ilmu agama Islam membangun pribadi yang kuat.

D. Teknik Sipil dan Teknik Kimia dalam Al-Qur’an


1. Geologi teknik, ialah gunung sebagai pasak bumi penahan gempa, sebagaimana
Allah berfirman :
         

“Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu, (dan dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu
mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 15).
2. Bahan bangunan (teknologi rumah ringan dan bahan kulit binatang, sebagaimana
Allah berfirman :
          
        
     
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan dia
menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak
yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu
kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu
kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu
(tertentu)”. (QS. An-Nahl: 80).
3. Arsitektur rumah (rumah alami pada dinding gunung, sebagaimana Allah
berfirman :
    
“Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah
dengan rajin”. (QS. Al-Suya’araa: 149).
4. Teknologi gedung dan kolam renang, sebagaimana Allah berfirman :

14
        
          

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-
gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga
Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu
yang berterima kasih”. (QS. Saba’: 13).
5. Transportasi dari bahan cahaya berkecepatan cahaya, sebagaimana Allah
berfirman :
       
          
  
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah
kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan
untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan dia mengampuni kamu. dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hadid: 28).

6. Proses teknik Kimia dalam pengolahan besi dan pakaian, Firman Allah SWT
           
         
96. berilah aku potongan-potongan besi". hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua
(puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". hingga apabila besi itu sudah
menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku
kutuangkan ke atas besi panas itu".

      


        
         
    
25. Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat

15
dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.

             
 
10. dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman): "Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah
melunakkan besi untuknya,

7. Ayat yang menjelaskan tentang sebuah atom


            
            
            
    
61. kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan
kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi
ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan
(semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

8. Ayat yang menjelaskan berkaitan dengan aliran fluida


        
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, 20. antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing .

16
BAB IV
ISLAM, SAINS DAN TEKNOLOGI

A. Islam
1. Definisi
Islam secara bahasa (etimologi) adalah patuh dan berserah diri sepenuhnya.
Sedangkan secara istilah (terminologi) adalah berserah diri kepada Allah SWT dengan
segala aturan dan konsekwensinya. Sebagaimana Allah berfirman :
            
   
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang
ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-
Baqarah: 112).
2. Unsur-Unsur
a. Aqidah (iman) : keyakianan yang terdapat dalam rukun iman.
b. Syariah (hukum) : aturan dan pengamalan yang terdapat dalam rukun Islam.
c. Ihsan (akhlak) : ikhlas, etika, dan moral.
3. Sumber Islam
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadits
c. Ijma’
d. Qiyas

17
e. Dan yang lainnya.

B. Sains
1. Definisi
Sains (pengetahuan) dalam bahasa Inggris disebut knowledge, secara bahasa
(etimologi) adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan secara istilah (terminologi) sains
adalah apa yang telah diketahui, yang dihasilkan manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri.
2. Jenis Sains
a. Pengetahuan biasa; yang dihasilkan berdasarkan pengalaman.
b. Pengetahuan ilmu; yang dihasilkan berdasarkan pengalaman dan pengamatan
atau penelitian.
c. Pengetahuan filsafat; yang dihasilkan berdasarkan pemikiran dan renungan.
d. Pengetahuan agama; yang dihasilkan berdasarkan wahyu Tuhan.
3. Sumber Sains
a. Empirisme (pengamatan); ialah pengetahuan yang dihasilkan berdasarkan
pengalaman indrawi.
b. Rasionalisme (logika); ialah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan
menangkap obyek (belajar).
c. Intuisi (evolusi); ialah pengetahuan yang diperoleh melalui kemampuan
insting yang langsung.
d. Wahyu (Tuhan); ialah pengetahuan diperoleh dari Tuhan melalui wahyu
kepada para Nabi dan Rasul.

C. Teknologi
1. Definisi
Teknologi secara bahasa (etimologi) terdiri dari dua kata: teknos (perekayasaan
atau engineering) dan logos: (ilmu). Jadi teknologi mengandung dua unsur makna: ilmu
dan perekayasaan yang saling berkaitan. Ilmu mengacu pada pemahaman dunia nyata di
sekitar kita, yakni pada dimensi ruang, materi, dan energi dalam interaksinya pada satu

18
terhadap lainnya. Sedangkan secara istilah (terminologi) adalah kumpulan alat, aturan, dan
prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah (berurutan) terhadap suatu
pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan, hasil sebuah manifestasi
langsung dari bukti kecerdasan manusia, yang mencakup teknik dan peralatan untuk
menyelenggarakan rancangan berdasarkan atas hasil pengetahuan.

2. Jenis Teknologi Modern


a. Teknologi informasi
b. Teknologi rekayasa genetika
c. Teknologi partikel elementer.
3. Peran Sains dan Teknologi
a. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
b. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan umat manusia
c. Meningkatkan daya saing
d. Meningkatkan jati diri bangsa
e. Dan dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Dampak Kemajuan Sains dan Teknologi
Dengan kemajuan sains dan teknologi tanpa agama (Islam) hanya akan menjadi
penjara dan boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, antara sains,
teknologi dan Islam harus bersinergi untuk membantu kehidupan manusia ke depan yang
lebih baik.
Dengan demikian, sains dan teknologi memberi ketenangan dan kemudahan
kehidupan manusia di dunia, sedangkan Islam memberi ketenangan batin, karena ada janji
kehidupan setelah kematian.
Dalam kerangka itu, Islam, sains dan teknologi memiliki kesamaan, yakni sama-sama
mendesain masa depan manusia. Desain Islam lebih jauh dan jangka panjang yang bersifat
abstrak (yang tidak bisa dibuktikan hari ini) cukup di yakini dengan keyakinan yang
kokoh. Sedangkan desain sains dan teknologi lebih pendek dan jangka pendek dan bersifat
konkrit atau obyektif.
5. Pandangan Islam

19
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi. Sejarah menunjukkan, bahwa sains
ribuan tahun yang lalu sangat sulit diugkapkan,karena keterbatasan teknologi informasi
yang menunjang. Salah satu sumber yang menjadi pedoman adalah (QS. 2: 31-32 dan 96:
1-5), dalam ayat tersebut manusia di suruh untuk menggali sains dan teknologi untuk
dapat digunakan meningkatkan kualitas dan kebaikan umat manusia.
Kemajuan sains dan teknolog perlu di selaraskan dengan pemahaman agama dan di
sesuaikan dengan nilai sosial dan budaya yang ada.
Dengan demikian, kemanjuan sains dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam,
karena Islam agama rasional yang lebih menonjolkan akal atau logika dan dapat
dikenalkan tanpa merubah budaya setempat. Serta menyuruh manusia untuk selalu
membaca, mengkaji, meneliti, dan membahas dengan kemampuan intelektualnya, dengan
berinovasi dan kreatif.

20
BAB IV
PERAN DAN KEMAJUAN SERTA KEMUNDURAN ISLAM DALAM ILMU
PENGETAHUAN

A. Ilmu
1. Definisi
Ilmu dalam bahasa Inggris “science”, secara bahasa (etimologi) adalah mengerti,
memahami benar. Sedangkan secara istilah (terminologi) adalah pengetahuan tentang
bidang tertentu yang disusun secara bersistem, menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.
Perbedaan ilmu dengan pengetahuan adalah ilmu bagian dari pengetauan
terkelasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris.
Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
metafisika maupun fisik.
2. Dasar Ilmu
a. Ontologi; secara bahasa berasal dari bahasa Yunani: On/ontos (ada) dan
Logos (ilmu). Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan secara
istilah ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik
jasmani atau konkrit maupun rohani atau abstrak.
b. Epistimologi; adalah metode mendapat pengetahuan.
c. Aksiologi; secara bahasa berasal dari bahasa Yunani: Exios (nilai) dan Logos
(ilmu atau teori). Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan secara
istilah aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh.
3. Klasifikasi Ilmu

21
Menurut Al-Ghazali bahwa ilmu di kelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Ilmu syar’iyah (agama); yaitu ilmu tentang prinsip dasar keimanan dan
cabangnya.
b. Ilmu aqliyah (dunia); yaitu ilmu matematika (aritmatika, geometri, astrologi,
dan musik), ilmu logika, fisika (kedokteran, meteorology, minerogi, dan
kimia) serta ilmu metafisika.
B. Wawasan Keilmuan
Wawasan keilmuan dalam Islam, tidak terlepas dari tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits
yang menjelaskan begitu pentingnya wawasan keilmuan bagi umat Islam. Karena
wawasan keilmuan Islam sangat penting agar tidak keliru dalam memahami ajaran Islam
yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, perlu umat Islam untuk belajar dan
mengerti, sehingga para ilmuan Islam menyusun kerangka beberapa ilmu pengetahuan
tentang Islam, yaitu :
1. Ilmu Tauid (keimanan) : ilmu pengetahuan yang membahas tentang ketetapan akidah
atau keyakinan yang berhubungan dengan keesaan dan sifat Allah dengan dalil yang
meyakinkan, disebut juga ilmu aqidah, ilmu kalam, ilmu ushuluddin, ilmu hakikat
dan ilmu ma’rifat.
2. Ilmu fiqh (hukum atau syariah) : ilmu pengetahauan yang membahas tentang hukum
(syariah) yang sebangsa perbuatan yang diambil dari dalil secara terperinci dan detail,
disebut ilmu hukum dan syariah.
3. Ilmu ushul fiqh (dasar hukum) : ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah atau norma
yang digunakan untuk menetapkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan
perbuatan manusia dari dalil yang terperinci.
4. Ilmu akhlak (perilaku) : ilmu pengetahuan yang membahas tentang tingkah laku yang
lahir dari manusia dengan sengaja dan telah menjadi kebiasaan serta dipandang baik
atau buruk menurut agama atau wahyu.
5. Ilmu al-Qur’an (ulum al-Qur’an) : ilmu pengetahuan yang membahas keadaanal-
Qur’an dari berbagai aspeknya (turun, sanad, adab, lafadz, makna dan lainnya) yang
berkaitan dengan hukum dan sebagainya.

22
6. Ilmu tafsir (penjelasan) : ilmu pengetahuan yang menerangkan tentang al-Qur’an dari
berbagai aspeknya (turun, keadaan, kisah, sebab, tertib surat, hukum, hikmah, dan
petunjuk) secara terang dan jelas.
7. Ilmu hadits (sabda nabi) : ilmu pengetahuan yang membahas tentang ucapan,
perbuatan, ketetapan, dan sifat Nabi SAW.
8. Ilmu nahwu dan sharaf (tata bahasa Arab) : a. Ilmu nahwu adalah ilmu pengetahuan
yang membahas tentang susunan kata bahasa Arab dari berbagai aspeknya (tanda
baca, kedudukan dan penyusunan kata). b. Ilmu sharaf adalah ilmu pengetahuan yang
membahas tentang akar kata bahasa Arab dari berbagai aspeknya (pembentukan dan
asal kata).
9. Ilmu balagah (sastra) : ilmu pengetahuan yang membahas suatu ungkapan kata bahasa
Arab, sehingga dapat mendatangkan makna yang agung dan jelas, berdasarkan
kejernihan jiwa, ketelitian, dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-
macam ungkapan.
10. Ilmu mantiq (filsafat dan logika) : ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang
dapat membimbing manusia kea rah berfikir secara benar yang menghasilkan
kesimpulan yang benar pula, sehingga terhindar dari berfikir keliru dan
menghasilkan kesimpulan yang keliru pula.
11. Dan ilmu ekonomi dan keuangan : ilmu pengetahuan yang membahas tentang aturan
untuk menyelenggarakan kebutuan hidup manusia dalam rumah tangga berdasarkan
hukum Islam.

23
BAB VI
KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN

A. Masa Kebangkitan dan Kemajuan


Munculnya kebangkitan dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan, tidak terlepas dari
fakta sejarah ekspansi (perluasan) Islam itu sendiri. Dalam kurun waktu kurang dari dua
puluh lima tahun setelah wafat Rasulullah SAW, umat Islam telah berhasil menaklukan
seluruh jazirah Arab dari selatan hingga utara. Terutama munculnya dua kerajaan besar,
yakni khalifah Bani Umayah dan khalifah Bani Abbasiyah, dengan karakteristik yang
berbeda, yaitu :
1. Bani Umayah ekspansi dalam bidang politik atau perluasan wilayah kekuasaan
Islam dari abad ke 41 - 132 H/661 - 749 M.
2. Bani Abbasiyah ekspansi dalam bidang ilmu pengetahuan atau penyebaran ilmu
pengetahuan dari abad ke 132 – 656 H/749 – 1200 M.
Kebangkitan dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dan Eropa
memang ada masa pemindahan. Menurut Abdul Hamid Sabra ahli sejarah dari Universitas
Harvard, ada tiga fase tahap islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu :
1. Fase peralihan; dimana sains Yunani memasuki wilayah peradaban Islam bukan
sebagai penjajah, melainkan tamu yang di undang.
2. Fase penerimaan: dimana tuan rumah mulai mengambil dan menikmati oleh-oleh
yang dibawa oleh tamu.
3. Fase asimilasi dan naturalisasi; tuan rumah bukan sekedar menerima dan
menikmati, tetapi mampu meramu, memasak, dan menciptkan menu baru.

B. Sebab-Sebab Kebangkitan dan Kemajuan


1. Internal

24
a. Konsisten atau istiqamah umat Islam dalam menjalankan terhadap ajaran
Islam
b. Islam mendorong umatnya untuk bangkit dan maju
c. Islam sebagai agama rahmat buat seluru kehidupan manusia
d. Islam agama yang adil, dengan mengajarkan keseimbangan dalam mencari
dan menggapai kebahagian dunia dan akhirat (QS. Al-Qashash: 77).
2. Eksternal
a. Berpindahnya ilmuan non-Arab (Persia, Yunani dan bangsa lainnya) ke
Bagdad sebagain pusat kemajuan Islam untuk menterjemahkan buku-buku ke
bahasa Arab
b. Penguasa memberikan peluang kepada kaum non-Arab (kaum Mawali) untuk
menduduki jabatan dalam pemerintahan
c. Stabilitas politik yang kondusif
d. Dan kemajuan ekonomi (munculnya industri dan perdagangan sampai ke luar
negeri/ekspor).

C. Masa Kemunduran atau Kehancuran


Dalam sebuah penelitian al-Hasan, Islam mencapai puncak kemajuan atau kejayaan
dalam sains antara abad ke 13-16 M. Dan akibat serangan al-Ghazali pada abad ke 10
terhadap dunia filsafat, akibatnya sains mengalami kemunduran. Terutama al-Ghazali
melarang orang untuk belajar filsafat Barat dan kembali kepada ajaran agama Islam yang
sebenarnya, padahal dia sebelumnya salah satu tokoh filsafat Islam. Lalu dia masuk ke
ajaran atau dunia sufi, yang melarang kemewahan dunia.
Dan setelah runtuhnya pusat kerajaan Islam (Bani Abbasiyah) yang berpusat di
Bagdad oleh bangsa Mongolia atau Tartar yang dipimpin oleh Jengis Khan, dengan
membunuh seluru raja dan rakyatnya, membakar perpustakaan buku-buku Islam, sehingga
umat Islam kehilangan literature sains dan teknologi.

D. Sebab-Sebab Kemunduran atau Kehancuran


1. Internal

25
a. Kelemahan meteologi terhadap ajaran Islam
b. Kurang dan lemahnya teradap matematisasi
c. Kurangnya melakukan eksperimentasi
d. Tidak mempunyai komitmen dan perhatian terhadap sains dan teknologi
e. Adanya dekotomi atau pemisahan dikalangan ulama antara agama dan sains
f. Embargo sains dan teknologi oleh negara-negara maju
g. Dan tidak membangunkan dan mengembangkan kerangka intitusional dan
legal untuk mendukung sains dan teknologi.
2. Eksternal
a. Sains lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan agama semata, seperti
matematika hanya untuk menghitung zakat dan waris, astronomi dan geometri
hanya digunakan untuk menentukan arah kiblat dan waktu shalat
b. Oposisi kaum konservatif
c. Krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan
d. Keterasingan umat Islam dari dunia luar
e. Muncul para ahli sufi palsu yang mengaramkan kemajuan dunia
f. Munculnya dan menjamurnya paham irasional, seperti perdukunan, kesktian,
keramat, mistik dan supranatural
g. Dan perebutan kekuasaan di istana atau pemerintahan dikalangan umat Islam.

26
BAB IV
ILMU, KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DALAM ILMU
PENGETAHUAN

C. Ilmu
4. Definisi
Ilmu dalam bahasa Inggris “science”, secara bahasa (etimologi) adalah mengerti,
memahami benar. Sedangkan secara istilah (terminologi) adalah pengetahuan tentang
bidang tertentu yang disusun secara bersistem, menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.
Perbedaan ilmu dengan pengetahuan adalah ilmu bagian dari pengetahuan
terkelasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris.
Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
metafisika maupun fisik.
5. Dasar Ilmu
d. Ontologi; secara bahasa berasal dari bahasa Yunani: On/ontos (ada) dan
Logos (ilmu). Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan secara
istilah ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik
jasmani atau konkrit maupun rohani atau abstrak.
e. Epistimologi; adalah metode mendapat pengetahuan.
f. Aksiologi; secara bahasa berasal dari bahasa Yunani: Exios (nilai) dan Logos
(ilmu atau teori). Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan secara
istilah aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh.
6. Klasifikasi Ilmu
Menurut Al-Ghazali bahwa ilmu di kelompokkan menjadi dua, yaitu :

27
c. Ilmu syar’iyah (agama); yaitu ilmu tentang prinsip dasar keimanan dan
cabangnya.
d. Ilmu aqliyah (dunia); yaitu ilmu matematika (aritmatika, geometri, astrologi,
dan musik), ilmu logika, fisika (kedokteran, meteorology, minerogi, dan
kimia) serta ilmu metafisika.

D. Wawasan Keilmuan
Wawasan keilmuan dalam Islam, tidak terlepas dari tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits
yang menjelaskan begitu pentingnya wawasan keilmuan bagi umat Islam. Karena
wawasan keilmuan Islam sangat penting agar tidak keliru dalam memahami ajaran Islam
yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, perlu umat Islam untuk belajar dan
mengerti, sehingga para ilmuan Islam menyusun kerangka beberapa ilmu pengetahuan
tentang Islam, yaitu :
12. Ilmu Tauid (keimanan) : ilmu pengetahuan yang membahas tentang ketetapan akidah
atau keyakinan yang berhubungan dengan keesaan dan sifat Allah dengan dalil yang
meyakinkan, disebut juga ilmu aqidah, ilmu kalam, ilmu ushuluddin, ilmu hakikat
dan ilmu ma’rifat.
13. Ilmu fiqh (hukum atau syariah) : ilmu pengetahauan yang membahas tentang hukum
(syariah) yang sebangsa perbuatan yang diambil dari dalil secara terperinci dan detail,
disebut ilmu hukum dan syariah.
14. Ilmu ushul fiqh (dasar hukum) : ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah atau norma
yang digunakan untuk menetapkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan
perbuatan manusia dari dalil yang terperinci.
15. Ilmu akhlak (perilaku) : ilmu pengetahuan yang membahas tentang tingkah laku yang
lahir dari manusia dengan sengaja dan telah menjadi kebiasaan serta dipandang baik
atau buruk menurut agama atau wahyu.
16. Ilmu al-Qur’an (ulum al-Qur’an) : ilmu pengetahuan yang membahas keadaanal-
Qur’an dari berbagai aspeknya (turun, sanad, adab, lafadz, makna dan lainnya) yang
berkaitan dengan hukum dan sebagainya.

28
17. Ilmu tafsir (penjelasan) : ilmu pengetahuan yang menerangkan tentang al-Qur’an dari
berbagai aspeknya (turun, keadaan, kisah, sebab, tertib surat, hukum, hikmah, dan
petunjuk) secara terang dan jelas.
18. Ilmu hadits (sabda nabi) : ilmu pengetahuan yang membahas tentang ucapan,
perbuatan, ketetapan, dan sifat Nabi SAW.
19. Ilmu nahwu dan sharaf (tata bahasa Arab) : a. Ilmu nahwu adalah ilmu pengetahuan
yang membahas tentang susunan kata bahasa Arab dari berbagai aspeknya (tanda
baca, kedudukan dan penyusunan kata). b. Ilmu sharaf adalah ilmu pengetahuan yang
membahas tentang akar kata bahasa Arab dari berbagai aspeknya (pembentukan dan
asal kata).
20. Ilmu balagah (sastra) : ilmu pengetahuan yang membahas suatu ungkapan kata bahasa
Arab, sehingga dapat mendatangkan makna yang agung dan jelas, berdasarkan
kejernihan jiwa, ketelitian, dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-
macam ungkapan.
21. Ilmu mantiq (filsafat dan logika) : ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang
dapat membimbing manusia kea rah berfikir secara benar yang menghasilkan
kesimpulan yang benar pula, sehingga terhindar dari berfikir keliru dan
menghasilkan kesimpulan yang keliru pula.
22. Dan ilmu ekonomi dan keuangan : ilmu pengetahuan yang membahas tentang aturan
untuk menyelenggarakan kebutuan hidup manusia dalam rumah tangga berdasarkan
hukum Islam.

E. Masa Kebangkitan dan Kemajuan


Munculnya kebangkitan dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan, tidak terlepas dari
fakta sejarah ekspansi (perluasan) Islam itu sendiri. Dalam kurun waktu kurang dari dua
puluh lima tahun setelah wafat Rasulullah SAW, umat Islam telah berhasil menaklukan
seluruh jazirah Arab dari selatan hingga utara. Terutama munculnya dua kerajaan besar,
yakni khalifah Bani Umayah dan khalifah Bani Abbasiyah, dengan karakteristik yang
berbeda, yaitu :

29
3. Bani Umayah ekspansi dalam bidang politik atau perluasan wilayah kekuasaan
Islam dari abad ke 41 - 132 H/661 - 749 M.
4. Bani Abbasiyah ekspansi dalam bidang ilmu pengetahuan atau penyebaran ilmu
pengetahuan dari abad ke 132 – 656 H/749 – 1200 M.
Kebangkitan dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dan Eropa
memang ada masa pemindahan. Menurut Abdul Hamid Sabra ahli sejarah dari Universitas
Harvard, ada tiga fase tahap islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu :
4. Fase peralihan; dimana sains Yunani memasuki wilayah peradaban Islam bukan
sebagai penjajah, melainkan tamu yang di undang.
5. Fase penerimaan: dimana tuan rumah mulai mengambil dan menikmati oleh-oleh
yang dibawa oleh tamu.
6. Fase asimilasi dan naturalisasi; tuan rumah bukan sekedar menerima dan
menikmati, tetapi mampu meramu, memasak, dan menciptkan menu baru.
Sebab-sebab kebangkitan Islam dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
3. Internal
e. Konsisten atau istiqamah umat Islam dalam menjalankan terhadap ajaran Islam
f. Islam mendorong umatnya untuk bangkit dan maju
g. Islam sebagai agama rahmat buat seluru kehidupan manusia
h. Islam agama yang adil, dengan mengajarkan keseimbangan dalam mencari dan
menggapai kebahagian dunia dan akhirat (QS. Al-Qashash: 77).
4. Eksternal
e. Berpindahnya ilmuan non-Arab (Persia, Yunani dan bangsa lainnya) ke Bagdad
sebagain pusat kemajuan Islam untuk menterjemahkan buku-buku ke bahasa Arab
f. Penguasa memberikan peluang kepada kaum non-Arab (kaum Mawali) untuk
menduduki jabatan dalam pemerintahan
g. Stabilitas politik yang kondusif
h. Dan kemajuan ekonomi (munculnya industri dan perdagangan sampai ke luar
negeri/ekspor).

F. Masa Kemunduran atau Kehancuran

30
Dalam sebuah penelitian al-Hasan, Islam mencapai puncak kemajuan atau kejayaan
dalam sains antara abad ke 13-16 M. Dan akibat serangan al-Ghazali pada abad ke 10
terhadap dunia filsafat, akibatnya sains mengalami kemunduran. Terutama al-Ghazali
melarang orang untuk belajar filsafat Barat dan kembali kepada ajaran agama Islam yang
sebenarnya, padahal dia sebelumnya salah satu tokoh filsafat Islam. Lalu dia masuk ke
ajaran atau dunia sufi, yang melarang kemewahan dunia.
Dan setelah runtuhnya pusat kerajaan Islam (Bani Abbasiyah) yang berpusat di
Bagdad oleh bangsa Mongolia atau Tartar yang dipimpin oleh Jengis Khan, dengan
membunuh seluru raja dan rakyatnya, membakar perpustakaan buku-buku Islam, sehingga
umat Islam kehilangan literature sains dan teknologi. Sebab-sebab kemunduran atau
kehancuran Islam dalam ilmu pengertahuan adalah sebagai berikut :
3. Internal
h. Kelemahan meteologi terhadap ajaran Islam
i. Kurang dan lemahnya teradap matematisasi
j. Kurangnya melakukan eksperimentasi
k. Tidak mempunyai komitmen dan perhatian terhadap sains dan teknologi
l. Adanya dekotomi atau pemisahan dikalangan ulama antara agama dan sains
m. Embargo sains dan teknologi oleh negara-negara maju
n. Dan tidak membangunkan dan mengembangkan kerangka intitusional dan legal
untuk mendukung sains dan teknologi.
4. Eksternal
h. Sains lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan agama semata, seperti
matematika hanya untuk menghitung zakat dan waris, astronomi dan geometri
hanya digunakan untuk menentukan arah kiblat dan waktu shalat
i. Oposisi kaum konservatif
j. Krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan
k. Keterasingan umat Islam dari dunia luar
l. Muncul para ahli sufi palsu yang mengaramkan kemajuan dunia
m. Munculnya dan menjamurnya paham irasional, seperti perdukunan, kesktian,
keramat, mistik dan supranatural

31
n. Dan perebutan kekuasaan di istana atau pemerintahan dikalangan umat Islam.

G. Jenis Teknologi Modern


d. Teknologi informasi
e. Teknologi rekayasa genetika
f. Teknologi partikel elementer.

H. Peran Sains dan Teknologi


f. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
g. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan umat manusia
h. Meningkatkan daya saing
i. Meningkatkan jati diri bangsa
j. Dan dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

I. Dampak Kemajuan Sains dan Teknologi


Dengan kemajuan sains dan teknologi tanpa agama (Islam) hanya akan menjadi
penjara dan boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, antara sains,
teknologi dan Islam harus bersinergi untuk membantu kehidupan manusia ke depan yang
lebih baik.
Dengan demikian, sains dan teknologi memberi ketenangan dan kemudahan
kehidupan manusia di dunia, sedangkan Islam memberi ketenangan batin, karena ada janji
kehidupan setelah kematian.
Dalam kerangka itu, Islam, sains dan teknologi memiliki kesamaan, yakni sama-sama
mendesain masa depan manusia. Desain Islam lebih jauh dan jangka panjang yang bersifat
abstrak (yang tidak bisa dibuktikan hari ini) cukup di yakini dengan keyakinan yang
kokoh. Sedangkan desain sains dan teknologi lebih pendek dan jangka pendek dan bersifat
konkrit atau obyektif.
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi. Sejarah menunjukkan, bahwa sains
ribuan tahun yang lalu sangat sulit diugkapkan,karena keterbatasan teknologi informasi
yang menunjang. Salah satu sumber yang menjadi pedoman adalah (QS. 2: 31-32 dan 96:

32
1-5), dalam ayat tersebut manusia di suruh untuk menggali sains dan teknologi untuk
dapat digunakan meningkatkan kualitas dan kebaikan umat manusia.
Kemajuan sains dan teknolog perlu di selaraskan dengan pemahaman agama dan di
sesuaikan dengan nilai sosial dan budaya yang ada.
Dengan demikian, kemanjuan sains dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam,
karena Islam agama rasional yang lebih menonjolkan akal atau logika dan dapat
dikenalkan tanpa merubah budaya setempat. Serta menyuruh manusia untuk selalu
membaca, mengkaji, meneliti, dan membahas dengan kemampuan intelektualnya, dengan
berinovasi dan kreatif.

BAB VII
REKAYASA GENETIKA : INSEMINASI DAN BAYI TABUNG

A. Inseminasi dan Bayi Tabung


Pengertian
Istilah inseminasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “Insemination” artinya
pembuahan atau penghamilan secara teknologi. Dan dalam bahasa Arab “Attalqih” yang
artinya mengawinkan atau mempertemukan. Sedangkan secara terminologi medis adalah
pembentukan embrio manusia melalui in vitro atau disuntikan dalam Rahim, dengan
memasukan sperma ke dalam Rahim agar membuahi sel telur/ovum wanita dengan alat
tertentu tanpa hubungan seks, dan proses pembauhannya berikutnya di dalam Rahim.
Adapun istilah bayi tabung secara etimologi dalam bahasa Arab “Thiflu al-Anaaib”
artinya cabang bayi. Sedangkan secara terminologi medis adalah pembentukan embrio

33
manusia atau hewan lainnya melalui in vitro atau disuntikan diluar rahim, dimulai dengan
menyatukan sperma dengan sel telur/ovum wanita dalam tabung reaksi dalam kondisi
terkontrol, setelah menjadi embrio lalu dimasukan kedalam rahim.

B. Jenis-Jenis Inseminasi
1. Inseminasi alamiah (natural insemination), yaitu pembuahan dengan hubungan
seks antara dua jenis biologis yang berbeda.
2. Inseminasi buatan (artificial insemination), yaitu pembuahan dengan cara tanpa
hubungan seks antara dua jenis biologis yang berbeda.

C. Teknik Pembuatan Bayi Tabung


1. Mengambil sel telur atau ovum wanita, dengan cara fungsi aspirasi cairan folikel
melalui vagina dengan menggunakan alat transfaginal transekuler ultra sound,
bentuk pipih memanjang sebesar dua jari orang dewasa.
2. Lalu dipadukan dengan sperma, lalu disimpan dalam cawan pembiakan selama
beberapa hari, sampai terjadi pembuahan, lalu dimasukan ke rahim dengan cara
disuntikan.
D. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang
1. Boleh, dengan catatan :
a. Apabila sel telur dan spermanya atas dasar punya suami-istri, sebagaimana
Allah berfirman :
        
         
          
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

34
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan Mengawasi kamu” (QS. An-Nisaa’: 1).

b. Dan berdasarkan hadits Rasul SAW : “Tidak ada dosa yang lebih besar
setelah musyrik dalam pandangan Allah dibandingkan perbauatan laki-laki
yang meletakkan spermanya didalam rahim perempuan yang tidak halal
baginya (zina)”.
c. Tidak melanggar norma agama dan sosial.
d. Kebutuhan mendesak atau darurat, sebagaiamana Allah berfirman :
             

“Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.
Al-Baqarah: 173).

e. Tidak menimbulkan bahaya bagi manusia (jiwa, akal, dan keturunan).


2. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Pasal 16 ayat 1 dan 2 :
a. Kehamilan diluar secara alami dapat dilakukan sebagai upaya terakhir untuk
membantu pasangan suami-istri mendapatkan keturunan.
b. Upaya kehamilan diluar secara alami sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
1, hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami-istri yang sah dengan ketentuan
sebagai berikut : hasil pembuahan sperma dengan ovum dari suami-istri yang
bersangkutan, ditanam dalam rahim istri dari mana ovum itu berasal.
3. Hukum Perdata :
a. Jika benihnya berasal dari suam-istri, maka status anak tersebut baik secara
biologis dan yurudis mempunyai status sebagai anak yang sah dari pasangan
tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewarisi dan hubungan keperdataan
lainnya. Jika dilimpahkan ke rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Berdasarkan Pasal 42 UU No. 1/1974 dan
Pasal 250 KUHP. Dalam hal ini suami-istri dari istri penghamil dapat

35
menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah
dan tes DNA.
b. Jika salah satu benihnya berasal dari donor.
c. Jika semua benihnya dari donor.

BAB VIII
TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT ISLAM DAN ILMU
PENEGTAHUAN

A. Pengertian
Kata transplantasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “To Transplant”, yang
artinya mengambil dan memindahkan. Sedangkan secara terminologi medis transplantasi
adalah pemindahan suatu jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan tertentu, dari
suatu tempat tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain atau hewan tertentu,
dengan syarat dan ketentuan tertentu. Dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan dan
meningkatkan kualitas hidup seseorang atau pasien.
Menurut Pasal 1 ayat 5 UU Kesehatan, transplantasi organ tubuh adalah rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari

36
tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ
atau jaringan tubuh.

B. Klasifikasi Transplantasi
1. Transplantasi dari pendonor yang sehat, dalam tipe ini perlu adanya general check
up, baik terhadap pendonor atau pun penerima (resipien) demi menghindari
kegagalan dan mencegah resiko bagi pendonor.
2. Transplantasi dari pendonor yang dalam keadaan koma atau diduga akan
meninggal segera, dalam tipe ini pengambilan organ tubuh pendonor memerlukan
alat kontrol dan penunjang kehidupan.
3. Transplantasi dari pendonor yang meninggal, dalam tipe ini organ tubuh yang
mau dipindahkan diambil ketika pendonor telah meninggal berdasarkan medis,
yuridis dan daya tahan organ tubuh yang mau dipindahkan, agar berguna bagi
resipien sebelum 6 jam.

C. Jenis-Jenis Transplantasi
Apabila ditinjau dari sudut penerima transplantasi dibedakan menjadi tiga :
1. Autotransplantasi, ialah pemindahan suatu jaringan atau organ tubuh ke tempat
lain dalam tubuh itu sendiri.
2. Homotransplantasi, ialah pemindahan suatu jaringan atau organ tubuh dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain.
3. Heterotranspalntasi, ialah pemindahan suatu jaringan atau organ tubuh dari
spesies ke tubuh manusia atau spesies lainnya.
Tetapi apabila ditinjau dari aspek pemindahan atau pendonor dibedakan menjadi
empat :
1. Autograft, ialah pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu tubuh.
2. Allograft, ialah pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya.
3. Isograft, ialah pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identic.
4. Xenograft, ialah pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain berbeda spesiesnya.

37
D. Tinjauan Hukum Islam
1. Jika transplantasi diambil dari pendonor yang sehat atau koma, hukumnya haram,
karena akan mendatangkan bahaya atau mudharat bagi pendonornya, sebagaimana
Allah berfirman :
          

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195).
Dan dari Malik Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak membuat mudharat atau bahaya pada diri sendiri dan pada orang lain”.
(HR. Ibnu Majah).
Dan kaidah hukum Islam :
“Bahaya atau mudharat tidak boleh dihilangkan dengan menimbulkan mudharat
pada yang lain”.

2. Apabila pendonor yang meninggal secara medis dan yuridis (hukum), hukumnya
boleh dengan syarat-syarat berikut :
a. Penerima (resipien) dalam keadaan darurat yang dapat mengancam jiwanya,
apabila tidak dilakukan transplantasi dan sudah berobat optimal, yang dapat
digolongkan membantu kehidupan sesama manusia, sebagaimana Allah
berfirman :
       
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka
seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya”. (QS. Al-
Maidah: 32).
Dan kaidah hukum Islam :
“Apabila suatu perkara/peraturan menjadi sempit, dia akan melebar, dan
apabila suatu perkara atau aturan menjadi luas, dia akan menyempit” .

38
“Hukum berubah sejalan dengan perubahan zaman, tempat, keadaan,
kebiasaan, dan niat”.
b. Tidak akan menimbulkan bahaya atau penyakit yang lebih parah bagi
resipien.
c. Ada persetujuan dari ahli waris dari pendonor yang meninggal.

BAB IX
KEDUDUKAN TRANSEKSUAL DALAM ISLAM DAN SOSIAL

A. Pengertian
Istilah transesual secara etimologi dalam bahasa Inggris disebut “Sex Reassigment
Surgery” artinya pemindahan atau pergantian alat kelamin. Sedangkan secara terminologi
medis ialah operasi atau pergantian alat kelamin dimana gendernya berlawanan dengan
jenis kelaminnya secara biologis.
Adapun istilah transgender ialah perubahan atau pemindahan perilaku bertentangan
dengan kodrat jenis kelaminya secara psikologis.

B. Sebab-Sebab Transeksual dan Transgender


1. Factor bawaan : hormon dan gennya
2. Faktor lingkungan :

39
a. Pendidikan yang salah pada masa kecil.
b. Trauma masa kecil dengan homo seksual atau lesbian.
c. Trauma pergaulan bebas atau seks bebas.

C. Jenis-Jenis Transeksual
1. Operasi atau pergantian alat kelamin terhadap orang yang normal sejak lahir
disebut “Ibdal”.
2. Operasi atau penyempurnaan alat kelamin terhadap orang yang cacat sejak lahir
disebut “Ikmal”.
3. Operasi atau pembuangan salah satu alat kelamin dari kelamin ganda, yang
dilakukan terhadap orang yang memiliki alat kelamin ganda disebut “Ikhadz”.

D. Perbedaan Banci dan Waria


Istilah banci dalam hukum Islam disebut “Khuntsa” artinya lemah dan lembut. Secara
terminologi banci adalah orang yang mempunyai alat kelamin ganda atau orang yang tidak
mempunyai salah satu alat kelamin, tetapi biasanya ada lubang untuk mengeluarkan air
kencing.
Adapun kata waria dalam hukum Islam disebut “Mukhannats”. Sedangkan secara
terminologi waria adalah laki-laki yang mempunyai perempuan dalam kelembutan, cara
bicara, melihat, erak-gerik, jalan, penampilan dan sebagainya.
Waria dikelomokkan menjadi dua bagian :
1. Orang yang mempunyai sifat atau perilaku tersebut sejak lahir, hukumnya boleh.
2. Orang yang pada dasarnya laki-laki, tetapi sengaja menyerupai sifat-sifat
perempuan, karena faktor trauma, ekonomi dan sebagainya, hukumnya di larang
dan akan di kutuk oleh Allah perbuatan tersebut.

E. Konsekwensi Hukum
Dalam transeksual tipe tabdil (Pergantian total) tetap akan kembali kepada jenis
kelamin yang ada sejak lahir atau awal, sebagiamana dijelaskan dalam kaidah hukum
Islam :

40
Konsekwensi hukum yang diterima bagi orang yang melakukan transeksual terhadap
orang yang normal sebagai berikut :
1. Aspek ibadah : seperti shalat, haji, dan ibadah yang lainnya, kembali kepada
hukum asal atau awal.
2. Aspek hukum : hukum waris, pernikahan, batas aurat, pakaian, perhiasan, dan
hukum lainnya.
3. Aspek sosial : bergaul, berjabat tangan, dan lainnya.

F. Tinjauan Hukum Islam


1. Haram, transeksual terhadap orang yang normal alat kelaminnya sejak lahir,
sebagaimana Allah berfirman :
     
          
    
“Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-
telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku
suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya".
barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka
Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”. (QS. An-Nisaa’: 119).

        


           

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat:
13).
Dan Rasulullah bersabda :

41
“Allah melaknat para tukang tato, yang diminta di tato, yang mencukur atau
menghilangkan bulu alis, dan memotong gigi, dengan tujuan untuk kecantikan
atau estetika dengan mengubah ciptaan Allah” (HR. Bukhari).
2. Boleh, transeksual terhadap orang yang mempunyai alat kelamin yang tidak
sempurna dengan tujuan memperbaiki atau menyempurnakan dengan cara
berobat, sebagaimana Rasulullah bersabda :
“Berobatlah hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan
penyakit kecuali menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua” (HR. Ahmad).
3. Boleh, transeksual terhadap orang yang mempunyai alat kelami ganda sejak lahir
atau muncul kemudian, dengan tujuan menyempurnakan atau memfungsikan salah
satu alat kelamin yang ada, karena apabila tidak dilakukan transeksual, akan
menyulitkan dalam penerapan hukum atau aspek sosial, sebagaimana Allah
berfirman :
          

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”. (qs. Al-Baqarah: 195).
Dan Rasulullah bersabda :
“Tidak boleh membuat mudharat pada diri sendiri atau orang lain. (HR. Ibnu
Majah).

42
BAB X
EUTHANASIA DALAM PANDANGAN ISLAM DAN HUKUM DI INDONESIA

A. Pengertian
Kata euthanasia secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Eu” (baik) dan
“Thanatos” (kematian). Dan dalam bahasa Arab “Taisir al-Maut” (kematian yang mudah).
Adapun secara terminologi medis euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup secara
tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan yang mengakhiri hidupnya.

B. Jenis-Jenis Kematian
1. Orthothanasia (kematian alamiah/wajar), ialah kematian tanpa ada tindakaan
orang lain atau dirinya sendiri, sebagaimana Allah berfirman :
         
 

43
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya
kepada kamilah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa’: 35).
2. Dysthanasia (kematian tidak wajar), ialah kematian adanya tindakan orang lain
atau tindakan diri sendiri (dibunuh atau bunuh diri dan kecelakaan), sebagaimana
Allah berfirman :
         
     
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya,
dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”. (QS. An-Nisaa’:
93)
         
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisaa’: 29).
3. Euthanasia (kematian dengan pertolongan), ialah kematian yang tidak
menyakitkan, baik secara memasukan obat untk mempercepat kematian atau
menghentikan pengobatan.

C. Klasifikasi Euthanasia
1. Aktif, ialah seseorang atau dokter memasukan obat untuk mempercepat kematian.
2. Pasif, ialah menghentikan pengobatan atau mencabut alat keseshatan untuk
mempercepat kematian.
3. Volunter, ialah tindakan menghentikan pengobatan atau mempercepat kematian
atas permintaan sendiri.
4. Involunter, ialah tindakan yang dilakukan pada pasien atas permintaan keluarga
dimana pasien dalam keadaan tidak sadar.

D. Tinjauan Hukum Positif


1. KUHP tentang euthanasia Pasal 344 :

44
“Barang siapa menghilaangkan nyawa orang lainatas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, di hukum penjara
selama-lamanya 12 tahun”.
2. KUHP Pasal 304 :
“ Barang siapa dengan sengaja atau membiarkan seseorang dalam keadaan
sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan
ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu,
diancam penjara”
3. KUHP Pasal 35 :
“Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya
perbuatan itu, atau memberi sarana padanya untuk itu, diancam dengan pidana
paling lama 4 tahun, apabila orang itu bunuh diri.
4. KUHP Pasal 338, 340, 359, dan 345.

E. Tinjauan Hukum Islam


1. Haram terhadap euthanasia aktif, karena ada unsur kesengajaan dan termasuk
pembunuhan yang direncanakan, sebagaimana Allah berfirman :
          
          
          
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut kemiskinan,
kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya)”. (QS. Al-An’am: 151).
Dan hadits Qudsi Rasulullah SAW bersabda :
“Maka Allah berfirman : hambaku telah menyegerakan kematian sebelum aku
mematikan, aku haramkan surga untuknya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

45
2. Boleh terhadap euthanasia pasif, karena tindakan tersebut berdasarkan keyakinan
dokter bahwa pengobatan tidak ada manfaat dan memberikan harapan sembuh
pada pasien, atau karena tidak ada biaya untuk berobat, atau karena tidak ada
obatnya. Karena kebanyakan para ulama sepakat bahwa berobat hukumnya
sunnah (dianjurkan), sebagaimana Rasul bersabda :
“Sesungguhnya Allah setiap kali menciptakan penyakit, Dia pula menciptakan
obatnya. Maka berobatlah kalian”. (HR. Ahmad).

BAB XI
PEMBIAKAN KLONING MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Definisi
Kata kloning secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Kloon” artinya tunas.
Sedangkan secara terminologi medis cloning adalah teknik membuat keturunan dengan
kode genetic yang sama dengan induknya, agar melahirkan bayi yang sama dengan yang
dikloning, baik sifat, kecerdasan, penampilan dan sebagainya. Atau proses penciptaan
manusia melelui jalur eseksual tanpa dilakukan perkawinan yang lazim dilakukan (Jumin:
2002).
Prosedur kloning dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatic) yang telah
diambil inti selnya (nukelus) dari tubuh manusia yang selanjutnya ditanamkan pada sel
telur (ovum) wanita.

B. Proses Kloning
Prosesnya adalah dengan mengambil inti sel telur somatik induk dan digabungkan
dengan sel telur wanita yang telah dihilangkan inti selnya dan diganti dengan inti sel yang
bukan dari sel telur yang sama dengan electroufusion atau poly ethylence giycol. Atau
dengan metode pengisolasian dan pertumbuhan serta pengembangan dari sel somatik
tanpa pergantian inti sel dari suatu tubuh manusia.

46
Dengan perbandingan, sel yang telah diambil dari tubuh manusia telah mengandung
46 kromoson, sehingga anak yang dihasilkan hanya mewarisi sifat-sifat dari orang yang
menjadi sumber pengambilan inti sel tubuh.
Adapun pembuahan alami sperma mengandung 23 kromoson dan ovum mengandung
23 kromoson, sehingga anak yang dihasilkan akan mewarisi sifat-sifat atau ciri-ciri yang
berasal dari kedua induknya.

C. Jenis-Jenis Kloning
1. Kloning DNA rekombinan, ialah pemindahan sebagian rantai DNA yang
diinginkan dari suatu organism pada satu elemen replikasi genetik, contohnya :
penyisipan DNA dalam plasmid bakteri untuk mengklon satu gen.
2. Kloning Reproduktif, ialah teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan
yang sama, contohnya : Domba Dolly.
3. Kloning Terapeutik, ialah untuk memproduksi embrio manusia sebagai bahan
penelitian.

D. Model Kloning
1. Dengan mengambil inti sel (nucleus of cells) wanita lain (pendonor sel telur) yang
kemudian ditanamkan ke ovum wanita kandidat yang nukleusnya telah
dikosongkan.
2. Dengan menggunakan inti sel wanita kandidat itu sendiri, dari sel telur milik
sendiri.
3. Dengan menanamkan inti sel jantan ke dalam ovum wanita yang telah
dikosongkan nekleusnya,baik berasal dari hewan atau pun manusia.
4. Dengan pembuahan (fertilization) ovum oleh sperma (tanpa hubunganseks) yang
dengan proses tertentu bisa menghasilkan embrio kembar yang banyak.

E. Manfaat Kloning
1. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk
menghasilkan keturunan.

47
2. Organ manuisa dapat di kloning secara selektif untuk di manfaatkan sebagai organ
pengganti bagi pemilik sel organ sendiri, sehingga dapat memnimalkan resiko
penolakan.
3. Sel-sel dapat di kloning dan di regenerasi untuk menggantikan jaringan tubuh
yang rusak.
4. Teknologi kloning memungkinkan ilmuan medis untuk menghidupkan dan
mematikan sel-sel.
5. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan
penyakit keturunan.

F. Dampak Kloning
1. Merusak peradaban manuisa.
2. Memperlakukan manuisa sebagai obyek penelitian dan uji coba.
3. Jika kloning dilakukan terhadap manusia, seolah-olah seperti baranf mekanis yang
bisa di cetak semaunya.
4. Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari satu kelompok tertentu
terhadap kelompok lain.

G. Tinjauan Hukum Islam


Berdasarkan model dan dampak kloning terhadap manusia diatas adalah haram dalam
tinjauan hukum Islam, dengan alas an sebagai berikut :
1. Keturunan manusia hasil kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami,
padahal cara alami inilah yang yang telah ditetapkan dalam hukum Islam,
sebagaimana Allah berfirman :
         
“Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan”. (QS. An-Najm: 45-46).
2. Keturunan manusia hasil cloning dari perempuan tanpa laki-laki tidak akan
mempunyai ayah yang sah secara hukum, sebagaimana Allah berfirman :

48
          
        
          
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak
mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui
bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu
seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang
kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu.
dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab: 5).
3. Kloning terhadap manusia akan menghilangkan garis keturunan, dalam Islam
telah mewajibkan pemeliharaan garis keturunan (nasab), sebagaimana Rasul
bersabda : “Barang siapa yang menghubungkan nasab atau keturunan kepada
orang yang bukan ayahnya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah, Malaikat
dan seluruh manusia”. (HR. Ibnu Majah).
4. Keturunan manusia hasil cloning akan mengacaukan atau menghilangkan
pelaksanaan hukum Islam, seperti waris, perkawinan, perwalian, nafkah, hak dan
kewajiban antara anak dengan orang tuanya, sebagaimana Allah berfirman :
       
          

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah
ditetapkan”. (QS. An-NIsaa’: 7).
5. Apabila kloning dilakukan dengan sel bukan suami istri merupakan perbuatan
terlarang dalam hukum Islam (zina), sebagaimana Allah berfirman :
        
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Israa’: 32).

49
BAB XII
BEKERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Definisi
Istilah bekerja dalam al-Qur’an ‘Amal (QS.9: 105), ialah aktivitas kebudayaan yang
dilakukan manusia sebagai penjelmaan diri manusia dalam menunjukkan eksistensinya
dalam kehidupan di dunia nyata. Sebagaimana Allah berfirman :
         
      
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang Telah kamu kerjakan.”(QS. at-Taubah : 105).
Dan Rasulullah Saw bersabda : “Tidak ada makanan paling baik di makan, kecuali
yang dihasilkan oleh tangan sendiri, dan Daud makan hasil usaha tangannya sendiri”
(HR. Bukhari).

B. Prinsip
1. Kasab : mengusahakan, menghasilkan dan memperoleh. Sebagaimana Allah
berfirman :
        
“Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka
usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. al-Baqarah : 202).
2. Infak : menggunakan, memakai dan menghabiskan untuk pribadi, masyarakat dan
Negara. Sebagaimana Allah berfirman :
        
         
          


50
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS. al-Baqarah : 267).

C. Konsep
1. Kewajiban
2. Berdasarkan keahlian atau skill
3. Menghasilkan yang manfaat atau maslahat untuk semua
4. Dilakukan bebas tanpa paksaan
5. Dapat di pertanggungjawabkan di hadapan manusia dan Allah.

D. Etika
1. Tulus dan ikhlas; sebagaimana Allah berfirman :
        

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka”. (QS. al-Baqarah :
265).
2. Jujur dan tidak merugikan orang lain; sebagaimana Allah berfirman :
          
            
   

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. an-Nisaa’ : 58).

51
3. Tidak melakukan pemaksaan di luar kemampuan; sebagaimana Allah berfirman :
             
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS. al-Baqarah : 286).
4. Tidak melakukan pekerjaan yang di haramkan dalam Islam; sebagaimana Allah
berfirman :
        
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil”. (QS. an-Nisaa’ : 29).
5. Bekerja berdasarkan kemampuan atau skill; sebagaimana Allah berfirman :
          
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (QS. al-
Israa’ : 84).

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an dan Terjemah


2. Acep Djazuli, Fiqh Siyasah, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2003
3. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
4. Syahrul Alam dkk, Islam untuk disiplin Ilmu Pengetahuan, Jakarta, DEPAG RI
5. Armahedi Mahzar, Revolusi Integralisme Islam, Bandung, Mizan, 2006
6. Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta, Dana Bhakti
Yasa, 1997

52
7. Al-Hasan, Ahmad dan Donald R. Hill, Islamic Technology An Illutrted (Teknologi
dalam Islam), Bandung, Mizan, 1993
8. Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam: Tinjauan Genetis dan
Ekologis, Jakarta, PT Raja Grafika Persada, 2012.
9. Zainul Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama, Bandung, Mizan, 2006
10. M. Raji al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta, Lontar Utama
11. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2003
12. Syed Naqub al-Attas, Islam dan Filsafat Sains
13. M. I. Taufiq, Dalil Anfus: Embriologi dan Refroduksi dalam Al-Qur’an, Solo,
Serangkai, 2006
14. Dan lain-lain.

53
54

Anda mungkin juga menyukai